Anda di halaman 1dari 27

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diare adalah salah satu penyakit yang menyebabkan kesakitan dan
kematian pada bayi dan balita terutama di negara yang sedang berkembang
seperti di Indonesia. Di Indonesia diare masih tetap merupakan masalah
kesehatan utama. Sekitar 10-30% tempat tidur di Rumah Sakit dihuni oleh
penderita diare. Selain menyebabkan kesakitan dan kematian, diare juga
merupakan penyebab utama malnutrisi. Dengan demikian diare merupakan
beban tambahan bagi anggaran keluarga maupun anggaran nasional suatu
negara. Hasil program review Depkes RI/WHO/UNICE USAID tahun 1983
dan 1986, serta SKRT 1986 menunjukkan bahwa episode diare pada bayi dan
balita di Indonesia masih berkisar 2-3 kali setahun.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek belajar klinik Keperawatan Anak,
mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan pada anak dengan
Diare
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi
b. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang etiologi dan manifestasi
klinik
c. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi
d. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada anak
dengan diare
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Gastroenteritis / diare adalah inflamasi membran mukosa lambung dan
usus halus. (Cecily Beltz, 1997).
Diare adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih dari empat
kali pada bayi dan lebih dari tiga kali pada anak, konsistensi cair / encer, dapat
berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah / lendir saja
(Ngastiyah, 1997).
Diare akut adalah dikarakteristikan oleh perubahan tiba-tiba dalam
frekuensi dan kualitas defekasi (Sandra M. Neltena, 1996).

B. ETIOLOGI
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi Enteral
Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak meliputi :
- Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonela, Shigella
- Infeksi Virus : Enterovirus, rotavirus, astrovirus
- Infeksi parassit : Cacing, protozoa, jamur
b. Infeksi parenteral
Infeksi di luar alat pencernaan makana seperti otitir media akut
(OMA), tonsilitis, biopneumonia, encephalitis. Keadaan ini terutama
pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
2. Faktor Malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida, monosakarida
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan yang ada telah basi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Faktor Psikologis
Adanya rasa takut dan cemas

C. PATOFISIOLOGI
 Meningkatnya motillitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal
merupakan akibat dari gangguan absorbsi, ekskresi cairan dan elektrolit
yang berlebihan
 Cairan, potassium, sodium dan karbonat berpindah dari rongga ekstra
seluler ke dalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi, kekurangan
elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik

Diare yang terjadi merupakan proses dari :


 Transpor aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elekrolit ke
dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan
meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikro organisme yang masuk
akan merusak sel mukosa intestinal menurunkan area permukaan intestinal
dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit
 Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi
cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada sindrom
malabsorbsi
 Meningkatnya motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi
intestinal

D. MANIFESTASI KLINIK
 Mula-mula bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh pada
umumnya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada.
 Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
 Warna tinja lama kelamaan berubah menjadi kehijauan karena bercampur
dengan empedu.
 Kram abdomen akibat peradangan.
 Mual dan muntah akibat gangguan keseimbangan asam basa lambung
 Lemah
 Pucat
 Perubahan TTV, seperti nadi dan pernafasan meningkat
 Penurunan pengeluaran urine
 Terdapat tanda dan gejala dehidrasi seperti : turgor kulit berkurang
(elastisitas kulit menurun), BB menurun, mata dan ubun-ubun besar
menjadi cekung, selaput lendir, bibir, dan mukosa serta kulit nampak
kering.
E. PATHWAYS

