Anda di halaman 1dari 10

Cindy Amelia 210210246

REMATIK DAN SLE

1. Jelaskan Pengertian, etiologi, tanda dan gejala dan patofisiologi dari Rematik dan
SLE
A. Rematik
 Pengertian
Rematik atau rheumatoid arthritis adalah penyakit yang ditandai
dengan nyeri dan peradangan pada sendi. Kondisi ini merupakan
penyakit autoimun, yakni kondisi ketika sistem imun pada tubuh
seseorang menyerang sel-sel tubuhnya sendiri. Dalam hal ini, area
persendian adalah area yang diserang oleh sistem imun pengidap
rematik. Akibatnya, peradangan kronis dan rasa nyeri yang hebat pada
sendi-sendi yang terserang pun terjadi. Gejala biasanya menyakitkan,
kronis, dan progresif, yang berarti semakin memburuk dari waktu ke
waktu. Diagnosis dan pengobatan dini dapat memperlambat
perkembangan penyakit rematik. Rematik sering kali dikelompokkan
dalam penyakit radang sendi atau arthritis. Namun, rematik sendiri
sebenarnya juga mencakup banyak kondisi lain, seperti rheumatoid
arthritis, osteoarthritis, sindrom Sjögren, ankylosing spondylitis, dan
lupus. Rematik lebih dikenal sebagai penyakit yang menyerang sistem
otot dan tulang. Padahal, rematik juga dapat menyebabkan kerusakan
pada organ lain, seperti : jantung, paru-paru, sistem saraf, ginjal, kulit,
dan mata. Jika tidak segera ditangani, rematik bisa menyebabkan
berbagai masalah. Salah satunya adalah rasa tidak nyaman akibat nyeri
yang dapat mengganggu penderitanya dalam beraktivitas.

 Etiologic
Belum diketahui apa penyebab sebagian besar penyakit rematik.
Namun, ada beberapa kondisi yang diduga terkait dengan masing-
masing jenis penyakit ini, yaitu :
1. Rheumatoid Arthritis

Rheumatoid arthritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang


jaringan-jaringan yang membentuk sendi. Kondisi ini diduga terkait
dengan faktor keturunan (genetik), juga infeksi virus atau bakteri.

2. Sindrom Sjögren

Sindrom Sjögren terjadi ketika sistem kekebalan tubuh keliru


menyerang kelenjar penghasil cairan, seperti air liur atau air mata.
Sama seperti pada rheumatoid arthritis, kondisi ini diduga terkait
dengan kelainan genetik yang disertai infeksi bakteri atau virus.

3. Ankylosing Spondylitis
Ankylosing spondylitis adalah peradangan pada bantalan di tulang
belakang, yang ditandai dengan kaku dan nyeri di tulang belakang.
Penyebab kondisi ini belum diketahui secara pasti, tetapi diduga
berhubungan dengan kelainan pada gen HLA-B27.

4. Lupus

Lupus terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel dan


jaringan sehat. Kondisi ini menyebabkan peradangan di berbagai organ
tubuh, seperti sendi, kulit, ginjal, sel darah, otak, jantung, atau paru.
Penyebab terjadinya lupus masih belum diketahui. Namun, paparan
sinar matahari, infeksi, atau obat-obatan tertentu, diduga dapat memicu
kemunculan gejala lupus.

5. Artritis Psoriasis

Artritis psoriasis adalah radang sendi yang terjadi pada penderita


psoriasis. Pada kondisi ini, sistem kekebalan tubuh tidak hanya
menyerang kulit, tetapi juga sendi.
Artritis psoriasis diduga terkait dengan kelainan genetik dan faktor
keturunan. Selain itu, kondisi ini juga dapat dipicu oleh trauma fisik,
serta infeksi virus atau bakteri.

 Tanda dan gejala


Umumnya, gejala rematik pada masing-masing penderita berbeda
karena perbedaan respon imun tiap orang. Berikut ini adalah gejala
yang paling umum ditemui pada penyakit rematik, yakni :

1. Nyeri sendi
2. Pembengkakan pada sendi.
3. Kekakuan pada sendi.
4. Hangat dan kemerahan di area sendi.
5. Kelelahan
6. Demam
7. Penurunan berat badan.

