Berdasarkan gambar diatas yang merupakan jenis faeces , dimana type faeces
pada orang yang menderita diare adalah type 5 sampai type 7 bahkan type 7
menunjukkan jika seseorang telah terserang kolera.
(http://azhali.blogsome.com/2007/02/09/diare-diarrhea/trackback/)
2. PENYEBAB DIARE
Penyebab diare yang utama adalah infeksi parasit, virus maupun bakteri.
Golongan :
Cholerae
Masuk ke mukosa usus halus (tak merusak)
Sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus diikuti air, ion karbonat, natrium & kalium.
Golongan :
Enteroinvasisive E. Coli
dan
Penyebab lain diare antara lain : efek samping obat-obatan tertentu, pemberian
makan per selang, gangguan metabolik dan endokrin, gangguan nutrisi dan
malabsorpsi, paralitik ileus dan obstruksi usus. Ditinjau dari sudut patofisiologinya,
diare dibadakan menjadi diare sekresi dan diare osmotik.
Diare sekresi disebabkan oleh :
a. Infeksi (virus,bakteri dan parasit).
b. Hiperperistaltik usus (akibat bahan-bahan kimia, makanan, gangguan psikis,
gangguan saraf, hawa dingin alergi dan sebagainya).
c. Defisiensi imun terutama SIgA (Secretory Immunoglobulin A) yang
mengakibatkan berlipatgandanya bakteri/flora usus dan jamur terutama candida.
Diare osmotik disebabkan oleh :
a. Malabsorpsi makanan (karbohidrat,lemak,protein,vitamin dan mineral).
b. Kekurangan kalori protein (KKP).
3. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
Penyakit ini ditularkan secara fekal oral melalui makanan atau minuman yang
tercemar. Di negara berkembang tingginya prevalensi penyakit diare merupakan
kombinasi dari sumber air yang tercemar, kekurangan protein dan kalori yang
menyebabkan turunnya daya tahan tubuh.
Dalam penelitian di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur 1993 1994)
terhadap 123 pasien diare dewasa yang di rawat di bangsal diare akut didapatkan
hasil isolasi dengan E. coli (38,29%), V cholerae (18,29%), Aeromonas sp (14,29%)
sebagai tiga penyebab terbanyak.
4. PATOFISIOLOGI
Diare sekresi merupakan diare dengan volume banyak yang disebabkan oleh
peningkatan produksi dan sekresi air serta elektrolit oleh mukosa usus ke dalam
lumen usus. Diare osmotik terjadi bila air terdorong ke dalam lumen usus oleh
tekanan osmotik dari partikel yang tidak dapat diabsorpsi, sehingga reabsorpsi air
menjadi lambat.
Sebagai akibat dari diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
a.Kehilangan air (dehidrasi).
Makanan yang tidak dicerna dan tidak diserap usus akan menarik air dari dinding
usus. Di lain pihak, pada keadaan ini proses transit di usus menjadi sangat
singkat sehingga air tidak sempat diserap oleh usus besar. Hal inilah yang
menyebabkan tinja berair pada diare. Sebenarnya usus besar tidak hanya
mengeluarkan air secara berlebihan tapi juga elektrolit. Kehilangan cairan dan
elektrolit melalui diare ini kemudian dapat menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi
inilah yang mengancam jiwa penderita diare dan merupakan penyebab kematian
pada diare.
Sumber : http://www.muslimdaily.net
b.Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), terjadi karena
kehilangan natrium bikarbonat bersama tinja, penimbunan asam laktat karena
anoksia jaringan, produk metabolism yang bersifat asam meningkat karena tidak
dapat dikeluarkan ginjal (oligouria/anuria), pemindahan ion natrium dari
ekstrasel kedalam intrasel. Secara klinis asidosis dapat dilihat dari pernapasan
Kussmaul.
c.Gangguan sirkulasi. Sebagai akibat diare dengan atau tanpa muntah, dapat terjadi
gangguan sirkulasi berupa renjatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat dan dapat
mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak ditangani
segera akan terjadi kematian.
Skema patofisiologi penyakit dikaitkan dengan munculnya masalah
keperawatan dapat dilihat pada lampiran.
5. MANIFESTASI KLINIS
a. Frekuensi defekasi meningkat dengan konsistensi cair.
b. Pasien mengeluh nausea, muntah, nyeri perut sampai kejang perut, distensi,
gemuruh usus (borborigimus), dan demam.
c. Kekurangan cairan dapat menyebabkan rasa haus, lidah kering, tulang pipi
menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak.
d. Pernapasan Kussmaul sebagai tanda asidosis metabolic.
e. Kontraksi spasmodik yang nyeri dan peregangan yang tidak efektif pada anus
(tenesmus) dapat terjadi setiap defekasi.
f. Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (>120 kali per
menit), tekanan darah menurun sampai tak terukur, pasien gelisah, muka pucat,
ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis.
g. Kekurangan kalium dapat menyebabkan aritmia jantung.
h. Perfusi ginjal yang menurun dapat terjadi anuria.
Derajat Dehidrasi
Gejala Klinis
Tanpa Ringan/sedang Berat
Anamnesis
Diare 3x 3x atau lebih Terus menerus
Muntah Tidak ada/sedikit Kadang-kadang Sering
Rasa haus Tidak ada/sedikit Haus Haus sekali/tidak
Kencing Normal Sedikit/pekat minum
Nafsu Normal Nafsu makan Tidak kencing (6 jam)
Nafsu makan (-)
makan/aktifitas berkurang, aktifitas
Lemas
menurun
Pemeriksaan fisik
Baik
a. Inspeksi
Normal Mengantuk/gelisah Gelisah/tidak sadar
Kesadaran umum Ada Cekung Sangat cekung
Mata Basah Tidak ada Tidak ada
Air mata Normal Kering Sangat kering
Mulut/lidah Lebih cepat dari Cepat dan dalam
Nafas
normal
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan biasanya adalah pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan laboratorium sangat penting artinya dalam menegakkan
diagnosis (kausal) yang tepat sehingga pengobatan yang tepat dapat diberikan.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan :
1) Pemeriksaan tinja
Makroskopis dan mikroskopis.
Biakan kuman untuk mencari kuman penyebab.
Tes resistensi untuk mencari berbagai kuman penyebab.
pH dan kadar gula jika dicurigai ada intoleransi glukosa.
2) Pemeriksaan darah.
Darah lengkap.
pH, cadangan alkali, dan elektrolit untuk menentukan ganguan
keseimbangan asam basa.
Kadar ureum untuk mengetahui faal ginjal.
3)Duodenal intubation.
Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif
terutama pada diare kronik.
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Rehidrasi sebagai prioritas utama. Hal penting yang perlu diperhatikan :
1) Dehidrasi ringan diberikan oralit. Diberikan cairan Ringer Laktat, bila tak
tersedia dapat diberikan cairan NaCl isotonikditambah 1 ampul natrium
bikarbonat 7, 5 % 50 ml.
2) Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah yang dikeluarkan. Dapat
dihitung dengan cara (Metoda Pierce), dimana kebutuhan cairan dari masing-
masing derajat dehidrasi adalah : dehidrasi ringan (5% X BB), sedang (8% X
BB), berat (10% X BB).
3) Cara pemberian dapat dipilih oral atau IV.
b. Identifikasi penyebab infeksi untuk pemberian antibiotic.
c. Terapi simtomatik seperti obat antidiare diberikan dengan sangat hati-hati
dengan pertimbangan yang rasional. Anti motilitas dan sekresi usus seperti
loperamid sebaiknya jangan dipakai pada infeksi salmonella, shigela, dan colitis
pseudomembran kare akan memperburuk diare. Bila pasien amat kesakitan
dapat diberikan antimotilitas usus dalam jangka pendek selama 1 2 hari saja.
Pemberian antiemetik pada anak dan remaja dapat menimbulkan kejang akibat
rangsangan ekstrapiramidal.
8. PENCEGAHAN DIARE
Terjangkitnya seseorang oleh penyakit diare bisa melalui air yang tidak di proses
secara benar atau disimpan ditempat yang kurang bersih, tanah yang sudah
tercemari sampah atau kotoran manusia/hewan, lalat maupun makanan yang sudah
tercemar. Untuk memutus transmisinya bisa dilakukan berbagai upaya antara lain
melakukan pengolahan dan penyimpanan air dengan benar, membersihkan dan
menutup makanan, mencuci tangan dengan menggunakan sabun. WC tradisional
dan leher angsa juga merupakan salah satu media yang bisa memutus transmisi e-
coli. Berikut ini siklus penyebab diare dan pencegahannya.
Gambar 8.1 siklus penyebab diare dan pencegahannya
Sumber : http://www.medicastore.com/diare/
4. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi hasil yang diharapkan dari tindakan diatas adalah ;
1) Melaporkan pola defikasi normal.
2) Mempertahankan keseimbangan cairan :
Mengkonsumsi cairan peroral dengan adekuat.
Melaporkan tidak adanya keletihan dan kelemahan otot.
Memperlihatkan membran mukosa lembab dan turgor normal.
Mengalami keseimbangan masukan dan haluaran.
Mengalami berat jenis urine normal.
3) Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat.
4) Mengalami penurunan tingkat ansietas.
5) Mempertahan integritas kulit :
Mempertahankan kulit tetap bersih setelah defikasi.
Menggunakan pelembab atau salep sebagai barier kulit.
6) Mempertahankan keseimbangan suhu tubuh (tidak terjadi hipertermia)
7) Melaporkan nyeri yang terkontrol
8) Menunjukkan tindakan yang mendukung pencegahan penularan.
9) Tidak mengalami komplikasi :
Elektolit tetap dalam batas normal.
Tanda vital stabil.
Tidak ada pernapasan kussmaul.
Daftar Pustaka
Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2 Jakarata :
EGC
Peningkatan frek defikasi, Efek GI trak : Peningkatan peristaltik Haluaran cairan Kuman
feses encer anoreksia,mual muntah usus melebihi masukan pathogen
bersifat
menular