Faktor infeksi Faktor malabsorbsi Gangguan peristaltik

Endotoksin merusak Tekanan osmotik Hiperperistaltik Hipoperistaltik


mukosa usus meningkat

Pergeseran cairan Makanan tidak Pertumbuhan


Resti infeksi elektrolit ke lumen sempat diserap bakteri
usus >>
Endotoksin

Hiperrsokresi
cairan elektrolit

Isi lumen usus meningkat

Rangsangan pengeluaran

Hiperperistaltik

Diare

Gangguan keseimbangan Sering defekasi Gangguan keseimbangan


cairan elektrolit
Anus lembab dan lecet
Dehidrasi Hiponatremia, hipokalemia,
penurunan klorida serum
Kerusakan
Kekurangan integritas kulit
volume cairan Resiko terjadi gangguan
sirkulasi darah
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
F. KLASIFIKASI
1. Klasifikasi diare berdasarkan tonisitas plasma
a. Dehidrasi hipotonik (dehidrasi hiponatremia) yaitu jika kalau natrium
dalam plasma < 130 meg/L
b. Dehidrasi isotonik (dehidrasi isonatremia) jika kadar natrium dalam
plasma 130-150 meg/L
c. Dehidrasi hipertonik (dehidrasi hipernatremia), bila kadar natrium
dalam plasma > 150 meg/L
2. Klasifikasi diare berdasarkan banyaknya cairan yang hilang
a. Dehidrasi ringan, bila BB menurun 3-5% dengan volume cairan yang
hilang < 50 ml/kg BB
b. Dehidrasi sedang, bila BB menurun 6-9% dengan volume cairan yang
hilang 50-50 ml/kg BB
c. Dehidrasi berat, bila BB menurun > 10% dengan volume cairan yang
hilang  100 ml/kg BB

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN IMPLEMENTASI


a) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar
dan encer
Tujuan : Keseimbangan cairan dan elektronik dapat dipertahankan dalam
batas normal.
KH : Haluran urine adekuat, capillary refill  2 detik, turgor kulit
elastis, membran mukosa lembab, tidak terjadi penurunan BB.
Intervensi :
 Kaji status hidrasi : ubun-ubun, mata, turgor kulit dan membran
mukosa.
 Kaji pengeluaran urine, gravitasi urine atau berat jenis urine (1,005 –
1,020) atau sesuai dengan usia pengeluaran urine 1-2 ml/kg/jam.
 Kaji pemasukan dan pengeluaran urine.
 Monitor tanda-tanda vital.
 Pemeriksaan laboratorium sesuai program : elektrolit, Ht, pH, dan
serum albumin.
 Pemberian cairan dan elektrolit sesuai dengan protokol (dengan oralit
dan cairan parenteral bila indikasi)
 Pemberian obat anti diare dan antibiotik sesuai program.
 Anak diistirahatkan.
b) Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan BAB
Tujuan : anak tidak menunjukkan gangguan integritas kulit yang ditandai
dengan kulit utuh dan tidak lecet
Intervensi :
 Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap buang air besar
 Gunakan kapas lembab dan sabun bayi (atau pH normal) untuk
membersihkan anus setiap buang air besar
 Hindari dari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab
 Ganti popok / kain bila lembab atau basah
 Gunakan obat cream bila perlu untuk perawatan perineal
c) Resiko infeksi pada orang lain berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang pencegahan penyebaran penyakit
Tujuan : tidak terjadi penularan diare pada orang lain
Intervensi :
 Ajarkan cara mencuci tangan yang benar pada orang tua dan
pengunjung
 Segera bersihkan dan angkat bekas buang air dan tempatkan pada
tempat yang khusus
 Gunakan standar pencegahan universal, seperti gunakan sarung
tangan, dll
 Tempatkan pada ruangan yang khusus
d) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
menurunnya intake dan menurunnya absorbsi makanan dan cairan
Tujuan : anak toleran terhadap diit yang sesuai yang ditandai dengan BB
normal dan tidak terjadi kekambuhan diare
Intervensi :
 Timbang BB bayi tiap hari
 Monitor intake dan out put
 Setelah rehidrasi, berikan minuman obat oral dengan sering dan
makanan yang sesuai dengan diit dan usia atau berat badan anak
 Hindari makan buah-buahan
 Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan
 Bagi bayi ASI tetap diteruskan
 Bila bayi tidak toleran dengan ASI, berikan formula yang rendah
laktosa

e) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan perawatan anak


Tujuan : meningkatkan pengetahuan orang tua, orang tua berpartisipasi
dalam perawatan anak
Intervensi :
 Kaji tingkat pemahaman orang tua
 Ajarkan tentang prinsip diit dan kontrol diare
 Ajarkan orang tua tentang pentingnya cuci tangan untuk menghindari
kontaminasi
 Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan
 Jelaskan tentang pentingnya kebersihan

f) Cemas dan rasa takut berhubungan dengan hospitalisasi dan kondisi sakit
Tujuan : menurunkan rasa takut / cemas pada orang tua dan anak,
ditandai dengan orang tua aktif merawat anak, bertanya tentang
kondisi anak, anak tidak menangis
Intervensi :
 Ajarkan pada orang tua untuk mengekpresikan perasaan takut dan
cemas
 Gunakan komunikasi terapeutik : kontak mata, sikap tubuh dan
sentuhan
 Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan pada anak dan orang tua
 Libatkan orang tua dalam perawatan anak
 Jelaskan kondisi anak, alasan pengobatan dan perawatan

