Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Tahap Profesi Ners


Stase Keperawatan Anak

Disusun Oleh :
AI SUDIARTI
1490116311

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH
2016 - 2017
DIARE

1. DEFINISI PENYAKIT
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan
normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 2008). Diare ialah keadaan
frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak
dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan
darah (Ngastiyah, 2005).
Menurut WHO (2005) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya
defekasi lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan
konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. diare adalah suatu penyakit
dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek
sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih
dalam sehari (DepKes RI, 2005).
Diare pada dasarnya adalah frekuensi buang air besar ya nglebih sering dari
biasanya dengan konsistensi yang lebih encer dari biasanya. Di bagian ilmu kesehatan
anak FKUI / RSCM diare bisa di artikan buang air besar yang tidak normal atau bentuk
tinja yang lebih encer dengan frekwensi lebih banyak dari biasanya, neonates dapat di
nyatakan diare apabila frekwensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali sedangkan bayi
yang berumur lebih dari 1 bulan dan anak bila frekwensinya lebih dari 3 kali.
Menurut pedoman dari laboratorium/UPF ilmu kesehatan anak universitas
airlangga (1994 ) diare dapat di kelompokan menjadi :
1. Diare cair akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang
dari 7 hari) dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering dan tanpa
darah, mungkin disertai muntah dan panas. Akibat diare akut adalah dehidrasi,
sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
2. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dengan atau tanpa lendir dalam tinjanya.
Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kerusakan
mukosa usus karena bakteri invasif.
3. Diare persisten, yaitu diare yang mula-mula bersifat akut namun berlangsung lebih
dari 14 hari. Episode ini dapat dimulai sebagai diare cair atau disentri. Akibat diare
persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.
4. Diare dengan masalah lain. Anak yang menderita diare (diare akut dan persisten)
mungkin juga disertai dengan penyakit lain seperti demam, gangguan gizi, atau
penyakit lainnya. Tatalaksana penderita diare ini berdasarkan acuan baku diare dan
tergantung juga pada penyakit yang menyertainya.
Menurut pedoman MTBS (2000), diare dapat dikelompokkan menjadi :
1. Diare akut : terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, diare dengan dehidrasi sedang,
diare dengan dehidrasi ringan
2. Diare persiten : jika diare berlangsung 14 hari/ lebih. Terbagi atas diare persiten
dengan dehidrasi dan persiten tanpa dehidrasi
3. Disentri : jika diare berlangsung disertai dengan darah
Pedoman MTBS Tentang Klasifikasi Diare
Tanda dan gejala yang tampak Klasifikasi
Terdapat 2 atau lebih tanda dan gejala berikut : Diare dengan dehidrasi berat
Letargi/ tidak sadar
Mata cekung
Tidak bisa minum/malas minum
Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat
Terdapat 2 atau lebih tanda dan gejala berikut : Dehidrasi dengan dehidrasi ringan/ sedang
Gelisah, rewel atau mudah marah
Mata cekung
Haus, minum dengan lahap
Cubitan kulit perut kembalinya lambat
Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikanDiare tanpa dehidrasi
sebagai dehidrasi berat atau ringan/ sedang
Diare selama 14 hari atau lebih disertai denganDiare persiten berat
dehidrasi
Diare selama 14 hari atau lebih tanpa disertai Diare persiten
dengan dehidrasi
Terdapat darah dalam tinja (feses bercampur Disentri
darah)
Sumber : (UNAND, 2011)

2. ETIOLOGI
Penyebab umumnya adalah beberapa kuman usus yaitu eschercheia coli, shigella,
salmonella (Depkes RI 2005). Etiologi dapat dibagi beberapa factor yaitu :
a. Faktor infeksi
1) Infeksi eksternal : infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak . infeksi ini meliputi :
Infeksi bakteri : vibrio, e coli, salmonella, shigela, campylobaeter, yersinea,
aeromonas dan sebagainya
Infeksi virus : enteroo virus( virus ectto, coksaeloe, poliomyelitis ), adenovirus,
rota virus dan sebagainya.
Infeksi parasit : cacing ( ascaris, trikhiuris, oxyuris, srongiloides ), protozoa
( entamoeba histolitica, gardia lamblia, triehomonass hominis ) jamur
( cardigan albicans )
2) Inspeksi parenteral : infeksi di bagian tubuh laen yang bukan alat pencernaan,
seperti otitis media akut ( OMA ), tonsilo parengitis, bronkopneomonia,
ensepalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terdapat pada bayi dan anak di bawah
umur 2 tahun.
b. Faktor malabsorpsi
1) Malabsorpsi karbohidrat : disakarida ( intoleransi laktosa, maltose, dan sukrosa )
monosakarida ( intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa ) pada anak yang
terpenting dan tersaring adalah intoleransi laktosa.
2) Malabsorpsi lemak.
3) Malabsorpsi protein
c. Faktor makanan : makanan basi beracun dan alergi terhadap makanan.
d. Faktof pisikologis : rasa takut dan cemas, walaupun jarang dapat mengakibatkan diare
terutama pada anak yang lebih besar.

