Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK PADA

PASIEN DENGAN REUMATHOID ARTRITIS

OLEH :
CICA RAHAYU, S. KEP
NS0620034

CI INSTITUSI

(Dr. Hj. Suhartatik, S.Kep., Ns., M.Kes)

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
NANI HASANUDDIN MAKASSAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP MEDIS

A. DEFENISI
Rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana
persendian mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan,
nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi. (Handono Kalim 2019)
Rheumatoid arthritis merupakan penyakit inflamasi non bacterial
yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenal sendi
serta jaringan ikat sendi secara simetris.(Nurarif & Kusuma, 2015)

B. KLASIFIKASI
1. Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria
tanda dan gejala yang harus berlangsung terus menerus paling
sedikit dalam waktu 6 minggu.
2. Rheumatoid arthritis deficit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria
tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus
paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 keiteria
tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus,
paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 keiteria
tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus,
paling sedikit dalam waktu 3 bulan. (Nasrullah, 2016)

C. ETIOLOGI
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori
yang dikemukakan mengenai penyebab rheumatoid arthritis, yaitu :
1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non hemolitikus
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolic
5. Factor genetic serta factor pemicu lingkungan

Pada saat ini rheumatoid artritis diduga disebabkan oleh faktor


autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II :
faktor injeksi mungkin disebabkan oleh virus dan organisme
mikroplasma atau grup difteroid yang menghasilkan antigen kolagen
tipe II dari tulang rawan sendi penderita. (Nurarif & Kusuma, 2015)

D. PATOFISIOLOGI
Pada rheumathoid arthritis, reaksi autoimun terutama terjadi dalam
jaringan sinoval. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam
sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecahkan kolagen sehingga
terjadi edema, proliferasi membrane synovial dan akhirnya
pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya
permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut
terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degenerative
dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekakuan kontraksi otot.
Lamanya rheumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai
dengan adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara
ada orang yang sembuh dari serangan dan selanjutnya tidak diserangi
lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progestif yang cepat
ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi
vaskulitis yang difus. (Nasrullah, 2016)
PATHWAY

Reaksi faktor R dengan Kekuatan sendi Gangguan mobilitas fisik


anti body, faktor
metabolic,infeksi dengan
kecenderungan virus Reaksi peradangan
Nyeri

Synovia menebal Pannus Kekurangan informasi


tentang proses penyakit

Nodul Infiltrasi dalam os


subcondria Ansietas

Deformitas sendi Hambatan nutrisi pada Katilago nekrosis


ketilago artikularis

Gangguan citra tubuh Kerusakan katilago dan Erosi katilago


tulang

Mudah luksasi dan Tendon dan ligamen Adhesi pada permukaan


sublukasi melemah sendi

Hilangnya kekuatan otot Ankilosis fibrosa


Resiko cidera

Keterbatasan gerakan Kekuatan sendi Ankilosis tulang


sendi

Deficit perawatan diri Gangguan mobilitas fisik


E. MANIFESTASI KLINIS
Pasien-pasien dengan rheumatoid arthritis akan menunjukkan tanda dan
gejala seperti:
1. Sendi-sendi terasa panas
2. Demam
3. Anemia
4. Berat badan menurun
5. Kekuatan berkurang
6. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
7. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
8. Pasien tampak anemis Nyeri persendian
9. Bengkak
10. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
11. Terbatasnya pergerakan(Nasrullah, 2016)

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
1. Factor rheumatoid, fiksasi lateks, reaksi-reaksi agulutinasi
2. Laju endap darah : umumnya meningkat pesat(80-100 mm/h)
mungkin kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat
3. Protein c reaktif : positif selama masa eksaserbasi
4. Sel darah putih : meningkat pada waktu timbul proses inflamasi
5. Hemoglobin : umumnya menunjukkan anemia sedang
6. Ig : peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai
penyebab AR
7. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada
jaringan lunak, erosi sendi dan osteoporosis dari tulang yang
berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista
tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristis yang terjadi secara bersamaan.
8. Scan radionuklida : identivikasi peradangan sinovium
9. Artroskopi langsung, asoirasi cairan synovial
10. Biopsy membrane synovial : menunjukkan perubahan inflamasi
dan perkembangan panas. (Nurarif & Kusuma, 2015)

