Anda di halaman 1dari 14

Kelompok 5

ASUHAN KEPERAWATAN RHEUMATOID ARTHRITIS

DIAH AJENG KURNIAWATI


ERNI SULISTIOWATI
IRMA SEPTIANNY
NAZIATU ROHMA GUNAWAN
M. REZA PAHLEPI
SALSABILLA MEGA SAFIRA
TIARA VANESSA

Dosen pengampu : Reni TRI Subekti ,


SST.,M.Kes
Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik
yang menyebabkan tulang sendi destruksi, deformitas, dan mengakibatkan
ketidakmampuan.Prevalensi penyakit muskuloskeletal pada lansia dengan
Rheumatoid Arhtritis mengalami peningkatan mencapai 335 juta jiwa di
dunia.

WHO (2016) mendata penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81%


dari populasi, hanya 24% yang pergi kedokter, sedangkan 71% nya
cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang terjual
bebas. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai Negara yang paling
tinggi

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit sendi adalah umur, jenis kelamin,


genetik, obesitas dan penyakit metabolic, cedera sendi, pekerjaan dan olah
raga.Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018
 
Definisi Artritis Rheumatoid

Artritis Rheumatoid adalah penyakit inflamasi kronik dan


sistematik yang menyebabkan destruksi sendi dan deformasi
serta menyebabkan disability.Penyakit ini sering terjadi
dalam 3-4 dekade ini pada lansia.Penyebab Artritis
Rheumatoid tidak diketahui, tetapi mungkin akibat penyakit
autoimun dimulai dari interfalank proksimal
metakarpofalenkeal, pergelangan tangan dan pada tahap
lanjut dapat mengenai lutut dan paha (Fatimah, 2010).
Artritis Rheumatoid adalah gangguan berupa kekakuan,
pembengkakan, nyeri, dan kemerahan pada daerah persendian
dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011).
 Etiologi

 Penyebab Artritis Rheumatoid belum diketahui dengan pasti.Namun kejadiannya


dikorelasikan dengan interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan
lingkungan (Suarjana, 2009).
• Genetik, berupa hubungan dengan HLH-DRBI dan faktor ini memiliki angka
kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60% ( Suarjana, 2009).

• Hormon sex, perubahan profil hormon berupa stimulasi dari Plasental


kortikotraonim Releasing Hormone yang mensekresi dehidropiandrosteron
(DHEA), yang merupakan substrat penting dalam sintesis esterogen plasenta.
• Faktor infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa seinduk semang (host) dan
merubah reakrifitas atau respon sel T sehingga muncul timbulnya penyakit
• HeatShockProtein (HSP) Merupakan protein yang diproduksi sebagai respon
terhadap stress
Patofisiologi
Pemahaman mengenai anatomi normal dan fisiologi persendian diartrodial
atau sivovyal merupakan kunci untuk memahami patofisiologi penyakit
reumatik fungsi persendian sinovial memiliki kisaran gerak tertentu
kendati masing-masing orang tidak mempunyai kisaran gerak yang sama
pada sendi-sendi yang dapat digerakkan pada sendi sinovial yang normal
kartilago artikular membungkus ujung tulang pada sendi dan
menghasilkan perkumaan yang licin serta ulet untuk digerakkan.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis RA dibagi menjadi 2 kategori yaitu manifestasi artikular
dan manifestasi ekstraartikular . Manifestasi artikular dibagi menjasi 2
kategori , yaitu gejala inflamasi akibat aktivitas sinovitis yang bersifat
reversibel dan gejala akibat kerusakan struktur persendian yang bersifat
ireversibel.

Gejala klinis yang berhubungan dengan aktivitas sinovitis adalah kaku pagi
hari . Beberapa aspek lain yang berhubungan dengan sendi yaitu :
Manifestasi ektraartikular pada RA meliputi (Shah AND Clair, 2012):
-Vertebrata Servikalis
-Gelang bahu
-Kaki dan pergelangan kaki
-Tangan keterlibat persendian pergelangan tangan metacarphophalangeal
 Pemeriksaan Diagnostik

 Pemeriksaan penjungan ini tidak banyak berperan dalam diagnosis artritis


rheumatoid , pemeriksaan laboratorium mungkin dapat sedikit membantu
untuk melihat prognosis pasien , seperti :
• Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) akan meningkat.
• Leukosit normal atau meningkat sedikit.
• Trombosit meningat.
• Kadar albumin serum trurun dan globulin.
• Jumlah sel darah merah dsn komplremen C4 menurun.
• Protein C-reaktif dan antibodi antiukleus (ANA) biasanya positif.
• Laju sedimentasi eritrosit meningkat menunjukan inflamasi.
• Pemerikasaan sinar-X dilakukan untuk membantupenegakkan diganosa
dan memantau perjalanan penyakit.
Penatalaksaan

Tujuan utama dari program penatalaksanaan adalah perawatan


sebagai berikut :
-Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan.
- Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari
penderita.
-Untuk mencegah dan atau memperbaiki defporitas yang terjadi pada sendi.
Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang lain.
Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Pengkajian terdiri dari pengumpulan informasi subjektif dan objektif


(misalnya, tanda vital, wawancara pasien/keluarga, pemeriksaan
fisik) dan peninjauan informasi riwayat pasien pada rekam medik.
Perawat juga mengumpulkan informasi tentang kekuatan (untuk
mengidentifikasi peluang promosi kesehatan) dan resiko (area yang
perawat dapat mencegah atau potensi masalah yang dapat ditunda).
Perawat ahli dapat dengan cepat mengidentifikasi kelompok
karateristik klinis dari data pengkajian dan mulus maju ke diagnosis
keperawatan. Perawat pemula mengambil proses yang lebih
berurutan dalam menentukan diagnosis keperawatan
yang tepat.
  
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif
dan objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk
menegakkan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan
melibatkan proses berfikir kompleks tentang data yang
dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medis,.

DX.
Nyeri akut b.d perubahan patologis oleh arthritis rheumatoid.
Rencana Keperawatan

Perencanaan keperawatan sebaiknya memenuhi persyaratan berikut ini


(DeLauner dkk, 2002).
Bersifat individual, bergantung pada kebutuhan dan kondisi klien.
Bisa dikembangkan bersama-sama dengan klien, tenaga kesehatan lain, atau
orang yang ada di sekitar klien.
Harus terdokumentasi.
Berkelanjutan.
DIAGNOSA : Nyeri akut b.d patologis oleh arthritis

NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24 jam nyeri
dapat diatasi, dengan kriteria hasil :
1.Pasien mampu mengontrol nyeri.
2.Pasien mampu mengenali nyeri (skala, intesitas, frekuensi dan
tanda nyeri).
3.Pasien mampu menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
NIC
1.Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor pretipitasi.
2.Observasi reaksi noverbal dari ketidaknyamanan.
3.Kurangi faktor prespitasi nyeri.
Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan. Tahap ini muncul jika
perencanaan yang dibuat diaplikasikan pada klien. Tindakan yang dilakukan mungkin
sama, mungkin juga berbeda dengan urutan yang yang telah dibuat pada perencanaan

Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan. Pada tahap ini perawat
membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah
ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi sudah teratasi seluruhnya,
hanya sebagian, atau bahkan belum teratasi semuanya. Evaluasi adalah proses yang
berkelanjutan yaitu suatu proses yang digunakan untuk mengukur dan memonitor
kondisi klien untuk mengetahui kesesuaian tindakan keperawatan, perbaikan
tindakan keperawatan, kebutuhan klien saat ini, perlunya dirujuk pada tempat
kesehatan lain, apakah perlu menyusun ulang prioritas diagnosis supaya kebutuhan
klien bisa terpenuhi .
TRIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai