Disusun oleh :
Artrhitis rematoid ini adalh penyakit yang menimbulkan rasa sakit akibat otot atau
persendian yang mengalami peradangan atau pembengkakan.
2. Etiologi
b. Endokrin
c. Metabolic
d. Factor genetic serta factor pemicu lingkungan (gaya hidup dan mandi malam).
b) Pembuluh darah perifer : terjadi proliferasi tunika intima, lesi pada pembuluh
darah arteriol dan venosa
c) Kelenjar limfe : terjadi pembesaran limfe yang berasal dari aliran limfe,
sendi, hiperplasi folikuler, peningkatan aktivitas system retikulo endothelial dan
proliferasi yang mengakibatkan splenomegaly
e) Visera
3. Manifestasi klinis
Gejala awal terjadi beberapa sendi sehingga disebut poli athritis rhomatoid.
Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan, pergelangan tangan,
sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu, serta sendi panggul dan
biasanya bersifat bilateral atau simetris. Tetapi kadang-kadang hanya terjadi pada
satu sendi disebut arthritis rheomatoid mono-artikular.
Gejala rheumatoid arthritis tergantung pada tingkat peradangan jaringan. Ketika
jaringan tubuh meradang, penyakit ini aktif. Ketika jaringan berhenti meradang,
penyakit ini tidak aktif. Remisi dapat terjadi secara spontan atau dengan
pengobatan dan pada minggu-minggu terakhir bisa bulan atau tahun, orang-orang
pada umumnya merasa sakit ketika penyakit ini aktif lagi (kambuh) atau pun gejala
kembali (Reeves, 2001).
Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi,
kekurangan nafsu makan, demam, nyeri otot dan sendi dan kekakuan. Otot dan
kekakuan sendi biasanya paling sering di pagi hari. Disamping itu juga manifestasi
klinis RA sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan stadium serta beratnya
penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritemia dan gangguan fungsi
merupakan
klinis yang klasik untuk Reumatoid Arthritis (Smeltzer & Bare, 2002).
Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius terjadi pada
lanjut usia (Buffer,2010) yaitu: sendi terasa nyeri dan kaku pada pagi hari, bermula
sakit dan kekakuan pada daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki,
juga jari-jari, mulai terlihat bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba akan terasa
hangat, terjadi kemerahan dan terasa sakit atau nyeri, bila sudah tidak tertahan
dapat
menyebabkan demam, dapat terjadi berulang (Junaidi, 2006)
4. patofisiologi
5. Gambaran klinis
6. Komplikasi
c. Gagal pernafasan
d. Gagal ginjal
e. Penyakit saluran cerna
f. Osteoporosis
7. Pemeriksaan penunjang
a. Laju endap darah (LED) meningkat (80-100 mm/h) kembali (v) sewaktu
gejala-gejala meningkat.
c. Sel darah putih: positif meningkat pada waktu timbul proses inflamasi
sampai 500-50.000 mm/h dan tampak keruh
8. Penatalaksanaan
daging sapi, daging ayam, sayur kangkung, buah-buahan, nasi dan susu.
g. OAINS (obat anti inflamasi non steroid) diberikan sejak dini untuk
mengatasi nyeri akibat inflamasi. OAINS yang dapat diberikan: Aspirin
mulai dosis 3-4 x/hari. Ibuprofen, nafroxen, poriksikam, diklofenak dan
sebagainya.
1. Definisi
2. Fisiologi Nyeri
3. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan
kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan
tegangan otot. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan,
biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari enam bulan. Hal
ini termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri
kronis, dan nyeri psikosomatis. Ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi
kedalam beberapa kategori, di antaranya nyeri tertusuk dan nyeri
terbakar.
Selain klasifikasi nyeri diatas, terdapat jenis nyeri yang spesifik, di antaranya nyeri
somatic, nyeri visceral, nyeri menjalar (referent pain), nyeri psikogenik, nyeri
fantom dari ekstermitas, nyeri neurologis, dan lain-lain. Nyeri somatic dan nyeri
visceral ini umumnya bersumber dari kulit dan jaringan dibawah kulit (superficial)
pada otot dan tulang. Nyeri menjalar adalah nyeri yang terasa pada bagian tubuh
yang lain, umumnya terjadi akibat kerusakan pada cedera organ visceral. Nyeri
psikogenik adalah nyeri yang tidak diketahui secara fisik yang timbul akibat
psikologis. Nyeri phantom adalah nyeri yang disebabkan karena salah satu
ekstermitas diamputasi. Nyeri neurologis adalah bentuk nyeri yang tajam karena
adanya spasme di sepanjang atau dibeberapa jalur syaraf.
4. Stimulasi Nyeri
Seseorang dapat menolernsi, menahan nyeri (pain tolerance), atau dapat mengenali
jumlah stimulasi nyeri sebelum merasakan nyeri (pain threshold). Terdapat
beberapa jenis stimulasi nyeri, diantaranya :
a. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya
kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada reseptor.
1. Teori nyeri
Menurut Barbara C. Long tahun 1989 terdapat beberapa teori tentang terjadinya
rangsangan nyeri diantaranya:
a. Arti nyeri.
Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hamper sebagian
arti nyeri merupakan arti yang negative, seperti membahayakan merusak, dan lain-
lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh beberapa factor, sepertiusia, jenis kelamin, latar
belakang social budaya, lingkungan dan pengalaman.
b. Persepsinyeri.
c. Toleransi nyeri.
1. Definisi
Keluarga sebagai bagian sub sistem didalam masyarakat memiliki
karakteristik yang unik dalam kehidupan keluarga tersebut. Banyak ahli
menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan perkembangan
a. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang berasal dari kelompok
keluarga yang sama atau yang berbeda dan saling mengikutsertakan dalam
kehidupan yang terus menerus, biasanya bertempat tinggal dalam satu
rumah, mempunyai ikatan emosional dan adanya pembagian tugas antara
satu dengan yang lainnya (menurut buku keperawatan keluarga karya Tantut
Susanto tahun 2012).
b. Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga
mempunyai ikatan emosional, dan mengembangkan dalam interelasi social,
peran dan tugas (Allender dan Spradley, 2001).Dari beberapa pengertian
tentang keluarga maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga
adalah (Depkes, 2000) :
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi.
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika berpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
1. Tradisional
a. The nuclear family (keluarga inti) Keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan
anak.
b. The dyad family Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah.
c. Keluarga usila Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan
anak yang sudah memisahkan diri.
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak
terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang
terjadi pada wanita.
e. The extended family Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup
bersama dalam
satu rumah seperti nuclear family disertai paman, tante, orang tua (kakek nenek),
dan keponakan.
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini
terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian, atau karena ditinggalkan
(menyalahi hokum pernikahan).
g. Commuter family Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah
satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota
bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat
i. Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan
saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Contoh: dapur,
kamar mandi, televise, telepon, dan lain-lain.
j. Blended family. Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
k. The single adult living alone/single-adult family Keluarga yang terdiri dari
orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi)
seperti: perceraian atau ditinggal mati.
2. Non Tradisional
a. The unmarried teenage mother Keluarga yang terdiri dari orangtua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
c. Commune family Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas
yang sama, pengalaman yang sama; sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok/membesarkan anak bersama.
f. Cohabitating family
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa
alasan tertentu.
h. Group network family Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai,
hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah
tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster family. Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.
1. Pengkajian
a. Tahap pengkajian
Tahap ini merupakan pengumpulan informasi secara terus menerus terhadap
anggota keluarga yang dibinanya. Data yang dikumpulkan meliputi :
1) Data umum
2) Genogram
3) Kebutuhan sehari-hari
a) Kebutuhan nutrisi
d) Status lingkungan
Yaitu jumlah anggota keluarga yang sehat dan fasilitas kesehatan yang
menunjang kesehatan (bpjs,askes, jamsostek, kartu sehat, asuransi, atau yang
lain). Fasilitas fisik yang dimiliki anggota keluarga (peralatan kesehatan),
dukungan psikologis anggota keluarga atau masyarakat, dan fasilitas social
yang ada disekitar keluarga dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan.
Nilai atau norma keluarga, struktur peran, pola komunikasi keluarga, struktur
kekuatan keluarga.
b. Analisa data
e) Kehamilan dan KB
c) Jamban keluarga
a) Sifat-sifat keluarga
b) Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot.Skor
yang diperoleh Bobot Skor tertinggi
c) Jumlahkan skor untuk semua criteria (skor maksimum sama dengan jumlah
bobot, yaitu 5)Skoring diagnosis keperawatan menurut bailon dan maglaya (1978).
- Hanya sebagian 1
- Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk 1
dicegah
- Tinggi 3
- Cukup 2
- Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
- masalah berat 2
harus segera
1
ditangani
0
- ada masalah tetapi
harus segera
ditangani
- masalah tidak
dirasakan
hal yang perlu diperhatikan untuk mengubah masalah yang terjadi dalam keluarga
antara lain pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, tindakan untuk menangani
masalah, sumber daya fisik,
keuangan, tenaga, sumber daya tenaga kesehatan dan sumber daya kesehatan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam melihat potensial masalah dapat dicegah antara
lain kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit, lamanya masalah,
tindakan yang sedang dijalankan, dan adanya kelompok “High Risk” atau
kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah.
yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang
mendukung masalah dan penyebab.
3. Rencana Keperawatan
4. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan. Tahap ini
muncul jika perencanaan yang dibuat diaplikasikan pada klien. Tindakan yang
dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda dengan urutan yang yang telah
dibuat pada perencanaan. Aplikasi yang dilakukan pada klien akan berbeda,
disesuaikan dengan kondisi klien saat itu dan kebutuhan yang paling dirasakan
oleh klien
Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreatifitas
perawat. Sebelum melakukan suatu tindakan, perawat harus mengetahui alasan
mengapa tindakan tersebut dilakukan. Perawat harus yakin bahwa: tindakan
keperawatan yang dilakukan sesuai dengan tindakan yang sudah direncanakan,
dilakukan dengan cara yang tepat, serta sesuai dengan kondisi klien, selalu
dievaluasi apakah sudah efektif dan selalu didokumentasikan menurut waktu
(Doenges dkk, 2006)
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan. Pada tahap ini
perawat membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil
yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi sudah teratasi
seluruhnya, hanya sebagian, atau bahkan belum teratasi semuanya. Evaluasi adalah
proses yang berkelanjutan yaitu suatu proses yang digunakan untuk mengukur dan
memonitor kondisi klien untuk mengetahui kesesuaian tindakan keperawatan,
perbaikan tindakan
keperawatan, kebutuhan klien saat ini, perlunya dirujuk pada tempat kesehatan
lain, apakah perlu menyusun ulang prioritas diagnosis supaya kebutuhan klien bisa
terpenuhi (Doenges dkk,2006). Selain digunakan untuk mengevaluasi tindakan
keperawatan yang sudah dilakukan, evaluasi juga digunakan untuk memeriksa
semua proses keperawatan.