A. Definisi Diare
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya bentuk
tinja dengan intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali
dalam kurun waktu satu hari (Prawati & Haqi, 2019). Diare adalah kondisi
dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali
atau lebih) dalam satu hari (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan
Penyehatan Lingkungan, 2011).
Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan diare adalah suatu
keadaan dimana terjadi pola perubahan BAB lebih dari biasanya (> 3
kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja lebih encer atau berair dengan
atau tanpa darah dan tanpa lendir.
B. Klasifikasi Diare
Pedoman dari Laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan Anak, Uniersitas
Airlangga dalam Nursalam (2008), diare dapat dikelompokkan menjadi:
1. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling
lama 3-5 hari.
2. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.
3. Diare kornik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik
bukan suatu kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab
dan patogenesisnya multikompleks. Mengingat banyaknya kemungkinan
penyakit yang dapat mengakibatkan diare kronik dan banyaknya
pemeriksaan yang harus dikerjakan maka dibuat tinjauan pustaka ini
untuk dapat melakukan pemeriksaan lebih terarah.
C. Etiologi Diare
Etiologi pada diare menurut Yuliastati & Arnis (2016) ialah :
1. Infeksi enteral yaitu adanya infeksi yang terjadi di saluran pencernaan
dimana merupakan penyebab diare pada anak, kuman meliputi infeksi
bakteri, virus, parasite, protozoa, serta jamur dan bakteri.
2. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan
seperti pada otitis media, tonsilitis, bronchopneumonia serta encephalitis
dan biasanya banyak terjadi pada anak di bawah usia 2 tahun.
3. Faktor malabsorpsi, dimana malabsorpsi ini biasa terjadi terhadap
karbohidrat seperti disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),
monosakarida intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa), malabsorpsi
protein dan lemak.
4. Faktor Risiko
Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan
Penyehatan Lingkungan (2011) faktor risiko terjadinya diare adalah:
a. Faktor perilaku yang meliputi :
1) Tidak memberikan air susu ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan
makanan pendamping/MP, ASI terlalu dini akan mempercepat
bayi kontak terhadap kuman.
2) Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena
penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol
susu.
3) Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum
memberi ASI/makan, setelah buang air besar (BAB), dan setelah
membersihkan BAB anak.
4) Penyimpanan makanan yang tidak higienis.
b. Faktor lingkungan antara lain ketersediaan air bersih yang tidak
memadai, kurangnya ketersediaan mandi cuci kakus (MCK).
D. Tanda Dan Gejala
Manifestasi klinis anak diare menurut Wijayaningsih (2013) adalah
sebagai berikut :
1. Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan
empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membrane mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan daran
menurun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun
(apatis,samnolen,spoor,komatus) sebagai akibat hipovokanik. g.
Diueresis berkurang (oliguria sampai anuria).
7. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam.
Sedangkan manifestasi klinis menurut Elin (2009) dalam Nuraarif &
Kusuma (2015) yaitu :
1. Diare Akut
a. Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
b. Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas- gas dalam
perut, rasa tidak enak, nyeri perut
c. Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
d. Demam
2. Diare Kronik
a. Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
b. Penurunan BB dan nafsu makan
c. Demam indikasi terjadi infeksi
d. Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah.
Penilaian derajat dehidrasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Penilaian Tanpa Dehidrasi Dehidrasi
dehidrasi ringan/ sedang berat
1. Lihat:
a. Keadaan Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai
umum atau tidak sadar
b. Mata Normal Ckung Sangat cekung
dan kering
c. Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
d. Mulut dan Basah Kering Sangat kering
lidah
e. Rasa haus Minum biasa Haus, ingin Malas minum
tidak haus minum banyak atau tidak bisa
minum
2. Periksa:
Turgor kulit Kembali cepat Kembali Kembali sangat
lambat lambat
3. Hasil Tanpa Dehidrasi Dehidrasi berat,
pemeriksaan dehidrasi ringan/ sedang, kriteria bila ada
kriteria 1 tanda* .
bila ada 1 Ditambah 1
tanda* atau lebih
ditambah 1 tanda lain
atau lebih tanda
lain
*Tanda-tanda yang juga dapat diperiksa: timbang berat badan, ubun-ubun besar,
urine, nadi, dan pernapasan atau tekanan darah.
Sumber: Depkes, Buku Ajar Diare dalam Nursalam (2008)
Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut :
E. Jenis-jenis Syok
Syok adalah sindrom klinis akibat kegagalan sirkulasi dalam mencukupi
kebutuhan oksigen jaringan tubuh (Leksana, 2015). Syok terjadi akibat
penurunan perfusi jaringan vital atau menurunnya volume darah secara
bermakna. Syok juga dapat terjadi akibat dehidrasi jika kehilangan cairan
tubuh lebih 20% BB (berat badan) atau kehilangan darah ≥ 20% EBV
(estimated blood volume) (Leksana, 2015).
