Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM PENCERNAAN : DIARE


DI PUSKESMAS RAMBAH SAMO II

DISUSUN OLEH :

WARJUKI, S.KEP
NIM. 1941133

PROGRAM PROFESI (NERS)


KEPERAWATAN ANAK

PROGRAM STUDI NERS


STIKES TENGKU MAHARATU PEKANBARU
2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi
dibawah 5 tahun) terbesar didunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik
1 balita meninggal karena diare. Diare sering kali dianggap sebagai
penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan
sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh 2 juta anak didunia
setiap tahun, sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare
merupakan salah satu penyebab kematian ke 2 terbesar pada balita.
Solusi dalam hal ini adalah memberikan pengajaran kepada orang
tua mengenai kesehatan dan perawatan anak dan bayi di rumah. Namun
dalam menjalankannya seseorang harus mengetahui bayak hal seperti
penyesuaian terhadap kehidupan, pengkajian klinis dan yang pasti asuhan
keperawatan pada bayi baru lahir (pengkajian, perencanaan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi) .Melalui makalah ini pembaca dapat
mengetahui tentang asuhan apa saja yang akan diberikan kepada bayi dan
anak yang menderita penyakit tersebut

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi penyakit Diare?
2. Apa saja jenis-jenis penyakit Diare?
3. Bagaimana menjelaskan penyebab dan proses terjadinya Diare?
4. Bagaimana menjelaskan cara mengatasi Diare?
5. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada anak yang terkena
penyakit Diare
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang
lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja
berbentuk cair /setengah padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat.
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x
sehari.
Diare didefinisikan sebagai buang air besar lembek atau cair
bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya
(3 kali atau lebih dalam sehari) (Depkes RI Ditjen PPM dan PLP, 2002).
Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan
kronis (Mansjoer,A.1999,501).
Berdasarkan dari pendapat para ahli maka dapat disimpulkan Diare
adalah buang air besar (BAB) yang tidak normal, berbentuk tinja cair
disertai lendir atau darah atau lendir saja, frekuensi lebih tiga kali sehari.
Menurut pedoman MTBS (2000), diare dapat dikelompokkan
menjadi :
1. Diare akut : terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, diare dengan
dehidrasi sedang, diare dengan dehidrasi ringan
2. Diare persiten : jika diare berlangsung 14 hari/lebih. Terbagi atas
diare persiten dengan dehidrasi dan persiten tanpa dehidrasi
3. Disentri : jika diare berlangsung disertai dengan darah.

B. Etiologi
1. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera),
Virus (Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
2. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada
anak-anak).
3. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.
4. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,
sayuran dimasak kurang matang.
5. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
6. Obat-obatan : antibiotic.
7. Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis,
obstruksi usus

C. Manifestasi Klinis
1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
2. Suhu tubuh meninggi/demam
3. Feces encer, berlendir atau berdarah
4. Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
5. Anus lecet
6. Muntah sebelum dan sesudah diare
7. Anoreksia
8. Gangguan gizi akibat intake makanan kurang
9. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan,
turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung,
membran mukosa kering.
10. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
11. Keram abdominal
12. Mual dan muntah
13. Lemah
14. Pucat
15. Perubahan TTV : Nadi dan pernafasan cepat.
16. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine

D. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:

1. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus.
Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus
dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.
4. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme
hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam
lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian
mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi
yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
a. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak
dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya
kematian pada diare.
b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor
tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat
karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang
bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh
ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion
Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
c. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare,
lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP.
Hal ini terjadi karena adanya gangguan
penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya
gangguan absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul
jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi
dan 50% pada anak-anak
d. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini
disebabkan oleh:
- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut
diare atau muntah yang bertambah hebat.
- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan
pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan
diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
e. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock)
hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan
perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera
diatasi klien akan meninggal.
D. Pathway

faktor infeksi F malabsorbsi F makanan F. Psikologi


KH,Lemak,Protein

Masuk dan ber meningk. Tek osmotik toksin tak dapat


cemas
kembang dlm usus diserap

Hipersekresi air pergeseran air dan hiperperistaltik


dan elektrolit elektrolit ke rongga
( isi rongga usus) usus menurunya kesempatan usus
menyerap makanan

DIARE

Frek. BAB meningkat distensi abdomen

Kehilangan
nutrisi Kehilangan cairan & elekt gangguan
berlebihan
berlebihan integritas kulit

perubahan
gg. kes. cairan & elekt As. Metabl mual, muntah
nutrisi
kurang dari
kebutuhan

Resiko hipovolemi syok sesak nafsu makan

Gang. Oksigensi BB menurun

Gangg. Tumbang
E. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak,
dapat terjadi berbagai macam komplikasi, seperti:

1. Dehidrasi
a. Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran
klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh
pada keadaan syok.
Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam pertama 25-50 ml/kg bb
selanjutnya 125 ml/kg bb/hari
b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran
klinik turgor kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan
dalam.
Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam pertama 50-100 ml/kg bb
selanjutnya 125 ml/kg bb/hari
c. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran
klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan
kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai
sianosis.
Penatalaksanaan :
- Bayi baru lahir (berat badan 2-3 kg)
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg bb/24 jam dengan pemberian
cairan 4:1 ( 4 glukosa5%+1 NaHCOз 1½%) dengan cara
pemberian: 4 jam pertama 25 ml/kg bb/jam, 20 jam
berikutnya 150 ml/kg bb/20 jam.
- Bayi berat badan lahir rendah (berat badan < 2 kg) Kebutuhan
cairan: 250 ml/kg bb/24 jam, pemberian cairan adalah 4 glukosa
10% + 1 NaHCOз 1½%, dengan
pemberian 4 jam pertama 25 ml/kg bb/jam, 20 jam
berikutnya 150 ml/kg bb/20 jam .
- Umur 2-5 tahun (berat badan 3-10kg)

8
Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 40 ml/kg bb/jam
kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 12 ml/kg bb/menit
dan 16 jam kemudian 125 ml/kg bb.
- Umur 2-5 tahun (berat badan 10-15 kg)
Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 30 ml/kg bb/jam
kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 10 ml/kg bb/menit
dan 16 jam kemudian 125 ml/kg bb.
- Umur 5-10 tahun (berat badan 15-25kg)
Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 20 ml/kg bb/jam
kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 10 ml/kg bb/menit
dan 16 jam kemudian 105 ml/kg bb ( FKUI,1985 ).
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi laktosa sekunder
6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energi protein

