Anda di halaman 1dari 22

Rheumatoid Arthritis

Kelompok 4:
 Gunawan lelo mora
 Hilma yusryani btr
 Khaffa amalina
Epidemiologi Rheumatoid Arthritis
Prevalensi dan insiden penyakit ini bervariasi antara populasi satu
dengan lainnya, di Amerika Serikat dan beberapa daerah di Eropa
prevalensi RA sekitar 1% pada kaukasia dewasa, Perancis sekitar
0,3%, Inggris dan Finlandia sekitar 0,8% dan Amerika Serikat 1,1%
sedangkan di Cina sekitar 0,28%. Jepang sekitar 1,7% dan India
0,75%. Insiden di Amerika dan Eropa Utara mencapai 20-50/100.000
dan Eropa Selatan hanya 9-24/100.000. Di Indonesia dari hasil survei
epidemiologi di Bandungan Jawa Tengah didapatkan prevalensi RA
0,3% sedang di Malang pada penduduk berusia diatas 40 tahun
didapatkan prevalensi RA 0,5% di daerah Kotamadya dan 0,6% di
daerah Kabupaten. Di Poliklinik Reumatologi RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta, pada tahun 2000 kasus baru RA merupakan
4,1% dari seluruh kasus baru. Di poliklinik reumatologi RS Hasan
Sadikin didapatkan 9% dari seluruh kasus reumatik baru pada tahun
2000-2002 (Aletaha et al,2010).
Lanjutan,,,,,,

• Data epidemiologi di Indonesia tentang penyakit RA masih


terbatas. Data terakhir dari Poliklinik Reumatologi RSCM
Jakarta menunjukkan bahwa jumlah kunjungan penderita RA
selama periode Januari sampai Juni 2007 sebanyak 203 dari
jumlah seluruh kunjungan sebanyak 1.346 pasien. Nainggolan
(2009) memaparkan bahwa provinsi Bali memiliki prevalensi
penyakit rematik di atas angka nasional yaitu 32,6%, namun
tidak diperinci jenis rematik secara detail. Sedangkan pada
penelitian Suyasa et al (2013) memaparkan bahwa RA adalah
peringkat tiga teratas diagnosa medis utama para lansia yang
berkunjung ke tempat pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
gratis di salah satu wilayah pedesaan di Bali.
• Kata arthritis berasal dari bahasa Yunani,
DEFINISI “arthon” yang berarti sendi, dan “itis” yang
berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis
berarti radang pada sendi. Sedangkan
Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit
autoimun dimana persendian (biasanya tangan
dan kaki) mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali
menyebabkan kerusakan pada bagian dalam
sendi (Febriana,2015).
• Penyakit ini sering menyebabkan kerusakan
sendi, kecacatan dan banyak mengenai
penduduk pada usia produktif sehingga
memberi dampak sosial dan ekonomi yang
besar. Diagnosis dini sering menghadapai
kendala karena pada masa dini sering belum
didapatkan gambaran karakteristik yang baru
akan berkembang sejalan dengan waktu dimana
sering sudah terlambat untuk memulai
pengobatan yang adekuat (Febriana,2015).
ETIOLOGI
Penyebab pasti masih belum diketahui secara pasti, dimana
merupakan penyakit autoimun yang dicetuskan faktor luar (infeksi,
cuaca) dan faktor dalam (usia, jenis kelamin, keturunan, dan
psikologis). Diperkirakan infeksi virus dan bakteri sebagai pencetus
awal RA. Sering faktor cuaca yang lembab dan daerah dingin
diperkirakan ikut sebagai faktor pencetus.
Patogenesis terjadinya proses autoimun, yang melalui reaksi imun
komplek dan reaksi imunitas selular. Tidak jelas antigen apa sebagai
pencetus awal, mungkin infeksi virus. Terjadi pembentukan faktor
rematoid, suatu antibodi terhadap antibodi abnormal, sehingga
terjadi reaksi imun komplek (autoimun).
Lanjutan,,,,,,

• Proses autoimun dalam patogenesis RA masih belum tuntas diketahui, dan


teorinya masih berkembang terus. Dikatakan terjadi berbagai peran yang
saling terkait, antara lain peran genetik, infeksi, autoantibodi serta peran
imunitas selular, humoral, peran sitokin, dan berbagai mediator
keradangan. Semua peran ini, satu sama lainnya saling terkait dan pada
akhirmya menyebabkan keradangan pada sinovium dan kerusakan sendi
disekitarnya atau mungkin organ lainnya. Sitokin merupakan local protein
mediator yang dapat menyebabkan pertumbuhan, diferensiasi dan aktivitas
sel, dalam proses keradangan. Berbagai sitokin berperan dalam proses
keradangan yaitu TNF α, IL-1, yang terutama dihasilkan oleh monosit atau
makrofag menyebabkan stimulasi dari sel mesenzim seperti sel fibroblast
sinovium, osteoklas, kondrosit serta merangsang pengeluaran enzim
penghancur jaringan, enzim matrix metalloproteases (MMPs) (Putra
dkk,2013).
Peranan Imun Adaptif dan Innate dalam Patogenesis RA
Proses keradangan karena proses autoimun pada RA, ditunjukkan dari pemeriksaan laboratorium dengan adanya
RF (Rheumatoid Factor) dan anti-CCP dalam darah. RF adalah antibodi terhadap komponen Fc dari IgG. Jadi
terdapat pembentukan antibodi terhadap antibodi dirinya sendiri, akibat paparan antigen luar, kemungkinan virus
atau bakteri. RF didapatkan pada 75 sampai 80% penderita RA, yang dikatakan sebagai seropositive. Anti-CCP
didapatkan pada hampir 2/3 kasus dengan spesifisitasnya yang tinggi (95%) dan terutama terdapat pada stadium
awal penyakit.
PATHWAY
MANIFESTASI KLINIS
Keluhan umum Kelainan sendi Kelainan diluar sendi

berupa perasaan Terutama mengenai a. Kulit : nodul subukutan (nodul rematoid)


badan lemah, nafsu sendi kecil dan b. Jantung : kelainan jantung yang simtomatis
makan menurun, simetris yaitu sendi jarang didapatkan, namun 40% pada autopsi
peningkatan panas pergelangan tangan, RA didapatkan kelainan perikard
badan yang ringan lutut dan kaki (sendi c. Paru : kelainan yang sering ditemukan
atau penurunan diartrosis). Sendi berupa paru obstruktif dan kelainan pleura
berat badan. lainnya juga dapat (efusi pleura, nodul subpleura)
terkena seperti sendi d. Saraf : berupa sindrom multiple neuritis
siku, bahu sterno- akibat vaskulitis yang sering terjadi berupa
klavikula, panggul, keluhan kehilangan rasa sensoris di
pergelangan kaki. ekstremitas dengan gejala foot or wrist drop
Kelainan tulang e. Mata : terjadi sindrom sjogren
belakang terbatas (keratokonjungtivitis sika) berupa kekeringan
pada leher. Keluhan mata, skleritis atau eriskleritis dan
sering berupa kaku skleromalase perforans
sendi di pagi hari, f. Kelenjar limfe: sindrom Felty adalah RA
pembengkakan dan dengan spleenomegali, limpadenopati,
nyeri sendi anemia, trombositopeni, dan neutropeni
komplikasi
• Bila keadaan sakit berubah serius, sendi pasien akan rusak dan cacat,
mengakibatkan kecacatan. Mobilitas pasien dipengaruhi secara bertahap, dan
mereka akan merasa sulit untuk melakukan beberapa tindakan sederhana seperti
menyisir rambut atau mengenakan pakaian, dan seiring berjalannya waktu
mereka mungkin tidak dapat lagi melakukannya sama sekali. Kemampuan untuk
merawat mereka sendiri sangat terpengaruh, belum lagi pekerjaan mereka.
Dalam jangka panjang, aktivitas psikologi dan sosial mereka juga akan
terpengaruh. Akibatnya, mereka mungkin akan mengalami depresi. Rheumatoid
arthritis tidak hanya mempengaruhi persendian. Ini akan menyerang organ lain
dan dapat menyebabkan penyakit berikut:
• Scleritis
• Rheumatoid paru-paru dan cairan di paru-paru
• Amiloidosis, menyebabkan penurunan fungsi ginjal
• Limfoma
• Trombosis, menyebabkan stroke atau penyakit jantung koroner
• Sindrom Sjogren
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Penanda inflamasi : Laju Endap Darah (LED) dan C-Reactive
Protein (CRP) meningkat
b. Rheumatoid Factor (RF) : 80% pasien memiliki RF positif namun
RF negatif tidak menyingkirkan diagnosis
c. Anti Cyclic Citrullinated Peptide (anti CCP) : Biasanya digunakan
dalam diagnosis dini dan penanganan RA dengan spesifisitas 95-
98% dan sensitivitas 70% namun hubungan antara anti CCP
terhadap beratnya penyakit tidak konsisten
2. Radiologis
• Dapat terlihat berupa pembengkakan jaringan lunak, penyempitan
ruang sendi, demineralisasi “juxta articular”, osteoporosis, erosi
tulang, atau subluksasi sendi.
Data Etiologi masalah