Selain gejala di atas, ada beberapa gejala spesifik yang mungkin


dialami oleh penderita rematik. Berikut adalah gejala berdasarkan jenis
penyakit rematik :

1. Gejala Rheumatoid Arthriti


a. Sendi kaku yang memburuk di pagi hari atau bila lama
tidak digerakkan.
b. Demam
c. Hilang nafsu makan.
2. Gejala Sindrom Sjögren
a. Mulut kering
b. Mata kering, perih, dan teriritasi.
c. Pembengkakan pada salah satu kelenjar air liur, yaitu
kelenjar parotid.

3. Gejala Ankylosing Spondylitis


a. Kaku dan sakit di punggung saat berdiri atau istirahat.
b. Rasa sakit mulai dari bawah sampai ke atas tulang
belakang.
c. Nyeri di bokong dan punggung bagian bawah yang timbul
secara perlahan.
d. Nyeri di bagian tubuh antara leher dan tulang belikat.

4. Gejala Lupus
a. Rambut rontok
b. Sensitif terhadap cahaya matahari.
c. Nyeri dada
d. Ruam di sekitar pipi yang berbentuk seperti kupu-kupu.
e. Munculnya fenomena Raynaud, yakni perubahan pada
warna jari-jari tangan atau kaki saat terpapar cuaca dingin.

5. Gejala Artritis Psoriasis


a. Pembengkakan jari tangan atau kaki yang disertai nyeri
dan rasa hangat.
b. Nyeri di tumit atau telapak kaki.
c. Sakit pinggang
d. Peradangan pada mata.
e. Ruam kemerahan yang tebal dan bersisik pada kulit.

 Patofisiologi
Patofisiologi rheumatoid arthritis melibatkan peradangan dan
hiperplasia sinovial, produksi autoantibodi seperti anti-citrullinated
protein antibodies (ACPA) dan rheumatoid factor (RF), serta
kerusakan tulang atau tulang rawan.

Inflamasi Sinovial pada Rheumatoid Arthritis


Pada rheumatoid arthritis, peradangan diinduksi oleh autoreactive sel
T-Helper tipe 1 atau T-helper 17 di dalam nodus limfe atau secara
lokal oleh Antigen-presenting cells (APCs) yang diaktivasi dan
menimbulkan autoantigen-derived peptides. Pada sendi yang terkena,
autoreactive sel T yang diaktifkan akan mengaktifkan makrofag dan
fibroblast melalui sekresi dari mediator proinflamasi TNF- α, IL-17,
IFN- γ, dan receptor activator of nuclear factor kB ligand (RANK-L).
Makrofag yang teraktivasi akan mensekresi sitokin proinflamasi dalam
jumlah banyak yakni TNF- α, IL-1 β, dan IL-6 yang menyebabkan
pembentukan dan pemeliharaan inflamasi di dalam sinovial. Sel T
yang aktif juga membantu autoreactive B cells menghasilkan anti-
citrullinated protein antibodies (ACPA) dan rheumatoid factor (RF)
autoantibodies. Autoantibodi ini lebih jauh mendorong inflamasi
melalui aktivasi makrofag secara langsung. RANK-L dengan
fibroblast-derived matrix metalloproteinases (MMPs), antibodi
osteoklas, dan neutrofil memediasi kerusakan kartilago dan erosi
tulang.

 Tahapan Rheumatoid Arthritis

Terdapat 4 tahapan dari rheumatoid arthritis, yakni:


 Tahap 1: tahap awal, sinovitis atau inflamasi pada membran
sinovial, menyebabkan bengkak pada sendi dan nyeri
 Tahap 2: inflamasi pada jaringan sinovial, rongga sendi, hingga
kartilago sendi akan secara perlahan merusak kartilago dan
mempersempit sendi
 Tahap 3: terbentuk pannus di sinovial. Kartilago rusak.
Deformitas sendi
 Tahap 4: tahap akhir, dimana proses inflamasi telah mereda dan
pembentukan jaringan fibrosa mengakibatkan berhentinya
fungsi sendi. Tahap ini mungkin terkait dengan pembentukan
nodul subkutan Keterlibatan Sistemik pada Rheumatoid
Arthritis