H. DISCHARGE PLANNING
1. Jelaskan penyebab Diare
2. Ajarkan untuk mencegah komplikasi Diare
3. Ajarkan untuk mencegah penyakit diare dan penularan, ajarkan standar
pencegahan
4. Ajarkan perawatan anak, pemberian makanan dan minuman (misal :
oralit)
5. Ajarkan mengenal tanda-tanda dehidrasi, ubun-ubun dan mata cekung,
turgor kulit tidak elastis membran mukosa kering
6. Jelaskan obat-obatan yang diberikan, efek samping dan kegunaannya
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. A


DENGAN DADRS

A. PENGKAJIAN
1) Tanggal Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 9 Januari 2012 pukul 09.00 WIB dengan
melakukan wawancara dan observasi pada klien dan keluarga
2) Identitas
 Identitas Pasien
Nama : An. A
Umur : 5 bln
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
 Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. H
Umur : 30 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : STM
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Pekalongan
Hub. dengan pasien : Orang tua kandung
3) Keluhan Utama
An. A BAB dengan konsistensi encer / mencret > 4x sehari
4) Riwayat Penyakit Sekarang
 2 hari sebelum masuk RS (tgl 8 Januari 2012) klien mencret > 10x / hr@ 6-
8 sdm air ampas, nyemprot, tidak ada darah maupun lendir dan bau busuk
warna kuning. Anak mencret setelah diberi jeruk, kemudian dibawa ke Bidan.
Namun anak masih tetap mencret bahkan muntah setiap diberi makan dan
minum (muntahan sesuai dengan apa yang sedang dimakan dan diminum).
Oleh karena itu, anak dibawa ke dokter spesialis anak,  5 jam sebelum masuk
RS muntah (-), mencret (+) >5x dan kencing banyak banyak setiap ½ jam,
kemudian dibawa ke RS dan dirawat.
5) Riwayat Penyakit Masa Lalu
a. Prenatal
Ny. R mengatakan bahwa An. A adalah anak yang pertama. Selama masa
kehamilan Ibu memeriksakan kehamilannya di Puskesmas lebih dari 5x
dan mendapatkan suntikan TT 2x selama hamil ibu tidak menciptakan
gangguan yang berarti, hanya muntah yang wajar pada hari 3 bulan
pertama ibu tidak pernah mengkonsumsi obat maupun jamu jamuan yang
tidak dianjurkan, ibu hanya mengkonsumsi obat yang diberikan oleh bidan
Puskesmas berupa kapsul SF dan vitamin Bc. Ibu pernah mengalami
abortus, dan sebelumnya belum pernah memakai kontrasepsi.
b. Intranatal
Ibu melahirkan anaknya di Puskesmas Rawat Inap tempat memeriksakan
kehamilannya pada usia kehamilan 40 minggu, jenis persalinan spontan
ditolong oleh bidang Puskesmas.
c. Posnatal
Berat badan lahir An. A 2800 gram dan panjang badan 47 cm, bayi
langsung menangis kuat dan tidak kebiruan. Ibu mengatakan tidak tahu
apgar score saat lahir dan tidak ada kelainan kongenital.
d. Alergi
An. A belum pernah mengamai alergi terhadap makanan maupun obat-
obatan.
e. Pertumbuhan dan perkembangan
Pada usia 2 bulan, BB anak 4300 gramdan PB 55 cm, sudah bisa
mengamati tangannya sendiri, tersenyum spontan dan bersuara ngoceh.
Pada usia 5 bulan ini, anak mampu berusaha menggapai maman, meraih
dan mengamati benda, meniru bunyi-bunyi kat-kat dan menoleh ke arah
suara, serta mampu membalik dan bangkit kepala tegak.
f. Riwayat imunisasi
Pada usia 0 bulan mendapatkan BCG dan HB-1, usia 2 bulan
mendapatkan HB-2 + DPT + Polio I, usia 4 bulan mendapatkan DPT dan
polio.

