Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

a. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja, berbentuk cairan atau

setengah cairan (setengah padat), dengan demikian kandungan air pada tinja

lebih banyak dari biasanya (normal 100-200ml per jam tinja).

(Hendrawanto,1994)

b. Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare

akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlngsung singkat dalam

beberapa jam atau beberapa hari .(menurut WHO, 1980)

c. Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi

karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja encer

dan cair .(Suriadi, 2001:83)

Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa diare merupakan

penyakit pada gastrointestinal yang ditandai dengan BAB cair lebih dari tiga

kali sehari atau lebih yang bercampur lender dan darah atau hanya lender.

1. Etiologi

Faktor penyebab diare

a. Faktor infeksi
1) Infeksi enternal : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi enternal sebagai

berikut :

a) Infeksi bakteri : vibrio, E.coli, salmonella, shigela, campylobacter,

yersinia, aeromonas.

b) Infeksi virus: enterovirus (virus coxsackie, poliomyelitis), adeno virus,

rotavirus, astrovirus.

c) Infeksi parasit ; cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloies) :

protozoa (entamoeba hystolitica, giardia lamblia, trichomonas haminis)

; jamur (candida albicans)

2) Infeksi parenteral

Infeksi parenteral adalah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti

otitis media akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, dan

sebagainya.Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur

dibawah 2 tahun.

b. Faktor malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan

sukrosa) monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada

bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).

2) Malabsorbsi protein

3) Malabsorbsi lemak

c. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan

d. Faktor Imunodefisiensi
e. Faktor Psikologis : Rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada anak

yang lebih besar). (Ngastiyah, 2005 : 226)

2. Patogenesis

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah

a. Gangguan osmotic

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi

pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang

berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul

diare.

b. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan

terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan

selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

c. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan berkurangnya usus untuk menyerap makanan

sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltic usus menurun akan

mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.

(Ngastiyah 2005 : 224)

3. Gambaran klinis

Mula-mula pasien cengeng, gelisah suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu

makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare, tinja cair, mungkin

disertai lender dan darah, warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena

bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering
defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam

laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.

Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan

karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa

dan elektrolit. Gejala dehidrasi mulai tanpak yaitu berat badan turun, turgor

menurun, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir

dan mulut serta kulit tampak kering (Ngastiyah, 2005 : 225)

Tabel 2.1

Penentuan Derajat Dehidrasi menurut pierace

Derajat dehidrasi Kebutuhan cairan (x kg BB)

Ringan 5%

Sedang 8%

Berat 10%

Tabel 2.2

Penetuan Derajat Dehidrasi menurut WHO (1980)

No Tanda dan gejala Dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi

ringan Sedang Berat

1. Keadaan umum
dan kondisi

-bayi dan anak Haus, sadar Haus, gelisah/letargi Mengantuk,

kecil gelisah tetapi irritable lemas,

ekstremitas

dingin,

berkeringat,

sianotik mungkin
-anak lebih besar Haus, sadar, Haus, sadar, merasa
koma.
dan dewawa gelisah pusing pada perubahan
Sadar, gelisah,

berkeringat, kulit

jari

2 Nadi radiali Normal Poisisi Keriput

Cepat dan lemah Cepat,

3. Pernafasan Normal Dalam, mungkin cepat Kadang-kadang

tak teraba
4. Ubun-ubun besar Normal Cekung Dalam dan
5. Elastisitas Normal Lambat cepat
6. Mata Normal Cekung