3. TANDA DAN GEJALA KLINIS


Tanda gejala yang muncul pada anak yang mengalami diare antara lain sebagai
berikut:
a. Mula-mula anak/bayi cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang.
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam
akibat banyaknya asam laktat.
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-
ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora
komatus) sebagai akibat hipovolemia.
g. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
h. Bila terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan
dalam/Kusmaul (IKC, 2010).
Gejala muntah timbul sebelum atau sesudah diare yang disebabkan lambung yang
meregang atau dari gangguan keseimbangan asam basa, dan elektrolit, bila penderita
banyak kehilangan cairan dan elekrolit maka gejala dehidrasi mulai tampak berat badan
turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun- ubun besar dan menjadi cekung, selaput
lendir bibir tampak kering.
Tanda dehidrasi adalah :
1. Kehausan.
2. Jarang buang air kecil (BAK).
3. Kulit kering.
4. Kelelahan.
5. Sakit kepala.
6. Urin berwarna gelap.
Sedangkan tanda dehidrasi pada bayi/anak :
1. Mulut dan lidah kering.
2. Tidak keluar air mata saat menangis.
3. Popok tidak basah selama lebih dari 3 jam.
4. Perut, mata, dan pipi cekung.
5. Demam.
6. Lesu atau rewel.
7. Kulit tidak segera kembali ke posisi semula jika dicubit kemudian dilepaskan.

4. PATHWAY DIARE
Infeksi Molabsorbsi Makanan Faktor
(Virus, Bakteri, Makanan di Beracun Psikologis
Parasit) usus

Reaksi Tekanan Osmotik Rangsang Saraf


Inflamasi Parasimpatik

Pe sekresi cairan dan elektrolit


Pergeseran cairan & Gg. Motilitas
elektrolit ke rongga Usus
usus

Isi Rongga Usus Hipermotilita Hipomotilita


MK 3 :
Hipertermi s s

Sekresi air & elektrolit Bakteri


tumbuh

DIARE Kurang sumber

Dehidra Kerusakan mukosa Defekasi Output >> MK 7 : Kurang


si usus sering Absorbsi ber < pengetahuan

MK 4: Nyeri Iritasi
Kulit
MK 2 : Risiko
Tubuh ketidakseimbanganNutrisi
kehilangan
cairan & MK 5: Risiko gangguan
integritas kulit
Kehilangan Na, K, H
CO3
Pe vol cairan ekstra sel

Asidosis
Metabolik
Pe cairan intertitiil Pernafasan Pembagian darah tidak
Kusmaul merata

Pelepasan Gg.
Aldosteron Sirkulasi

Tugor kulit
Reabsorbsi Na dalam Perfusi jaringan
Ginjal <

MK 1 : Defisit volume Produksi Urine Hipoksia, Sianosis, akral dingin


cairan & elektrolit Gelisal, TD

Gagal Ginjal

MK 6 : Perfusi jaringan tidak


efektif

5. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
a. Gangguan osmotik
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit
ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul
diare kerena peningkatan isi lumen usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
nutrisi sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula
(Kapay, 2010).