G. PENATALAKSANAAN
Setelah diagnosis AR dapat ditegakkan, pendekatan pertama yang harus
dilakukan adalah segera berusaha untukmembina hubungan yang baik
antara pasien dengan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan
yang merawatnya
1. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan
penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga teralin hubungan
baik dan terjamin ketaatan pasien
2. OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat
inflamasi yang sering dijumpai. OAINS yang dapat diberikan :
a. Aspirin
b. Ibuprofen, naproksen, piroksikam, diklofenak, dan sebagainnya
3. DMARD (disease-modifying antirheumatic drugs) digunakan untuk
melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat
artritis rheumatoid. Mula khasiatnya baru terlihat setelah 3-12 bulan
kemudian. Setelah 2-5 tahun, maka efektivitasnya dalam menekan
proses rheumatoid akan berkurang. Jenis-jenis yang digunakan
adalah :
a. Klorokuin
b. Sulfasalazine
c. D-penisilamin
d. Garam emas
e. Obat imunosupresif atau imunoregulator
f. Kostikoteroid
4. Riwayat penyakit alamiah
5. Rehabilitasi
Rehabilitas merupakan tindakan untuk mengembalikan tingkat
kemampuan pasien AR dengan tujuan:
a. Mengurangi rasa nyeri
b. Mencegah terjadinya kekakuan dan keterbatasan gerak sendi
c. Mencegah terjadinya atrofi dan kelemahan otot
d. Mencegah terjadinya deformitas
e. Mempertahankan emansdirian sehingga tida bergantung kepada
orang lain
Rehabilitasi dilaksanakan dengan mengistirahatkan sendi yang
terlibat, latihan serta dengan menggunakan modalitas terapi fisik
seperti pemanasan, pendinginan, peningkatan ambang rasa nyeri
dengan arus listrik.

H. KOMPLIKASI
Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain, seperti adanya
proses granulasi di bawah kulit yang disebut subkutan nodule. Pada otot
dapat terjadi miosis, yaitu proses granulasi jaringan otot. Pada
pembuluh darah terjadi tromboemboli terjadi splenomegali. (Nasrullah,
2016)

