Anda di halaman 1dari 7

DIARE AKUT NONSPESIFIK (0105)

Nomor : C-VII/153/2019
Terbit ke :1
SOP No.Revisi : 00
DINAS KESEHATAN Tgl Dibelakukan : 20 April 2019
KABUPATEN Halaman :1/6 UPTD PUSKESMAS
HALMAHERA LELEI
SELATAN

ttd
DITETAPKAN OLEH
KEPALA UPTD
PUSKESMAS LELEI Fahrudin U Sabtu,SKM
NIP. 198403122010011004

1. Definisi  Diare adalah keadaan buang-buang air dengan banyak cairan dan
merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau gangguan lain.
 Diare akut adalah buang air besar lembek/cair konsistensinya encer, lebih
sering dari biasanya disertai berlendir, bau amis, berbusa bahkan dapat
berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya dan
berlangsung kurang dari 7 hari.
 Diare nonspesifik adalah diare yang bukan disebabkan oleh kuman khusus
maupun parasit.
 Cara menentukan derajat dehidrasi

Gejala Derajat Dehidrasi


Minimal (< 3% Ringan sampai Berat (> 9% dari
dari berat sedang (3-9% dari berat badan)
badan) berat badan)
Status mental Baik, sadar penuh Normal, lemas, atau Apatis, letargi, tidak
gelisah, iritabel sadar
Rasa haus Minum normal, Sangat haus, sangat Tidak dapat minum
mungkin menolak ingin minum
minum
Denyut jantung Normal Normal sampai Takikardi, pada kasus
meningkat berat bradikardi
Kualitas denyut Normal Normal sampai Lemah atau tidak
nadi menurun teraba
Pernapasan Normal Normal cepat Dalam
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Air mata Ada Menurun Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Pecah-pecah
Turgor kulit Baik < 2 detik > 2 detik
Isian kapiler Normal Memanjang Memanjang, minimal
Ekstremitas Hangat Dingin Dingin
Output urin Normal sampai Menurun Minimal
menurun
2. Tujuan Agar membantu dokter dalam menegakan diagnose dan membantu
memberikan pengobatan yang tepat pada pasien diare.
3. Etiologi Infeksi virus (rota virus, adeno virus), bakteri (E. Colli, Salmonella,
Shigella, Vibrio dll) parasit (protozoa:E. hystolitica , G. lamblia; cacing:
Askaris, trikurus; Jamur :kandida) melalui fecal oral :makanan ,
minuman ,yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja penderita.
b) Malabsorbsi :karbohidrat (intoleransi laktosa ), lemak atau protein.
c) Makanan : alergi makanan , basi atau keracunan makanan.
d) Imunodefisiensi / imunosupresi ( kekebalan menurun ) : aids dll
e) Factor lingkungan dan perilaku.
f) Psikologi : rasa takut dan cemas.

4. Patofisiologi Spesies bakteri tertentu menghasilkan eksotoksin yang menggangu


absorbsi usus dan dapat menimbulkan sekreasi berlebihan dari air dan
elektrolit. Ini termasuk baik enterotoksin kolera dan E. colli. Spesies E. coli
lain, beberapa Shigella dan salmonella mikroskopis, muntah dan diare
dapat menyusul keracunan makanan non bakteri. Diare dan muntah
merupakan gambaran penting yang mengarah pada dehidrasi, akibat
kehilangan cairan ekstravakuler dan ketidakseimbangan elektrolit.
Keseimbangan asam basa terpengaruh mengarah pada asidosis akibat
kehilangan natrium dan kalium. Dan ini tercermin dengan pernafasan yang
cepat. (Shacarin, R,M, 1996 )
Pathogen usus menyebabkan sakit dengan menginvasi mukosa usus,
memproduksi enterotoksin, memproduksi sitotoksin dan menyebabkan
perlengketan mukosa yang disertai dengan kerusakan di membran
mikrovili. Organisme yang menginvasi sel epitel dan lamina propia
menimbulkan suatu reaksi radang local yang hebat. Enterotoksin
menyebabkan sekresi elektrolit dan air dengan merangsang adenosine
monofosfat siklik di sel mukosa usus halus. Sitotoksin memicu peradangan
dari sel yang cidera mikrivili dan peradangan sel bulat di lamina popria.
Bakteri yang tumbuh berlebihan di usus halus juga menganggu mukosa
usus. Bakteri menghasilkan enzim dan hasil metabolisme untuk
menghancurkan enzim giklopeotein pada tepi bersilia dan menggganggu
pengangkutan monosakarida dan elektrolit. Cedera vili menyebabkan lesi
mukosa disana sini yang disertai dengan segmen atrofi fili sub total dan
respon radang sub epitel yang mencolok.

Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat


dibagi menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan
motilitas. Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap
meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma
sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat
defisiensi laktase atau akibat garam magnesium.
Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik
absorbsi yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat
terjadi akibat toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau
pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksantif non
osmotik. Beberapa hormon intestinal seperti gastrin vasoactive intestinal
polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik.
Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa
baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi
akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive
enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat radiasi.

5. Gejala Klinis a) Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
b) Kram perut.
c) Demam.
d) Mual.
e) Muntah.
f) Kembung.
g) Anoreksia.
h) Lemah.
i) Pucat.
j) Urin out put menurun (oliguria,anuria)
k) Turgor kulit munurun sampai jelek.
l) Ubun-ubun / fontanela cekung.
m) Kelopak mata cekung.
n) Membran mukosa kering .

6. Prosedur 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut


2. Petugas melakukan anamnesa pada pasien
3. Petugas menanyakan keluhan utama pasien, sejak kapan BAB cair, berapa kali
BAB dalam sehari, apakah terdapat lendir, darah atau ampas dalam tinja, adakah
orang lain yang terkena diare dan makanan atau minuman yang dikonsumsi
sebelum diare.
4. Petugas menanyakan keluhan penyerta diare, apakah pasien mengeluhkan demam,
mual, muntah, nyeri perut sampai kejang perut.
5. Petugas menanyakan adanya gejala dehidrasi seperti lemas, merasa haus, lidah dan
kerongkongan kering, suara serak, pada bayi ubun-ubun cekung, air mata tidak
keluar dan turgor kulit menurun.
6. Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah
7. Petugas mengukur suhu tubuh pasien
8. Perugas mengukur nadi pasien
9. Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien, apakah bising usus meningkat, nyeri
tekan pada bagian perut, turgor kulit menurun, selaput lendir mulut dan bibir
kering.
10. Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan.
11. Petugas menentukan derajat dehidrasi,
12. Petugas menetukan terapi sesuai dengan penyebab diare, gejala dan derajat
dehidrasi,
13. Petugas memberikan pengobatan untuk rehidrasi
1) Pada pasien diare tanpa dehidrasi (Terapi A):
a) Berikan cairan (air tajin, larutan gula garam, oralit) sebanyak yang
diinginkan hingga diare stop, sebagai petunjuk berikan tiap habis
BAB:
 Anak <1 thn : 50 – 100 mL
 Anak 1 – 4 thn : 100–200 mL.
 Anak >5 tahun : 200–300 mL
 Dewasa : 300–400 mL
b) Meneruskan pemberian makanan atau ASI bagi bayi.

2) Pada pasien diare dengan dehidrasi ringan–sedang (Terapi B):


a) Oralit diberikan 75 mL/kgBB dalam 3 jam, jangan dengan botol.
b) Jika anak muntah (karena pemberian cairan terlalu cepat), tunggu 5-
10 menit lalu ulangi lagi, dengan pemberian lebih lambat (1 sendok
tiap 2-3 menit).
14. Petugas merujuk pasien dengan dehidrasi berat ke IGD untuk dilakukan
rehidrasi parental
a) Diberikan Ringer Laktat 100 mL yang terbagi dalam beberapa waktu.
b) Tiap 1-2 jam pasien diperiksa ulang, jika hidrasi tidak membaik tetesan
dipercepat. Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (pasien lebih tua) pasien kembali
di periksa
Pemberian Cairan Untuk Bayi Diare Dengan Dehidrasi Berat
Pemberian Pemberian
Umur pertama kemudian
30 mL/kg 70 mL/kg
Bayi <12 bulan dalam 1 jam dalam 5 jam
Bayi/anak > 12
dalam 30 menit 2,5 jam
bulan

15. Petugas menetukan terapi farmakologi,


a. Zink selama 10 hari berturut - turut
Bayi < 6 bulan dengan dosis 1 x 10 mg
Bayi > 6 bulan dengan dosis 1 x 20 mg
b. Pengobatan antibiotic maupun antimikroba hanya untuk kasus tersangka
kolera, disentri, atau terbukti giardiasis atau amubiasis
 Kolera : Kotrimoksazol 2 x 3 tab (awal) dilanjutkan 2 x 2 tab / hari
atau Tetrasiklin 4 x 500 mg
 E. Coli : tidak memerlukan terapi
 Salmonela : Ampisilin 4 x 1 g atau Kotrimoksazol 4 x 500 mg atau
Siprofloksasin 2 x 500 mg
 Shigella : Ampisilin 4 x 1 g atau Kloramfenikol 4 x 500 mg
 Amebiasis : Metronidazol 4 x 500 mg atau Tetrasiklin 4 x 500 mg
 Giardiasis : Klorokuin 3 x 100 mg atau Metronidazol 3 x 250 mg
 Virus : Simtomatik & Suportif
c. Pemberian anti emetik seperti antacid, B6, domperidon jika pasien mual
16. Petugas menyarankan agar pasien tetap meneruskan makan dan minum lebih
banyak, untuk bayi tetap meneruskan ASI,
17. Petugas memberikan informasi kesehatan mengenai diare dan prinsip
pengobatan, perawatan selama di rumah (rehidrasi oral di rumah), waktu untuk
kontrol ulang dan upaya supaya diare tidak terulang
18. Petugas menuliskan resep untuk mengobati gejala dan penyebab diare:
19. Petugas menulis hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi pada rekam medic
pasien
20. Petugas menulis hasil pemeriksaan pada buku register.