G. Patofisiologi
Berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya diare di antaranya karena
faktor infeksi dimana proses ini diawali dengan masuknya mikroorganisme ke
dalam saluran pencernaan kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel
mukosa usus yang dapat menurunkan usus. Berikutnya terjadi perubahan
dalam kapasitas usus sehingga menyebabkan gangguan fungsi usus dalam
mengabsorpsi (penyerapan) cairan dan elektrolit. Dengan adanya toksis
bakteri maka akan menyebabkan gangguan sistem transpor aktif dalam usus
akibatnya sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan
elektrolit meningkat. Faktor malaborpsi merupakan kegagalan dalam
melakukan absorpsi yang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat
sehingga terjadi pergeseran cairan dan elektrolit ke dalam usus yang dapat
meningkatkan rongga usus sehingga terjadi diare. Pada factor makanan dapat
terjadi apabila toksin yang ada tidak diserap dengan baik sehingga terjadi
peningkatan dan penurunan peristaltic yang mengakibatkan penurunan
penyerapan makanan yang kemudian terjadi diare.
H. Pathway Diare
I. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nuraarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada
diagnos medis diare adalah :
1. Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis,
Ph dan kadar gula dalam tinja, dan resistensi feses (colok dubur).
2. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na,K,kalsium dan Prosfat.
J. Penatalaksanaan
Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan
Lingkungan (2011) program lima langkah tuntaskan diare yaitu:
1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah.
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida
(NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa
anhidrat. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam
tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk
mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh
sehingga lebih diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam yang
terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita
diare. Sejak tahun 2004, WHO/UNICEF merekomendasikan Oralit
dengan osmolaritas rendah. Berdasarkan penelitian dengan Oralit
osmolaritas rendah diberikan kepada penderita diare akan:
a. Mengurangi volume tinja hingga 25%
b. Mengurangi mual muntah hingga 30%
c. Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena
sampai 33%.
Aturan pemberian oralit menurut banyaknya cairan yang hilang,
derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :
a. Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%. Umur
< 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret, umur 1 – 4 tahun :
½ - 1 gelas setiap kali anak mencret, umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½
gelas setiap kali anak mencret.
b. Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5%-5%. Dosis
oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kgbb dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa
dehidrasi.
c. Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10% Penderita
diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas.
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan
sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian
dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat
minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu
selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1
sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai
dengan diare berhenti.
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk
kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan
menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk
menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan zinc
yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap
sehat. Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk
kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan
menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk
menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan zinc
yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap
sehat.
Obat Zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam waktu
sekitar 30 detik. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut dengan
dosis sebagai berikut:
a. Balita umur < 6 bulan: 1/2 tablet (10 mg)/ hari
b. Balita umur ≥ 6 bulan: 1 tablet (20 mg)/ hari
c. Pemberian Makan
Memberikan makanan selama diare kepada balita (usia 6 bulan
ke atas) penderita diare akan membantu anak tetap kuat dan tumbuh
serta mencegah berkurangnya berat badan. Sering sekali balita yang
terkena diare jika tidak diberikan asupan makanan yang sesuai umur
dan bergizi akan menyebabkan anak kurang gizi. Bila anak kurang
gizi akan meningkatkan risiko anak terkena diare kembali. Oleh
karena perlu diperhatikan:
1) Bagi ibu yang menyusui bayinya, dukung ibu agar tetap
menyusui bahkan meningkatkan pemberian ASI selama diare
dan selama masa penyembuhan (bayi 0 – 24 bulan atau lebih).
2) Dukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi
berusia 0- 6 bulan, jika bayinya sudah diberikan makanan lain
atau susu formula berikan konseling kepada ibu agar kembali
menyusui eksklusif. Dengan menyusu lebih sering maka
produksi ASI akan meningkat dan diberikan kepada bayi untuk
mempercepat kesembuhan karena ASI memiliki antibodi yang
penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi.
3) Anak berusia 6 bulan ke atas, tingkatkan pemberian makan.
Makanan Pendamping ASI (MP ASI) sesuai umur pada bayi 6 –
24 bulan dan sejak balita berusia 1 tahun sudah dapat diberikan
makanan keluarga secara bertahap.
4) Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan
selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.
d. Antibiotik Selektif Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi,
seperti diare berdarah atau diare karena kolera, atau diare dengan
disertai penyakit lain. Efek samping dari penggunaan antibiotik
yang tidak rasional adalah timbulnya gangguan fungsi ginjal, hati
dan diare yang disebabkan oleh antibiotik.
e. Nasihat kepada orang tua/pengasuh
Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara
pemberian Oralit, Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera
membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak:
1) Buang air besar cair lebih sering
2) Muntah berulang-ulang
3) Mengalami rasa haus yang nyata
4) Makan atau minum sedikit
5) Demam
6) Tinjanya berdarah
7) Tidak membaik dalam 3 hari
No Diagnosa Intervensi
. Keperawatan NOC NIC
1. Diare NOC: NIC:
berhubungan a. Kontinensi usus a. Manajemen diare
dengan parasit, Setelah dilakukan tindakan keperawatan Tindakan keperawatan:
psikologis, diharapkan pasien dapat mengontrol 1. Evaluasi efek samping pengobatan terhadap
proses infeksi, pengeluaran feses dari usus, dengan Kriteria gastrointestinal
inflamasi, hasil: 2. Anjurkan pasien untuk menggunakan obat
iritasi, 1. Diare antidiare
malabsorbsi. 2. Mengeluarkan feses paling tidak 3 kali 3. Evaluasi intake Makanan yang
per hari dikonsumsi sebelumnya
3. Minum cairan secara adekuat 4. Identifikasi faktor penyebab diare
4. Mengkonsumsi serat secara adekuat (misalnya, bakteri)
b. Fungsi Gastrointestinal 5. Berikan makanan dalam porsi kecil dan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan lebih sering serta tingkatkan porsi secara
diharapkan saluran pencernaan pasien bertahap
mampu untuk mencerna, dan menyerap Monitor tanda dan gejala diare
nutrisi dari makanan, dengan Kriteria hasil: b. Manajemen Saluran Cerna
1. Frekuensi BAB Tindakan keperawatan:
2. Konsistensi feses 1. Monitor buang air besar
3. Distensi perut termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk,
4. Peningkatan peristaltik volume, dan warna, dengan cara yang
5. Diare tepat.
2. Monitor bising usus
3. Instruksikan pasien mengenai makanan
tinggi serat
2. Kekurangan a. Keseimbangan cairan a. Manajemen cairan
Volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Tindakan keperawatan:
Berhubungan diharapkan keseimbangan cairan didalam 1. Monitor status hidrasi (misalnya,
dengan tubuh pasien tidak terganggu, dengan Kriteria membran mukosa lembab, denyut nadi
kehilangan hasil: adekuat)
cairan aktif, 1. Tekanan darah 2. Jaga intake/asupan yang akurat dan catat
kegagalan 2. Denyut nadi perifer output pasien
mekanisme 3. Keseimbangan intake 3. Monitor makanan/cairan yang dikonsumsi
regulasi. dan output dalam 24 jam dan hitung asupan kalori harian
4. Berat badan stabil 4. Kolaborasi pemberian cairan IV
5. Turgor kulit 5. Monitor status nutrisi
6. Kelembaban membran mukosa 6. Timbang berat badan setiap hari dan
b. Hidrasi monitor status pasien
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 7. Monitor tanda-tanda vital
diharapkan ketersediaan air didalam tubuh 8. Dorong keluarga untuk membantu pasien
pasien tidak terganggu, dengan Kriteria hasil: makan
1. Turgor kulit
b. Manajemen Hipovolemia
2. Membran mukosa lembab
Tindakan Keperawatan:
3. Intake cairan
1. Monitor status cairan termasuk intake dan
4. Mata dan ubun-ubun cekung
output cairan
5. Nadi cepat dan lemah
2. Pelihara IV line
3. Monitor tingkat Hb dan hematokrit
c. Status nutrisi: asupan makanan
4. Monitor tanda-tanda vital
& cairan
5. Monitor respon pasien terhadap penambahan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
cairan
diharapkan jumlah makanan dan cairan yang
6. Dorong pasien untuk menambah intake oral
masuk ke dalam tubuh pasien adekuat, dengan
Kriteria hasil:
c. Monitor cairan
1. Asupan makanan secara oral
Tindakan keperawatan:
2. Asupan makan secara tube feeding
1. Monitor berat badan
(NGT/OGT)
2. Monitor intake dan output
3. Asupan cairan intravena
3. Monitor nilai serum dan elektrolit urin
Asupan nutrisi parenteral
4. Monitor serum albumin dan total
protein
5. Monitor TD, nadi, pernafasan
Monitor kelembaban mukosa, turgor kulit
3. Ketidakseimba a. Status nutrisi a. Manajemen nutrisi
ngan nutrisi: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Tindakan keperawatan:
kurang dari diharapkan nutrisi pasien dapat terpenuhi, 1. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi
dengan Kriteria hasil: makanan
kebutuhan
1. Asupan makanan 2. Instruksikan pasien mengenai kebutuhan
tubuh 2. Asupan cairan nutrisi
3. Rasio berat/tinggi badan 3. Atur diet yang diperlukan (yaitu,
4. Energi menyediakan makanan protein tinggi,
5. Hidrasi menambah atau mengurangi kalori,
menambah atau menurangi vitamin,
b. Status nutrisi: Asupan Makanan &
mineral)
Cairan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 4. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
diharapkan jumlah makanan dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi
masuk ke dalam tubuh pasien adekuat, dengan
b. Monitor nutrisi
Kriteria hasil:
Tindakan keperawatan:
1. Asupan makanan secara oral
1. Monitor
2. Asupan makan secara tube feeding
kecendrungan turun BB
(NGT/OGT)
2. Monitor turgor kulit
3. Asupan cairan secara oral
3. Monitor adanya mual dan muntah
4. Asupan nutrisi parenteral
4. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
c. Status nutrisi: asupan nutrisi
jaringan konjungtiva
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
5. Monitor diet dan asupan kalori
diharapkan asupan gizi pasien terpenuhi,
dengan Kriteria hasil: c. Monitor nutrisi
1. Asupan kalori Tindakan keperawatan:
2. Asupan protein 1. Timbang berat badan pasien
3. Asupan karbohidrat 2. Monitor adanya mual muntah
4. Asupan serat 3. Monitor adanya penurunan berat badan
5. Asupan mineral 4. Monitor turgor kulit dan mobilitas
d. Berat badan: Massa tubuh d. Bantuan peningkatan BB
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Tindakan keperawatan:
diharapkan berat badan pasien normal, dengan 1. Timbang pasien pada jam yang sama setiap
Kriteria hasil: hari
1. Berat badan 2. Monitor mual dan muntah
2. Persentil lingkar kepala (anak) 3. Monitor asupan kalori setiap hari
3. Persentil berat badan (anak) Instruksikan cara meningkatkan asupan
kalori
4. Kerusakan Integritas jaringan: Kulit & membran Manajemen elektrolit/ cairan
integritas mukosa Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
kulit keperawatan diharapkan keutuhan dan fungsi 1. Monitor kehilangan cairan (misalnya, muntah,
kulit pasien tidak terganggu, dengan diare)
Kriteria hasil:
1. Integritas kulit 2. Tingkatkan intake asupan cairan per oral
2. Suhu kulit 3. Pastikan bahwa
3. Elastisitas larutan intravena yang mengandung elektrolit
4. Hidrasi diberikan dengan aliran yang konstan dan
5. Perfusi jaringan sesuai
5. Disfungsi a. Eliminasi usus a. Manajemen Saluran Cerna
motilitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Tindakan keperawatan:
gastrointestina diharapkan pengeluaran feses pasien tidak 1. Monitor buang air besar
l terganggu, dengan Kriteria hasil: termasuk frekuensi, konsistensi,
1. Pola eliminasi bentuk, volume, dan warna, dengan cara
2. Warna feses yang tepat.
3. Feses lembut dan berbentuk 2. Monitor bising usus
4. Kemudahan BAB 3. Instruksikan pasien mengenai makanan tinggi
5. Suara bising usus serat
6. Nyeri pada saat BAB 4. Monitor adanya tanda dan gejala diare,
konstipasi.
6. Gangguan NOC: NIC:
rasa nyaman a. Status kenyamanan: fisik a. Teknik menenangkan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Tindakan keperawatan:
diharapkan rasa nyaman pasien tidak 1. Yakinkan keselamatan dan keamanan klien
terganggu, dengan Kriteria hasil: 2. Peluk dan beri kenyamanan pada bayi atau
anak
1. Kontrol terhadap gejala
3. Identifikasi orang terdekat klien yang bisa
2. Intake makanan
3. Intake cairan membantu klien
4. Mual dan muntah b. Pengurangan kecemasan
5. Diare Tindakan keperawatan:
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan
b. Tingkat kecemasan menyenangkan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2. Nyatakan dengan jelas harapan
diharapkan merasakan cemas, dengan terhadap perilaku klien
Kriteria hasil: 3. Dorong keluarga untuk mendampingi klien
1. Perasaan gelisah dengan cara yang tepat
2. Wajah tegang 4. Identifikasi tingkat kecemasan
3. Peningkatan frekuensi nadi
c. Peningkatan tidur
c. Tidur Tindakan keperawatan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Tentukan pola tidur/aktivitas klien
diharapkan tidur pasien tidak terganggu, 2. Monitor pola tidur klien dan catat
dengan Kriteria hasil: kondisi fisik (misalnya, ketidaknyamanan)
1. Pola tidur atau psikologis (ketakutan atau kecemasan)
keadaan yang menggangu tidur
2. Kualitas tidur
3. Sesuaikan lingkungan untuk meningkatkan
tidur
N. Daftar Pustaka