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan
2. Kultur tinja
3. Pemeriksaan elektrolit, BUN, creatinine, dan glukosa.
4. Pemeriksaan tinja : pH, leukosit, glukosa, dan adanya darah

G. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Pemberian cairan.
1) Cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan
diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na,
HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan
dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60
Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan
gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal

9
tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum
dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.
2) Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan
tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi, yang
diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan
berat badannya.
Jadwal pemberian cairan
1) Belum ada dehidrasi
- Oral: 1 gelas setiap kali anak buang air besar
- Parenteral dibagi rata dalam 24 jam
2) Dehidrasi ringan
- 1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik
- Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
3) Dehidrasi sedang
- 1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau intragastrik
- Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
4) Dehidrasi berat
Jadwal pemberian cairan didasarkan pada umur dan BB anak

b. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien


dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal
yang perlu diperhatikan :

1) Memberikan asi.
2) Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori,
protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
3) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi
tim) bila anak tidak mau minum susu.
4) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang
ditemukan misalnya susu rendah laktosa atau asam lemak
yang berantai sedang atau tidak jenuh.
c. Obat-obatan.
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang
hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan
10
yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain
(gula, air tajin, tepung beras, dll)
- Obat anti sekresi.
- Obat anti spasmolitik.
- Obat pengeras tinja.
- Obat antibiotik.
Pencegahan diare bisa dilakukan dengan mengusahakan
lingkungan yang bersih dan sehat :
1) Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum
menyentuh makanan.
2) Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3) Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan
sanitasi standar di lingkungan tempst tinggal. Air
dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau,
tidak berwarna dan tidak berasa.
4) Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5) Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan,
kaki, dan muka.
6) Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di
sembarangan tempat. Kalau bisa membawa makanan

sendiri saat ke sekolah.


7) Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan
tempat tinggal, seperti air bersih dan jamban/WC yang
memadai.
8) Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi
standar. Misalnya, jarak antara jamban (juga jamban
tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10
meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian,
warga bisa menggunakan air bersih untuk keperluan
sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.

11
H. Konsep Asuhan Keperawatan Diare
A. Pengkajian
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur
6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan
terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan
insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2
tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan
kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric
menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status
ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan
perawatannya .
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 kali sehari
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau
lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu
pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis)

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari
saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA
campak.
4. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada
orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan
tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler
sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga
kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

12
6. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga
kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
7. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
- Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara
1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm)
pertahun.
- Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm
ditahun kedua dan seterusnya.
- Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham
pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16
buah
- Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
b. Perkembangan
Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud:
- Fase anal : Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan
libido, mulai menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/

egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan


adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan
bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana,
hubungna interpersonal, bermain).

8. Pemeriksaan Fisik
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar
lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen
membesar,
b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup
pada anak umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi
abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan
menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus,
13
minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau
kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt
karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah,
tensi menurun pada diare sedang.
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2
dt, suhu meningkat > 375 0
c, akral hangat, akral dingin
(waspada syok), capillary refill time memajang > 2 detik,
kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria
(200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum
sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa
mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu
bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan
adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
- feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
 Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi,
hipokalemi
 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, PO2 meningkat,
PCO2 meningkat, HCO3 menurun )
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang.
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
infeksi sekunder terhadap diare.

14
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan
peningkatan frekwensi diare.
5. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive.
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi,
kurang pengetahuan.

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1:
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
- Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c,
RR : < 40 x/mnt )
- Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak
cowong, UUB tidak cekung.
- Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan
mukosa dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi
pergantian cairan segera untuk memperbaiki deficit

2) Beri LRO (larutan rehidrasi oral)


R/ Untuk rehidrasi dan penggantian kehilangan cairan melalui
feses
3) Berikan LRO sedikit tapi sering/anjurkan keluarga untuk
memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
4) Setelah rehidrasi berikan diet regular pada anak sesuai toleransi
R/ Karena penelitian menunjukkan pemberian ulang diet normal
secara dini bersifat menguntungkan untuk menurunkan jumlah
defekasi dan penurunan berat badan serta pemendekan durasi
15
penyakit
5) Pantau intake dan output (urin, feses, dan emesis)
R/ Untuk mengevaluasi keefektifan intervensi
6) Timbang berat badan setiap hari
R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama
dengan kehilangan cairan 1 lt
7) Kaji TTV, turgor kulit, membrane mukosa, dan status mental
setiap 4 jam atau sesuai indikasi
R/ Untuk mengkaji hidrasi
8) Hindari masukan cairan jernih seperti jus buah, minuman
berkarbonat, dan gelatin
R/ Karena cairan ini biasanya tinggi karbohidrat, rendah
elektrolit, dan mempunyai osmolaritas yang tinggi
Kolaborasi :
1) Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk
mengetahui faal ginjal (kompensasi).
2) Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
3) Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit
agar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal,
antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk
menghambat endotoksin.
4) Instruksikan keluarga dalam memberikan terapi yang tepat,
pemantauan masukkan dan keluaran, dan mengkaji tanda-tanda
dehidrasi
R/ Untuk menjamin hasil optimum dan memperbaiki kepatuhan
terhadap aturan terapeutik

Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out put
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di
RS kebutuhan nutrisi terpenuhi
16
Kriteria :
- Nafsu makan meningkat
- BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan
berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang
mengiritasi lambung dan saluran usus.
2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap
atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang
berlebihan
R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
4) Observasi dan catat respos terhadap pemberian makan
R/ Untuk mengkaji toleransi pemberian makan
5) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
- terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
- obat-obatan atau vitamin ( A)
R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan
6) Instruksikan keluarga dalam memberikan diet yang tepat
R/ untuk meningkatkan kepatuhan terhadap program terpautik

Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan


dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam
tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
Kriteria :
- suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
- Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio
leasa)
Intervensi :
1) Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh
17
( adanya infeksi)
2) Berikan kompres hangat
R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi
panas tubuh
3) Kolaborasi pemberian antipirektik
R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak

Diagnosa 4 :Resiko gangguan integritas kulit perianal


berhubungan dengan peningkatan frekwensi BAB (diare)
Tujuan : setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah
sakit integritas kulit tidak terganggu
Kriteria :
- Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
- Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan
baik dan benar
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal
(bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh
karena kelebaban dan keasaman feces
3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama
sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi .

Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan


invasive
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama di rumah
sakit, klien mampu beradaptasi
Kriteria : Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang
dan tidak rewel
Intervensi :
1) Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan
18
R/ Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga
2) Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS
R/ mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan
RS
3) Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan
pengobatan
R/ menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan
kemampuannya
4) Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik
verbal maupun non verbal (sentuhan, belaian dll)
R/ Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan
menunbuhkan rasa aman pada klien.
5) Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak.

Diagnosa 6 : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan


krisis situasi, kurang pengetahuan.
Tujuan : Keluarga memahami tentangg penyakit anaknya dan
pengobatannya serta mampu memberikan perawatan.
Kriteria : Keluarga menunjukkan kemampuan untuk merawat anak,
khususnya di rumah.
Intervensi :
1) Berikan informasi pada keluarga tentang penyakit anak dan
tindakan terapeutik
R/ Untuk mendorong kepatuhan terhadap program terapeutik,
khususnya jika sudah berada di rumah.
2) Bantu keluarga dalam memberikan rasa nyaman dan dukungan
pada anak.
R/ Untuk memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman pada anak
serta mau kooperatif
3) Izinkan anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan
anak sebanyak yang mereka inginkan
R/ Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga.
4) Instruksikan keluarga mengenai pencegahan
R/ Untuk mencegah penyebaran infeksi.
19
5) Atur perawatan kesehaan pascahospitalisasi
R/ Untuk menjamin pengkajian dan pengobatan yang kontinu.
6) Rujuk keluarga pada lembaga perawatan kesehatan komunitas
R/ Untuk pengawasan perawata di rumah sesuai kebutuhan.

20
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN
I. Biodata
A. Identitas
1. Nama/Nama panggilan : An.K
2. Tempat tgl lahir/usia : Rambah Utama, 11 Desember
2016/1 tahun 5 bulan
3. Jenis kelamin : Laki-Laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : Belum sekolah
6. Alamat : Rambah Utama
7. Tgl masuk : 22 Oktober 2020
8. Tgl pengkajian : 22 Oktober 2020 (10:00 WIB)
9. Diagnosa medik : Gastrointestinal Akut
10. Rencana terapi :-

B. Identitas Orang tua


1. Ayah
a. Nama : Tn.S
b. Usia : 35 tahun
c. Pendidikan : SLTP
d. Pekerjaan/sumber penghasilan : Pegawai swata
e. Agama : Islam
C. Identitas Saudara Kandung
No NAMA USIA HUBUNGAN STATUS
KESEHATAN
1 An.B 6 tahun Kakak Pernah
mengalami
mencret-
mencret usia 7
hari setelah
kelahiran
karena alergi
susu sapi.
Kejang pada
usia 2 tahun

II. Riwayat Kesehatan


A. Riwayat Kesehatan Sekarang

Keluhan Utama Mencret-mencret disertai berlendir

Ibu pasien mengatakan sebelum datang ke rumah sakit anaknya


mencret-mencret, cair, berlendir, ada sedikit ampas, tanpa darah,
warna hijau dan berbau khas disertai demam naik turun sejak hari
jumat dan sorenya berobat ke dokter dan diberi antibiotik saja,
namun tidak ada perubahan. Di rumah pasien muntah 3 kali sehari,
muntah berisi cairan seperti susu tanpa disertai darah.
Keluhan Pada Saat Pengkajian :
Dilakukan pengkajian pada tanggal 22 Oktober 2020 pukul 10:00
WIB. Ibu pasien mengeluh anaknya mencret-mencret, ibu
mengatakan anaknya mencret karena memakan jajanan warung
seperti ciki- cikian, coklat, dan es susu. Saat menangani anaknya
mencret ibu memberi olesan minyak kayu putih di daerah perut
pasien dan memberikan minum air putih. Tinjanya berwarna hijau
kekuningan, cair, sedikit ampas, tidak berlendir, tidak ada darah
saat BAB dan berbau khas. Sejak tadi pagi pukul 05.00 hingga
waktu pengkajian pasien sudah BAB lebih dari 10 kali. Ibu pun
mengeluh dibagian dubur anaknya terdapat warna kemerahan.
Selama sakit anaknya selalu rewel, nafsu makannya menurun dan
sering merintih “lara” sambil memegangi perutnya.

B. Riwayat Kesehatan Lalu (Khusus untuk anak usia 0-5 tahun)


1. Prenatal Care
a. Ibu memeriksakan kehamilannya jarang dilakukan karena
tempat pemeriksaan yang jauh, pada saat usia kehamilan 5
bulan dan usia 9 bulan di bidan dan mengatakan anaknya

sehat. Saat masa kehamilan ibu pasien juga sempat drop,


lemas dan nafsu makan menurun karena rasa mual dan
muntah yang berkepanjangan hingga usia kehamilan 5
bulan. Sempat di infus di puskesmas.
b. Riwayat terkena radiasi : tidak ada riwayat keluarga yang
mempunyai penyakit menular
c. Riwayat berat badan selama hamil : Ibu mengatakan berat
badan naik 13 Kg
d. Riwayat imunisasi TT : ibu mengatakan imunisasi TT pada
saat hamil
e. Golongan darah ibu A, golongan darah ayah B
2. Antenatal Care
a. Tempat melahirkan : RSUD Rokan Hulu
b. Jenis persalinan : Secara karena sudah pecah ketuban
c. Penolong persalinan : dr. SpOG
d. Komplikasi yang dialami ibu pada saat melahirkan dan
setelah melahirkan :
3. Postnatal Care
a. Kondisi bayi : berat badan bayi saat lahir 2.300 gram, tinggi
34 cm. Appereance : merah muda seluruhnya, Pulse : 110
kali/menit, Grimace : menangis, Activity : fleksi dengan
baik, Respiratory : menangis kuat
b. Anak pada saat lahir tidak mengalami : -

(Untuk Semua Usia)