KONSEP KEPERAWATAN

A. PROSES PENGKAJIAN
1. Aktivitas/istirahat
a. Gejala : nyeri pergelangan kaki karena gerakan, nyeri
tekan, memburuk dengan stress pada sendi
b. Tanda : keterbatasan rentang gerak, atrofi otot, kulit
2. Kardiovaskuler
a. Gejala : pucat intermiten, sianosis, kemudian kemerahan
pada jari sebelum warna kembali normal
3. Integritas ego
a. Gejala : factor stress akut, keputusasaan dan
ketidakberdayaan, ancaman pada konsep diri
4. Makanan/cairan
a. Gejala : ketidakmampuan untuk
menghasilkan/mengkonsumsi makanan/cairan, mual,
anoreksia, kesulitan mengunyah
b. Tanda : penurunan berat badan, kekeringan pada
membrane mukosa
5. Hygiene
a. Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas
perawatan pribadi, ketergantungan pada orang lain
6. Neurosensori
a. Gejala : kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya
sensasi pada jari tangan
b. Tanda : pembengkakan sendi simetris
7. Nyeri/kenyamanan
a. Gejala : fase akut dari nyeri, kekakuan
8. Keamanan
a. Gejala : kulit meengkilat, tegang, lasi kulit, kekeringan
pada mata dan membrane mukosa
9. Iteraksi social
a. Gejala : kerusakan iteraksi dengan keluarga/orang lain :
perubahan peran social.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b/d agen pencedra fisiologis
2. Ansietas
3. Resiko Cedera
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan psikologis yang ditandai
dengan perubahan fungsi tubuh proses penyakit.
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan perilaku yang ditandai
dengan gangguan muskuloskeletal.
6. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kakekuan sendi
yang ditandai dengan mengeluh sulit menggerakan ekstremitas.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Nyeri b/d agen pencedra Kontrol nyeri Observasi
fisiologis (D.0077) Skala Outcome: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
- Mengenali kapan nyeri terjadi kualitas, intensitas nyeri
dipertahankna pada jarang menunjukan 2 2. Identifikasi skala nyeri
ditingkatkan ke secara konsisiten 3. Identifikasi respon nyeri nonverbal
menunjukan 5 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
- Menggambarkan faktor penyebab memperingan nyeri
diperthankan pada jarang menunjukan 2 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
ditingkatkan ke 5 secara konsisten 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
menunjukan. 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Tingkat kecemasan 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
Skala Outcome: diberikan
- Perasaan gelisah dipertahankan pada 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
cukup berat 2 dan titingkatkan ke tidak Terapeutik
ada 5 1. Berikan tehnik non farmakologi untuk mengurangi
- Rasa takut yang disampaikan secara lisan nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music,
dipertahankan pada cukup berat 2 dan biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, tehnik imajinasi
ditingkatkan ke tidak ada 5 terbimbing, kompres hangat atau dingin, terapi
bermain)
2. kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangakan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgesic jika perlu
(PPNI, 2018).
2. Ansietas (D.0080) Tingkat kecemasan Reduksi ansietas
Skala Outcome: Observasi
- Perasaan gelisah dipertahankan pada 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah.
cukup berat 2 dan titingkatkan ke tidak 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan.
ada 5 3. Monitor tanda-tanda ansietas.
- Rasa takut yang disampaikan secara lisan Terapeutik
dipertahankan pada cukup berat 2 dan 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
ditingkatkan ke tidak ada 5 kepercayaan.
Kontrol Kecemasan diri 2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan.
Skala Outcome: 3. Pahami situasi yang membuat ansietas dengarkan
- Mengurangi informasi untuk mengontrol dengan penuh perhatian.
kecemasan 4. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan .
- Menggunakan tehknik relaksasi untuk 5. Tempatkan barang pribadi yang memberikan
mengurangi kecemasan kenyamanan.
6. Motivasi mengindentifikasi situasi yang memicu
kecemasan.
7. Diskusikan perencanaan realistis tentang persitiwa
yang akan datang.
Edukasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
dialami.
2. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis.
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien.
4. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi.
5. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan.
6. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang
tepat.
7. Latih teknik relaksasi.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat anti ansietas
(PPNI, 2018).
3. Resiko Cedera (D.0136) Keparahan cedera fisik Edukasi pencegahan jatuh
Skala outcome: Observasi
- Gangguan imobilitas dipertahankan pada 1. Identifikasi gangguan kognitif dan fisik yang
2 cukup berat dan ditingkatkan pada 5 memungkinkan jatuh
tidak ada imobilitas. Terapeutik