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan tinja
1. Makroskopis
Keadaan tinja penderita secara makroskopis,diantaranya: apakah lembek atau
cair, ada tidaknya lendir, bernanah, darah, mengandung lemak atau tidak. contoh,
tinja yang cair sering ditemukannya pada diare psikhogenik, fistula internal,
intestin yang pendek akibat enterektomi, enteritis regionalis, enterokolitis.
2. Mikroskopis
Pemeriksaan ini tidak hanya untuk melihat ada tidaknya lendir, lekosit, eritrosit,
sisa makanan, tetapi juga harus memperhatikan macam kuman. Dengan
ditemukannya banyak sisa makanan tanpa disertai lendir, lekosit dan eritrosit
menunjukkan kelainan lambung sebagai penyebabnya. Demikian juga bila
ditemukan banyak cacing aksaris atau oksiuris tanpa lekosit dan eritrosit,maka
diarenya dapat disebabkan oleh helmentiasis. Pada penderita diare, jumlah kadar
lemak dalam tinja akan melebihi normalnya, yaitu lebih dari 6% dari seluruhnya
berat tinja yang ditemukannya selama 24 jam (Ksatria, 2010)
3. PH dan kadar gula dalam tinja
b. Kolonoskopi
Pemeriksaan kolonoskopi dapat dianjurkan pada sangkaan adanya colitis walaupun
hasil foto kolon dengan kontras ganda menunjukkan gambaran yang
normal.koloskopi masih dianjurkan pada sangkaan adanya proses peradangan
kolon,karena dengan kolonoskopi kita bisa melihat seluruh kolon bahkan sampai
ileum terminal dan biopsi jaringan
c. Media terkontaminasi (air, makanan)
d. Hematologi
Pada proses peradangan terdapat peninggian LED tetapi pada kasus penyakit Crohn
dan Kolitis kadang-kadang nilai LED normal.Pada malapsorpsi dan proses
peradangan dapat terjadi anemia. Albumin merendah pada penyakit Crohn dan
Coeliac. Pada malapsropsi dijumpai hipokalsemia dan avitaminosis D, peninggian
masa protrombin.
e. Kultur pus (otitis media)
f. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan
Diare dapat disebabkan oleh alergi makanan seperti susu, protein, sedangkan obat-
obatan seperti antibiotik.
g. Pemeriksaan elektrolit, BUN, Creatinine dan glukosa.

7. PENATALAKSANAAN
Dasar pengobatan diare didasarkan pada pemberian cairan, jenis cairan, cara
memberikan cairan, serta jumlah pemberiannya.
a. Cairan per oral
1. Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan
yang bersifat NaCl dan NaHCO 3 dan glukosa.
2. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l.
3. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium
50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan
tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan
sukrosa.
b. Cairan parentral
Diberikan pada pasien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai
berikut:
1. Untuk anak umur 1 bulan-2 tahun berat badan 3-10 kg
1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1
ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1
ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
2. Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
3. Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
4. Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis
cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO 3 1 %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml =
15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
5. Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa
10% + 1 bagian NaHCO 3 1 %).
c. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari
7 kg, jenis makanan:
1. Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh
2. Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
3. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu
yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak
jenuh.
d. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
8. DATA FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK
I. Biodata

Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :

A. Identitas Pasien

Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, tempat tanggal lahir/usia,
jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian,
diagnosa medis, dan rencana terapi.

B. Identitas Orang Tua

Selain data pasien diperlukan identitas orang tua pasien (ayah dan ibu) meliputi:
nama, usia, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat rumah.

C. Identititas Saudara Kandung

Identitas saudara kandung juga perlu dikaji meliputi nama, usia, hubungan, dan
status kesehatan.

II. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit

Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari


pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Pada pasien dengan diare akan mengeluh
buang air besar (BAB) lebih dari 3x sehari, buang air besar (BAB) > 4x sehari dan
cair (diare tanpa dehidrasi), buang air besar (BAB) 4-10x sehari (dehidrasi
ringan/sedang atau buang air besar (BAB) > 10 kali (dehidrasi berat), apabila diare <
dari 14 hari maka itu diare akut dan apabila > dari 14 hari maka itu adalah diare
persisten.

III. Riwayat Kesehatan

A. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan buang air cair berkali-
kali baik disertai atau tanpa dengan muntah, tinja dpat bercampur lendir atau
darah, keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah nafsu makan menurun, suhu
badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran.
Pengembangan dari keluhan utama yang di kembangkan melalui PQRST.
B. Riwayat Kesehatan Lalu

Perlu ditanyakan apakah pasien memiliki riwayat sebelumnya meliputi :

1) Prenatal
Kehamilan yang keberapa, tanggal lahir, gestasi (aterm, prematur, post
matur), abortus atau lahir hidup, kesehatan sebelumnya/selama kehamilan,
dan obat-obat yang dimakan serta imunisasi.
2) Natal
Lamanya proses persalinan, tempat melahirkan, obat-obatan, orang yang
menolong persalinan, penyulit persalinan.
3) Post natal
Berat badan nomal 2,5 Kg-4 Kg, panjang badan normal 49-52 cm, kondisi
kesehatan baik, apgar score, ada atau tidak ada kelainan kongenital.