6) Pola Fungsional Menurut Gondan’s


a. Pola Persepsi Kesehatan
Menurut keterangan keluarga, kesehatan merupakan aspek yang penting
dalam kehidupAn. Apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit,
terutama anak, yang lain ikut merasakan sakit terlebih ayah ibunya.
b. Pola Nutrisi
Diit yang diberikan adalah susu LLM dengan pemberian 8 x 60 cc dan
3 x ½ porsi bubur tempe namun ibu masih tetap memberikan ASI. Daya
isap anak saat minum susu baik dengan dot (untuk susu LLM) maupun
ASI ada, tetapi tidak sering dan sedikit (60 cc susu LLM tidak semuanya
habis, hanya 30 cc saja yang terminum).
c. Pola Eliminasi
An. A. BAB 6 – 7 kail, warna kuning, konsistensi encer, BAK ± 1 x setiap
2 jam, warna kuning jernih.
d. Pola Aktivitas
An. A terlihat kurang aktif, tampak lemas, namun bila menangis keras dan
sering rewel, semua aktifitas anak dibantu orang tua.
e. Pola Istirahat Tidur
Sebelum sakit, An. A tidak siang selama ± 3 jam / hari dan tidur malam ±
10 jam / hari. Selama sakit An. A dapat tidur dengan nyenyak setelah
minum obat, tidur siang ± 1 jam dan tidur malam ± 5 jam, karena sering
terjaga dari tidurnya.
f. Pola Persepsi Kognitif
Ibu mengatakan anaknya sakit diare, ibu tahu secara jelas dari pengertian
penyebab maut penatalaksanannya serta pencegahannya dari dokter
spesialis anak, karena ibu konsultasi lebih jauh lagi tentang kondisi
kesehatan anaknya.
g. Pola Hubungan
Dari sejak lahir, An. A selalu diasuh setiap saat oleh ibunya, sehingga
hubungan mereka sangat dekat. Apalagi saat sakit seperti ini, An. A tidak
mau berpisah sebentarpun. Bila tidak tampak ibunya, An. A langsung
menangis.
h. Pola Nilai Kepercayaan
Keluarga memeluk agama Islam dan selau berusaha menjalankan
perintah-perintah-Nya.

7) Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Genogram

Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: klien
: tinggal
serumah

b. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada riwayat penyakit hipertensi, asma, DM dan penyakit jantung
dalam keluarga. Penyakit yang sering diderita anggota keluarga adalah
panas, batuk, pilek (yang bila diobat langsung sembuh terutama pada saat
musim pencaroba).
c. Kebiasaan
Keluarga pergi ke Puskesmas atau dokter bila ada anggota keluarga yang
sakit.

8) Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Antropometri
BB : 5300 gr PB : 65 cm
LL : 37 cm LD : 32 cm
b. Pemeriksaan status gizi berdasarkan Z-score
nilai real - nilai median 5,3  7,3
WAZ = SD lower / SD upper = 1,00
= -2 (normal)

6,5  65,9
HAZ = 2,7
= -0,3 (normal)

5,3  7,1
WHZ = 0,7
= -2,5 (kurus)

c. KU : sadar, kurang aktif


d. Vital sign : HR = 130 x/mnt S = 37oC
PR = 30 x/mnt N = isi / tegangan cukup
e. Kepala
Bentuk mesorhapal, kulit kepala bersih, rambut jarang, ubun-ubun cekung,
tidak ada benjolan.
f. Mata
Tampak cekung, sklera tidak ikterik, konjungiva anemis
g. Hidung
Tampak tidak ada ingus, tidak ada pernafasan cuping hidung.
h. Telinga
Simetris, tidak ada tanda-tanda peradangan (kemerahan (-), edema (-),
discharge (-), gangguan pendengaran (-), tidak ada sekret.,
i. Mulut
Tidak ada stomatitis, mukosa mulut agak kering dan tidak sianosis.
j. Leher
Simetris tidak ada pemberasaran kelenjar limfe dan tidak ada massa di
leher.
k. Dada
- Palmo :
I : Pengembangan dada simetris, tidak ada retraksi dada.
Pa : Fremitus rata antara kiri dan kanan
Pe : Sonor
A : Suara dasar vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)
- Cor
I : Ictus condis tidak tampak
Pa : Ictus condis teraba di SIC ke-5
Pe : Konfigurasi dalam batas normal
A : Bunyi jantung I dan II murni, tidak ada bising maupun gelap.
l. Abdomen
I : Perut tampak cembung
A : Hiperperistaltik (± 20 x/mnt)
Pa : Tidak ada hepatomegali, tidak ada splenomegali
Pe : Kembung.
m. Genital
Lengkap tidak ada kelainan, daerah sekitar genital lembab dan popok /
pengalas basah.
n. Ekstremitas
Tonus otot baik, akral hangat, capillary refil  2 detik, tidak ada sianosis
terpasang infus di tangan kiri.
o. Kulit
Kulit bersih, tidak ada laserasi, turgor kurang.
9) Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium (7/1 – 2012)
Hemoglobin 10,30 gr % 11.00-13.00 L
Hematokrit 30,4 % 36.0-44.0 L
Eritrosit 3,71 jt/mmk 3.60-5.00
MCH 27,80 pg 23.00-31.00
MCV 82,00 fl 77.00-101.00
MCHC 33,90 g/dl 8.00-36.00
Leukosit 11,40 ribu/mmk 6.00-18.00
Trombosit 452,0 ribu/mmk 150.0-400.0 H
Kimia klinik
Glukosa sewaktu 109 mg/dl (136-145)
Elektrolit
Natrium 140 mmol.L 136-145
Kalium 3,7 mmol.L 3,5-5,1
Khlorida 114 mmol.L 98-107 H
Calcium 2,49 mmol.L 2,12-2,50

