Artritis Rheumatoid
Dosen Pembimbing
Disusun oleh :
PRODI S1 KEPERAWATAN
Dan tak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah
Muhammad SAW yang telah membawah kita dari zaman jahiliiya menuju zaman yang terang
benerang yakni adinul islam wal iman.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Lansia merupakan sebuah siklus hidup manusia yang hampir pasti dialami
setiap orang. Kenyataan saat ini setiap kali menyebut kata “Lansia” yang terbersit di
benak kita adalah seseorang yang tidak berdaya dan memiliki banyak keluhan
kesehatan. Padahal lansia sebenarnya dapat berdaya sebagai subyek dalam
pembangunan kesehatan. Pengalaman hidup, menempatkan lansia bukan hanya
sebagai orang yang dituakan dan dihormati di lingkungannya, tetapi juga dapat
berperan sebagai agen perubahan (agent of change) di lingkungan keluarga dan
masyarakat sekitarnya dalam mewujudkan keluarga sehat, dengan memanfaatkan
pengalaman yang sudah dimiliki dan diperkaya dengan pemberian pengetahuan
kesehatan yang sesuai.
Rheumatoid Arthritis merupakan penyakit inflamasi non-bakterial yang
bersifat sistemik, progresif, cenderung akut dan kronik serta mengenai sendi dan
jaringan ikat sendi secara simetris (Nurarif,2015).
Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit yang menyebabkan nyeri, kekakuan,
pembengkakan dan keterbatasan gerak serta fungsi dari banyak sendi, dan pada
rheumatoid arthritis biasanya terjadi kekakuan paling sering dipagi hari
(Hardiani,2011).
Rheumatoid Arthritis adalah penyakit kelainan pada sendi yang menimbulkan nyeri
dan kaku pada sistem muskuloskeletal (sendi, tulang. jaringan ikat dan otot) Penyakit
ini utamanya mengenai otot-otot skelet, tulang, ligamentum, tendon dan persendian
pada laki-laki maupun wanita dengan segala usia Hal yang paling ditakuti dari
penyakit rheumatoid arthritis ini bila tidak diobati dengan benar adalah akan
menimbulkan kecacatan baik ringan seperti kerusakaan sendi maupun berat badan
seperti kelumpuhan, dan masalah yang disebabkan oleh penyakit rheumatoid arthritis
tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas
sehari-hari tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas tetapi dapat menimbulkan
kegagalan organ dan kematian atau mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri,
keadaan mudah lelah, perubahan citra diriserta gangguan tidur (Aqila, 2010).
Pada pasien rheumatoid arthritis masalah yang sering dialami oleh penderita yaitu
timbulnya nyeri secara mendadak. Biasanya terjadi kekakuan atau nyeri pada pagi dan
malam hari, namun biasanya yang paling terburuk terjadi pada pagi hari, rasa nyeri
terasa berdenyut dan sangat sakit, serta bertambah meskipun hanya sedikit bergerak.
Keluhan nyeri yang timbul dapat mengganggu lansia sehingga dapat menyebabkan
immobilisasi dan penurunan rentang gerak pada lansia, penderita tidak dapat
beraktivitas dengan baik dan juga tidak dapat merasakan kenyamanan dalam hidup.
B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari rheumatoid Arthritis ?
2. Apa etiologi dari rheumatoid Arthritis ?
3. Bagaimana patofisiologi dari rheumatoid Arthritis ?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari rheumatoid Arthritis ?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari rheumatoid Arthritis?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari rheumatoid Arthritis?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan gawat darurat rheumatoid Arthritis ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari rheumatoid Arthritis.
2. Untuk mengetahui etiologi dari rheumatoid Arthritis.
3. Untuk mengetahui patofisiologis dari rheumatoid Arthritis.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari rheumatoid Arthritis.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari rheumatoid Arthritis.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari rheumatoid Arthritis.
7. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari rheumatoid Arthritis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Etiologi
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang dikemukakan
mengenai penyebab rheumatoid arthritis, yaitu :
1) Infeksi streptokukus hemolitikus dan streptokukus non-hemolitikus
2) Autoimun
3) Metabolic
4) Faktor genetic serta faktor pemicu lingkungan
Pada saat ini, rheumatoid arthritis diduga disebabkan oleh facktor autoimun dan
infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; factor injeksi mungkin
disebabkan oleh virus dan organisme mikroplasma atau group difteroid yang
menghasilkan antigen kolagen tipe II dari tulang rawan sendi penderita (Nurarif,
2015).
C. Patofisiologi
Rheumatoid arthritis merupakan penyakit autoimun sistemik yang menyerang sendi.
Reaksi autoimun terjadi dalam jaringan sinovial. Kerusakan sendi mulai terjadi dari
proliferasi makrofag dan fibrolas sinovial. Limfosit menginfiltrasi daerah perivaskular
dan terjadi proliferasi sel-sel endotel kemudian terjadi neovaskularisasi. Pembuluh
darah pada sendi yang terlibat mengalami oklusi oleh bekuan kecil atau sel-sel
inflamasi. Terbentukknya pannus akibat terjadinya pertumbuhan yang ireguler pada
jaringan sinovial yang mengalami inflamasi. Pannus kemudian menginvasi dan
merusak rawan sendi dan tulang, respon imunologi melibatkan peran sitokin,
interleukin proteinase, dan faktor pertumbuhan. Respon ini mengakibatkan destruksi
sendi dan komplikasi sistemik (Surjana 2009).
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut dengan poli arthritis
rheumatoid. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan, pergelangan
tangan, sendi lutut,sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu serta sendi panggul dan
biasanya bersifat simetris/bilateral. Tetapi kadang-kadang hanya terjadi pada satu
sendi yang disebut dengan arthritis rheumatoid mono - artikular (Nurarif,2015).
Ada beberapa tanda dan gejala sistemik pada arthritis rheumatoid antara lain lemah,
demam, takikardi, berat badan turun, anemia,dan anorexia. Serta terdapat juga tiga
stadium pada arthritis rheumatoid:
1) Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
dengan adanya hiperemi,terkadang edema karena kongesti, nyeri pada saat
istirahat ataupun pada saat bergerak, dan kekakuan.
2) Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai dengan adanya kontraksi tendon. Selain tanda
dan gejala tersebut bisa juga terjadi karena perubahan bentuk pada tangan yaitu
bentuk swan-neck.
3) Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas
dan gangguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi diawali dengan
adanya sinovitis, sampe berlanjut pada pembentukan pannus, ankilosis fibrosa,
dan terakhir ankilosis tulang.
F. Pemeriksaan Penunjang
1) Faktor Reumatoid, Fiksasi lateks, reaksi-reaksi aglutinasi.
2) Laju endap darah umumnya meningkat pesat (80-100 mm/h) mungkin kembali
normal sewaktu gejala-gejala meningkat.
3) Protein C-reaktif positif selama masa eksaserbasi.
4) Sel darah putih meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
5) Haemoglobin umumnya menunjukkan anemia sedang
6) Sinar x dari sendi yang sakit menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal)
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
sublukasio.
7) Scan radionuklida mengidentifikasi peradangan sinovium
8) Artroskopi langsung, aspirasi cairan sinovial
9) Biopsi membran sinovial, menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas (Nurarif,2015).
G. Penatalaksanaan
Kekurangan terapi farmakologi dari golongan analgesik dan antinflamasi seperti non
teroidal anti iflamatory drugs (NSAID) dan disease modifying antirhematoid drug
(DMARD) dapat meperberat kondisi osteoartritis/Artritis Rheumatoi karena
komsumsi dalam jangka waktu yang lama merupakan faktor penyebab morbiditas dan
mortalitas utama (Brunner & Suddart, 2013).
NSAID tidak memiliki khasiat yang dapat melindungi rawan sendi dan tulang efek
analgesik, lemah, tidak menghentikan kerusakan musuloskeletal (WHO, 2010).
Kekurangan terapi NSAID pada sistem organ yang lain dapat menyebabkan erosi
mukosa lambung, raum atau erupsi kulit, menimbuklan nekrosis papilar ginjal,
gangguan fungsi trombosit dan meningkatkan tekanan darah (Brunner & Suddart,
2013).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu proses pengumpulan data secara sistematis yang
bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional pada pasien dengan
saat ini dan pada riwayat sebelumnya (Potter,2013 dan Lestari,2016).Pengkajian
keperawatan terdiri dari 2 tahap yaitu tahap verifikasi dan pengumpilan data dari
sumber primer dan sukender dan yang kedua adalah menganalisis seluruh data
sebagai dasar untuk menegakkan diagnosa keperawatan. Pada asuhan keperawatan
gerontik, pengkajian menjadi hal komponen yang esensial dan kompleks dalam
proses keperawatan (Miller, 2012 dan Lestari, 2016).
Pengkajian geriatri pada lansia menjadi khas pada pengkajian keperawatan
gerontik. Status kesehatan pada lansia dikaji secara komprehesif, akurat, dan
sistematis, informasi yang dikumpulkan selama pengkajian harus dapat dipahami
dan didiskusikan dengan anggota tim, keluarga klien, dan pemberi pelayanan
interdispliner. Tujuan melakukan pengkajian ini adalah menentukan kemampuan
klien dalam memelihara diri sendiri, melengkapi data dasar untuk membuat
rencana keperawatan, serta memberi waktu pada klien untuk dapat berkomunikasi.
Pengkajian ini meliputi aspek, fisik, psikis, dan spiritual dalam melakukan
kegiatan pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan.
1. Identitas
Nama, umur, agama, alamat asal, tanggal datang.
2. Data Keluarga
Nama, hubungan, pekerjaan, alamat.
3. Status Kesehatan Sekarang
Keluhan utama, pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan
obat-obatan.
4. AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES MENUA):
Fungsi fisiologis, integumen, hematopoetic, kepala, mata telinga, hidung
sinus, mulut, tenggorokkan, leher, pernafasan, kadiovaskuler, gastrointestinal,
perkemihan, reproduksi, muskuloskeletal, persyarafan.
5. Psikososial
Cemas, depresi ketakutan, insomnia, kesulitan dalam mengambil keputusan,
kesulitan konsentrasi. mekanisme koping, persepsi tentang kematian..
6. Spiritual
Aktifitas ibadah dan hambatan.
7. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (indeks barthel) seperti,
makan, berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, atau sebaliknya personal
toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok gigi), keluar masuk toilet (mencuci
pakaian, menyeka tubuh, menyiram), mandi, berjalan di permukaan datar,
(jika tidak bisa, dengan kursi roda), naik turun tangga, mengenakan pakaian,
kontrol bowel (bab), kontrol bladder (bak).
8. Aspek Kognitif
MMSE (Mini Mental Status Exam)
9. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test.
10. Kecemasan, GDS
Pengkajian depresi, Geriatric Depressoion Scale.
11. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia.
12. Fungsi sosial lansia
Apgar keluarga dengan lansia
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan. (PPNI 2016).
Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri.
2) Identifikasi skala nyeri.
3) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Terapeutik
1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, yaitu
dengan Latihan gerak dengan melakukan senam ergonomis.
2) Fasilitasi istirahat dan tidur.
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama diharapkan masalah
Defisit pengetahuan meningkatdengan kriteria hasi :
SLKI: Tingkat pengetahuan
Kriteria Hasil :
Meningkat
1) Kemampuan pengetahuan tentang penyakit meningkat skala 5
2) Perilaku sesuai dengan pengetahuan penyakit meningkat skala 5.
3) Persepsi terhadap penyakit meningkat skala 5.
Observasi
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.
2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik
Edukasi
SIKI:
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Observasi
1) Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra tubuh.
2) Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial.
3) Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri.
Terapeutik
Edukasi
Edukasi
1. IDENTITAS :
KLIEN
Nama : Ny. S
Umur : 60 tahun
Agama : Islam
2 DATA :
KELUARGA
Nama : Bpk. M
Hubungan : Suami
Pekerjaan : ...............................................................................................
Keluhan utama: Nyeri pada lutut, nyeri punggung, nyeri leher, kesemutan pada
ekstremitas atas dan bawah.
FUNGSI FISIOLOGIS
1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan :
Perubahan BB :
Perubahan nafsu :
makan
Masalah tidur :
Kemampuan ADL :
2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka :
Pruritus :
Perubahan pigmen :
Memar :
Pola penyembuhan :
lesi
Ya Tidak
Perdarahan abnormal :
Pembengkakan kel. :
Limfe
Anemia :
4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala :
Pusing :
5. Mata
Ya Tidak
Perubahan :
penglihatan
Pakai kacamata :
Kekeringan mata :
Nyeri :
Gatal :
Photobobia :
Diplopia :
Riwayat infeksi :
6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan :
pendengaran
Discharge :
Tinitus :
Vertigo :
Riwayat infeksi :
Kebiasaan :
membersihkan
telinga
7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea :
Discharge :
Epistaksis :
Obstruksi :
Snoring :
Alergi :
Riwayat infeksi :
KETERANGAN : Tidak ditemukan kelainan pada hidung.
8. Mulut,
tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan :
Kesulitan menelan :
Lesi :
Perdarahan gusi :
Caries :
Perubahan rasa :
Gigi palsu :
Riwayat Infeksi :
9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan :
Nyeri tekan :
Massa :
10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk :
Nafas pendek :
Hemoptisis :
Wheezing :
Asma :
11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain :
Palpitasi :
Dipsnoe :
Paroximal :
nocturnal
Orthopnea :
Murmur :
Edema :
12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia :
Nausea / vomiting :
Hemateemesis :
Perubahan nafsu :
makan
Massa :
Jaundice :
Perubahan pola :
BAB
Melena :
Hemorrhoid :
13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria :
Frekuensi : ...................................................................................
Hesitancy :
Urgency :
Hematuria :
Poliuria :
Oliguria :
Nocturia :
Inkontinensia :
Nyeri berkemih :
14. Reproduksi
(laki-laki)
Ya Tidak
Lesi :
Disharge :
Testiculer pain :
Testiculer massa :
Perubahan gairah :
sex
Impotensi :
Reproduksi
(perempuan)
Lesi :
Discharge :
Postcoital :
bleeding
Nyeri pelvis :
Prolap :
Aktifitas seksual :
Pap smear :
15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi :
Bengkak :
Kaku sendi :
Deformitas :
Spasme :
Kram :
Kelemahan otot :
Masalah gaya :
berjalan
Nyeri punggung :
16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache :
Seizures :
Syncope :
Tic/tremor :
Paralysis :
Paresis :
Masalah memori :
Psikososial YA Tidak
Cemas :
Depresi :
Ketakutan :
Insomnia :
Kesulitan konsentrasi :
Persepsi tentang kematian: Kurang baik (tidak bisa membayangkan jika suaminya
meninggal).
Dampak pada ADL : terganggu dan tidak bisa melaksanakan aktivitas secara
normal.
Spiritual
6 LINGKUNGAN :
Kamar :.................................................................................
1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
Skor Yang
Dengan Mandiri
No Kriteria Didapat
Bantuan
1 Makan 5 10 10
5 Mandi 0 5 5
8 Mengenakan pakaian 5 10 10
2. Aspek Kognitif
MMSE (Mini Mental Status Exam)
Total nilai 30 30
Interpretasihasil :
3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
1 25 Oktober 2022 12
2 31 Oktober 2022 13
3 7 November 2022 12
Interpretasi hasil:
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss & Kehlet:
2007: Podsiadlo & Richardson:1991)
4. Kecemasan, GDS
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
Jumlah 4
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam Gerontological
Nursing, 2006)
Interpretasi :
5. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:
Total score
(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam Introductory
Gerontological Nursing, 2001)
Interpretasi:
0 – 2 : Good
Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia
B. Diagnosa Keperawatan
D. Implementasi
E. Evaluasi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran