DISUSUN OLEH :
Nama : Naura Nazifa
NIM : 21220045
Dosen Pembimbing :
Yulius Tiranda, PHD
2. Etiologi
Penyebab Rheumathoid Arthritis menurut Nurarif dan Kusuma
(2015) belum di ketahui secara pasti, namun faktor predisposisinya
yaitu :
a. Infeksi Streptokokus hemolitikus dan Streptokokus non-
hemolitikus
b. Endokrin
c. Autoimun
d. Metabolik
e. Faktor genetik serta faktor pemicu lingkungan.
3. Patofisiologi
Kelainan sendi akibat Rheumathoid Arthritis dimulai dengan
peradangan sinovial dengan manifestasi nyeri, hipertermi, dan
pembengkakan pada sel-sel yang meliputi sinovial.
3
Pada tahap selanjutnya, kondisi nyeri dan ketidakstabilan sendi
menyebabkan mobilitas klien untuk melakukan aktivitas menurun
sehingga terjadi atrofi pada otot disertai ketidakmampuan untuk
melakukan fleksi dan ekstensi pada ekstrimitas (Muttaqin,2013).
4. Pathway
Rheumathoid Arthritis
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada gangguan muskuloskeletal yaitu
tenosinovitis pada daerah pergelangan tangan dan jari-jari. Pada sendi-
sendi besar (misalnya sendi lutut) gejala peradangan lokal berupa
pembengkakan, nyeri serta serta tanda-tanda efusi sendi.
Pada stadium lanjut terjadi kerusakan sendi dan deformitas
selanjutnya timbul ketidakstabilan sendi akibat ruptur tendon atau
ligamen yang menyebabkan deformitas Rheumathoid yang khas,
berupa deviasi ulnar jari-jari pergelangan tangan, serta valgus lutut
dan kaki (Noor, 2016).
4
6. Komplikasi
Penyakit Rheumathoid Arthritis tidak fatal, secara umum
Rheumatoid Arthritis tidak bisa disembuhkan. Dalam beberapa waktu
penyakit ini secara bertahap menjadi kurang agresif. Namun, jika
tulang dan ligamen mengalami kehancuran dan perubahan bentuk
dapat menimbulkan efek yang permanen.
Deformitas dan rasa nyeri pada kegiatan sehari-hari dapat terjadi
atau dialami. Sendi yang terkena bisa menjadi cacat dan kinerja tugas
sehari-hari akan menjadi sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan.
Rheumathoid Arthritis adalah penyakit sistemis yang dapat
memengaruhi bagian lain dari tubuh selain sendi, seperti berikut :
a. Neuropati perifer memengaruhi saraf yang paling sering terjadi di
tangan dan kaki, hal ini dapat mengakibatkan kesemutan, mati
rasa, atau rasa terbakar.
b. Infeksi, pasien Rheumathoid Arthritis memiliki resiko untuk
infeksi
(Noor, 2016)
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang tidak banyak peran dalam penyakit
Rheumathoid Arthritis, namun dapat membantu apabila terdapat
keraguan atau untuk prognosis pasien,pemeriksaan penunjang tersebut
antara lain :
a. Faktor Reumatoid
b. Laju endap darah
Diagnosis banding dari LED yang meningkat pada artritis
reumatoid meliputi :
1) Penyakit aktif
2) Amiloidosis
3) Infeksi
c. Sel darah putih
5
d. Sinar x dari sendi yang sakit
Foto sinar X pada sendi-sendi yang terkena. Perubahan-perubahan
yang dapat di temukan adalah:
1) Pembekakan jaringan lunak
2) Penympitan rongga sendi
3) Erosi sendi
4) Osteoporosis juksta artikule
e. Artroskopi langsung
f. Biopsi membran sinovial
(Nurarif dan Kusuma, 2015)
8. Penatalaksanaan
Pendekatan saat ini untuk pengelolaan Rheumathoid Arthritis
adalah pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan
penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik
dan terjamin ketaatan pasien,pemberian OAINS diberikan sejak awal
untuk menghindari nyeri sendi akibat inflamasi serta DMARD
(disease – modifying antirheumatic drugs) digunakan untuk
melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat
Rheumathoid Arthritis, penatalaksanaan yang terakhir yaitu dengan
rehabilitasi untuk mengistirahatkan sendi seperti pemanasan (Nurarif
dan Kusuma, 2015).
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kasus
Seorang perempuan Ny. M berusia 70 tahun tahun tinggal dengan keluarga
Tn. E di RT 40 RW 11 Kelurahan Sentosa. Klien menderita penyakit
Arthritis rheumatoid dengan keluhan lutut terasa sakit dan nyeri terutama
pada saat cuaca dingin nyeri diraskan pada sendi seperti tertusuk – tusuk
saat dilakukan pengkajian klien mengatakan bahwa ia merasa sakit pada
kaki bagian lutut sehingga ia kadang mengalami kesulitan berjalan, skala
nyeri 3, nyeri dirasakan terus menerus terutama saat cuaca dingin dan di
malam hari. TTV : TD 140/90 mMhg , nadi 90x/m , suhu 36,6C, RR
22x/m klien mengatakan kesulitan saat berjalan jika tidak berpegangan,
klien terlihat meringis dan mengeluselus lututnya.
B. Pertanyaan Klinis
Apakah pengobatan non farmakologis : kompres serei hangat mampu
meringankan nyeri pada pasien penderita penyakit Arthritis rheumatoid ?
C. PICO
P : Arthitis Rhemathoid
I : Kompres Serei Hangat
C :-
O : Menurunkan Intensitas Nyeri
7
Dengan alasan :
1. Jurnal tersebut sesuai dengan kasus
2. Jurnal tersebut up to date
E. VIA
1. Validity :
a Desain :
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Pre-eksperiment dengan
pendekatan One group pre-post test group.
b Sampel :
Populasi dalam penelitian ini ada sebanyak 43 lansia yang menderita
Arthritis Reumatoid. Sampel pada penelitian ini diambil dari jumlah
populasi yang tersedia yaitu sebanyak 15 lansia. Pengambilan sampel
menggunakan metode non-probably sampling dengan teknik puposive
sampling.
b Kriteria inklusi dan ekslusi
Kriteria Inklusi : lansia yang menderita arthititis Reumatoid, tidak sedang
mengkonsumsi obat golongan analgetik, bersedia menjadi responden dan
dapat berkomunikasi dengan baik
dan Kriteria Eksklusi tidak disebutkan.
d. Randomisasi :
Randomnisasi tidak disebutkan.
2. Importance :
a. Karakteristik subjek :
Karakteristik subjek dalam penelitian ini meliputi usia, Jenis Kelamin,
dan Skala Nyeri
b. Beda Proporsi
Berdasarkan karakteristik usia, menunjukkan dari 15 responden,
mayoritas 10 (66,7%) kategori Eldery yaitu 65-75 tahun. Lanjut Usia
(Eldery) cenderung mengalami penurunan aktifitas karena terjadinya
penurunan fungsi tubuh akibat proses penuaan.
8
Berdasarakan karakteristik jenis kelamin, menunjukkan bahwa jenis
kelamin terbanyak yang menderita Arthritis reumatoid adalah perempuan
yaitu 8 (53,3%). Perbedaan jenis kelamin telah diidentifikasi dalam hal
nyeri dan respon nyeri dimana laki laki kurang mengekspresikan nyeri
yang dirasakan secara berlebihan dibandngan dengan wanita (Potter and
Perry, 2005).
c. Beda mean
Berdasarkan karakteristik skala nyeri, dapat disimpulkan rata–rata
intensitas nyeri responden sebelum diberikan kompres hangat dengan
nilai rata-rata 6,90 (Nyeri sedang –berat). Dapat disimpulkan sebelum
pemberian kompres serai hangat, responden mengalami Nyeri berat
(66,7%) dan Nyeri sedang sebanyak (33,3%). Adapun skala nyeri
Arthrtitis Rheumatoid responden sesudah diberikan kompres serai hangat
dengan rata rata 4,13 (nyeri ringansedang). Kesimpulannya setelah
pemberian kompres hangat ada satu (1) responden masih mengalami
nyeri berat (6,7%),dan yang mengalami pengurangan nyeri sedang
(53,3%) dan nyeri ringan sebanyak (40%).
d. Nilai p value :
Nyeri Arthrtitis Rheumatoid responden sebelum dan sesudah diberikan
kompres serai hangat, dimana rata-rata sebelum diberikan kompres serai
adalah 6,86 dengan standar deviasi 1.060 dan standar eror 0,273
sedangkan sesudah diberikan kompres hangat serai rata-rata skala nyeri
Arthrtitis Rheumatoid adalah 4,13 dengan standar deviasi 1.407 dan
standar eror 0,363. Hasil uji statistik paired t-test didapatkan nilai p-
value = 0,000 < 0,05 dengan selisih nilai mean 2,73. Dapat disimpulkan
ada Pengaruh pemberian kompres serai hangat terhadap penurunan
Intensitas nyeri Arthrtitis Rheumatoid pada lansia.
