Anda di halaman 1dari 6

TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH II

TINGKAT II
GIAN ENDRA PUSPITA SARI

DOSEN:

HARJATI, SST, M.KES

AKPER YASPEN JAKARTA

Jl. Batas II No.54, RT.11/RW.9, Baru, Pasar Rebo, RT.11/RW.9, Baru, Kota
Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13780
2020-2021
1. Diagnosa Keperawatan: Kurang perawatan diri berhubungan dengan :
a. Kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan
kontrol/koordinasi otot.
b. Kerusakan perseptual / kognitif
c. Nyeri / ketidaknyamanan
d. Depresi

Kriteria Hasil:

a. Mendemonstrasikan tekhnik/perubahan gaya hidup untuk memenuhi


kebutuhan perawatan diri
b. Melakukan aktivitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri
c. Mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas memberikan bantuan sesuai
kebutuhan.

Intervensi dan Rasional

Tindakan / Intervensi Rasional


Mandiri:
1. Kaji kemampuan dan tingkat 1. Membantu dalam
kekurangan (dengan menggunakan mengantisipasi/merencanakan
skala 0-4) untuk melakukan pemenuhan kebutuhan secara
kebutuhan sehari-hari. individual

2. Hindari melakukan sesuatu untuk 2. Pasien ini mungkin akan menjadi


pasien yang dapat dilakukan pasien sangat ketakutan dan sangat
sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai tergantung dan meskipun bantuan
kebutuhan. yang diberikan bermanfaat dalam
mencegah frustasi adalah penting
bagi pasien untuk melakukan
sebanyak mungkin u tuk diri sendiri
untuk mempertahankan harga diri
dan meningkatkan pemulihan.

3. Sadari perilaku aktivitas impulsif 3. Dapat menunjukkan kebutuhan


karena gangguan dalam mengambil intervensi dan pengawasan tambahan
keputusan. untuk meningkatkan keamanan
pasien.

4. Pertahankan dukungan, sikap yang 4. Pasien akan memperlakukan empati


tegas. Beri pasien waktu yang cukup tetapi untuk mengetahui pemberi
untuk mengerjakan tugasnya. asuhan yang akan membantu pasien
secara konsisten.

5. Berikan umpan balik yang positif 5. Meningkatkan perasaan makna diri.


untuk setiap usaha yang dilakukan Meningkatkan kemandirian dan
atau keberhasilannya. mendorong pasien untuk berusaha
secara kontinu.

6. Buat rencana terhadap gangguan 6. Buat rencana terhadap gangguan


penglihatan yang ada, seperti: penglihatan yang ada, seperti:
a. Letakkan makanan dan alat-alat a. Pasien akan dapat melihat untuk
lainnya pada sisi pasien yang memakan makananya.
tidak sakit.
b. Sesuaikan tempat tidur sehingga b. Akan dapat melihat jika
sisi tubuh pasien yang tidak naik/turun dari tempat tidur,
sakitmenghadap ke ruangan dapat mengobservasi orang yang
dengan sisi yang sakit datang keruangan tersebut.
menghadap ke dinding.
c. Posisikan perabot menjauhi c. Memberi keamanan ketika pasien
dinding. bergerak di ruangan untuk
menurunkan risiko jatuh/terbentur
perabot tersebut.

7. Gunakan alat bantu pribadi, seperti 7. Pasien dapat menangani diri sendiri,
kombinasi pisau bercabang, singkat Meningkatkan kemanandirian dan
tangkai panjang, tangkai panjang harga diri.
untuk mengambil sesuatu dari lantai;
kursi mandi pancuran; kloset duduk
yang agak tinggi.

8. Kaji kemampuan pasien untuk 8. Mungkin mengalami syaraf kandung


berkomunikasi tentang kemih, tidak dapat mengatakan
kebutuhanmya untuk untuk kebutuhannya fase pemulihan akut,
menghindari dan/atau kemampuan tetapi biasanya dapat mengontrol
untuk menggunakan urinal, bedpan. kembali fungsi ini sesuai
Bahwa pasien ke kamar mandi perkembangan proses penyembuhan.
dengan teratur/interval waktu
tertentu untuk berkemih jika
memungkinkan.

9. Identifikasi kebiasaan defekasi 9. Mengkaji perkembangan program


sebelumnya dan kembalikan pada latihan (Mandiri) dan membantu
kebiasaaan pola normal tersebut. dalam pencegahan kontipasi dan
Kadar makanan yang berserat, sembelit ( pengaruh jangka panjang).
anjurkan untuk minum banyak dan
tingkatkan aktivitas.

Kolaborasi:
1. Beriukan supositoria dan pelunak 1. Mungkin dibutuhkan pada awal
feses. untuk membantu menciptakan /
merngsang fungsi defekasi teratur.