C. Riwayat Kesehatan Keluarga

- Penyakit anggota keluarga : Alergi, asma, TBC, hipertensi, penyakit jantung,


stroke, anemia, hemofilia, arthritis, migrain, diabetes mellitus, kanker, dan
penyakit kejiwaan.

- Genogram untk mengetahui ada faktor genetik yang berpengaruh atau tidak.

IV. Riwayat Imunisasi

No Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi Setelah Pemberian

1 BCG

2 DPT (I,II,III)

3 Polio (I, II, III, IV)

4 Campak

5 Hepatitis
V. Riwayat Tumbuh Kembang

A. Pertumbuhan Fisik

1. Berat Badan

2. Tinggi Badan

3. Waktu Tumbuh Gigi (Bulan) dan Tanggal gigi (Tahun).

B. Perkembangan Tiap Tahap

Usia anak saat :

1. Berguling

2. Duduk

3. Merangkak

4. Berdiri

5. Berjalan

6. Senyum kepada orang lain pertama kali

7. Bicara pertama kali

8. Berpakaian tanpa bantuan

VI. Riwayat Nutrisi

A. Pemberian ASI

1. Pertama kali disusui

2. Cara pemberian : Setiap kali menangis dan terjadwal

3. Lama pemberian

B. Pemberian susu formula


1. Alasan pemberian

2. Jumlah pemberian

3. Cara memberikan : Dengan DOT atau sendok

C. Pemberian makanan tambahan

1. Pertama kali diberikan usia

2. Jenis : Bubur susu, pisang, dan lain-lain

D. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini

No Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian

1 0-4 Bulan

2 4-12 Bulan

3 Saat Ini
VII. Riwayat Psikososial

- Apakah anak tinggal di : Apartemen, rumah sendiri, kontrakan.

- Lingkungan berada di : Kota, setengah kota, desa.

- Apakah rumah dekat : Sekolah, ada tempat bermain, punya kamar tidur sendiri.

- Apakah ada tangga yang bisa berbahaya, apakah anak punya ruang bermain.

- Hubungan antar anggota keluarga : Harmonis, berjauhan.

- Pengasuh anak : Orang tua, Baby sitter, pembantu, nenek/kakek.

VIII. Riwayat Spiritual

- Support system dalam keluarga.

- Kegiatan keagamaan.

IX. Reaksi Hospitalisasi

A. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap.

- Mengapa ibu membawa anaknya ke RS.

- Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak.

- Bagaimana perasaan orang tua saat ini : Cemas, takut, khawatir atau biasa saja.
Bagi keluarga pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan
mengalami stress dan mungkin akan banyak bertanya pada perawat dan dokter
yang merawatnya atau orang yang mungkin dianggap lebih tahu mengenai
penyakitnya.

- Apakah orang tua akan selalu berkunjung : Ya, kadang-kadang atau tidak.

- Siapa yang akan tinggal dengan anak : Ayah, ibu, kakak, lain-lain.
X. Pemeriksaan Fisik

A. Keadaan Umum Pasien

- Baik, lemah, sakit berat.

- Kesadaran (GCS = EMV)

B. Tanda-tanda Vital
Suhu badan : mengalami peningkatan
Nadi : cepat dan lemah
Pernafasan : frekuensi nafas meningkat
C. Antropometri

- Tinggi badan

- Berat Badan

- Lingkar lengan atas

- Lingkar kepala

- Lingkar dada

- Lingkar perut

Pada anak dengan diare mengalami penurunan berat badan.

D. Sistem Pernafasan

- Hidung : Kesimetrisan, pernafasan cuping hidung, secret, polip, epistaksis.

- Leher : Pembesaran kelenjar, tumor.

- Dada :

o Bentuk dada normal, barrel, pigeon chest.

o Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan transversal.

o Gerakan dada : Simetris, terdapat retraksi, otot bantu pernafasan.

o Suara nafas : Vocal fremitus, ronchi, wheezing, stridor, rales.

- Apakah ada clubbing finger.

Pada anak dengan diare biasanya pernapasan agak cepat, bentuk dada normal,
dan tidak ditemukan bunyi nafas tambahan.

E. Sistem Kardiovaskuler

- Congjungtiva : Anemia/tidak, bibir pucat/sianosis, arteri carotis : Kuat/lemah,


tekanan vena jugularis : Meninggi/tidak.

