GASTROENTERITIS ( GE )
2. Klasifikasi
Gastroenteritis (diare) dapat di klasifikasi berdasarkan beberapa faktor :
1) Menurut perjalanan penyakit jenis diare antara lain :
a. Akut : jika < 1 minggu
b. Berkepanjangan : antara 7 – 14 hari
c. Kronis : > 14 hari, disebabkan oleh non infeksi
d. Persisten : > 14 hari, disebabkan oleh infeksi
2) Berdasarkan mekanisme patofisiologik
a. Osmotik, peningkatan osmolaritas intraluminer
b. Sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektrolit
3) Berdasarkan derajatnya
a. Diare tanpa dehidrasi
b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
c. Diare dengan dehidrasi berat
Klasifikasi dehidrasi
1) Derajat dehidrasi berdasarkan kehilangan berat badan
Penilaian A B C
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut, lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum seperti Haus, ingin Malas minum,
biasa minum banyak tidak bisa minum
Periksa: Turgor Baik (kembali Kurang-buruk Sangat buruk
kulit cepat) (kembali lambat) (kembali sangat
lambat)
Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/ Dehidrasi berat
sedang Bila ada 1 Bila ada 1 tanda
tanda ditambah ditambah 1/lebih
1/lebih tanda lain tanda lain
4. Patofisiologi
Gastroenteritis adalah peningkatan keenceran dan frekuensi tinja. Gastroenteritis dapat
terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap dalam tinja, yang disebut diare
osmotik, atau karena iritasi saluran cerna. Penyebab tersesring iritasi adalah infeksi virus
atau bakteri di usus halus distala atau usus besar.
Gastroenteritis dapat ditularkan melalui rute rektal oral dari orang ke orang beberapa
fasilitas keperawatan harian juga meningkatkan resiko diare. Transport aktif akibat
rangsang toksin bakteri terhadap elektrolit kedalam usus halus, sel mukosa intesinal
mengalami iritasi dan meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang
masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan
intestinal.
Iritasi usus oeh suatu patogen mempengaruhi lapisan mukosa usus, sehingga terjadi
peningkatan produk-produk sekretorik, termasuk mukus. Iritasi oleh mikroba juga
mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas
menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk
penyerapan zat-zat tersebut dikolon berkurang. Individu yang mengalami diare berat dapat
meninggal akibat syok hipovolemik dan kelainan elektrolit. Toksin colera yang ditularkan
melalui bakteri kolera adalah contoh dari bahan yang sangat merangsang motilitas dan
secara langsung dapat menyebabkan sekresi air dan elektrolit ke dalam usus besar sehingga
unsur-unsur plasma yang penting ini terbuang dalam jumlah yang besar.
Gangguan absorpsi cairandan elektrolit dapat menyebabkan peradangan dan
menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorpsi cairan dan elektrolit. Hal ini
terjadi karena sindrom malabsorpsi meningkatkan motilitas usus intestinal. Meningkatnya
motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan gangguan dari absorpsi dan
sekresi cairan elektrolit yang berlebihan. Cairan sodium potasium dan bikarbonat
berpindah dari rongga ekstra seluler ke dalam tinja sehingga menyebabkan dehidrasi,
kekurang elektrolit dapat mengakibatkan asidosis metabolik.
Gastroenteritis akut dapat ditandai dengan muntah dan diare terkait kehilangan cairan
dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Penyebab utama diare adalah virus (Adenivirus enterik dan robavirus) serta
parasit (biardia lambiachristopodium) patogen ini menimbulkan penyakit dengan
menginfeksi sel-sel menghasilkan enterotoksin atau kristotoksin yang melekat pada
dinding usus. Alat pencernaan yang terganggu pada pasien yang mengalami gastroenteritis
akut adalah usus halus (Corwin,2002:520).
5. Manifestasi Klinik
1. Mula-mula klien cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai lendir
dan darah
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat
banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-
ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung
cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus)
sebagai akibat hipovokanik.