7. Diagram Alir
melakukan anamnesa melakukan pemeriksaan fisik
memanggil pasien
pada pasien
sesuai nomor urut

menulis resep untuk menginstruksikan pasien menegakan diagnose


pengobatan simptomatis untuk istirahat dan berdasarkan hasil
menghindari pencetus pemeriksaan

menulis hasil anamnesa, menyerahkan resep ke menulis diagnose


pemeriksaan dan diagnose pasien pasien ke buku
ke rekam medic register.

8. Referensi 1. Kapita Selekta Kedokteran, Jild 1 hal 500-504, Jild 2 hal 470-476
2. Kementeria Kesehatan RI (2007). Pedoman Pengobatan Dasar Di
Puskesmas.Hal:56-58)

DISAHKANOLEH
DIARE KEPALA UPTD
PUSKESMAS
No Kode : : C-VII/153/2019 LELEI
Terbitan : 1
DAFTAR No. Revisi : 00
UPTD PUSKESMAS TILIK Tgl. Mulai : 20 April 2019

LELEI Berlaku : 20 April 2019


Fahrudin U Sabtu,SKM
Halaman : 2 halaman
NIP. 198403122010011004

Langkah Kegiatan Ya Tidak Tidak Berlaku


No
1 Apakah
Petugas memanggil pasies sesuai nomor urut
2 Apakah
Petugas melakukan anamnesa pada pasien
3 Apakah
Petugas menanyakan keluhan utama pasien,
sejak kapan BAB cair, berapa kali BAB dalam
sehari, apakah terdapat lendir, darah atau ampas
dalam tinja, adakah orang lain yang terkena
diare dan makanan atau minuman yang
dikonsumsi sebelum diare.
4 Apakah Petugas menanyakan keluhan penyerta diare,
apakah pasien mengeluhkan demam, mual,
muntah, nyeri perut sampai kejang perut.
5 Apakah Petugas menanyakan adanya gejala dehidrasi
seperti lemas, merasa haus, lidah dan
kerongkongan kering, suara serak, pada bayi
ubun-ubun cekung, air mata tidak keluar dan
turgor kulit menurun.
6 Apakah
Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah
7 Apakah
Perugas mengukur nadi pasien
8 Apakah
Petugas mengukur suhu tubuh pasien
9 Apakah
Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien,
apakah bising usus meningkat, nyeri tekan pada
bagian perut, turgor kulit menurun, selaput
lendir mulut dan bibir kering.
8 Apakah
Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil
pemeriksaan.
9 Apakah Petugas menuliskan resep untuk mengobati
gejala dan penyebab diare:
a. Adsorben : norit, kaolin
pectin, attapulgit
b. Anti muntah : anacid, B6
domperidon
c. Penyebab diare :
a. Kolera : Kotrimoksazol 2 x 3 tab (awal)
dilanjutkan 2 x 2 tab / hari atau
Tetrasiklin 4 x 500 mg
b. Coli : tidak memerlukan terapi
c. Salmonela : Ampisilin 4 x 1 g atau
Kotrimoksazol 4 x 500 mg atau
Siprofloksasin 2 x 500 mg
d. Shigella : Ampisilin 4 x 1 g atau
Kloramfenikol 4 x 500 mg
e. Amebiasis : Metronidazol 4 x 500 mg
atau Tetrasiklin 4 x 500 mg
f. Giardiasis : Klorokuin 3 x 100 mg atau
Metronidazol 3 x 250 mg
g. Virus : Simtomatik & Suportif
4. Terapi Suportif: Oralit, umur < 12 bulan :
400 ml/hari (2 bungkus); 1-4 tahun 600-800
ml/hari (3-4 bungkus); > 5 tahun : 800-1.000
ml/hari (4-5 bungkus); dewasa 1.200-2.800/hari
10 Apakah Apabila ditemukan tanda-tanda dehidrasi,
petugas mengarahkan pasien ke IGD.
11 Apakah
Petugas menulis hasi pemeriksaan, diagnose dan
terapi pada rekam medic pasien
12 Apakah Petugas menulis hasil diagnose pada buku
register.

CR: …………………………………………%.

………………………………
Pelaksana/ Auditor

(………………………………)

Anda mungkin juga menyukai