 Klien pernah mengalami penyakit : orang tua pasien
mengatakan pernah mengalami mencret pada usia 7
bulan namun tidak lebih dari 3 kali. Pasien juga pernah

sakit batuk pilek dan demam pada 4 bulan terakhir tidak


lebih dari 3 hari.
 Riwayat kecelakaan : menurut orang tua pasien tidak
pernah mengalami kecelakaan
 Riwayat mengkonsumsi obat-obatan berbahaya tanpa
anjuran dokter dan menggunakan zat/substansi kimia
berbahaya : ibu pasien mengatakan saat pilek dan
demam yang lalu mengkonsumsi obat dari apotek yaitu
obat termorex anak.
 Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya :

C. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ket :

Laki-laki : Tinggal serumah :

Perempuan : Meninggal :

Ikatan darah : Pasien :

III. Riwayat Imunisasi (imunisasi lengkap)


No Jenis Waktu pemberian Frekuensi Reaksi Frekuensi
Imunisasi setelah
pemberian
1 Hb0 Saat lahir Demam 2 hari
2 DPT Usia 2, 3, 4 bulan Demam 2 hari
3 BCG Usia 2 bulan Demam 2 hari
4 Rotavirus Usia 2, 4, bulan Demam 2 hari
5 Campak Belum dilakukan

IV. Riwayat Tumbuh Kembang


A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan : 3,7 kg
2. Tinggi badan : 53 cm
3. Waktu tumbuh gigi: 7 bulan, gigi tanggal 1, jumlah gigi
14 buah.
B. Perkembangan Tiap Tahap
Usia anak saat
1. Berguling : 6 bulan
2. Duduk : 7 bulan
3. Merangkak : 8 bulan
4. Berdiri : 9 bulan
5. Berjalan : 13 bulan
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : 3 minggu
7. Bicara pertama kali: 1 tahun dengan menyebutkan mama papa
8. Berpakaian tanpa bantuan :
V. Riwayat Nutrisi
A. Pemberian ASI
Pemberian ASI ± 3 jam setelah lahir, kemudian selanjutnya diberi
ASI saja hingga usia 6 bulan.
Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian ASI : motivasi ibu karena ASI penting
bagi pertumbuhan, lebih sehat dan hemat biaya
2. Jumlah pemberian : diberikan ketika menangis dan
sebanyak banyaknya

3. Cara pemberian : melalui dot karena ibu merasakan nyeri ketika


langsung m enete
Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
1. 0-6 bulan ASI Sampai saat ini
2. 6-12 bulan ASI, bubur tim, 3 bulan
pisang yang
dihaluskan
3. Saat ini Nasi/bubur tim, Sampai saat ini
sereal (ikan, telur,
sayur)

VI. Riwayat Psikososial


 Anak tinggal bersama : Orang tua
 Lingkungan berada di : lingkungan komplek
 Rumah dekat dengan : taman dan penduduk lainnya
 Kamar klien :
 Rumah ada tangga : ada 1 lt
 Hubungan antar anggota keluarga : menurut ibu pasien
hubungan dengan keluarga baik, tiak ada sibling sering
bermain dengan ayah dan neneknya.
 Pengasuh anak : ibu pasien mengatakan yang
mengasuh pasien adalah dirinya sendiri dan bersama suami.
VII. Riwayat Spiritual
 Suport sistem dalam keluarga :
 Kegiatan keagamaan

X. Pola Kebiasaan Sehari-Hari

No ACTIVITY DAILY SEBELUM SAKIT KETIKA SAKIT


LEAVING
1. NUTRISI
A. Makan
a. Jenis Nasi, tempe,telur, bubur, seling
bubur, selingan makanan bolu kukus
makanan biscuit atau telur rebus.
b. Frekuensi 3 kali sehari 3 kali sehari
c. Porsi/jumlah ½ mangkuk sedang ¼ mangkuk sedang
kalori
d. Makanan Makanan ciki- Bubur
kesukaan cikian, coklat dan
Susu
e. Makanan Nasi Cokelat, kacang-
pantangan tim,telur,tempe, kacangan
ikan, telur
f. Nafsu makan Nafsu makan Nafsu makan
Bertambah menurun
g. Cara makan Dibantu Dibantu
sendiri/bantu
h. Kesulitan Tidak ada kesulitan Tidak ada kesulitan
menelan/tidak Menelan menelan
MASALAH Tidak ada masalah Sulit makan
B. Minum
a. Jenis Air putih, ASI, the Air putih , ASI
Manis
b. Frekuensi 8x perhari 6x sehari
c. Jumlah (cc) 60 cc 60 cc
d. Cara minum Dibantu Dibantu
sendiri/bantu
MASALAH Tidak ada Sering merasa haus
2. ELIMINASI
A. Buang Air Besar
a. Frekuensi 1x perhari 10x perhari
b. Waktu 1x perhari 10x perhari
c. Warna Feses kuning Feses hijau
Kecoklatan kekuningan
d. Bau,darah ,lender Tidak berdarah Cair sedikit ampas, tidak
berlendir, tidak ada
darah saat BAB
dan berbau khas
e. Konsistensi Lembek Cair
f. Obstipasi Tidak mengalami Tidak mengalami
obstipasi obstipasi
g. Diare
h. Kolostomi Tidak melakukan Tidak melakukan
kolostomi kolostomi
i. Pengeluaran Sendiri Sendiri
sendiri/bantu
j. Kenggunaan - Memberikan obat
pencahar termorex
B. Buang Air Kecil
a. Frekuensi 7x perhari 10x sehari
b. Jumlah urine 740ml 1000 ml
output (cc)
c. Warna Bening kekuningan Bening kekuningan
d. Ada tidaknya Tidak ada Tidak ada
bau
e. Ada tidak Tidak ada Tidak ada
darah/hematuria
f. Ada tidak Tidak ada Tidak ada
kesulitan
g. Inkontinensia Tidak ada Tidak ada
h. Penggunaan Tidak menggunakan Tidak menggunakan
kateter kateter Kateter
i. Cara Sendiri Sendiri
pengeluaran
dibantu/sendiri
MASALAH Tidak ada Tidak ada

