Anda di halaman 1dari 19

Artritis Reumatoid

Kelompok 4
1. Adinda Salsabila
2. Ana Dwi Restiana
3. Herda Juliani Yahya
4. Nathalia Leonny Luik
5. Mardiani Rosy Maghfiroh
6. Ratna Oktavia
7. Reggy Alifia Martin
8. Yuliana Indah
Pengertian Artritis Reumatoid

        Artritis
reumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis
yang tidak diketahui penyebabnya, diakrekteristikkan oleh kerusakan
dan proliferasi membran sinovial yang menyebabkan kerusakan
pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas. (Kusharyadi, 2010).

        Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi sistemik yang kronis


dan terutama menyerang persendian, otot-otot, tendon, ligamen, dan
pembuluh darah yang ada disekitarnya. (Kowalak, 2011).
Etiologi Artritis Reumatoid
         Penyebab utama penyakit artritis reumatoid masih belum
diketahui secara pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan
sebagai penyebab artritis reumatoid, yaitu :

Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-


hemolitikus.
Endokrin
Autoimmun
Metabolik
Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Faktor genetik dan beberapa faktor lingkungan
Manifestasi Klinik Artritis Reumatoid
a) Kaku pada pagi hari (morning stiffness). Pasien merasa kaku pada persendian dan di
sekitarnya sejak bangun tidur sampai sekurang-kurangnya 1 jam sebelum perbaikan maksimal.
b) Arthritis pada 3 daerah. Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau persendian (soft tissue
swelling) atau lebih efusi, bukan pembesaran tulang (hyperostosis). Terjadi pada sekurang-
kurangnya 3 sendisecara bersamaan dalam observasi seorang dokter. Terdapat 14 persendian
yang memenuhi criteria, yaitu interfalang proksimal, metakarpofalang, pergelangan tangan,
siku, pergelangan kaki, dan metatarsofalang kiri dan kanan.
c) Arthritis pada persendian tangan. Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu persendian
tangan seperti tertera di atas.
d) Arthritis simetris. Maksudnya keterlibatan sendi yang sama;(tidak mutlak bersifat simetris)
pada kedua sisi secara serentak (symmetrical polyartritis simultaneously).
e) Nodul rheumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau permukaan ektensor
atau daerah jukstaartikular dalam observasi seorang dokter.
f) Faktor rheumatoid serum positif. Terdapat titer abnormal faktor rheumatoid serum yang
diperiksa dengan cara yang memberikan hasil positif kurang dari 5% kelompok control.
g) Terdapat perubahan gambaran radiologis yang khas pada pemeriksaan sinar rontgen tangan
posteroanterior atau pergelangan tangan, yang harus menunjukkkan adanya erosi atau
dekalsifikasi tulang  yang berlokalisasi pada sendi atau daerah yang berdekatan dengan sendi.
Patofisiologi Artritis Reumatoid
A. Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,
eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi
menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini
granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke
tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan
pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis. Tingkat erosi dari kartilago
menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka
terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu
(ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah
dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub
chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
B. Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya
serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor
rhematoid (gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif
Pemeriksaan Diagnostik
Artritis Reumatoid
A. Pemeriksaan cairan synovial :
 Warna kuning sampai putih dengan derajat kekeruhan yang
menggambarkanpeningkatan jumlah sel darah putih.
 Leukosit 5.000 – 50.000/mm3, menggambarkan adanya proses inflamasi yang
didominasi oleh sel neutrophil (65%).
 Rheumatoid factor positif, kadarnya lebih tinggi dari serum dan berbanding
terbalik dengan cairan sinovium.

B. Pemeriksaan darah tepi :


 Leukosit : normal atau meningkat ( < >3 ). Leukosit menurun bila terdapat
splenomegali; keadaan ini dikenal sebagai Felty’s Syndrome.
 Anemia normositik atau mikrositik, tipe penyakit kronis.
Pemeriksaan kadar sero-imunologi :
 Rheumatoid factor + Ig M -75% penderita ; 95% + pada penderita dengan nodul
subkutan.
 Anti CCP antibody positif telah dapat ditemukan pada arthritis rheumatoid dini.
Penatalaksanaan Artritis Reumatoid

Tujuan utama dari program penatalaksanaan  perawatan adalah sebagai


berikut :

1. Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan.


2. Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari penderita.
3. Untuk mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi.
4. Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang lain.
Penatalaksanaan Keperawatan
5. Pendidikan
6. Istirahat
7. Latihan Fisik dan Termoterapi
Penatalaksanaan Medik
1.Penggunaan OAINS
2. Penggunaan DMARD
3).Operasi
Komplikasi Artritis Reumatoid
Kelainan sistem pencernaan yang sering
dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang
merupakan komplikasi utama penggunaan obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat
pengubah perjalanan penyakit (disease modifying
antirheumatoid drugs, DMARD) yang menjadi
faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama
pada artritis reumatoid.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN
Data tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya ( mis. Mata, jantung, paru-paru , ginjal ), tahapan
( mis, eksaserbasi akut atau remisi )dan keberadaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya ).
AKTIVITAS ATAU ISTIRAHAT
Gejala : nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan,memburuk dengan stress pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya
terjadi secara bilateral dan simetris .
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise
Keterbatasan rentang gerak : atrofi otot kulit ; kontraktur/kelainan pada sendi dan otot.
KARDIOVASKULER
Gejala : fenomena raynaud jari tengah/kaki ( mis. Pucat intermiten, sianosis, kemudian kemerahan pada
jari sebelum warna kembali nomal.
INTEGRITAS EGO
Gejala : factor-faktor stress akut/ kronis: mis, financial, pekerjaan, ketidakmampuan, factor-faktor hubungan.
Keputusan dan ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan ).
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi, ( mis, ketergantungan pada orang lain)
MAKANAN ATAU CAIRAN
Gejala : ketidakmampuan untuk menghasilkan/mengonsumsi makanan/ cairaan adekuat, mual.Anoreksia
Tanda : penurunan berat badanKekeringan pada membrane mukosa.
HIGIENE
Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi , ketergantungan pada orang lain.
NEUROSENSORI
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada klien rumatoid arthritis (Doengoes, 2000)
adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi,
destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri/ketidaknyamanan, intoleransi
terhadap aktivitas atau penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh / perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk
melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi atau ketidakseimbangan mobilitas.
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan,
nyeri saat bergerak atau depresi.
5. Penatalaksanaan pemeliharaan rumah, kerusakan resiko tinggi berhubungan dengan proses penyakit
degenerative jangka penjang, system pendukung tidak adekuat.
6. Kurang pengetahuan menganai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya pemajanan atau mengingat, kesalahan interpretasi informasi.
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.

Tujuan : menunjukkan nyeri hilang/terkontrol.


Kriteria: terlihat rileks,dapat tidur / beristirahat dan berpartisipasi dalam aktifitas sesuai
kemampuan.

Intervensi:
1. Berikan matras / kasur keras,bantalan kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.
2. Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan
istirahat di tempat tidur sesuai iindikasi.
3. Tempatkan atau pantau penggunaan bantal,karung pasir,gulungan trokhanter,bebat,brace.
4. Dorong atau sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur,sokong sendi
yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak.
5. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau pada
waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi – sendi yang sakit beberapa kali
sehari,pantau suhu air kompres,air mandi, dan sebagainya.
6. Berikan massase yang lembut.
7. Dorong penggunaan teknik manajemen stress, misalnya relaksasi progresif, sentuhan terapeutik,
biofeedback, visualisasi,pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas.
8. Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
9. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang diperencanakan sesuai petunjuk.
Kolaborasi : Berikan obat – obatan sesuai petunjuk
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri/ketidaknyamanan,
intoleransi terhadap aktivitas atau penurunan kekuatan otot.
Tujuan : mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya /pembatasan kontraktur.
Kriteria: mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan / kompensasi
bagi tubuh.

Intervensi:
1. Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan. Jadwal aktivitas untuk memberikan
periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganggu.
2. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikian juga latihan resisitif dan isometrik jika
memungkinkan.
3. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/bantu teknik
pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis: trapeze.
4. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trok-hanter, bebat, brace.
5. Gunakan bantal kecil/tipis dibawah leher.
6. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, berjalan.
7. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi/kloset, menggunakan pegangan
tangga pada bak/pancuran dan toilet, penggunaan alat bantu mobilitas/kursi roda penyelamat.
Kolaboras
8. Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vokasional.
9. Berikan matras busa/pengubah tekanan.
 
3. Gangguan citra tubuh / perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi atau
ketidakseimbangan mobilitas.

Tujuan : Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi
penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan .
Kriteria: Menyusun tujuan/rencana realistis untuk masa depan.

Intervensi:
1. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.
2. Diskusikan arti dari kehilangan/perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana
pandangan pribadi pasien dalam menfungsingkan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-
aspek keterbatasan.
3.Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan.
4.Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.
5.Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan
tubuh/perubahan.
6.Susun batasan pada perilaku maladaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif
yang dapat membantu koping.
7.Ikut-sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.
8.Bantu dengan kebutuhan perawatan yang diperlukan.
9.Berikan bantuan positif bila perlu.
kolaborasi: rujuk pada konseling psikiatri dan berikan obat-obatan sesuai petunjuk
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal, penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak atau depresi.

Tujuan:
Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yg konsisten dengan kemampuan individual .
Kriteria:
1. Mendemonstrasikan perubahan teknik/gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan
diri.
2. Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan
perawatan diri.

Intervensi:
3. Diskusikan tingkat fungsi umum.
4. Pertahankan mobilitas ,kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
5. Kaji hambatan terhadap parrisipasi dalam perawatan diri.
6. Identifikasi /rencana untuk modifikasi lingkungan.
kolaborasi:
7. Konsul dengan ahlu terapi okupasi.
8. Atur evaluasi dirumah sebelum pemulihan dengan evaluasi setelahnya.
9. Atur konsul dengan lembaga lainnya
5.Penatalaksanaan pemeliharaan rumah, kerusakan resiko tinggi berhubungan dengan
proses penyakit degenerative jangka penjang, system pendukung tidak adekuat.

Tujuan :
mempertahankan keamanan,lingkungan yang meningkatkan pertumbuhan.
Kriteria:
mendomonstrasikan penggunaan sumber-sumber yang efektif dan tepat.

Intervensi:

1.Kaji tingkat fungsi fisik.


2.Evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk diri sendiri.
3.Tentukan sumber-sember finansial untuk memenuhui kebutuhan situasi individual.
4.Identifikasi untuk perawatan yang diperlukan .

Kolaborasi

5. Koordinasikan evaluasi dirumah dengan ahli terapiakupasi.


6. Identifikasi/ temui sumber-sumber komunikasi .
6. Kurang pengetahuan menganai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan atau mengingat, kesalahan interpretasi
informasi.

Tujuan : menunjukan pemahaman tentang kondisi / prognosis,perawatan.


Kriteria: mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup yang
konsisten dan / atau pembatasan aktivitas.

Intervensi:
1. Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.
2. Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet,obat-obatan, dan
program diet seimbang,latihan dan istrahat.
3. Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintergrasi yang realistis,istrahat,perawtan
pribadi,prmberian obat-obatan ,terapi fisik, dan manajemen stress.
4. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik.
5. Rekomendasikan penggunaan aspirin.
6. Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan,susu, atau antasida dan pada waktu tidur.
7. Identifikasi efek obat-obatan yang merugikan
8. Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan perawatan kulit lainya
9. Diskusikan pentongnya obat-obatan lanjutan / pemeriksaan laboratorium
DAFTAR PUSTAKA
 
1. Anonymus, Artritis Rematoid. (online). http:// www. naturindonesia. com/ artikel-berbagai- penyakit-
degeneratif/ 449-artritis-reumatoid-.html, diakses tanggal 8 Oktober 2014 pukul 12.30
2. Anonymus, 2012. Makalah Rematoid Artritis. (online). http://profesional-eagle. blogspot. Com
/2012/05/makalah- reumatoid- artritis-copast.html, diakses tanggal 8 Oktober 2014 12.40
3. Anonymus, 2012. Asuhan Keperawatan Rematoid Artritis. (online). http://www.
kapukonline.com/2012/01/askep-asuhankeperawatanrheumatoidarthri.html, diakses tanggal 8 Oktober
2014 pukul 12.50
4. Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. EGC : Jakarta.
5. Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika : Jakarta.
6. Nanda International (20013). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. Jakarta:EGC
7. Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. EGC : Jakarta.
8. Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165
9. Maini dan Feldmann, 1998: Blab et al, 1999
10. Codenurman.blogspot.com)/2013/01/norman
11. Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008
Thank You

Anda mungkin juga menyukai