2. Konsultasikan dengan ahli 2. Memberikan bantuan yang mantap


fisioterapi / ahli terapi okupasi. untuk mengembangkan rencana
terapi dan mengidentifikasi
kebutuhan alat penyokong khusus.

2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan harga diri berhubungan dengan :


a. Perubahan biofisik, psikososial, perseptual kognitif.

Kriteria Hasil:

a. Bicara/ berkomunikasi dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang
telah terjadi.
b. Mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dalam situasi.
c. Menganali dan menggabungkan perubahan dalam konsep diri dalam cara yang
akurat tanpa menimbun harga diri negatif.
Tindakan / Intervensi Rasional
Mandiri: 1. Penentuan faktor faktor secara
1. Kaji luasnya gangguan persepsi dan individu membantu dalam
hubungkan dengan derajat mengembangkan perencanaan
ketidakmampuannya. asuhan/ pilihan intervensi.

2. Identifikasi arti dari kehilangan/ 2. Kadang-kadang pasien menerima


disfungsi/ perubahan pada pasien. dan mengatasi gangguan fungsi
secara efektif denngan sedikit
penanganan, dilain pihak ada juga
orang yang mengalami kesulitan
dalam menerima dan mengatasi
kekurangannya.

3. Anjurkan pasien untuk mengekspresikan 3. Mendemonstrasikan penerimaan /


perasaanya termasuk rasa bermusuhan membantu pasien untuk mengenal
dan perasaan marah. dan mulai memahami perasaan ini.

4. Catat apakah pasien menunjuk daerah 4. Menunjukkan penolakkan terhadap


yang sakit atau pasien mengingkari bagian tubuh tertentu/ perasaan
daerah tersebut dan mengatakan daerah negatif terhadap citra tubuh dan
tersebut "telah mati". kemampuan, menandakan perlunya
intervensi dan dukungan emosional.

5. Akui pernyataan perasaan tentang 5. Membantu pasien untuk melihat


pengingkaran terhadap tubuh; tetap pada bahwa perawat menerima kedua
kenytaan yang ada tentang realita bahwa bagian tubuh tersebut merupakan
pasien masih dapat menggunakan bagian suatu bagian yang utuh dari
tubuhnya yang sakit. Gunakan kata-kata seseorang. Memberikan
(seperti lemah, sakit, kanan-kiri) yang kesempatan pasien untuk
tidak mengasumsikan bahwa bagian merasakan pengharapannya secara
tersebut sebagai bagian dari selutuh penuh dan mulai menerima
tubuh. keaadaan yang dialami saat
sekarang ini.
6. Tekankan keberhasilan yang kecil sekali
pun baik mengenai penyembuhan fungsi 6. Mengkonsolidasikan keberhasilan
tubuh ataupun kemandirian pasien. membantu menurunkan perasaan
marah dan ketidak berdayaan dan
menimnulkan perasaan adanya
perkembangan.

7. Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian 7. Membantu peningkatan rasa harga


dan bedandan yang baik. diri dan kontrol atas salah satu
bagian kehidupan.
8. Dorong orang terdekat agar memberi
kesempatan pada melakukan sebanyak 8. Membangun kembali rasa
mungkin untuk dirinya sendiri. kemandirian dan menerima
kebanggaan diri dan meningkatkan
proses rehabilitasi. Catatan: ini
sangat sulit dan menimbulkan
perasaan frustasi pada keluarga/
pemberi asuhan yang tergantung
pada derajat ketidakmmampuan
dan waktu yang diperlukan pasien
untuk melakukan aktivitas secara
keseluruhan.

9. Berikan dukungan terhadap perilaku/ 9. Menginsyaratkan kemungkinan


usaha seperti peningkatan minat/ adaptasi untuk mengubah dan
partisipsi pasien dalam kegiatan memahami tentang peran diri
rehabilitasi. sendiri dalam kehidupan
selanjutnya.
10. Berikan penguatan terhadap penggunaan 10. Meningkatkan kemandirian,
alat-alat adaptif, seperti tongkat untuk menurunkan ketergantungan
berjalan, kancing/ risluiting, saku di paha terhadap orang lain untuk
untuk kateter, dan sebagainya. memenuhi kebutuhan fisik dan
pasien dapat bersosialisasi lebih
aktif lagi.

11. Pantau gangguan tidur, meningkatnya 11. Mungkin merupakan indikasi


kesulitan untuk berkonsentrasi, serangan depresi (umumnya setelah
persyaratan ketidakmampuan untuk ada pengaruh stroke) yang mungkin
mengatasi sesuatu, letargi, dan menarik memerlukan evaluasi dan intervensi
diri. lanjut.

Kolaborasi:
1. Rujuk pada evaluasi neuropsikologis 1. Dapat memudahkan adaptasi
dan/atau konseling sesuai kebutuhan. terhadap perubahan peran yang
perlu untuk perasaan/ merasa
menjadi orang yang produktif.

Anda mungkin juga menyukai