Kelompok 4
1. Adinda Salsabila
2. Ana Dwi Restiana
3. Herda Juliani Yahya
4. Nathalia Leonny Luik
5. Mardiani Rosy Maghfiroh
6. Ratna Oktavia
7. Reggy Alifia Martin
8. Yuliana Indah
Pengertian Artritis Reumatoid
Artritis
reumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis
yang tidak diketahui penyebabnya, diakrekteristikkan oleh kerusakan
dan proliferasi membran sinovial yang menyebabkan kerusakan
pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas. (Kusharyadi, 2010).
Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada klien rumatoid arthritis (Doengoes, 2000)
adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi,
destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri/ketidaknyamanan, intoleransi
terhadap aktivitas atau penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh / perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk
melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi atau ketidakseimbangan mobilitas.
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan,
nyeri saat bergerak atau depresi.
5. Penatalaksanaan pemeliharaan rumah, kerusakan resiko tinggi berhubungan dengan proses penyakit
degenerative jangka penjang, system pendukung tidak adekuat.
6. Kurang pengetahuan menganai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya pemajanan atau mengingat, kesalahan interpretasi informasi.
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Intervensi:
1. Berikan matras / kasur keras,bantalan kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.
2. Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan
istirahat di tempat tidur sesuai iindikasi.
3. Tempatkan atau pantau penggunaan bantal,karung pasir,gulungan trokhanter,bebat,brace.
4. Dorong atau sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur,sokong sendi
yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak.
5. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau pada
waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi – sendi yang sakit beberapa kali
sehari,pantau suhu air kompres,air mandi, dan sebagainya.
6. Berikan massase yang lembut.
7. Dorong penggunaan teknik manajemen stress, misalnya relaksasi progresif, sentuhan terapeutik,
biofeedback, visualisasi,pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas.
8. Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
9. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang diperencanakan sesuai petunjuk.
Kolaborasi : Berikan obat – obatan sesuai petunjuk
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri/ketidaknyamanan,
intoleransi terhadap aktivitas atau penurunan kekuatan otot.
Tujuan : mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya /pembatasan kontraktur.
Kriteria: mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan / kompensasi
bagi tubuh.
Intervensi:
1. Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan. Jadwal aktivitas untuk memberikan
periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganggu.
2. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikian juga latihan resisitif dan isometrik jika
memungkinkan.
3. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/bantu teknik
pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis: trapeze.
4. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trok-hanter, bebat, brace.
5. Gunakan bantal kecil/tipis dibawah leher.
6. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, berjalan.
7. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi/kloset, menggunakan pegangan
tangga pada bak/pancuran dan toilet, penggunaan alat bantu mobilitas/kursi roda penyelamat.
Kolaboras
8. Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vokasional.
9. Berikan matras busa/pengubah tekanan.
3. Gangguan citra tubuh / perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi atau
ketidakseimbangan mobilitas.
Tujuan : Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi
penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan .
Kriteria: Menyusun tujuan/rencana realistis untuk masa depan.
Intervensi:
1. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.
2. Diskusikan arti dari kehilangan/perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana
pandangan pribadi pasien dalam menfungsingkan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-
aspek keterbatasan.
3.Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan.
4.Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.
5.Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan
tubuh/perubahan.
6.Susun batasan pada perilaku maladaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif
yang dapat membantu koping.
7.Ikut-sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.
8.Bantu dengan kebutuhan perawatan yang diperlukan.
9.Berikan bantuan positif bila perlu.
kolaborasi: rujuk pada konseling psikiatri dan berikan obat-obatan sesuai petunjuk
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal, penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak atau depresi.
Tujuan:
Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yg konsisten dengan kemampuan individual .
Kriteria:
1. Mendemonstrasikan perubahan teknik/gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan
diri.
2. Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan
perawatan diri.
Intervensi:
3. Diskusikan tingkat fungsi umum.
4. Pertahankan mobilitas ,kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
5. Kaji hambatan terhadap parrisipasi dalam perawatan diri.
6. Identifikasi /rencana untuk modifikasi lingkungan.
kolaborasi:
7. Konsul dengan ahlu terapi okupasi.
8. Atur evaluasi dirumah sebelum pemulihan dengan evaluasi setelahnya.
9. Atur konsul dengan lembaga lainnya
5.Penatalaksanaan pemeliharaan rumah, kerusakan resiko tinggi berhubungan dengan
proses penyakit degenerative jangka penjang, system pendukung tidak adekuat.
Tujuan :
mempertahankan keamanan,lingkungan yang meningkatkan pertumbuhan.
Kriteria:
mendomonstrasikan penggunaan sumber-sumber yang efektif dan tepat.
Intervensi:
Kolaborasi
Intervensi:
1. Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.
2. Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet,obat-obatan, dan
program diet seimbang,latihan dan istrahat.
3. Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintergrasi yang realistis,istrahat,perawtan
pribadi,prmberian obat-obatan ,terapi fisik, dan manajemen stress.
4. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik.
5. Rekomendasikan penggunaan aspirin.
6. Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan,susu, atau antasida dan pada waktu tidur.
7. Identifikasi efek obat-obatan yang merugikan
8. Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan perawatan kulit lainya
9. Diskusikan pentongnya obat-obatan lanjutan / pemeriksaan laboratorium
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymus, Artritis Rematoid. (online). http:// www. naturindonesia. com/ artikel-berbagai- penyakit-
degeneratif/ 449-artritis-reumatoid-.html, diakses tanggal 8 Oktober 2014 pukul 12.30
2. Anonymus, 2012. Makalah Rematoid Artritis. (online). http://profesional-eagle. blogspot. Com
/2012/05/makalah- reumatoid- artritis-copast.html, diakses tanggal 8 Oktober 2014 12.40
3. Anonymus, 2012. Asuhan Keperawatan Rematoid Artritis. (online). http://www.
kapukonline.com/2012/01/askep-asuhankeperawatanrheumatoidarthri.html, diakses tanggal 8 Oktober
2014 pukul 12.50
4. Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. EGC : Jakarta.
5. Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika : Jakarta.
6. Nanda International (20013). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. Jakarta:EGC
7. Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. EGC : Jakarta.
8. Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165
9. Maini dan Feldmann, 1998: Blab et al, 1999
10. Codenurman.blogspot.com)/2013/01/norman
11. Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008
Thank You