Inflamasi yang terjadi pada sendi pasien rheumatoid arthritis juga


terjadi pada sistem organ lain. Hal ini dapat menyebabkan manifestasi
ekstra-artikuler pada rheumatoid arthritis. Keterlibatan sistemik
tersebut mencakup:
 Sistem serebrovaskular: penurunan fungsi kognitif
 Sistem hepatika: peningkatan respon fase akut dan penyakit
anemia kronis
 Sistem pernapasan: radang dan penyakit fibrotik pada paru
 Sistem endokrin: sindrom Sjogren sekunder
 Sistem muskuloskeletal: sarkopeniadan osteoporosis pada
tulang aksial dan apendikular
 Sistem limfatik: limfoma

 Pathway
 Pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan
1. Tes Darah
Setelah menanyakan gejala, dokter akan melanjutkan pemeriksaan
dengan tes darah. Tes ini dilakukan untuk mengetahui penyebab
radang sendi. Pasalnya, gangguan sendi ini bisa disebabkan oleh
infeksi atau penyakit autoimun.

2. Pemindaian
Selain tes darah, dokter juga akan melakukan pemindaian untuk
mengetahui kondisi tulang dan sendi. Pemindaian yang bisa dilakukan
untuk mendeteksi peradangan adalah USG, CT scan, Rontgen, dan
MRI.

3. Analisis Cairan Sendi


Kondisi sendi juga bisa dicek melalui analisis cairan sendi.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi
peradangan atau infeksi pada sendi.
4. Arthrocentesis
Mendeteksi tanda infeksi pada sendi juga bisa dilakukan dengan
pemeriksaan yang disebut dengan arthrocentesis.

 Asuhan keperawatan (pengkajian, diagnose kep dan intervensi)


Pengkajian Diagnose kep Intervensi
Mayor : Gangguan mobilitas fisik b.d 1. Dukungan ambulasi
Subjektif kekakuan sendi 2. Dukungan
1. Mengeluh sulit mobilisasi
menggerakan ekstremitas 3. Edukasi Latihan
Objektif fisik
1. Rentang gerak (ROM) 4. Edukasi Latihan
menurun teknik ambulasi
Minor : 5. Manajemen nutrisi
Subjektif 6. Manajemen nyeri
1. Nyeri saat bergerak 7. Pemberian obat
2. Merasa cemas saat 8. Pencegahan jatuh
bergerak
Objektif
1. Sendi kaku
2. Gerakan terbatas
3. Fisik lemah

B. SLE
 Pengertian
lupus eritematosus adalah penyakit autoimun kronis yang bisa
menyebabkan peradangan di beberapa bagian tubuh, seperti kulit,
sendi, ginjal, hingga otak. Lupus dapat dialami oleh siapa saja, tetapi
lebih sering dialami oleh wanita.

 Etiologic
Penyebab lupus belum diketahui secara pasti. Kombinasi dari faktor
genetik dan lingkungan sering dikaitkan dengan terjadinya lupus.
Beberapa pemicu munculnya gejala lupus adalah paparan sinar
matahari, penyakit infeksi, atau obat-obatan tertentu.
Lupus dapat menyebabkan peradangan di berbagai organ dan bagian
tubuh. Hal ini menyebabkan gejala lupus bisa berbeda pada
penderitanya.

 Tanda dan gejala


gejala lupus bisa berbeda pada penderitanya. Meski begitu, terdapat
sejumlah gejala umum yang bisa terjadi, seperti nyeri dan kaku pada
sendi, lelah, ruam kulit, sensitif terhadap sinar matahari, dan
penurunan berat badan.
Meski gejalanya sangat bervariasi, ada beberapa gejala yang sering
muncul pada penderita lupus, yaitu:
 Sering merasa kelelahan meski sudah cukup beristirahat
 Muncul ruam dari batang hidung sampai kedua pipi (butterfly
rash)
 Muncul ruam di bagian tubuh lain, seperti tangan dan
pergelangan tangan
 Ruam kulit bertambah parah, nyeri, atau gatal, jika terpapar
sinar matahari
 Sendi terasa nyeri, kaku, atau bengkak
 Demam secara tiba-tiba
 Mulut dan mata terasa kering
 Sesak napas
 Nyeri dada
 Sakit kepala
 Linglung
 Daya ingat menurun