7. Air mata Ada Kering Sangat cekung

8. Selaput lendir Lembab Kering Sangat cekung

9. Pengeluaran urine Normal Berkurang dan Sangat cekung

berwarna tua Sangat cekung

rendah Sangat cekung


10. Tekanan darah % Normal
Rendah Sangat cekung
kehilangan berat 4-5 %
6-9 % Tidak ada
prakiraan
kehilangan cairan 40-50 ml/kg 60-90 ml/kg Urine beberapa

jam

>80 mmHg

10% / >

100-110 ml/ kg

4. Anatomi Fisiologi

system pencernaan atau sisitem gastrointestinal (mulai dari mulut sampai

anus) adalah system organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima

makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energy, menyerap zat-zat gizi ke

dalam aliran darah serta membuang aliran serta membuang bagian makanan yang

tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.saluran

pencernaan terdiri dari mulut, tenggerokan (faring), kerongkongan, lambung, usus


halus, usus besar, rectum dan anus. System pencernaan juga meliputi organ-organ

yang terletak diluar saluran pencernaan yaitu: prankeas, hati,dan kandung empedu.

6. Penatalaksanaan

a. Pengobatan diare tanpa dehidrasi

penderita diare ringan tanpa dehidrasi, harus di beri cairan rumah

tangga, seperti larutan gula garam, larutan air tajin, kuah sayur-sayuran, ialah

100 ml/kg BB, setengah nya (50ml/kg BB) diberikan dalam 4 jam dan sisanya

adalah labitum artinya sebanyak anak mau minum atau secara kasar dapat di

berikan setiap kali diare untuk anak usia 1 tahun diberikan ½ gelas (100 cc)

cairan rumah tangga 1-5 tahun 1 gelas (200cc) dan untuk anak besar serta anak

dewasa 2 gelas (400 cc) cairan rumah tangga. Bila dengan cara pengobatan ini

diare tetap berlanjut dalam keadaan dehidrasi sedang (anak lunglai, mata

cekung, bibir kering, nadi kecil dan agak cepat dengan frekuensi 120-140/

menit) segera di obati. Bila diare membaik dan sudah berhenti, cairan rumah

tangga dapat di hentikan.Selain cairan rumah tangga, makanan dan minuman

yang biasa di makan terutama ASI tetap harus di berikan.Makanan yang

merangsang (makanan yang pedas, asam, terlalu banyak lemak) jangan di

berikan dulu karena dapat menyebabkan diare bertambah berat. (Markum,

1996 : 450 )

b. pengobatan diare dehidrasi ringan sampai sedang.

Apabila diare berlangsung lebih dari 4 kali sehari dan volume setiap kali

buang air besar cukup banyak (25-100 kali ml/kgBB/hari) atau setiap jam lebih

dari 2 kali maka penderita mungkin akan jatuh kedalam dehidrasi ringan atau

sedang bahkan dehidrasi berat, bila tidak di beri minuman cukup banyak,
apalagi bila di puasakan semua makanan minumannya di hentikan. Bila

penderita sudah jatuh dalam keadaan dehidrasi ringan dan sedang maka harus

segera di berikan cairan rehidrasi oral lengkap (oralit)

Selain CRO (oralit), ASI dan makanan sehari hari yang tidak merangsang

harus tetap di berikan. Setelah 3jam kemudian di adakan evaluasi mengenai

keadaan penderita apakah keadaan membaik, tetap atau memburuk. Bila

membaik dapat di berikan cairan rumah (maintenance) sebagai berikut : untuk

bayi di bawah 1tahun di berikan oralit sebanyak 100ml (1/2 gelas) setiap kali

BAB, anak balita 200ml(1gelas), di atas 5tahun 400ml (2 gelas) dan di atas

12tahun serta orang dewasa 600ml (3 gelas) setiap kali BAB, sedangkan

makanan dan minuman sehari hari harus di berikan. Setelah sembuh dari diare

harus di berikan makanan ekstra satu kali sehari selama satu minggu untuk

mengejar ketinggalan pertumbuhannya (Markum, 1996 : 450)

c. pengobatan diare berat

Bila diare begituh hebat dan di sertai muntah, dalam waktu pendek

penderita dapat jatuh ke dalam dehidrasi berat.Dalam keadaan ini pengobatan

yang terbaik adalah dengan pemberian cairan parenteral.Tetapi hal ini hanya

dapat di kerjakan di rumah sakit atou puskesmas.Sebelum penderita di bawa ke

puskesmas atou rumah sakit, dapat di berikan cairan rehidrasi oral adalah

libitum atau 200 ml /kgBB.