Bahan darah
Sekresi – eksresi =
Faeces rutin
 Warna : kuning
 Konsistensi : lembek, cair
 Micros : Ascaris :- LPK negatif
Ankilostoma :- LPK negatif
Trikhiuris :- LPK negatif
Oxyuris :- LPK negatif
 Amoeba
A. Histolitikum - LPK negatif
A. Coli - LPK negatif
Kista - LPK
Sisa pencernaan - negatif
Sisa makanan - negatif
Sisa lemak - negatif
Sisa karbohidrat - negatif
Sisa protein +/pos negatif
Sisa daging - negatif
Granula amilum - negatif
Glabul amilum - negatif
Glabul lemak - negatif
Sisa tumbuhan - negatif
Sudan 3
Sel : Eritrosit - LPB negatif
Leukosit - LPB negatif
Epitel - LPB negatif
Kans : Ascaris - negatif
Ankilostoma - negatif
Trikhirius - negatif
Oxyuris - negatif
Kista - negatif
Bakteri +/pos negatif
Jamur - negatif

b. Therapy
Infus KAEN 3B 480/20/5 tetes/mnt
Oralit 50 cc tiap mencret
PO : - Paracetamol 3 x ½ cth
- Ketokoazole 3 x 50 mg
- Vit. BC 3 x ½ tab
- Vit. B6 3 x ½ tab
Diit : 3 x ½ porsi bubur tempe
8 x 60 cc LLM
Program : pengawasan KU, TTV dan tanda-tanda dehidrasi.
B. ANALISA DATA
No Tanda dan Gejala Problem Etiologi
1. S : Ibu mengatakan ± 4 x anak Pengeluaran Difisit volume
mencret dengan konsistensi cair cairan yang cairan.
dan warna kuning. berlebihan =
O : - Ubun-ubun cekung, turgor kulit
diare & muntah
kurang, mukosa mulut agak
kering, mata terlihat cekung.
- Anak tampak kurang aktif, lemas
dan gampang rewel.
- Minum susu sedikit-sedikit dan
kadang muntah.
- Perut kembung, hiperperistaltik
(± 20 x/mnt)
- Laboratorium
* Hb = 10,30 gr %
Ht = 30,4 %
Klorida = 114 mmol/L
* Feces rutin :
Sisa protein +/pos
Bakteri +/pos
- Therapy
Infus KAEN 3B 480/20/5
tts/mnt
Oralit 50 cc tiap mencret
Ketokonozole 3 x 50 mg
Vit. BC & B6 3 x ½ tab
No Tanda dan Gejala Problem Etiologi
2. S : - Kelembahan Resiko tinggi
O : - An. A BAB cair, bakteri ++ daerah geneital gangguan
- Daerah sekitar genital lembab akibat BAB integritas kulit.
- Ada kemerahan sekitar anus
cair.
3. S : Ibu mengatakan anaknya minum Intake tidak Risiko
susu hanya sedikit, baik LLM adekuat perubahan
maupun ASI dan muntah bila nutrisi kurang
minum banyak. dari kebutuhan
O : - BB = 5300 grm PB = 65 cm
tubuh.
- WAZ = -2 ; HAZ = -0,3 ; WHZ
= -2,5
- HR = 130 x/mnt, RR = 30 x/mnt
N = isi / tegangan ckp, S = 37oC
- Konjungtiva anemis, mukosa
mulut agak kering
- Hb = 10,30 gr %
- Anak terlihat lemah, kurang
aktif, turgor kulit kurang.
- Diit : 8 x 60 cc LLM & 3 x ½
porsi bubur tempe
Th/ = Vit. BC & Vit. B6 3 x ½
tab