- Ukuran jantung : Normal, membesar, ictus cordis/apex.


- Suara jantung : S1, S2, bising aorta, murmur, gallop.

- Capillary refill time

Pada anak dengan diare biasanya tidak ditemukan adanya kelainan, denyut
nadi cepat dan lemah.

F. Sistem Pencernaan

- Sclera : Ikterus/tidak, bibir : Lembab, kering, pecah-pecah, labio skizis.

- Mulut : Stomatitis, palato skizis, jumlah gigi, kemampuan menelan :


Baik/sulit.

- Gaster : Kembung, nyeri, gerakan peristaltik.

- Abdomen : Hati : Teraba, Lien, ginjal, feses.

- Anus : Lecet, haemorroid.

Pada anak dengan diare biasanya ditemukan gejala mual dan muntah, mukosa
bibir dan mulut kering, peristaltik usus meningkat, anoreksia, BAB lebih 3 x
dengan konsistensi encer. Kemungkinan mengalami distensi, keram dan bising
usus yang meningkat.

G. Sistem Indra

1. Mata

- Kelopak mata, bulu mata, alis

- Visus

- Lapang pandang

2. Hidung

- Penciuman, perih di hidung, trauma, mimisan.

- Sekret yang menghalangi penciuman.

3. Telinga

- Keadaan daun telinga, kanal auditorius : Bersih, serumen.


- Fungsi pendengaran.
Pada anak diare biasanya ditemukan mata cekung, hidung, telinga tidak ada
kelainan.

H. Sistem Syaraf

1. Fungsi Cerebral

2. Fungsi Cranial (Nervus I-XII)

3. Fungsi Motorik : Massa otot, tonus otot, kekuatan otot

4. Fungsi Sensorik : Suhu, nyeri, getaran, posisi.

5. Fungsi Cerebellum : Koordinasi, keseimbangan.

6. Reflex : Bisep, Trisep, patella, babinski.

7. Iritasi Meningen : Kaku kuduk, lasaque sign, kernig sign, brudzinki sign.
Pada anak diare dengan dehidrasi berat dapat terjadi penurunan kesadaran.
I. Sistem Muskuloskeletal

1. Kepala : Bentuk kepala, gerakan.

2. Vertebrae : Scoliosis, lordosis, kiposis, gerakan, ROM, fungsi gerak.

3. Pelvis : Gaya jalan, gerakan, ROM, Tredenlberg test, ortolani/barlow.

4. Lutut : Bengkak, kaku, gerakan, Mc Murray test, Ballotement test.

5. Kaki : Bengkak, gerakan, kemampuan jalan, tanda tarikan.

6. Tangan : Bengkak, gerakan, ROM.

Pada anak dengan diare akan terjadi kelemahan fisik akibat output yang
berlebihan.

J. Sistem Integumen

- Rambut : Warna, mudah dicabut.

- Kulit : Warna, temperatur, kelembaban, bulu kulit, erupsi, tahi lalat, ruam,
texture.

- Kuku : Warna, permukaan kuku, mudah patah, kebersihan.

Pada anak dengan diare akan terjadi lecet pada sekitar anus, kulit teraba
hangat, turgor kulit jelek

K. Sistem Endokrin

- Kelenjar tiroid

- Eksresi urin berlebihan, polydipsi, polyphagi.

- Suhu tubuh yang tidak seimbang, keringat berlebihan.

- Riwayat bekas air seni dikelilingi semut.

L. Sistem Perkemihan

- Oedema palpebra, moon face, oedema anasarka.

- Keadaan kandung kemih.


- Nocturia, disuria.

Pada anak dengan diare akan mengalami volume diuresis menurun.

M. Sistem Reproduksi

1. Wanita

- Payudara : Putting, areola mamae, besar.

- Labia mayora dan minora bersih, secret.

2. Laki-laki

- Keadaan gland penis : Uretra, kebersihan.

- Testis : Sudah turun/belum.

- Pertumbuhan rambut : Kumis, janggut, ketiak.

- Pertumbuhan jakun, perubahan suara.

N. Sistem Imun

- Allergi (Cuaca, debu, bulu binatang, zat kimia).

- Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca : Flu, urticaria, dan lain-
lain.