8. Penatalaksanaan
1. Terapi cairan
Menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus
diperhatikan hal-hal berikut sebagaik berikut :
a. Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan muntah- muntah PWL
(Sebelumnya Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (etelah kerugian)
b. Cairan yang hilang melalui tinja dan muntag yang masih terus berlangsung CWL
(Kehilangan Air Bersamaan)
2. Antibiotik
Pemberian antibiotik diindikasi pada pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi
seperti rasa feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi
lingkungan, gigih atau penebusan coklat jiwa pada diare menular berikut contoh
antibiotik untuk diare Ciprofloksasin 500mg 2 x sehari, 3-5 hari. Tetrasiklin 500mg 4 x
sehari, 3 hari. Metronidazol 300 mg
3. Obat anti diare
Loperamid HCL serta kombinasi difenoksilat dan atropin sufat (bergerak) penggunaan
kodein adalah 15-60 mg 3xsehari, loperamid 2-4 mg / 3-4 x sehari dan lomotil 5 mg 3-4
x sehari, efek kelompok obat tersebut penahanan penggerak, peningkatan absorbsi
cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi diare.
9. Pencegahan
Menurut kemenkes RI 2017 berbagai upaya yang dibuktikan eektif adalah sebagai berikut :
a. Memerikan ASI lebih sering dan lebih lama dari biasanya
b. Pemberian oralit untuk mencagah dehidrassampai BAB berhenti
c. Segera membawah anake sarana kesehatan
d. Bayi berusia 0-6 bulan : hanya diberikan ASI sesuai keinginan anak, paling sedikit 8 x
sehari ( Pagi, siang maupun malam hari ). Jangan berikan makanan atau minuman selain
ASI
Melewati gaster
Berkembang di usus
GASTROENTERITIS
Bakteri meneluarkan toksin Penetrasi bakteri Terjadi proses inflamasi Melepaskan mediator Distensi abdomen
namun tidak merusak mukosa merusak sel mukosa kimiawi
Toksin meningktkan kadar Menyebabkan kerusakan Melepaskan mediator Peningkatan Mual / muntah
siklik AMP dalam sel dinding usus kimiawi suhu tubuh
Sekresi aktif anion klorida Nekrosis dan ulserasi Spasmen otot polos usus HIPERTERMI Nafsu makan menurun
ke dalam lumen usus
Peningkatan frekuensi
defekasi
DIARE
3. Diagnosa Keperawatan
1) Diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi di usus
2) Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
4) Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi
5) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
4. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
1 Diare berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Diare
dengan proses infeksi, 1x24 jam maka diharapkan Observasi
inflamasi di usus. ( D. eliminasi fekal membaik 1. Identifikasi penyebab
0020 ) dengan kriteria hasil : diare ( mis. Inflamasi,
Kategori : Fisiologis 1. Konsistensi feses gastrointestinal, iritasi
Subkategori : Nutrisi ( membaik ) pastrointestinal, proses
Dan Cairan 2. Frekuensi defekasi infeksi, malabsorbsi,
Definisi : pengeluaran ( membaik ) ansietas, stress, efek
fasesyang sering, lunak 3. Peristaltic usus obat-obatan, pemberian
dan tidak berbentuk ( membaik ) botol susu ).
Gejala Dan Tanda 2. Identifikasi riwayat
Mayor pemberian makanan
- Subjektif 3. Identifikasi gejala
( Tidak tersedia ) invaginasi (mis. tangisan
- Objektif keras, kepucatan pada
1. Defekasi lebih dari tiga bayi)
kali dalam 24 jam 4. Monitor warna, volume,
2. Feses lembek atau cair frekuensi dan
Gejala Dan Tanda konsistensi tinja
Minor 5. Monitor tanda dan gejala
- Subjektif hypovelemia (mis.
1. Urgency Takikardi, nadi teraba
2. Nyeri/kram abdomen lemah, tekanan darah
turun, turgo kulit turun,
mukosa mulut kering,
CRT lambat, BB
- Objektif menurun )
1. Frekuensi peristaltik 6. Monitor Iritasi dan
meningkat ulserasi kulit didaerah
2. Bising usus hiperaktif perineal
7. Monitor jumlah
pengeluaran diare
8. Monitor kemanan
penyiapan makanan
Terapeutik
1. Berikan asupan cairan
oral ( mis. Larutan
garam gula, oralit,
pedialyte, renalyte ).
2. Anjurkan jalur intravena
3. Berikan cairan intravena
( mis. Ringe asetat, ringe
laktat ) jika perlu
4. Ambil sampel darah
untuk pemeriksaan darah
lengkapdan elektrolit
5. Ambil sampel feses
untuk kultur, jika perlu.
Edukasi
1. Anjurkan makanan porsi
kecil dan sering
- Objektif
1. Pengisian vena
menurun
2. Status mental berubah
3. Suhu tubuh meningkat
4. Konsentrasi urin
meningkat
5. Berat badan turun tiba-
tiba.
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. B uku Saku Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Capernito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Jakarta : EGC.
Seto.