Tujuan dari pengobatan cairan ini ialah untuk mencegah penderita

menjadi bertambah berat atau jatuh kedalam shock. Pengobatan yang terbaik

ialah dengan rehidrasi parenteral (markum 1996:451)


7. Komplikasi

a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, atau hipertonik)

b. Renjatan hipovelemik

c. Hipokalmia

d. Hipoglikimia

e. Kejang

f. Malnutrisi energy protein,(akibat muntah dan diare jika lama atau kronik).

g. Aktivitas terganggu

penderta dengan dehidrasi akan terjadi kelemahan oto. Kelemahan juga

dapat disebabkan oleh pemasukan nutrisi yang kurang sehingga metabolism untuk

pemenuhan energi dalam tubuh berkurang. (ngastiyah, 2005:226)

8. Dampak Penyakit Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia

a. Cairan dan Elektrolit

Akibat dari makanan atau zat lain yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotic dan rongga usus meningkat sehingga akan

terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus yang berlebihan.

b. Nutrisi

Anak yang menderita diare dan muntah cenderung kehilangan nutrisi

yang disebabkan karena kurang nya nafsu makan yang di sertai mualdan muntah

c. Gangguan Eliminasi
Pada penderita diare terjadi peningkatan frekuensi BAB dengan konsistensis

cair. Peningkatan peristaltik usus yang berlebihan akan memperkecil

penyerapan.

d. Integritas Kulit

Dapat disebabkan karena adanya perubahan peningkatan frekuensi BAB dan

biasanya disebabkan karena perasaan tidak enak perut.Pada anak factor

hospitaliksasi juga dapat menjadi penyebab terjadinya gangguan istrahat tidur

Karena adanya suasana asing dan baru.

e. Rasa Aman

keadaan penyakit diare yang diderita dapat menyebabkan rasa kecemasan

pada orang tua yang kurang pengetahuaan akan penyakit yang diderita oleh anak

.(Taucher,1998:48)

B. Pendekatan Proses Keperawatan

Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis untuk mengkaji

respon manusia terhadap masalah –masalah kesehatan dan membuat rencana

keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Masalah-

masalah kesehatan dapat berhubungan dengan klien, keluarga, orang terdekat atau

masyarakat. Proses keperawatan mendokumentasikan kontribusi perawat dalam

mengurngi atau mengatasi masalah –masalah klien.

Perawat berusaha keras mengatasi masalah –masalah kesehatan melaui

penerapan lima tahap proses keperawatan , perencanaan, implementasi dan evaluasi

keperawatan (allen, 1998 : 21).


Pada umumnya langkah-langkah proses keperawatan di bagi dalam 4 tahap

yaitu:

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu

proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan (Nursalam, 2001 :7)

a. Identitas

1) Identitas klien : nama , pendidikan, jenis kelamin, umur, agama, suku

bangsa, dan nomer registar.

2) Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, alamat,

pendidikan , pekerjaan, agama, suku bangsa, status dan hubungan dengan

klien.

b. Riwayat penyakit

1) Keluhan utama : pada umumnya klien akan mengeluh BAB sering dengan

konsistensis cair disetai dengan demam.

2) Riwayat kesehatan sekarang : pada umumnya klien akan di bawa ke rumah

sakit dengan keluhan BAB sering, lemah, dan demam, kadang disertai nyeri

perut, dank lien gelisah.

3) Riwayat penyakit dahulu : riwayat penyakit dahulu mungkin ada

hubungannya dengan penyakit sekrang, sehingga perlu dikaji :

a. Mempunyai riwayat penyakit infeksi saluran pencernaan atau klien

mempunyai faktor- faktor pendukung.

b. Lingkungan sekitar klien : keadaan rumah dan lingkungan serta kebiasaan

keluarga dalam pengkajian makanan .