3. ISTIRAHAT&TIDUR
a. Waktu tidur 8 jam 6 jam
sendiri
b. Waktu tidur 2 jam 1 jam
siang
c. Lamanya 10 jam 8 jam
d. Kebiasaaan Tidak ada Tidak ada
penghantar tidur
e. Ada tidak Tidak ada Tidak ada
masalah tidur
f. Kebiasaan yang Tidak ada Tidak ada
dilakukan saat
istirahat
4. A. Mandi
a. frekuensi 2x sehari 1x sehari
b. penggunaan sabun Menggunakan sabun Menggunakan sabun
atau tidak dan sampo
c. cara melakukan Dibantu Dibanttu
sendiri/bantu
B. oral hygiene
a. frekuensi 2x sehari 1xsehari
b. waktu Pagi Pagi
c. menggunakan Gosok gigi Tidak gosok gigi
sikat gigi
d. menggunakan Menggunakan Tidak
pasta gigi
MASALAH Tidak ada Tidak ada
5. AKTIFITAS DAN
LATIHAN
A. Olahraga
a. Jenis Tidak ada Tidak ada
b. Frekuensi Tidak ada Tidak ada
B. Kegiatan diwaktu Main dilingkungan Tiduran ditempat
luang rumah Tidur
C. Cara melakukan Dibantu Dibantu
sendiri/bantu
Masalah Tidak ada Tidak ada

XI. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan umum : pasien dapat berorientasi sepenuhnya
2. Kesadaran : compos metis E4V5M6, lesu, gelisah,
cengeng, mudah mengantuk
3. Tanda tanda vital
a. Denyut nadi : 130x/menit
b. Suhu : 37C
c. Pernafasan :25x/menit
4. berat badan : 8 kg
5. tinggi badan : -3SD s/d <-2SD
6. kepala
Inspeksi
Keadaan rambut & hygiene kepala: Bersih
a. warna rambut : tampak bersih
b. penyebaran : tidak ada
c. mudah rontok : tidak mudah rontok
d. kebersihan rambut: rambut bersih tidak kotor

palpasi
benjolan : tidak ada
nyeri tekan : tidak ada
tekstur rambut : Rambut halus
7. Muka
Inpeksi
a. Simetris/tidak : simetris
b. Bentuk wajah : oval
c. Gerakan abnormal: tidak terdapat gerakan
d. Ekspresi wajah : menangis
Palpasi
Nyeri tekan/tidak : tidak
Data lain : tidak ada
8. Mata
Inspeksi
a. Pelpebra : edema/tidak : tidak
Radang/tidak : tidak
b. Sclera : Icterus/tidak : tidak
c. Conjungtiva : radang/tidak : tidak
Anemis/tidak : tidak
d. Pupil : -Reflesk pupil terhadap cahaya normal
karena bereaksi sangat cepat terhadap keadaan perubahan cahaya.
e. Posisi mata
Simetris/tidak : Simestris
f. Gerakan bola mata : gerakan normal
g. Penutupan kelopak mata : penutupan mata yang sehat
h. Keadaan bulu mata : terdapat bulu mata panjang
i. Keadaan visus : normal
j. Penglihatan : - kabur/tidak : tidak
- Diplopia/tidak : tidak
Palpasi
Tekanan bola mata : tidak ada nyeri
Data lain : tidak ada
9. Hidung&Sinus
Inspeksi
a. Posisi hidung : simetris
b. Bentuk hidung : simetris
c. Keadaan septum : normal
d. Secret/cairan : tidak ada
10. Telinga
Inspeksi
a. Posisi telinga : simetris
b. Ukuran/bentuk telinga: normal (simetris)
c. Aurikel : normal
d. Lubang telinga : simetris
e. Pemakaian alat bantu : tidak ada, bersih, tidak ada sekret
Palpasi
Nyeri tekan/tidak : tidak ada nyeri
Pemeriksaan uji pendengaran
a. Rinner : positif
b. Weber : tidak ada lateralis simetris antara kiri dan
kanan
c. Swabach : normal
Pemeriksaan vestibuler : normal
Data lain : tidak ada
11. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
- Keadaan gigi : Bersih
- Karang gigi/karies : tidak ada
- Pemakain gigi palsu : tidak ada
b. Gusi
Merah/Radang/Tidak : Tidak
c. Lidah
Kotor/tidak : tidak
d. Bibir
- Cianosis/pucat/tidak : tidak pucat
- Basah/kering/pecah : basah
- Mulut berbau/tidak : Tidak berbau
- Kemampuan bicara : terbete-bete Data lain : tidak ada
12. Tenggorokan
a. Warna mukosa : pucat kering
b. Nyeri tekan : terdapat nyeri tekan
c. Nyeri menelan : nyeri
13. Leher
Inspeksi
a. Kelenjar tyroid : simetris, tidak ada lesi
Palpasi
a. Kelenjar tyroid : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
b. Kaku kuduk/ tidak : tidak ada kaku kuduk
c. Kelenjar limfe : tidaka ada nyeri tekan dan benjolan atau
pembesaran
Data lain
14. Thorax dan pernapasan
a. Bentuk dada : normal tidak ada kelainan bentuk dada, simetris
b. Irama pernafasan : teratur
c. Pengembangan diwaktu bernapas : 2:1
d. Tipe pernapasan: menggunakan pernafasan dada
Palpasi
a. Vocal fremitus : normal dapat merasakan getaran
b. Massa/ nyeri : tidak ada massa/ nyeri
Auskultasi
a. Suara napas : vesikuler
b. Suara tambahan : tidak ada suara tambahan
Perkusi : sonor/ resonan (dug)
15. Jantung
Palpasi
Ictus cordis : tidak ada pulsasi, teraba ICS V MCL selebar
(1 jari)
Perkusi
Pemesaran jantung : tidak ada pembesaran jantung
Auskultasi
a. BJ I : Normal terdengar saat ekspirasi maksimal
b. BJ II : normal sesaat setelah inspirasi dalam
c. BJ III :
d. Bunyi jantung tambahan : tidak ada suara tambahan
16. Abdomen
Inspeksi
a. Membuncit : tidak membncit
b. Ada luka/ tidak : tidak ada luka
Palpasi
a. Hepar : tidak nyeri tekan
b. Lien : tidak ada nyeri tekan
c. Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi
Peristaltik : 17x/menit
Perkusi
a. Tympani
b. Redup
Data lain : saat d auskultasi pekak artinya terdapat cairan, saat
auskultasi peristaltic meningkat dan memanjang (borboritmi)
17. Genitalia dan anus : vagina menutup tampak bersih tidak ada tanda
infeksi seperti kemerahan atau iritasi
18. Ekstremitas
Ekstremitas atas
a. Motorik
 Pergerakan kanan dan kiri : simetris
 Pergerakan abnormal : tidak ada pergerakan abnormal
 Kekuatan otot kanan/ kiri : 4 (1-4)
 Tonus otot kanan/ kiri : Normal
 Koordinasi gerak : Normal
b. Refleks
 Biceps kanan/ kiri : refleks positif
 Triceps kanan/ kiri : refleks positif
c. Sensori
 Nyeri : tidak ada nyeri
 Rangsang suhu : pasien dapat merasakan rangsang panas dan dingin
 Rasa raba : pasien dapat merasakan rangsang raba
Ekstremitas bawah
a. Motorik
 Gaya berjalan : tegap
 Kekuatan kanan/ kiri : 4 (1-4)
 Tonus otot kanan/ kiri
b. Refleks
 KPR kanan/ kiri
 APR kanan/ kiri
 Babinsky kanan/ kiri : hyperfleksi
c. Sensori
 Nyeri : tidak ada nyeri
 Rangsang suhu : pasien dapat merasakan rangsang panas dan dingin
 Rangsang raba : pasien dapat merasakan rangsang raba
19. Status neurologi
Saraf- saraf cranial
a. Nervus I (Olfactorius) : penciuman: Pasien dapat merasakan bau
susu dan minyak telon yang biasa dipakai
b. Nervus II (Opticus) : penglihatan : Pasien dapat melihat gambar
kuda dalam jarak 30 cm
c. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)
 Kontriksi pupil : Normal, mengecil saat terkena cahaya
 Gerakan kelopak mata : Normal, mata dapat digerakan keatas dan
kebawah dengan mengikuti objek
 Pergerakan bola mata : Pasien dapat menggerakan bola mata
kesamping kana/ kiri
 Pergerakan mata ke bawah & dalam : pasien dapat menggerakan
bola mata kebawah dan kedalam
d. Nervus V (Trigeminus)
 Sensibilitas/ sensori : Normal
 Refleks dagu : Normal
 Refleks cornea : Normal
e. Nervus VII (Facialis)
 Gerkana mimic : pasien merintih dan menangis saat mainannya
hilang
f. Nervus VIII (Acusticus)
Fungsi pendengaran : pasien menengok ketika di panggil oleh ibunya
g. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)
 Refleks menelan : fungsi menelan baik saat pasien makan
 Refleks muntah : positif
 Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang :
 Suara
h. Nervus XI (Assesorius) : ketika diberi obat pasien dapat mengangkat
bahu dan memalingkan kepala ke kanan dan ke kiri
 Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan
 Mengangkat bahu
i. Nervus XII (Hypoglossus) :
 Deviasi lidah : pasien dapat menggerakan lidah ketika
mengunyah makanan
Tanda- tanda perangsangan selaput otak
a. Kaku kuduk : terhadap tahanan kuat
b. Kernig sign : kaki dapat lurus, atau tahanan dengan sudut 120
derajat
c. Refleks Brudzinski : kaki sebelahnya mengikuti gerakan fleksi
d. Refleks Lasegu : Normal dapat mencapai 70 derajat sebelum adanya
tambahan
XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0-6 tahun)
Dengan menggunakan DDST :
Interpretasi Denver pada An. K disimpulkan “Normal” karena tidak ada F
dan hanya ada satu C di indikator personal sosial.
A. Pemeriksaan Penunjang
Jenis Nilai Nilai Normal
Pemeriksaan feses
1. makroskopis
 Warna  Kuning hijau
 Bau  Khas  Khas
 Konsistensi  Cair  Luak
 Lender  Negative  Negative
 Darah  Negative  Negative
 Nanah  Negative  Negatif
2. mikroskopis
 Leukosit  (+) 1-3/LPB -
 Eritrosit  (+) 1-3/LPB -