Selain gejala yang sering muncul di atas, sejumlah gejala di bawah ini
juga bisa dialami oleh penderita lupus:
 Sariawan
 Rambut rontok
 Kejang
 Pembengkakan pada pergelangan kaki akibat penumpukan
cairan
 Fenomena Raynaud, yaitu jari-jari tangan dan kaki memutih
atau membiru jika terpapar hawa dingin atau saat sedang stress

 Patofisiologi
Patofisiologi lupus eritematosus sistemik atau systemic lupus
eritematosus (SLE) didasari oleh autoantibodi dan kompleks imun
yang berikatan ke jaringan dan menyebabkan inflamasi multisistem.
Penyebab spesifik SLE hingga saat ini belum diketahui, namun
berbagai faktor seperti faktor genetik, sistem imun, hormonal serta
lingkungan berhubungan dengan perkembangan penyakit ini.

Sistem imun bawaan maupun didapat memberikan respon imun yang


tidak seharusnya kepada partikel sel tubuh. Salah satunya adalah
pembentukan autoantibodi terhadap asam nukleat yang disebut
antinuclear antibodies (ANA). Pada umumnya ANA dapat ditemukan
pada populasi umum, namun tidak seluruh orang yang memiliki ANA
mengalami SLE, oleh karena itu terdapat mekanisme lain yang
menyebabkan progresi kondisi autoimun ini menjadi penyakit. Selain
ANA, terdapat dua autoantibodi yang spesifik ditemukan pada pasien
SLE dibandingkan dengan penyakit autoimun lainnya yaitu antibodi
anti-Smith (Sm) dan antibodi anti-double-stranded DNA (dsDNA).
Patofisiologi SLE disebabkan oleh respon imun yang abnormal berupa:
 aktivasi sistem imun bawaan (sel dendritik, monosit/makrofag)
oleh DNA dari kompleks imun, DNA atau RNA virus dan
RNA dari protein self-antigen
 ambang batas aktivasi sel imun adaptif (limfosit T dan limfosit
B) yang lebih rendah dan jaras aktivasi yang abnormal
 regulasi sel T CD4+ dan CD8+, sel B dan sel supresor yang
tidak efektif,
 penurunan pembersihan kompleks imun dan sel yang
mengalami apoptosis

 Pathway

 Pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan

Penatalaksanaan lupus eritematosus sistemik atau systemic lupus


eritematosus (SLE) menggunakan medikamentosa antara lain:
a) Obat anti inflamasi non steroid (OAINS)
 Ibuprofen : 30-40 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis,
maksimal 2,4 gram per hari pada anak atau 3,2 g/hari pada
dewasa
 Natrium diklofenak : 100 mg per oral satu kali per hari
b) Kortikosteroid
 Prednison : 0.5 mg/kg/hari
 Metil prednisolon : 2-60 mg dalam 1-4 dosis terpisah
Peningkatan dosis harus melihat respon terapi dan penurunan dosis
harus tappering off

1. Disease-modifying antirheumatic drugs (DMARD) non-


biologis :
 Azathioprin (AZA) : 1-3 mg/kg/hari per oral, dihentikan bila
tidak ada respon dalam 6 bulan
 Siklofosfamid (CYC) : dosis rendah 500 mg IV setiap 2
minggu sebanyak 6 kali, atau dosis tinggi 500-1000 mg/m2 luas
permukaan tubuh setiap bulan sebanyak 6 kali
 Mikofenolat mofetil (MMF) : 2-3 gram/hari selama 6 bulan
dilanjutkan 1-2 gram/hari
2. Disease-modifying antirheumatic drugs (DMARD) biologis:
 Rituximab : 1 gram IV dibagi menjadi dua dosis dengan jarak 2
minggu [1,2,5]

 Asuhan keperawatan (pengkajian, diagnose kep, dan intervensi)


Pengkajian Diagnose kep Intervensi
Mayor Intoleransi aktifitas b.d kelemahan 1. dukungan kepatuhan
Subjektif : pengobatan
1. mengeluh Lelah 2. dukungan spiritual
Objektif : 3. pemberian obat
1. frekuensi jantung 4. terapi aktivitas
meningkat >20% dari kondisi 5. manajemen nutrisi
istirahat
Minor
Subjektif :
1. merasa tidak nyaman
setelah beraaktivitas
2. merasa lemah
Objektif :
1. tekanan darah berubah >20
% dari kondisi istirahat

Anda mungkin juga menyukai