4) Riwayat penyakit keluarga perlu di kaji apakah ada anggota keluarga yang

pernah menderita penyakit yang sama, perlu diketahui dengan akurat untuk

memperoleh gambaran sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan keluarga lain,

usia dan kesehatan atau usia dan penyebab kematian , dari orang tua saudara

kandung, pasangan hidup dan anak-anak.

5) Riwayat kehamilan dan persalinan

a. Prenatal : kondisi ibu saat hamil, tempat pemeriksaan, berpa kali

memeriksakan kehamilannya, imunisasi yang didapat selama hamil dan

juga ibu hamil yang mempunyai penyakit saluran pencernaan cenderung

menularkan penyakitnya terhadap janin yang dikandungnya

b. Intra natal : umur kehamilan jenis persalinan, yang menolong persalinan .

c. Post natal : anak langsung menangis atau tidak, lemah, ada kelainan atau

kecacatan tidak, langsung mentee atau PASI.

6) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

a. Pertumbuhan : anak dengan penyakit system pencernaan pada umumnya

akan mengalami keterlambatan pertumbuhan, sulit untuk bertambah berat

badan, bahkan sampai terjadi penurunan berat badan dikarnakan absobsi

yang tidak adekuat.

b. Perkembangan : anak dengan gangguan system pencernaan biasanya

memiliki latar belakang tampak lemas sehingga aktivitas menjadi

intoleransinserta perkembangan anak mengalami keterlambatan.

7) Riwayat nutrisi

Anak dengan infeksi saluran pencernaan akan mengalami gangguan

dalam pemenuhan nutrisi yaitu tidak adekuatnya pemasukan nutrisi.

Dengan demikian kebutuhan tubuh akan zat-zat gizi menjadi tidak


terpenuhi sehingga rentan terhadap penyakit. Pada masa ini pertumbuhan

anak lambat sehingga kebutuhan nutrisi dan kalori menurun.

8) Riwayat imunisasi

Pada usia 0-1 bulan imunisai sudah lengkap, yaitu imunisasi yang di

beriakn terdiri dari :BCG 1 x mulai bayi ) – 11 bulan, DPT 3 x mulai umur

2-11 bulan dengan tenggang waktu 4 minggu, vaksin campak 1 x pada bayi

berumur 8 bulan.

c. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum

Pada penderita stadium lanjut biasanya terjadi penurunan kesadran dan

apabila terjadi shock hipovelemik bisa terjadi kematian.

2. Keadaan integument

Turgor kulit pada klien biasanya menurun , terdapat iritasi pada daerah

anus.

3. Kepala

Di kaji keadaan kulit dan rambut klien, adanya nyeri tekanan atau tidak.

4. Telinga

Di kaji keadaan telinga tanda-tanda peradangan, fungsi pendengaran.

5. Leher

Dikaji adakah pembesaran kelenjar getah bening atau peningkatan JVP

pada leher.

6. Dada
Dikaji keluhan yang dirasakan klien, pergerakan nafas, pernafasandan

denyut jantung.

7. Abdomen

Dikaji keluhan yang dirasakan klien dan bising usus.

8. Genetalia

Dikaji keluhan yang dirasakan klien, keadaan, kebersihan.

9. Ekstremitas

Pergerakan, akan terjadinya perubahan aktivitas kelelahan fisik, kebersihan,

dan ada tidaknya kelainan.

d. Aktivitas sehari- hari

1) Makan dan minum

Pada anak dengan peradangan saluran pencernaan sering di sertai dengan

penurunan berat badan, tidak nafsu makan dan harus di beri makan yang

lembek.

2) Istirahat tidur

Pada anak yang mengalami gangguan system pencernaan akan mengalami

gangguan melaksanakan istirahat tidur karena adanya kontraksi usus yang

sering menyebabkan sakit perut dan gangguan dari BAB yang sering.

3) Eliminasi
Pada anak dengan gangguan system pencernaan akan terjadi perubahan

pada system eliminasi karena adanya peradangan pada saluran pencernaan.