 Amoeba  Negatif  Negative

 Bakteri  Positif  Negative


Pemeriksaan darah
 Hemoglobin  9,0 g/dL  10,7-13,1 g/Dl
 Lekosiit  7,0 103/uL  6-17 103/Ul
 Trombosit  818 103/Ul  229-553
 Hematokrit  28,6 % 103/uL
 Eritrosit  5,74 106/uL  35-43 %
 MCV  49,8 f/L  3,6-5,2 106/Ul
 MCH  15,7 pg  74-102 Fl
 Monosit  13,9 %  21-31 pg
 1-6 %

Terapi dan Pengobatan


Jenis Dosis Waktu Cara pemberian
Ringer laktat 500 ml / hari Intravena
Ranitidin 1 x 8 mg / hari Oral
Ondansetron 1 x 0,8 mg / hari Intravena
Zink 1 x 5 ml / hari Oral
Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


1. DS : ibu pasien Makanan dan Diare
mengatakan anaknya minuman yang berhubungan
mencret, menurutnya terkontaminasi dengan
mencret disebabkan karena Mikroorganisme masuknya
anaknya makan ciki, masuk saluran cerna pathogen ke
cokelat dan es susu dalam saluran
(jajanan warung). Produksi enterotoksin pencernaan
DO :
1. BAB lebih dari 10 kali Hiperperistaltik
2. konsistensi BAB :
cair, kuning, Pengeluaran isi usus

kehijauan, tidak Berlebih


berlendir dan tidak
disertai darah
3. frekuensi nadi 130 Diare
x/menit
4. mata cekung
5. kekenyalan kulit
kurang
6. emam dan muntah
hilang pada hari ke 2
7. peristatik usu 17
x/menit
8. minum dengan lahap
9. hasil laboratorium
Bakteri : positif
2. DS : menurut ibu pasien an. Kerusakan mukosa Kekurangan
usus
K minum dengan lahap dan volume cairan
sering merasa haus berhubungan
Gangguan absorpsi
DO : cairan dan elektrolit dengan
1. mukosa bibir kering kehilangan
2. kekenyalan kulit Peningkatan tekanan cairan melalui
kurang osmotic feces
3. mata cekung
Balance cairn : input – Hiperperistaltik

output :740-858 =118 ml


Diare

Kehilangan cairan

3. DS : ibu pasien mengatakan Hiperperistaltik Nyeri akut


anaknya berhubungan
sering merintih Kehilangan cairan dan dengan
elekrolit
kesakitan terkadang peningkatn
memegangi perutnya. defekasi
Pengeluaran isi usus
Pasien sering Feses berlebihan
mengatakan “lara”
DO : Area anus lecet
1. Cengeng
Nyeri akut