XI. Test Diagnostik

XII. Terapi Saat Ini


9. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

TUJUAN
NO DATA ANALISA DP INTERVENSI RASIONAL
JANGKA PANJANG JANGKA PENDEK
1 DS : Diare Defisit volumeSetelah dilakukanSetelah dilakukan1. Kaji kondisi umum 1. Menetapkan data
Mengatakan sering cairan dan elektrolit tindakan keperawatan tindakan pasien dan tanda dasar pasien untuk
haus dan banyak berhubungan selama 1 hari,keperawatan selama vital. mengetahui dengan
berkeringat. Dehidrasi dengan kehilangankebutuhan cairan3 jam, kebutuhan cepat penyimpangan
Mengatakan buang cairan aktif (diare). terpenuhi. cairan terpenuhi. dari keadaan
Kriteria hasil : normal.
air besar (BAB)
Tubuh kehilangan cairan 1. Turgor kulit baik. 2. Observasi adanya 2. Agar dapat segera
cair >5x.
dan elektrolit 2. Mata tidak tanda-tanda shock. dilakukan tindakan
DO: cekung. untuk menangani .
Perubahan status Penurunan volume 3. Membran 3. Anjurkan pasien 3. Asupan cairan
mukosa lembab. untuk banyak sangat diperlukan
mental. cairan ekstrasel minum. untuk menambah
Penurunan denyut volume cairan
nadi. tubuh.
Penurunan turgor Penurunan cairan 4. Kaji tanda dan 4. Untuk mengetahui
kulit. interstisial gejala dehidrasi. penyebab defisit
Membran mukosa volume cairan
kering, kulit tubuh.
Penurunan turgor kulit
kering. 5. Observasi input dan 5. Untuk mengetahui
Peningkatan output. keseimbangan
hematokrit. cairan.
Penurunan Defisit volume 6. Cek laboratorium 6. Untuk mengganti
elektrolit darah,
cairan dan elektrolit Hb, HT, elektrolit (volume darah) serta
Natrium, Kalium. darah Natrium, elektrolit darah yang
Kalium. hilang.
Peningkatan suhu
7. Kolaborasi 7. Pemberian cairan
tubuh.
pemberian cairan intravena sangat
Peningkatan intravena penting karena
konsentrasi urin.
Penurunan berat langsung masuk ke
badan tiba-tiba. pembuluh darah
(vaskuler).
Risiko 1. Kebiasaan makan seseorang dipengaruhi oleh
Risiko ketidakseimbangan Setelah dilakukanSetelah dilakukan 1. Beri motivasi kesukaannya, kebiasaannya, agama, ekonomi dan
ketidakseimbangapemenuhan nutrisitindakan tindakan tentang pengetahuannya tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.
kurang darikeperawatan selama keperawatan selama pentingnya 2. Bising usus yang menurun atau meningkat menunjukkan
n nutrisi kurang
kebutuhan tubuh1 hari, risiko3 jam, risiko nutrisi. adanya gangguan pada fungsi pencernaan.
dari kebutuhan berhubungan denganketidakseimbangan ketidakseimbangan
3. Makanan dalam porsi kecil tidak membutuhkan energi,
ketidakmampuan pemenuhan nutrisi pemenuhan nutrisi banyak selingan memudahkan reflek.
mengabsorpsi zat teratasi. teratasi. 4. Diet TKTP sangat baik untuk kebutuhan metabolisme dan
gizi. pembentukan antibodi karena diet lunak TKTP rendah
Kriteria hasil:
serat menyediakan kalori dan semua asam amino esensial.
1. Mulai timbul
nafsu makan.

2. Tidak ada mual


muntah.

3. Makan habis 1
porsi. 2. Auskultasi suara
bising usus.

3. Beri makanan
dalam porsi kecil
tapi sering.

4. Kolaborasi
dengan tim gizi
dalam pemberian
diet lunak TKTP
rendah serat.

Hipertermi Setelah dilakukanSetelah dilakukan1. Kaji tanda- tanda 1. Tanda vital dipakai sebagai pedoman untuk mengetahui
Hipertermi berhubungan dengantindakan tindakan vital tiap 8 jam. keadaan umum pasien.
reaksi inflamasi. keperawatan selamakeperawatan selama 2. Keterlibatan keluarga dapat membantu dalam proses
1 hari masalah3 jam, masalah penyembuhan.
hipertermi teratasi. hipertermi teratasi.
Kriteria hasil : 2. Beri penjelasan
1. Suhu tubuh pada 3. Mengurangi peningkatan metabolisme tubuh yang dapat
dalam rentang pasien/keluarga mempengaruhi peningkatan suhu tubuh.
36,5C -37,5C tentang hal hal 4. Dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang
2. Badan tidak yang dapat memicu timbulnya dehidrasi sehingga memerlukan asupan
menggigil. dilakukan untuk cairan yang adekuat.
3. Membran mengatasi 5. Menghambat pusat simpisis di hipotalamus sehingga
mukosa lembab. demam. terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar
3. Pertahankan tirah keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui
baring. penguapan.
6. Kondisi kulit yang lembab memicu timbulnya
pertumbuhan jamur serta mencegah timbulnya ruam kulit
dan membantu proses penguapan.
7. Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus
4. Anjurkan pasien
untuk banyak
minum 2,5
liter/24 jam.

