Anda di halaman 1dari 14

KONSEP DASAR MEDIS

1.1. LAPORAN PENDAHULUAN

1.1.1. Defenisi
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali
pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi feces encer,
dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau
lendir saja.
Diare merupakan situasi dimana seorang individu mengalami
sensasi rasa sakit perut seperti melilit atau mulas kemudian defekasi
berupa feces yang encer atau lunak dan tidak berbentuk serta
dikeluarkan secara terus-menerus dengan frekuensi lebih dari 3 kali
(Wulandari, O, 2017).
Diare akut adalah buanga air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja
lebih banyak dari pada biasanya lebih dari 200 garam atau 200 ml/24
jam. Defenisi lain memakai frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih
dari 3 kali perhari. Buang air besar tersebut dapat/tanpa disertai lendir
dan darah. Diare kronis yaiotu diare yang berlangsung lebih dari 2
minggu (Nurarif, A H, dan Kusuma, H, 2015)
1.1.2. Etiologi
1. Diare akut dapat disebabkan karena adanya bakteri, nonbakteri,
maupun adanya infeksi.
a. Bakteri penyebab diare akut antara lain, organisme Escherichia
Coli dan Salmonella serta Shigella. Diare akibat toksin
Clostridium Difficile dapat diberikan terapi antibiotik.
b. Rotavirus merupakan penyebab diare nonbakteri
(gastroenteritis) yang paling sering.
c. Penyebab lain diare akut adalah infeksi lain (mis. Infeksi
traktus urinarius dan pernapasan atas). Pemberian makan yang
berlebihan, antibiotik, toksin yang teringesti, Iriitable Bowel
Syndrome, enterokolitis, dan intoleransi terhadap laktosa
2. Diare kronis biasanya dikaitkan dengan satu atau lebih penyebab
berikut ini :
a. Sindrom malabsorbsi
b. Defek anatomis
c. Reaksi alergik
d. Intoleransi laktosa
e. Respon inflamasi
f. Imonodefisiensi
g. Gangguan motilitas
h. Gangguan endokrin
i. Parasit
3. Faktor predisposisi diare antara lain, usia yang masih kecil,
mallnutrisi, penyakit kronis,penggunaan antibiotik, air yang
terkontaminasi, sanitasi atau higiene buruk, pengolahan dan
penyimpanan makanan yang tidak tepat.

1.1.3. Patofisiologi
Patofisiologi bergantung pada penyebab diare (Mary, E, 2005 dalam
Wulandari, O, 2017)
1. Enteroksin bakteri menginvasi dan menghancurkan sel-sel epitel
usus, menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit dari sel kripta
mukosa.
2. Penghancuran sel-sel mukosa vilioleh virus menyebabkan
penurunan kapasitas untuk absorbsi cairan dan elektrolit karena
area permukaan usus yang lebih kecil.
3. Patofisiologi diare kronik bergantung pada penyebab utamanya.
Diare dalam jumlah besar juga disebabkan faktor psikologis,
misalnya ketakutan atau jenis stress tertentu, yang diperantarai melalui
stimulasi usus oleh saraf parasimpatis. Juga terdapat jenis diare yang
ditandai oleh pengeluaran feses dalam jumlah sedikit tetapi sering.
Penyebab diare jenis ini antara lain adalah kolitis ulserabitiv dan
penyakit crohn. Kedua penyakit ini meiliki komponen fisik dan
psikogenik.

1.1.4. Manifestasi klinik


1. Diare akut
a. Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
b. Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas
dalam perut, rasa tidak enak, nyeri perut.
c. Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada
perut.
d. Demam
2. Diare kronik
a. Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
b. Penurunan BB dan nafsu makan
c. Demam indikasi terjadi infeksi
d. Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah.
Bentuk klinis diare
Diagnose Didasarkan pada keadaan
Diare cair akut - Diare lebih dari 3 kali sehari
berlangsung kurang dari 14 hari
- Tidak mengandung darah
Kolera - Diare air cucian beras yang sering ada
banyak dan cepat menimbulkan
dehidrasi berat selama terjadi KLB
kolera
- Diare dengan hasil kultur tinja positif
untuk V. Cholera 01 atau 0139
Disentri - Diare berdarah (terlihat atau
dilaporkan)
Diare persisten - Diare berlangsung selama 14 hari atau
lebih
Diare dengan gizi - Diare apapun yang disertai gizi buruk
buruk
Diare terkait - Mendapat pengobatan antibiotik oral
antibiotika spectrum luas
(Antibiotic
Associated
Diarrhea)
Invaginasi - Dominan darah dan lendir dalam tinja
- Massa intra abdominal (abdominal
mass)
- Tangisan keras dan kepucatan pada
bayi

Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare :


Klasifikasi Tanda-tanda atau gejala
Dehidrasi berat Terdapat 2 atau lebih tanda :
- Letargis/ tidak sadar
- Mata cekung
- Tidak bisa minum atau malas
minum
- Cubitan kulit perut kembali
sangat lambat (≥ 2 detik)
Dehidrasi ringan atau sedang Terdapat 2 atau lebih tanda :
- Rewel, gelisah
- Mata cekung
- Minum dengan lahap, haus
- Cubitan kulit kembali dengan
lambat
Tanpa dehidrasi Tidak terdapat cukup tanda untuk
diklasifikasikan sebagai dehidrasi
ringan atau berat

1.1.5. Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. Ph dan kadar gula dalam tinja
c. Biakan dan resistensi feses (colok dubur)
2. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan
keseimbangan.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal
ginjal
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, kalsium dan fosfat

1.1.6. Penatalaksanaan
1. Untuk diare ringan, tingkat masukan cairan per oral mungkin
diresepkan glukosa oral dan larutan elektrolit.
2. Untuk diare sedang, obat-obatan nospesifik, difenoksilat (lomotif)
dan loperamid (imodium) untuk menurunkan motilitas dari
sumber-sumber non infeksius.
3. Diresepkan antimikrobial jika telah teridentifikasi preparat
infeksius atau diare memburuk.
4. Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk pasien yang
sangat muda atau lansia.

KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1.2. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan.
Disini, semua data-data dikumpulkan secara sistematis guna
menentukan status kesehatan klien saat ini. Pengkajian harus dilakukan
secara komperehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial
maupun spiritual klien. Tujuan pengkajian adalah untuk
mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien. Metode
utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah
wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta diagnostik.
1. Identitas pasien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat lahir, dan
pendidikan.
2. Keluhan utama
Merupakan keluhan paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pada umumnya anak masuk RS dengan dengan keluhan
buang air berkali-kali baik disertai atau tanpa dengan muntah,
tinja dapat bercampur lemndir dan atau darah, keluhan lain
yang mungkin didapatkan adalah nafsu makan menurun, suhu
badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala
penurunan kesadaran.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Meliputi pengkajian riwayat :
1) Prenatal : kehamilan yang keberapa, tanggal lahir, gestasi
(fulterm, prematur, post matur), abortus atau lahir hidup,
kesehatan selama kehamilan, dan obat-obatan yang di
makan serta imunisasi.
2) Natal : lamanya proses persalinan, tempat melahirkan,
obat-obatan, yang menolong persalinan, penyulit
persalinan.
3) Post natal : BB normal 2,5 kg-4 kg, panjang badan normal
49-52 cm, kondisi kesehatan baik, apgar score, ada atau
tidak ada kelainan kongenital.
4) Feeding : air susu ibu atau formula, umur disapih (2
tahun), jadwal makan/jumlahnya, pengenalan makanan
lunak pada usia 4-6 bulan, perubahan BB, masalah-
masalah feeding (vomiting, colic, diare), dan penggunaan
vitamin dan mineral atau suplemen lain.
5) Penyakit sebelumnya : penyebabnya, gejalanya, perjalanan
penyakit, penyembuhan, komplikasi, insiden penyakit,
dalam keluarga atau masyarakat, respon emosi terhadap
rawat inap sebelumnya.
6) Alergi : apakah pernah menderita hay fever, asthma,
eksim, obat-obatan, binatang, tumbuh-tumbuhan, debu
rumah.
7) Imunisasi : apakah imunisasinya sudah lengkap.
8) Tumbuh kembang : berat waktu lahir 2,5-4 kg, BB
bertambah 150-200 gr/minggu, TB bertambah 2,5
cm/bulan. Kenaikan ini terjadi sampai 6 bulan. gigi mulai
tumbuh pada usia 8-9 bulan, dan bisa berdiri dan berjalan
pada usia 10-12 bulan.
c. Riwayat kesehatan keluarga (genogram)
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah
menderita penyakit yang sama.
d. Riwayat psikososial
Anak sangat menyukai mainannya, anak sangat
bergantung kepada kedua orang tuanya dan sangat histeris
jika dipisahkan dengan orang tuanya.
e. Riwayat spiritual
Anak sudah mengenal beberapa hal yang bersifat
ritual misalnya berdoa.
f. Reaksi hospitalisasi
1) Kecemasan
2) Perubahan pola kegiatan rutin
3) Terbatasnya kemampuan untuk berkomunikasi
4) Kehilangan otonomi
5) Penurunan mobilitas seperti kesempatan untuk
mempelajari dunianya dan terbatasnya kesempatan untuk
melaksanakan kesenangannya.
d. Pemeriksaan fisik
1) Ttv
Suhu mengalami peningkatan, nadi cepat dan lemah,
frekuensi nafas meningkat, TD menurun.
2) Antropometri
Meliputi BB, TB, lingkar kepala, lingkar lengan,
dan lingkar perut. Pada anak dengan diare mengalami
penurunan BB.
3) Pencernaan
Ditemukan gejala mual muntah, mukosa bibir dan
mulut kering, peristaltik usus meningkat, anoreksia, BAB
lebih 3x dengan konsistensi encer.
4) Perkemihan : Volume diuresis menurun
5) Muskuloskeletal : Kelemahan fisik akibat output yang
berlebihan
6) Integumen : Lecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat,
turgor kulit jelek
7) Neurologis : Dapat terjadi penurunan kesadaran

e. Pemeriksaan tingkat perkembangan


1) Motorik kasar : sudah bisa naik/turun tangga tanpa dibantu,
memakai baju dengan bantuan, mulai bisa bersepedah roda
tiga.
2) Motorik halus : menggambar lingkaran, mencuci tangan
sendiri dan menggosok gigi.
3) Personal sosial : sudah belajar bermain dengan teman
sebayanya.
1.3. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen cedera biologis (inflamasi di usus)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
penurunan intake makanan
3. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
4. Resiko syok (hipovolemi) b/d kehilangan cairan dan elektrolit
1.4. Intervensi
1. Nyeri akut b/d agen cedera biologis (inflamasi di usus)
NOC (tujuan dan kriteria hasil) : setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan nyeri dapat hilang atau berkurang.
KH :
1. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
2. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
3. Ttv dalam batas normal
NIC (Intervensi) :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komperehensif
2. Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan
3. Atur posisi pasien
4. Ajarkan tekhnik nonfarmakologi (relaksasi nafas dalam)

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan


intake makanan
NOC (tujuan dan kriteria hasil) : setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan nutrisi klien terpenuhi
KH :
1. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
2. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
3. Tidak terjadi penurunan BB yang berarti
NIC (intervensi) :
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Monitor mual, muntah
3. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien

3. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif


NOC (tujuan dan kriteria hasil) : setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan kebutuhan cairan pasien terpenuhi
KH :
1. Ttv normal
2. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
3. Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada
rasa haus yang berlebihan
NIC (intervensi) :
1. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi
adekuat, tekanan darah ortostatik)
2. Dorong masukan oral
3. Anjurkan pemberian obat ( oralit larutan gula dan garam)

4. Resiko syok (hipovolemi) b/d kehilangan cairan dan elektrolit


NOC (tujuan dan kriteria hasil) : setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan tidak terjadi syok hipovolemi
KH :
1. Nadi dalam batas yang diharapkan
2. Irama jantung dalam batas yang diharapkan
3. Frekuensi nafas dalam batas yang diharapkan
4. Irama pernafasan dalam batas yang diharapkan
NIC (intervensi) :
1. Monitor fungsi neurologis
2. Monitor status cairan, input output
3. Monitor status sirkulasi BP, warna kulit, suhu kulit, denyut
jantung, HR, dan ritme, nadi perifer, dan kapiler revill

1.5.Implementasi keperawatan
Penatalaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap
rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat
bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana
setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan
ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan
dengan cermat dan efisien pada situasi  yang tepat dengan  selalu
memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai
implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi
yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien (Wilkinson &
Ahern, 2015).
1.6.Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses
keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil
yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan
tujuan yang diharapkan dalam perencanaan. Bentuk evaluasinya
antara lain menilai kemampuan dalam merespon rangsangan nyeri,
Koping klien efektif, Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari
(Wilkinson & Ahern, 2015)

DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, A, H & Kusuma H (2015) Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnose Medis Dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta : Mediaction
Tim Pokja SDKI PPNI. 2016. Standar Diagnosa dan Intervensi Keperawatan,
Ed.5.Jakarta:salemba Medika
Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2015). Buku Saku DIAGNOSIS
KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC
Edisi 9. (EGC, Ed.) (Edisi 9). Jakarta.
Wulandari, O. (2015). Laporan Pendahuluan Pada Pasien Anak Dengan Diare
Diruang Amarilis 2 RSUD Tugurejo Semarang. Semarang: Poltekkes
Kemenkes

Anda mungkin juga menyukai