Kemungkinan Diagnosa Keperawatan

1. Diare berhubungan dengan masuknya pathogen ke dalam saluran pencernaan.


2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui
feces.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatn defekasi
Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujun Intervensi Rasional


1. Diare Setelah dilakukan 1. kaji feces mengenai frekuensi, 1. membantu menentukan tindakan
berhubungan perawatan selama 3 x warna, konsistensi feces. selanjutnya.
dengan masuknya 24 jam diare dapat 2. kaji tanda-tanda dehidrasi 2. untuk menentukan tingkat
pathogen ke dihilangkan dengan seperti kesadaran , pernafasan, dehidrasi dan sebagai acuan untuk
dalam saluran dibuktikan oleh nadi, turgor kulit, mukosa melanjutkan intervensi
pencernaan indicator: mulut. selanjutnya.
1. frekuensi defekasi 3. kolaborasi terapi rehidrasi oral 3. Menghilangkan atau menurunkan
yang normal sesuai program. rangsangan makanan/cairan.
2. Terhidrasi dengan 4. Memantau nilai laboratorium 4. Membantu menentukan intervensi
baik (membrane selanjutnya
mukosa lembab, 5. konsultasikan pada dokter jika 5. Membantu menentukan intervensi
turgor bola mata tanda-tanda dan gejala diare selanjutnya.
baik, turgor kulit menetap.
baik) 6. berikan pendidikan kesehatan 6. Untuk meningkatkan pengetahuan
3. frekuensi nadi mengenai diare seperti tanda orang tua klien.
normal (80-90 gejala diare dan

44
x/menit) perawatannya.
2. Kekurangan Setelah dilakukan 1. kaji vital sign. 1. untuk mengetahui gejala dini yang
volume cairan perawatan selama 3 x terjadi pada pasien.
berhubungan 24 jam kekuragan 2. pertahankan intake dan output 2. untuk memastikan dengan tepat
dengan cairan akan teratasi yang akurat. input dan output pasien.
kehilangan cairan dengan indicator : 3. Pantau pendarahan pada feces 3. Untuk mengetahui terjadinya
melalui feces 1. memiliki dan daerah anus. perdarahan di saluran pencernaan.
keseimbangan 4. Kaji status dehidrasi 4. untuk mengetahui tanda-tanda
asupan cairan dan (kelemahan membrane dehidrasi.
haluaran yang mukosa, nadi adekuat).
seimbang. 5. Timbang berat badan anak. 5. Mendeteksi kehilangan cairan ,
2. menampilkan penurunan 1 kg BB sama dengan
hidrasi yang baik kehilangan cairan 1 lt
(mukosa bibir 6. monitor cairan/makanan dan 6. untuk memberikan diit dan cairan
lembab, turgor hitung intake kalori harian. yang tepat.
kulittida kering, 7. kolaborasikan pemberian 7. untuk mencegah komplikasi yang
mata tidak cekung) cairan iv atau oral sesuai terjadi.
3. tidak mengalami program.
haus yang tidak
normal
3. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. kaji penyebab nyeri yang 1. Mengevaluasi perkembangan nyeri
berhubungan perawatan selama 3 x dirasakan anak. untuk menetapkan intervensi
dengan 24 jam rasa nyeri selanjutnya.
peningkatn berkurang dengan 2. Lakukan perubahan posisi dan 2. Menurunkan tegangan permukaan
defekasi menunjukan : anjurkan orang tua untuk abdomen dan mengurangi nyeri.
1. tidak merintih dan masase punggung anak.
menangis 3. Anjurkan orang tua untuk 3. Meningkatkan relaksasi,
2. skala nyeri memberikan metode distraksi mengalihkan fokus perhatian nyeri
berkurang menjadi dalam mengurangi nyeri dan meningkatkan kemampuan
3 (nyeri pinggang) seperti bercerita, dan koping.
3. mempertahankan mengajaknya bernyanyi.
selera makan
dengan baik
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. K USIA 17 BULAN DENGAN DIARE

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi


keperawatan
1. Diare Setelah 1. kaji feces 1. membantu 1. mengkaji feces S : ibu pasien
berhubungan dilakukan mengenai menentukan mengenai mengatakan
dengan perawatan frekuensi, warna, tindakan frekuensi, warna, anaknya BAB 1X
masuknya selama 3 x 24 konsistensi feces. selanjutnya. konsistensi feces. saja.
pathogen ke jam diare dapat R: O : frekuensi BAB
dalam saluran dihilangkan - frekuensi lebih 1x, berwarna
pencernaan dengan 10x kuning, lunak
dibuktikan oleh - warna kuning berampas, tidak
indicator: kehijauan, cair, ada lendir maupun
1. frekuensi sedikit ampas, darah.
defekasi tidak ada lendir A : masalah teratasi
yang normal dan darah. P:intervensi
2. Terhidrasi dihentikan
dengan baik 2. kaji tanda-tanda 2. untuk 2. mengkaji tanda-
(membrane dehidrasi seperti menentukan tanda dehidrasi
mukosa kesadaran , tingkat dehidrasi seperti kesadaran ,
lembab, pernafasan, nadi, dan sebagai pernafasan, nadi,
turgor bola turgor kulit, acuan untuk turgor kulit,
mata baik, mukosa mulut. melanjutkan mukosa mulut.
turgor kulit intervensi R:
baik) selanjutnya. - kesadaran
3. frekuensi composmetis
nadi normal - RR : 25 x/menit,
(80-90 nadi : 130 x/menit
x/menit) - Mukosa bibir
kering, kulit
kembali lambat (1
detik)

3. kolaborasi terapi 3. Menghilangkan 3. berkolaborasi


rehidrasi oral atau menurunkan terapi rehidrasi
sesuai program. rangsangan oral sesuai
makanan/cairan. program.
R:
- zink 1 x 5 ml
- L-Bio 1 sachet
untuk pemakaian
(2x ½ sachet)

4. konsultasikan 4. Membantu 4. Memantau nilai


pada dokter jika menentukan laboratorium
tanda-tanda dan intervensi R:
gejala diare selanjutnya. Bakteri positif
menetap.
2. Kekurangan Setelah 1. kaji vital sign. 1. untuk 1. mengkaji vital S : menurut orang
volume dilakukan mengetahui sign. tua pasien anaknya
cairan perawatan gejala dini yang R : ibu pasien tidak merasa haus
berhubungan selama 3 x 24 terjadi pada mengatakan anaknya terus menerus.
dengan jam kekuragan pasien. mencret lebih dari 10 O : mata cekung
kehilangan cairan akan kali, cair, tekanan berkurang, mukosa
cairan teratasi dengan darah : 100/60 mmHg, bibir lembab,
melalui feces indicator : nadi : 130 x/menit, balance cairan :
1. memiliki RR : 25X/menit, suhu input – output :
keseimbanga : 370C 440-478 = -38 ml
n asupan A : masalah teratasi
cairan dan 2. pertahankan 2. untuk 2. mempertahankan sebagian
haluaran intake dan output memastikan intake dan output P : intervensi
yang yang akurat. dengan tepat yang akurat. dihentikan (pasien
seimbang. input dan output R : balance cairan : pulang)
2. menampilka pasien. input-output : 740-
n hidrasi 1000 = -260 ml
yang baik
(mukosa 3. Pantau 3. Untuk 3. memantau
bibir pendarahan pada mengetahui pendarahan pada
lembab, feces dan daerah terjadinya feces dan daerah
turgor anus. perdarahan di anus.
kulittida saluran R : tidak ada
kering, mata pencernaan. perdarahan pada feces
tidak dan anus.
cekung)
3. tidak 4. kaji status 4. untuk 4. Mengkaji status
mengalami dehidrasi mengetahui dehidrasi
haus yang (kelemahan tanda-tanda (kelemahan
tidak normal membrane dehidrasi. membrane
mukosa, nadi mukosa, nadi
adekuat). adekuat).
R : anak gelisah,
cengeng, lesu, mukosa
bibir kering, mata
cekung, kulit kembali
lambat (1 detik ), nadi
: 130 x/menit
Balance cairan : -260

5. Timbang berat 5. Mendeteksi 5. menimbang berat


badan anak. kehilangan badan anak.
cairan , R : berat badan pasien
penurunan 1 kg 8 kg
BB sama dengan
kehilangan
cairan 1 lt
6. monitor 6. untuk 6. monitor
cairan/makanan memberikan diit cairan/makanan
dan hitung intake dan cairan yang dan hitung intake
kalori harian. tepat. kalori harian.
R : BB : 8 kg
Rumus : 100 ml/kg
BB
: 100 X 8 kg
: 800 ml/24 jam/hari

7. kolaborasikan 7. untuk mencegah 7. memberikan


pemberian cairan komplikasi yang cairan iv atau oral
iv atau oral terjadi. sesuai program.
sesuai program. R:
- ranitidin 1 x 8 mg
- ondansetron 1 x
0,8 mg
3. Nyeri akut Setelah 1. kaji penyebab 1. Mengevaluasi 1. mengkaji S : ibu pasien
berhubungan dilakukan nyeri yang perkembangan penyebab nyeri mengatakan
dengan perawatan dirasakan anak. nyeri untuk yang dirasakan anaknya tidak
peningkatn selama 3 x 24 menetapkan anak. rewel jarang
defekasi jam rasa nyeri intervensi R : nyeri anak menangis
berkurang 2. Lakukan selanjutnya. dirasakan karena O : pasien terlihat
dengan perubahan posisi frekuensi BAB yang tenang, mulai diam
menunjukan : dan anjurkan meningkat, pasien tidak sering
4. tidak orang tua untuk terkadang memgangi menangis,
merintih dan masase perutnya ketika terkadang
menangis punggung anak. menangis. tersenyum.
5. skala nyeri 3. Anjurkan orang A : masalah teratasi
berkurang tua untuk 2. Menurunkan 2. melakukan P : intervensi
menjadi 3 memberikan tegangan perubahan posisi dihentikan
(nyeri metode distraksi permukaan dan anjurkan
pinggang) dalam abdomen dan orang tua untuk
6. mempertaha mengurangi mengurangi masase punggung
nkan selera nyeri seperti nyeri. anak.
makan bercerita, dan R : pasien terlihat
dengan baik mengajaknya tenang dan tidak
bernyanyi. menangis.
3. Anjurkan orang
tua untuk
3. Meningkatkan
memberikan
relaksasi,
metode distraksi
mengalihkan
dalam mengurangi
fokus perhatian
nyeri seperti
nyeri dan
bercerita, dan
meningkatkan
mengajaknya
kemampuan
bernyanyi.
koping.
R: pasien berhenti
menangis
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diare adalah buang air besar (BAB) yang tidak normal (normal
100-200 cc/jam tinja), berbentuk tinja cair disertai lendir atau darah atau
lendir saja, frekuensi lebih tiga kali. Perlu penanganan yang tepat untuk
mencegah diare. Pencegahan diare bisa dilakukan dengan mengusahakan
lingkungan yang bersih dan sehat :

1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.


2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di
lingkungan tempst tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih,
bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan
muka.
6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan
tempat. Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke sekolah.
7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat
tinggal, seperti air bersih dan jamban/WC yang memadai.
8. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar.
Misalnya, jarak antara jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur
atau sumber air sedikitnya 10 meter agar air tidak terkontaminasi.
Dengan demikian, warga bisa menggunakan air bersih untuk
keperluan sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah asuhan keperawatan pada anak dengan
diare kami masih memiliki banyak kekurangan, kami harap kritik dan
saran yang membangun agar pembuatan makalah selanjutnya lebih baik
dari sebelumnya.

55

Anda mungkin juga menyukai