4) Personal hygiene

Pada anak yang mengalami gangguan pada salauran pencernaan akan

mengalami gangguan personal hygiene di karenakan seringnya BAB dan

kelemahan fisik sehingga tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri.

5) psikologis

Klien dengan usia anak mungkin di hadapkan pada timbulnya kecemasan

dari perubahan tingkah laku.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu,

keluarga atau komuitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan

yang aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk

pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan

tanggung jawab perawat (Allen, 1998 : 67)

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul berkaitan dengan diare adalah :

a. Kekurangan volume cairan.

b. Perubahan kenyamanan berhubung dengan adanya kram abdomen.

c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan.

d. Resiko tinggi gangguan integritas kulit.

e. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur.

f. Gannggua pola eliminasi BAB.

3. Perencanaan
Keperawatan, penetapan sasaran (goal) dan tujuan (objektif), penetapan criteria

dan merumuskan intervensi keperawatan (gaffer, 1997 : 63 ).

a. Diagnosa keperawatan I

Tujuan : mempertahankan atau menunjukan keseimbangan cairan

Dengan kriteria :

1) haluaran urine adekuat

2) TTV Stabil

3) Membran mukosa lembab

4) turgor kulit baik

No. Intervensi Rasionalisasi

1. Awasi jumlah dan tipe masukan Pasien tidak mengkonsumsi cairan

cairan, ukuran haluaran urine dengan sama sekali mengakibatkan

akurat. dehidrasi atau pengganti cairan

untuk masukan kalori yang

berdampak pd keseimbangan

elektrolit

2. Diskusikan strategi untuk Membantu pasien menerima

menghentikan muntah dan perasan bahwa akibat muntah dan

penggunaan laksatif/diuretic. atau penggunaan laktasif atau

diuretic mencegah kehilangan

cairan lanjut.

3. Identifikasi rencana untuk Melibatkan pasien dalam rencana

meningkatkan atau mempertahankan untuk memperbaiki kesempatan


keseimbangan cairan optimal misal : untuk berhasil.

jadwal masukan cairan

b. Diagnosa keperawatan II

Tujuan : kram abdomen tidak terjadi lagi

Dengan criteria :

1) Kram abdomen hilang

2) Muntah berkurang

No Intervensi Rasionalisasi

1. Dorong klien untuk berbaring Tindakan ini meningkatkan relaksasi

dalam posisi terlentang dengan otot gastrointestinal dan mengurangi

bantalan penghangat diatas kram.

abdomen.

2. Dorong masukan jumlah kecil dan Cairan dalam jumlah yang kecil tidak

sering dari cairan jernih 30-60 ml akan mendesak area gastric dan

tiap ½ -1 jam. dengan demikian tidak memperberat

gejala.

3. Instruksikan klien untuk Cairan dingin merangsang kram.

menghindari hal ini Cairan panas merangsang

- Cairan panas peristaltic .lemak juga meningkatkan

- Makanan yang mengandung peristaltic dan kafein meningkatkan


lemak atau serat(susu/buah) mortilitas usus.

- Kafein

c. Diagnosa keperawatan III

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

Dengan criteria :

1) Berat badan kembali normal

2) Turgor kulit baik

3) Tonus otot baik

4) Membrane mukosa lembab

No. Intervensi Rasionalisasi

1. Timbang berat badan setiap hari. Memberikan informasi tentang

kebutuhan asupan nutrisi keefektifan

terapi.

2. Berikan makan sedikit dan Dilatasi gaster dapat terjadi bila

makanan kecil tambahan yang pemberian makan terlalu cepat setelah

tepat. periode puasa.


3. Dorong tirah baring dan atau Menurunkan kebutuhan metabolic untuk

pembatasan selama fase sakit mencegah penurunan kalori dan

akut simpanan energy.

4. Anjurkan istirahat sebelum Menenangkan peristaltic dan

makan. meningkatkan energy untuk makan.