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan BAB cair dan sering
2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake tidak adekuat dan muntah.
3. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembahan
genital akibat BAB cair.
D. INTERVENSI
Tgl No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Ttd
Dx
9/1 1 Setelah dilakukan tindakan - Monitor input dan output
2012 keperawatan selama 2 x 24 jam cairan
kebutuhan cairan adekuat - Lanjutkan pemberian cairan
dengan kriteria hasil : sesuai program
- Balance cairan seimbang - Motivasi ibu untuk
- Ubun-ubun tidak cekung, memberikan cairan sedikit-
turgor kulit baik, mukosa sedikit tapi sering.
mulut tidak adekuat. - Pantau tanda-tanda vital
- BAB lembab dan tidak cair. - Berikan obat sesuai program
- Pantau tanda-tanda dehidrasi.
9/1 2 Setelah dilakukan tindakan - Anjurkan ibu untuk
2012 keperawatan selama 2 x 24 jam memberikan susu sedikit-
pemenuhan nutrisi adekuat demi sedikit tapi sering.
dengan kriteria hasil : - Anjurkan ibu untuk tetap
- Tidak muntah memberikan ASI
- Susu diminum habis - Monitor intake dan output
- BAB tidak encer - Monitor BAB encer ;
- BB meningkat frekuensi, jumlah, warna
- Timbang BB
9/1 3 Setelah dilakukan tindakan - Kaji kerusakan kulit atau -
2012 keperawatan selama 2 x 24 tidak iritasi setiap BAB
terjadi gangguan integritas kulit - Gunakan kapas lembab untuk
dengan kriteria hasil : membersihkan anus setelah
- Kulit bersih, kering BAB
- Tidak ada aritema, pruritas. - Ganti pakaian atau alat tenun
yang basah / lembab
- Gunakan obat cream bila
perlu untuk perawatan
genital.
- Jaga kebersihan daerah
genital.
E. IMPLEMENTASI
No
Tgl Implementasi Respon Ttd
Dx
9/1 1 - Lanjutkan pemberian cairan - KAEN 3B masuk lancar 5
2012 sesuai program KAEN 3B 5 tts/mnt
tes/mnt
- Memotivasi ibu untuk - Ibu mengatakan akan
memberikan cairan sedikit- memberikan cairan sedikit-
sedikit tapi sering. sedikit tapi sering
- Memantau tanda-tanda vital. - HR = 130 x/mnt, RR : 30
x/mnt, S = 372 oC , N = isi /
tegagan cukup.
- Memberikan obat PO sesuai - Obat masuk semua, tidak
program Vit. BC, B6, dimuntahkan, tidak ada
ketokonazole 50 mg reaksi alergi.
- Memantau tanda-tanda - Ubun-ubun dan mata
dehidrasi. cekung, turgor kulit
kurang, bibir kering.
9/1 2 - Menganjurkan ibu-ibu untuk - Ibu mengatakan akan
2012 memberi susu sedikit-sedikit melaksanakan anjuran
tapi sering. perawat.
- Menganjurkan ibu untuk
memberikan ASI
- Menimbang anak - BB = 5300 gram
- Memantau adanya muntah - Anak tidak muntah
No
Tgl Implementasi Respon Ttd
Dx
9/1 3 - Memantau kerusakan kulit - Sekitar anus tampak
2012 atau iritasi setiap BAB kemerahan, tidak ada
laseri.
- Menganjurkan ibu untuk - Ibu mengikuti anjuran
menggunakan kapas lembab perawat.
untuk membersihkan anus
setelah BAB
- Mengganti alat tenun yang - Alat tenun bersih dan
basah / lembab setelah BAB / kering.
BAK
- Menjaga kebersihan daerah - Daerah genital bersih.
genital.
10/1 1 - Melanjutkan pemberian - Cairan masuk, aliran
2012 cairan KEAN 3B 5 tetes/mnt lancar.
- Memantau tanda-tanda vital - HR = 128 x/mnt, RR = 28
x/mnt, S = 372 oC
- Memberikan obat PO sesuai - Obat masuk, tidak
program Vit. B6, BC, dimuntahkan
ketokonazole 50 mg.
- memantau tanda-tanda - Ubun-ubun datar, mata
dehidrasi. tidak cekung, turgor kulit
baik, bibir tidak kering.
Tgl No Implementasi Respon Ttd
Dx
2 - Menimbang BB - BB = 5350 gram
- Memberui makan sesuai diit - Susu sisa 10 cc, bubur
60 cc susu LLM dan ½ porsi temp tersisa 1 sendok kecil.
bubur tempe.
- Monitor intake nutrisi - Intake nutrisi cukup
adekuat, dengan anak
minum susu dan makan
bubur tempe hanya tersisa
sedikit.
- Memberi obat sesuai - Obat masuk
program: vitamin B
compleks ½ tab.
3 - Memantau kerusakan kulit - Kemerahan sekitar anus
daerah genital berkurang.
- mengganti alat tenun yang - alat tenun bersih dan
basah kering.
- Menjaga kebersihan daerah - Daerah genital bersih dan
genital. tidak lembab.
- Membersihkan genital anak - Daerah genital bersih dan
sehabis BAB dan kering.
mengeringkannya.
- memantau adanya lecet atau - Tidak terdapat lecet atau
iritasi pada daerah anus. iritasi.
F. EVALUASI
Tgl/ Dx.
Catatan Perkembangan Ttd
Jam Kep
13/1 1 S : -
2012 O : HR = 128 x/mnt, N = isi / tegangan cukup
RR = 28 x/mnt, S = 372 oC
Ubun-ubun datar dan mata tidak cekung, turgor kulit baik,
bibir tidak kering.
A : Masalah teratasi sebagian
P : - Pertahankan
- Kaji ulang pemeriksaan laboratorium untuk hematologi
dan feces rutin dengan kolaborasi analisis kesehatan
13/1 2 S : -
2012 O : BB = 5350 gr
Susu habis anak tidak muntah.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan
13/1 3 S : -
2012 O : - Kemerahan sekitar dubur berkurang.
- Alat tenun bersih dan kering.
- Daerah genital bersih dan tidak lembab
- Tidak terdapat lecet dan iritasi
A : Masalah tidak menjadi aktual
P : Pertahankan
BAB IV
PEMBAHASAN

A. ANALISA
An. A usia 5 bulan datang ke RSDK dengan keluhan mencret sehari > 4
x dan muntah setelah makan dan minum. An. A didiagnosa DADRS. Terdapat
tanda-tanda dehidrasi seperti ubun-ubun cekung, mata cekung, dan mukosa
mulut tampak kering. Dari analisa data didapatkan masalah yaitu kekurangan
volume cairan, resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan
resiko kerusakan integritas jaringan.

B. EVALUASI
Setelah dilakukan implementasi keperawatan dengan memenuhi
kebutuhan cairan dan nutrisi klien dan menjaga kebersihan dan kekeringan
daerah genital. Masalah keperawatan yang muncul dapat teratasi yaitu
kekurangan cairan dapat teratasi dengan tidak ditemukan lagi tanda-tanda
dehidrasi. Sedangkan untuk diagnosa resiko perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh dan resiko kerusakan integritas kulit teratasi, yaitu masalah
tidak menjadi aktual.
BAB V
PENUTUP

Diare merupakan keadaan buang air besar dengan fekuensi lebih dari 4 x
pada bayi dan lebih dari 3 x pada anak, dengan konsistensi cair, dapat berwarna
hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Masalah yang
perlu diwaspadai pada klien diare adalah kekurangan volume cairan karena
banyaknya cairan yang keluar melalui feces, apalagi pada klien bayi. Pemenuhan
kebutuhan cairan untuk mengganti cairan yang telah hilang perlu diperhatikan
agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut. Selain itu pemantauan tanda-tanda vital
dan tanda-tanda dehidrasi juga perlu dilakukan. Dengan memperhatikan hal-hal
tersebut dan dengan perawatan yang intensif, diharapkan klien dengan diare dapat
segera puluih kembali.
DAFTAR PUSTAKA

Betz, L Cecily. Buku Saku Keperawatan Pediatric. Edisi 3. Jakarta : EGC ; 1997.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. Jakarta :
Bagian IKA FKUI ; 2000.

Suriadi, Rita Y. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Fajar Interpratama ;


2001.

Wong, Donna L. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC ; 2003.

Anda mungkin juga menyukai