3. Applicability :
a. Dalam diskusi
Skala nyeri Arthrtitis Rheumatoid responden sebelum dan sesudah
diberikan kompres serai hangat, dimana rata-rata sebelum diberikan
9
kompres serai adalah 6,86 dengan standar deviasi 1.060 dan standar eror
0,273. Sedangkan sesudah diberikan kompres hangat serai rata-rata skala
nyeri Arthrtitis Rheumatoid adalah 4,13 dengan standar deviasi 1.407 dan
standar eror 0,363.
Pada hasil pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa
Hasil uji statistik paired t-test didapatkan nilai p-value= 0,000< 0,05
dengan selisih nilai mean 2,73. Dapat disimpulkan ada Pengaruh
pemberian kompres serai hangat terhadap penurunan Intensitas nyeri
4. Diskusi
Berdasarkan jurnal yang berjudul “Pengaruh Kompres Serei Hangat
Terhadap Intensitas Nyeri Artritis Rheumatoid Pada Lanjut Usia Di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Luhur”. Dalam penelitian ini ada 43 lansia
yang menderita Arthritis Reumatoid. Sampel pada penelitian ini diambil
dari jumlah populasi yang tersedia yaitu sebanyak 15 lansia.. Yang
kemudian dianalisis secara univariat untuk dihitung distribusi frekuensi
dan bivariat untuk mencari tahu pengaruh kompres serei hangat terhadap
10
intensitas nyeri artritis rheumatoid pada lanjut usia di panti sosial tresna
werdha budi luhur.
Didapatkan bahwa, dengan memberikan intervensi kompres serei
hangat pada responden yang menderita Arthritis Rheumatoid, terlihat
terjadi penurunan intensitas nyerinya, ini dikarenakan dalam tanaman serei
terkandung suatu enzim, yaitu enzim siklooksigenase yang dapat
mengurangi peradangan yang diserap melalui kulit pada daerah yang
meradang/ bengkak, selain itu serei juga memiliki efek farmokologis yaitu
rasa pedas yang bersifat hangat, efek hangat ini akan meransang sistem
effektor sehingga mengeluarkan signal yang akan mengakibatkan
terjadinya vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah diatur
oleh pusat vasomotor pada Medulla Oblongata dari tangkai otak, dibawah
pengaruh hipotalamik bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi.
Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan aliran darah ke setiap jaringan
khususnya yang mengalami radang dan nyeri bertambah, sehingga terjadi
penurunan nyeri sendi pada jaringan yang meradang. Oleh sebab itu
kompres serai perlu diberikan pada pasien yang mengalami nyeri
khususnya penderita Arthrtitis Rheumatoid sebagai salah satu intervensi
terapi nyeri non farmakologi yang aman (Sarah, 2018).
11
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Terapi komplementer meupakan terapi alamiah diantarnya adalah
dengan terapi herbal. Pengobatan dengan terapi komplementer mempunyai
manfaat selain dapat meningkatkan kesehatan secara menyeeluruh juga
lebih murah, manfaat dengan menggunakan terapi komplementer
dirasakan oleh klien dengan penyakit kronik yang rutin mengeluarkan
dana. Pengalaman klien yang yang harus membeli obat dengan harga yang
murah sehingga pengeluaran dana untuk membeli obat dapat berkurang
setelah menggunakan pengobatan komplementer. Oleh karena itu, terapi
Arthritis Reumatoiddapat dilakukan dengan terapi herbal atau dengan
menggunakan terapi tanaman seperti jahe merah, rebusan daun sereh dan
dapat juga menggunakan dengan terapi relaksasi, distraksi dan pemberian
sensasi hangat dengan cara terapi kompres air hangat
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian kompres serei hangat
ini adalah : Ada pengaruh pemberian kompres serei hangat terhadap
penurunan intensitas nyeri artritis rheumatoid pada lanjut usia dengan rata-
rata penurunan intensitas nyeri yang dirasakan setelah dilakukan kompres
serei hangat 1,95 dan nilai signifikansi 0,000 Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa ada pengaruh kompres serei hangat terhadap penurunan
intensitas nyeri artritis rheumatoid pada lanjut usia.
12
DAFTAR PUSTAKA
Nurfitriani dan Fatmawati, Tina Yuli. (2020). Pengaruh Kompres Serei Hangat
Terhadap Intensitas Nyeri Artritis Rheumatoid Pada Lanjut Usia Di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Luhur. Jambi : Jurnal Akademika Baiturrahim
Jambi, Vol. 9, No, 1
http://jab.stikba.ac.id/index.php/jab/article/view/231/137
Sarah, Maita. (2018). Pengaruh Kompres Serei Hangat Terhadap Intensitas Nyeri
Artritis Rheumatoid Pada Lanjut Usia Di Panti Jompo Graha Residen
Seniorkarya Kasih Medan. Sumatera utara : Jurnal Mutiara Ners, 238-243
http://114.7.97.221/index.php/NERS/article/view/863/730
13