5. Berikan kompres
hangat.
6. Anjurkan untuk
memakai pakaian
yang dapat
menyerap
keringat.

7. Kolaborasi untuk
pemberian
antipiretik

Nyeri akutSetelah dilakukanSetelah dilakukanPain management :


Nyeri berhubungan dengantindakan tindakan 1. Kaji intensitas, 1. Intensitas dari nyeri dan ketidak nyamanan harus dikaji
kerusakan mukosakeperawatan selamakeperawatan selama karakteristik, dan didokumentasikan setelah prosedur yang
usus akibat diare. 1 hari, masalah3 jam, masalah nyeri onset, durasi menyebabkan nyeri dengan beberapa hal baru tentang
nyeri akut teratasi. akut teratasi. nyeri. nyeri dan interval dari nyeri.
Kriteria hasil: 2. Minimalisasi pengaruh eksternal mampu membantu pasien
1. Nyeri berkurang. untuk mengatasi nyeri dan mencegah timbulnya nyeri.
2. Skala nyeri 3 (0- 3. Peningkatan tanda-tanda vital mengindikasikan adanya
10). tingkat nyeri.
3. Ekspresi wajah 4. Indikator adanya nyeri.
tenang/tidak
meringis. 5. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap suasana hati,
2. Kaji suasana hati berkaitan erat dengan tingkat nyeri.
ketidaknyamana 6. Analgetik sangat diperlukan kondisi nyeri yang berat dan
n, gambarkan tidak tertahankan.
pengaruh
terhadap
kualitas
istirahat, tidur,
ADL.
3. Monitor tanda
vital.

4. Monitor respon
verbal/non
verbal.
5. Atur posisi
senyaman
mungkin,
lingkungan
nyaman, kurangi
stimulan.

6. Kelola
pemberian
analgetik.

Risiko gangguanSetelah dilakukanSetelah dilakukan1. Jagalah agar 1. Agar tidak terjadi lecet.
Risiko integritas kulittindakan tindakan daerah popok
gangguan berhubungan dengankeperawatan selamakeperawatan selama tetap kering 2. Untuk menjaga agar tetap kering.
integritas kulit defekasi sering1 hari, tidak terjadi3 jam, kerusakan2. Ganti popok
(diare). kerusakan integritasjaringan integritas setiap 1 jam
kulit. kulit tidak terjadi. sekali/setiap 3. Menghindari infeksi.
Kriteria hasil : basah
1. Kulit di sekitar3. Gunakan sarung 4. Menjaga kebersihan area perineal agar tidak terjadi
anus tidak lecet. tangan sebelum infeksi.
mengganti 5. Mempercepat penyembuhankulit yang ruam/lecet.
popok 6. Menambah kondisi kulit yang lecet karena bedak menjadi
4. Bersihkan lengket.
daerah perineal
dengan air dan 7. Lebih aman karena kain ventilasi udara lebih terjaga.
sabun setiap
sudah BAB
5. Bubuhi
salep/kream/loti
on pada daerah
ruam di bokong
6. Hindari
penggunaan
bedak setelah
terjadi lecet
7. Gunakan popok
kain yang
terbuka daripada
popok yang
disposibel

Perfusi jaringan Setelah dilakukan Setelah dilakukan1. Monitor kondisi1. Untuk memantau kondisi pasien.
Perfusi jaringan tidak efektif tindakan tindakan umum pasien. 2. Observasi tanda-tanda vital secara terus menerus, untuk
tidak efektif berhubungan dengan keperawatan keperawatan 2. Observasi tanda- antisipasi adanya shock.
6 suplai oksigen ke selama 1 hariselama 3 jam tanda vital tiap 2-
jaringan kurang. diharapkan pasien diharapkan pasien 3 jam.
dapat dapat menunjukkan
menunjukkan perfusi jaringan
perfusi jaringan yang adekuat.
yang adekuat. Kriteria hasil:
Tanda vital stabil,
nadi teraba.
Pengisian kapiler
baik.
Status mental
baik.
Output urin
adekuat dan bebas
edema.
Kurang pengetahuanSetelah dilakukanSetelah dilakukan 1. Pasien mampu menerima keadaan dan mengerti sehingga
Kurang berhubungan dengantindakan tindakan 1. Berikan posisi dapat diajak kerjasama dalam perawatan.
pengetahuan kurangnya sumberkeperawatan selamakeperawatan selama yang
informasi tentang1 hari masalah3 jam masalah menyenangkan
penyakit. kurang pengetahuankurang pengetahuan bagi pasien. 2. Mengurangi ketegangan otot dan kecemasan.
teratasi. teratasi. Jelaskan 3. Pemanfaatan sumber koping yang ada secara konstruktif
Kriteria hasil : mengenai sangat bermanfaat dalam mengatasi stress.
Respon non penyakit dan 4. Hubungan saling percaya membantu proses terapeutik.
verbal pasien diagnosanya.
tampak lebih
rileks dan santai, 2. Ajarkan teknik 5. Tindakan yang tepat diperlukan dalam mengatasi masalah
nafas teratur relaksasi. yang dihadapi pasien dan membangun kepercayaan dalam
dengan mengurangi kecemasan karena ketidaktahuan tentang
frekuensi 16- proses penyakit.
24x/menit, 6. Ketidaktahuan tentang proses penyakit dapat
denyut nadi 60- 3. Bantu dalam
menimbulkan rasa cemas yang merupakan efek emosi
80 x/menit. sumber koping
sehingga apabila sudah teridentifikasi dengan baik,
Terlihat tenang. yang ada.
perasaan yang mengganggu dapat diketahui.
Tidak terus
menerus
menanyakan
keadaan
anaknya. 4. Pertahankan
Mampu hubungan saling
memahami dan percaya antara
menerima perawat dan
keadaan pasien.
sehingga tidak
terjadi 5. Kaji faktor yang
kecemasan. menyebabkan
keluarga kurang
pengetahuan
tentang penyakit
pasien.
6. Berikan penkes
tentang penyakit
yang sedang
dialami untuk
mengurangi rasa
cemas dari
ketidaktahuan
mengenai proses
penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Astaqauliyah, 2010, Patofisiologi, Gejala Klinik dan Penatalaksanaan Diare,


Http://Astaqauliyah.Com/2010/06/ArtikelKedokteran-Patofisiologi-Gejala Klinik-
Dan-Penatalaksanaan Diare/, Diakses tanggal 5 November 2016.

Borneo, 2008, Laporan Pendahuluan Diare, Tersedia dalam:


Http://Www.Ilmukeperawatan.Com/Asuhan keperawatan_Diare.Html,

IKC, 2010, Diare, Tersedia dalam:Http://Www.Ilmukeperawatan.Com/Asuhan


keperawatan_Diare.Html, Diakses tanggal 5 November 2016.

Kapay, 2010, Laporan Pendahuluan Diare, Tersedia dalam:


Http://Www.Ilmukeperawatan.Com/Asuhan keperawatan_Diare.Html, Diakses
tanggal 5 November 2016.

Ksatria, 2010, Diare, Tersedia dalam: http://ksatria.blogs.ukrida.ac.id/blogs/2010/10/11/


diare/, Diakses tanggal 5 November 2016.

McCloskey J.C, Bulechek G.M, 1996, Nursing Intervention Classification (NIC), Mosby, St.
Louis.
Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
Piogama, 2009, Kasus Diare Di Indonesia, Tersedia dalam:
Http://Www.Ilmukeperawatan.Com/Asuhan keperawatan_Diare.Html, Diakses
tanggal 5 November 2016.

Santosa, 2005, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006, Jakarta: Prima medika.

UNAND, 2011, Asuhan Keperawatan pada bayi dan anak dengan penyakit akut dan infeksi
(Diare dan DHF), Tersedia dalam:http://blog.unand.ac.id/
ainicahayamata/2011/03/24/asuhan-keperawatan-pada-bayi-dan-anak-dengan-
penyakit-akut-dan-infeksi-diare-dan-dhf/. Diakses tanggal 5 November 2016.

Anda mungkin juga menyukai