• Ds: klein mengatakan Dektruksi sendi progresif Gangguan mobilitas fisik


sulit saat bergerak
• Do:klien tampak Terbentuk panmus
kesulitan saat
melakuakan pergerakan Menginvasi jaringan kolagen
, gerangan tampak tidak
teratur dan tidak Memecah tulang sendi
terkoordinasi
Gangguan stabilitas sendi
Data Etiologi masalah

• Ds:klien mengatakan Bakteri,virus,mikro Kurang pengetahuan


tidak mengerti tentang
penyakit nya Peredaran darah
• Do:klien tampak tidak
mengerti tentang Masuk ke persendian
penyakit nya
Inflimasi

Infeksi

Artritis reumatoid

Inpormasi tentang proses


penyakit
Data Etiologi masalah

• Ds:Klien mengatakan Erusi tulang sendi Gangguan citra tubuh


tidak suka dengan
tubuh nya yang Permukaan sendi tidak rata
sekrang,
• Do:klien tampak tidak Kerusakan pada rawan sendi
nyaman dengan tubuh
nya yang Fusi tulang yang membentuk
sekarang,tampak sendi
kerusakan pada sendi
klien deformitas
Data Etiologi masalah

• Ds:klien mengatakan Infamasi Resiko cedera


susah berjalan
• Do:klien tampak lemah Otot spasme dan pendek

• Ds:klien mengatakn Infamsi nyeri


nyeri di bagian
persendian Nyeri dan bengkak
• Do:klien tampak
kesakitan
INTERVENSI KEPERAWATAN

• Rheumatoid Arthritis
1. Gangguan mobilitas fisik
Mandiri Kolaborasi Penkes
1. Lakuakan observasi untuk 1. Lakukan kolaborasi dengan 1. Ajar dan dukung pasien
setiap kali latihan latihan ahli terapi sesuai dengan dalam latihan ROM katif
mobilitas fisik kebutuhan pasien / pasif untuk
2. Berikan istirahat secara 2. Kolaborasi dengan ahli mempertahan kan atau
ber periode terapi fisik untuk program meningkatkan kekuatan
3. Berikan lingkungan yang latihan dan ketahanan otot
aman, misal 3. Kolaborasi dengan ahli
menggunakan pegangan terapi fisik dan okupasi
tongkat yang ujung sebagai sumber dalm
terbuat dari karet perencanaan aktivitas
sehingga tidang licik perawatan pasien
2.Kurang pengetahuan
Mandiri Kolaborasi Penkes
1. Kaji seberapa banyak 1. Kolaborasi denga tim gizi 1. Menjelaskan pada klien
pengetahuan klien tentang diet,dan hindari tentang penting nya
dengan penyakit nya penimgkatan berat badan menghindari konstipasi
2. Kolaorasi dengan ahli 2. Jelaskan pada klien
terapi dalam pemberian kapan harus peiksa
pengetahuan tentang ulang
penyakit 3. Tekankan kembali
tentang penting nya
latihan atau aktivitas
yang dianjurkan
3.Gangguan citra tubuh
Mandiri Kolaborasi Penkes
1. Menentukan dugaan citra 1. Rujuk kelayanan sosial 1. Ajarkan tentang cara
tubuh pasien, sesuai untuk merencanakan cara merawat dan
dengan perawatan dengan pesien perawatan diri termasuk
perkembangannya dan keluarga komplikasi kondisi
2. Membantu pasien untuk 2. Kolaborasi dengan ahli medis
mendiskusikan terapi fisik untuk latihan
perubahan yang terjadi fleksibilitas
akibat penyakit dan 3. Kolaborasi dengan
pembedahan interdispliner

3. Membantu pasien
memelihara perubahan
tubuh
4.Resiko cedera

Mandiri Kolaborasi Penkes


1. ciptakan lingkungan yang 1. Rujuk ke kelas pedidikan 1. Ajar pasien untuk
aman bagi pasien dalam komunitas berhati-hati dengan alat
2. identifilasi kebutuhan terapi panas
rasa aman bagi pasien 2. Berikan materi edukasi
berdasarkan tingkat yang berhubungan
fungsi fisik dan kognitif dengas strategi dan
dan riwayat perilaku tindakan untuk
masa lalu mencegah cedera
3. jauhkan lingkungan yang
mengancam
5.nyeri

1. Mandiri Kolaborasi Penkes


1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Kolaborasi dengan dokter 1. Ajar ken pasien teknik
secara komprehensif dalam terapi obat telaksasi
termasuk lokasi 2. Kolaborasi dengan
karakteristik, durasi, dokterfaktor yang
frekuensi, kualitas, dan mempengaruhi nyeri
factor presipitasi 3. Kolaborasi dengan dokter
2. Observasi reaksi non dalam untuk radiologi
verbal dari
ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
terimaksih

Anda mungkin juga menyukai