5. Sajikan makanan yang menarik Agar klien tertarik pada

dan selagi hangat serta makanan,menjauhkan rasa ingin

lingkungan yang muntah,dan lingkungan yang

menyenangkan. menyenangkan menurunkan stres.

6. Batasi makanan yang dapat Mencegah serangan akut.

menyebabkan kram abdomen.

7. Catat masukan dan perubahan Memberikan rasa control pada pasien

simtomatologi. dan kesempatan untuk memilih makanan

yang di inginkan /dinikmati, dapat

meningkatkan masukan.

d. Diagnosa keperawatan IV

Tujuan : integritas kulit tidak terjadi

Dengan criteria :

1) tidak terdapat tanda-tanda iritasi

2) kulit kering

3) kulit tidak kemerahan

No. Intervensi Rasionalisasi


1. Observasi kemerahan Area ini meningkat resikonya untuk

(terutama pada daerah kerusakan dan memerlukan pengobatan

bokong) lebih intensif.

2. Dorong mandi tiap 2 kali Sering mandi membuat kekeringan

sehari. kulit.

3. Diskusikan pentingnya Meningkatkan sirkulasi dan perfusi

perubahan posisi sering, perlu kulit dengan mencegah tekanan lama

untuk mempertahankan pada jaringan.

aktivitas.

4. Pertahankan hygiene kulit. Mempertahankan kebersihan karena

kulit yang basah dapat menjadi barier

infeksi.

e. Diagnosa keperawatan V

Tujuan :istirahat tidur terpenuhi

Dengan criteria :

1) Pasien dapat tidur 12 -13 jam /hari

2) Ekspresi wajah klien segar.

3) Emosi stabil

No. Intervensi Rasionalisasi

1. Tempatkan pasien pada situasi Mengurangi ketegangan emosi pada

yang tenang, sejuk dan


berventilasi yang cukup. pasien sehingga dapat bersitirahat.

2. Hindarkan tindakan paresat pada Agar tidak menggangu sirkulasi tidur

pasien lagi tidur. sehingga pasien dapat tidur.

3. Ciptakan suasana lingkungan yang Suasana yang aman, tenang dan

aman, tenang dan nyaman. nyaman akan merangsang terhadap

tidur klien.

4. Identifikasi makanan dan cairan Menghindarkan iritan ,meningkatkan

yang mencetus kan diare. istirahat usus.

5. Memberikan masukan cairan Memberikan istirahat kolon dengan

peroral secara bertahap. menghilangkan atau menurinkan

rangsang makan atau cairan. Makan

kembali secara bertahan cairan

mencegah kram dan diare berulang

6. Hindari minuman dingin. Cairan dingin dapat meningkatkan

motilitas usus.

f. Diagnosa keperawatan VI

Tujuan :pola eliminasi tidak terjadi gangguan

Dengan criteria :

1) Frekuensi BAB normal

2) Bising usus 12x/menit

3) Turgor kulit baik.

No. Intervensi Rasionalisasi


1. Observasi dan catat frekuensi Dengan mengobservasi dan

defekasi. mencatat frekuensi defekasi dapat

membantu membedakan penyakit

individu dan mengkaji berat nya

episode.

2. Tingkatkan tirah baring klien. Dapat menurunkan motalitas usus

juga dapat menurunkan laju

metabolisme atau perdarahan

sebagai komplikasi.

3. Berikan asupan cairan peroral Dapat meningkatkan istirahat usus

secara bertahap dengan menghilangkan atau

menurunkan rangsang makanan/

cairan dan dapat mencegah kram

abdomen dan diare berulang.

4. Berikan therapy antibiotic Therapy antibiotic dapat

menghambat perkembangan bakteri.

4. Implementasi

Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan

yang spesifik di mulai setelah rencana tindakan disusun untuk membantu klien

mencapai tujuan yang diharapkan ( Nursalam, 2001:63)


Tujuan implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang

telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam, 2001 :63)

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapai proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan dan

pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (Nursalam, 2001:71)

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai

tujuan (Nursalam,2001:71).

Anda mungkin juga menyukai