Kontrol risiko 1. Siapkan materi, media tentang faktor-faktor penyebab,
Skala autcome: cara identifikasi dan pencegahan risiko jatuh di rumah
- Mengenali faktor risiko dipertahankan sakit maupun dirumah.
pada 3 kadang-kadang menunjukan dan 2. Jadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan
ditingkatkan pada 5 secara konsisiten pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan dengan
menunjukan pasien dan keluarga.
- Melakukan imunisasi yang Edukasi
direkomendasikan dipertahankan pada 1. Ajarkan mengidentifikasi tingkat kelemahan, cara
jarang menunjukan dan ditingkatkan ke berjalan dan keseimbangan.
secara konsisiten menunjukan. 2. Anjurkan meminta bantuan saat ingin menggapai
- Mengenali perubahan status kesehatan sesuatu yang sulit
dipertahankan ke 3 kadang –kadang (PPNI, 2018)
menujukan dan di tingkatkan ke 5 secara
menunjukan.
(PPNI, 2019)
4. Gangguan citra tubuh Citra tubuh Promosi citra tubuh
berhubungan dengan Skala outcome Observasi:
psikologis yang ditandai - Gambaran internal diri diperthankan pada 1. Identifikasi bagian citra tubuh yang mengakibatkan
dengan perubahan fungsi 3 kadang-kadang positif dan ditingkatkan isolasi sosial.
tubuh proses penyakit. ke konsisten positif 2. Monitor frekuensi pernyatakaan kritik terhadap diri
(D.0083) - Penyesuaian terhadap perubahan fungsi sendiri.
tubuh dipertahankan pada 3 kadang- Terapeutik:
kadang positif dan ditingkatkan ke 1. Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
konsisten positif. 2. Diskusikan presepsi pasien dengan keluarga tentang
- Penyesuaian terhadap perubahan status perubahan citra tubuh.
kesehatan dipertahankan ke jarang positif Edukasi:
ditingkatkan ke konsisten positif. 1. Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan
perubahan citra tubuh.
2. Latih fungsih tubuh yang dimiliki.
5. Defisit perawatan diri Pergerakan sendi Dukungan perawatan diri
berhubungan dengan Skala outcome: Observasi:
perilaku yang ditandai - Lutut kanan dan kiri dipertahankan pada 3 1. Identivikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai
dengan gangguan deviasi sedang dari kisaran normal dan usia.
muskuloskeletal. ditingkatkan ke 5 tidak ada defiasi dari 2. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri,
(D.0109) kisaran normal berpakaian, berhias, dan makan.
- Punggung dipertahankan pada 3 deviasi Terapeutik:
sedang dari kisaran normal dan 1. Fasilitasi keadaan untuk menerima ketergantungan.
ditingkatkan ke 5 tidak ada deviasi dari 2. Jadwalkan rutinitas perawatan diri.
kisaran normal. Edukasi:
- Bahu kanan dan kiri dipertahankan pada 3 1. Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten
deviasi sedang dari kisaran normal di sesuai kemmpuan.
tingkatkan ke 5 tidak ada deviasi dari
kisaran normal
6. Gangguan mobilitas fisik Mobilitas fisik Dukungan mobilisasi
yang berhubungan dengan - Pergerakan ekstremitas meningkat 5 Observasi:
kakakuan sendi yang - Nyeri menurun 5 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.
ditandai dengan mengeluh - Kecemasan menurun 5 2. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
sulit menggerakan - Kaku sendi menurun 5 memulai mobilisasi.
ekstremitas. (D.0054) - Gerakan terbatas menurun 5 Terapeutik:
- Kelemahan fisik menurun 5 1. Fasilitasi dengan alat bantu.
2. Libatkan keluarga membantu pasien meningkatkan
pergerakan.
Edukasi:
1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2. Anjurkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
(mis, duduk di tempat tidur, duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi).
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
(independen) dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri (independen)
adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan
sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas
kesehatan lain (Tarwoto & Wartonah, 2015).

E. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk
dapat menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan
membandingkan status keadaan kesehatan pasien dengan tujuan atau
kriteria hasil ditetapkan (Tarwoto & Wartonah, 2015).
DAFTAR PUSTAKA

Handono Kalim, C. Singgih Wahono, (2019). Buku Ajar Rematologi Klinik.


Cetakan Pertama. Tim UB Press.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction.
Kozier, B., Berman, A.and Shirlee J. Snyde, Ahli bahasa Pemilih Eko Karyuni,
Dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik
edisi VII Volume 1, Jakarta: EGC.
PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik (Edisi 1). Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI, T. P. S. D. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan (Edisi 1). Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI, T. P. S. D. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI
Ratnawati, Emmelia. 2017. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Pustaka
Baru
Sunaryo, dkk. 2016. Asuhan Keperawatan Gerontik. Edited by Putri Christian.
Yogyakarta: Andi Offset
Tarwoto, & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai