Anda di halaman 1dari 30

KONSEP DAN ASKEP DIARE

BY
NS. SRI WAHYUNI, M.KEP
PENGERTIAN

Diare menurut definisi Hippocrates adalah buang air


besar dengan frekuensi yang tidak normal
(meningkat), konsistensi tinja menjadi lebih lembek
atau cair.
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja
yang tidak normal atau tidak seperti biasanya
ditandai dengan peningkatan volume, keenceran
serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada
neonates lebih dari 4 kali sehari dengan tanpa lender
darah. (Aziz, 2006)
KLASIFIKASI
1. Diare akut
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat
dan konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak
datangnya dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu

2. Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan
kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik

3. Diare kronik
Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama
dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap
gluten atau gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare
kronik lebih dari 30 hari
EPIDEMIOLOGI

 Penyebaran kuman yang menyebabkan diare


Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal, oral
antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar
tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita
 Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare
tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun, kurang gizi,
imunosupresi dan secara proposional diare >>> pada balita
 Faktor lingkungan dan perilaku
penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis
lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih
dan pembuangan tinja.
ETIOLOGI

Faktor infeksi
1. Infeksi enteral
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak meliputi:
(a) Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
(b) Infeksi virus: Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-
lain.
(c) Infestasi parasite : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris,
Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia
lamblia, Trichomonas hominis), jamur (candida albicans).
2. Infeksi parenteral
 Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti Otitis Media akut (OMA),
Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur dibawah 2 tahun.
Nexs....

 Faktor malabsorbsi
 Faktor makanan
 Faktor psikologi
 Faktor pendidikan
 Faktor pekerjaan
 Faktor umur balita
 Faktor lingkungan
 Faktor gizi
 Faktor sosial ekonomi masyarakat
 Faktor makanan dan minuman yang dikonsumsi
 Faktor terhadap laktosa (susu kaleng)
PENULARAN

Penularan secara langsung


 Panyakit diare dapat ditularkan oleh kuman, dari orang satu ke
orang lain secara langsung melalui fecal-oral dengan media
penularan utama adalah makanan atau minuman yang
terkontaminasi agen penyebab diare.
Penularan secara tidak langsung
 Penyakit diare dapat ditularkan secara tidak langsung melalui
air. Air yang tercemar kuman, bila digunakan untuk keperluan
sehari-hari tanpa direbus atau dimasak terlebih dahulu, maka
kuman akan masuk ke tubuh orang yang memakainya,
sehingga orang tersebut terkena diare
GEJALA DAN TANDA

Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh


biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada,
kemudian timbul diare.
Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah.
Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena
tercampur dengan empedu.
Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan
tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya
asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi
usus selama diare.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat
disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat
gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit
GEJALA DAN TANDA

Bila penderita telah banyak kehilangan cairan dan


elektrolit, maka gejala dehidrasi makin tampak.
Berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata
dan ubun-ubun membesar menjadi cekung, selaput
lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat
dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat,
sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat
dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik, dan
hipertonik
Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO

N Tanda dan Gejala Dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat


o ringan sedang
1 Keadaan umum Sadar, Gelisah, Mengantuk, lemas,
gelisah, haus mengantuk anggota gerak dingin,
berkeringat, kebiruan,
mungkin koma, tidak
sadar.
2 Denyut nadi Normal Cepat dan Cepat, haus,
kurang dari lemah kadangkadang
120/meni 120140/menit tak teraba, kurang dari
140/meni
3 Pernapasan Normal Dalam, Dalam dan cepat
mungkin
cepat
4 Ubun-ubun besar Normal Cekung Sangat cekung
Nexs...

N Tanda dan Dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat


o gejala ringan sedang
5 Kelopak mata Normal Cekung Sangat cekung
6 Air mata Ada Tidak ada Sangat kering
7 Selaput lendir Lembab Kering Sangat kering
8 Elastisitas kulit Pada Lambat Sangat lambat (lebih
pencubitan dari 2 detik)
kulit secara
elastis
kembali
secara normal
9 Air seni Normal Berkurang Tidak kencing
warnanya
tua
PENATALAKSANAAN

 Prinsip penatalaksanaan diare menurut RI antara lain


dengan rehidrasi, nutrisi, medikamentosa,
 Dehidrasi, diare cair membutuhkan pengganti cairan dan
elektrolit tanpa melihat etiologinya. Jumlah cairan yang
diberi harus sama dengan jumlah yang telah hilang melalui
diare dan atau muntah, ditambah dengan banyaknya
cairan yang hilang melalui keringat, urin, pernafasan, dan
ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui
tinja dan muntah yang masih terus berlangsung. Jumlah
ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat masing-
masing anak atau golongan umur
 Nutrisi
Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama
diare untuk menghindari efek buruk pada status gizi.
pasien segera diberikan makanan oral setelah rehidrasi
yakni 24 jam pertama, makanan cukup energy dan
protein, makanan tidak merangsang, makanan diberikan
bertahap mulai dengan yang mudah dicerna, makanan
diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering.
Pemberian ASI diutamakan pada bayi, pemberian cairan
dan elektrolit sesuai kebutuhan, pemberian vitamin dan
mineral dalam jumlah yang cukup,
 Medikamentosa
Antobiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan
secara rutin, obat-obat anti diare meliputi
antimotilitas seperti loperamid, difenoksilat, kodein,
opium, adsorben seperti norit, kaolin, attapulgit,
anti muntah termasuk prometazin dan
kloropomazin.
Berdasarkan derajat dehidrasi maka terapi pada penderita diare dibagi
menjadi tiga yaitu rencana pengobatan A, B, dan C yang diuraikan sebagai
berikut:

Rencana pengobatan A
Rencana pengobatan A digunakan untuk mengatasi
diare tanpa dehidrasi, meneruskan terapi diare
dirumah, memberikan terapi awal bila anak terkena
diare lagi. Cairan rumah tangga yang dianjurkan
seperti oralit, makanan cair, air matang.
KEBUTUHAN ORALIT PERKELOMPOK
UMUR

Umur 3 jam pertama atau tidak haus Selanjutnya tiap kali


(tahu atau sampai tidak gelisah lagi mencret
n)
<1 1 ½ gelas ½ gelas
1-5 3 gelas 1 gelas
>5 6 gelas 4 gelas
Rencana pengobatan B
Digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat
dehidrasi ringan dan sedang dengan cara 3 jam
pertama diberikan 75ml/kg BB, berat badan anak
tidak diketahui, berikan oralit paling sedikit sesuai
tabel berikut:
Jumlah Oralit yang diberikan pada 3
jam pertama
Umur) < 1 tahun 1- 5 tahun > 5 tahun
Jumlah 300 600 1200
oralit

Berikan anak yang menginginkan lebih banyak oralit, dorong juga ibu
untuk meneruskan ASI. Bayi kurang dari 6 bulan yang tidak
mendapatkan
ASI, berikan juga 100-200ml air masak. Setelah 3-4 jam, nilai kembali
anak menggunakan bagan penilaian, kemudian pilih rencana A, B, dan
C
untuk melanjutkan.
Rencana pengobatan C
Rencana pengobatan C digunakan untuk mengatasi
diare dengan derajat berat. Pertama-tama berikan
cairan intravena, nilai setelah 3 jam. Jika keadaan
anak sudah cukup baik maka berikan oralit. Setelah
1-3 jam berikutnya nilai ulang anak dan pilihlah
rencana pengobatan yang sesuai.
PENCEGAHAN

1. Pemberian ASI
2. Makanan pendamping ASI
3. Prilaku hidup bersih dan sehat
PROGRAM PEMBERANTASAN

TUJUAN :
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan hidup
sehat bagi setiap masyarakat agar terhindar dari
penyakit diare melalui terciptanya masyarakat yang
hidup dengan prilaku dan lingkungan yang sehat
terbatas dari penyakit diare, serta memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu dan merata
STRATEGI

Menyelenggarakan penyuluhan
Peggerakan masyarakat dalam membersihkan
lingkungan agar terhindar dari penyakit diare
melalui kerja sama lintas program yang
dikoordinasikan oleh kepala wilayah
Melakukan tindakan kewaspadaan dini kasus diare
Melaksanakan pengobatan/pertolongan penderita
diare di RS dan puskesmas
Menanggulangi secepatnya agar penyakit diare tidak
berkelanjutan
KEGIATAN POKOK PROGRAM

Tahap persiapan
 Penyusunan rencana kerja
 Mobilisasi sumber dana
 Pelatihan
 Kunjungan rumah
 Penemuan dan pelaporan penderita
 Penyuluhan
 Pergerakan masyaraat
Tahap pelaksanaan (penanggulangan KLB)
Pembinaan (meningkatkan SDM)
Monitoring evaluasi
PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Pemantauan kegiatan
1. Pemantauan dilakukan meliputi:
 Sitem pencatan dan pelaporan program
 Unit pengaduan masyarakat
 Kunjungan rumah
2. Tindak lanjut pemantauan dilakukan melalui:
 Umpan balik
 Supervisi
 Bimbingan tekhnik
Nexs...

Evaluasi kegiatan
dilakukan secara bertahap. Evaluasi hasi kegiatan
berupa :
a. Jumlah penderita diare yang dilakukan pengobatan dan
penyuluhan di desa-desa resti
b. Lokasi dan jumlah pos pelayanan
c. Masalah pendistribusian
d. Maslah-maslah lain
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIARE

Pengkajian data dasar • Pengkajian fisik


 Biodata klien • Keadaan umum: kesadaran,
 Penanggung jawab TTV, BB, TB
 Data medik • Kepala
Riwayat kesehatan • Rambut
• Mata
Riwayat penyakit sekarang
• Hidung
Riwayat penyakit dahulu • Telinga
Riwayat penyakit keluarga • Mulut
Riwayat alergi • Dada
• Abdomen
Riwayat psikososial
• Anogenital
• Ekstremitas atas dan bawah
Diagnosa keperawatan

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d


kehilangan cairan skunder terhadap diare
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
diare atau output berlebihan dan intake yang kurang
3. Resiko peningkatan suhu tubuh b/d proses infeksi
sekunder terhadap diare
4. Resiko gangguan integritas kulit b/d peningkatan
frekuensi diare
5. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang b/d BB
menurun terus menerus
Intervensi kepertawatan

Dx 1 :
Gangguan keseimbangan cairan dan\ elektrolit b/d kehilangan
cairan skunder terhadap diare
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...jam
keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan secara
maksimal
Kriteria hasil :
 Tanda vital dalam batas normal (N:120-60 x/ mnt, S 36-37,5 C, RR : < 40
x/mnt
 Turgor elastik, membran mukosa bibir basah, mata tidak cekung, UUB tidak
cekung
 Konsistensi BAB lembek, frekuensi 1 kali perhari
Intervensi :
 Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
 Pantau intake output
 Timbang BB setiap hari

 Anjurkan keluarga untuk memberi minum benyak pada klien


2-3 lt/hr
 Kolaborasi :
 Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na,K,Ca, BUN)

 Cairan parenteral (IV line) sesuai dengan umur


 Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)

Anda mungkin juga menyukai