Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS ( GE )

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Definisi
Gastroenteritis akut ( GEA ) adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasanya ( > 3 kali / hari ) disertai perubahan konsistensi ulasan
( menjadi cair ), dengan tanpa darah atau lendir ( Prof Sudaryat,dr. SpAk, 2017 ).
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran ulasan yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, eenceran serta
frekuensi lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah ( Hidayat AAA, 2016 ).
Gastroenteristis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare,
dengan atau tanpa disertai muntah dan sering kali disertai peningkatan suhu tubuh. Diare
yang dimaksud adalah buang udara besar bekali-kali ( Dengan 4 kali dan bentuk feses yang
cair, dapat disertai dengan darah atau lendir ( Suratun, 2015 ).
Akut adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi penyakit
yang tiba-tiba dalam waktu relatif singkat dan biasanya menunjukan gangguan yang serius.

2. Klasifikasi
Gastroenteritis (diare) dapat di klasifikasi berdasarkan beberapa faktor :
1) Menurut perjalanan penyakit jenis diare antara lain :
a. Akut : jika < 1 minggu
b. Berkepanjangan : antara 7 – 14 hari
c. Kronis : > 14 hari, disebabkan oleh non infeksi
d. Persisten :  > 14 hari, disebabkan oleh infeksi
2) Berdasarkan mekanisme patofisiologik
a. Osmotik, peningkatan osmolaritas intraluminer
b. Sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektrolit
3) Berdasarkan derajatnya
a. Diare tanpa dehidrasi
b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
c. Diare dengan dehidrasi berat
Klasifikasi dehidrasi
1) Derajat dehidrasi berdasarkan kehilangan berat badan

Derajat dehidrasi Penurunan berat badan (%)


Tidak dehidrasi <2
Dehidrasi ringan 2–5
Dehidrasi sedang 5-8
Dehidrasi berat 8-10

2) Derajat dehidrasi berdasarkan gejala klinis

Penilaian A B C
Keadaan   umum Baik,   sadar Gelisah,   rewel Lesu,   tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat   cekung
Air   mata Ada Tidak   ada Tidak   ada
Mulut,   lidah Basah Kering Sangat   kering
Rasa   haus Minum   seperti Haus,   ingin Malas   minum,
biasa minum banyak tidak bisa minum
Periksa:   Turgor Baik   (kembali Kurang-buruk   Sangat   buruk
kulit cepat) (kembali lambat) (kembali sangat
lambat)
Hasil   pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/ Dehidrasi berat
sedang Bila ada 1 Bila ada 1 tanda
tanda ditambah ditambah 1/lebih
1/lebih tanda lain tanda lain

4) Berdasarkan penyebab infeksi atau tidak


a. Infektif
b. Non infeksif
5) Berdasarkan penyebab organik atau tidak
a. Organik adalah bila ditemukan penyebab anatomik, bakteriologik, hormonal, atau
toksikologik.
b. Fungsional merupakan bila tidak ditemukan penyebab organik.
3. Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyakit utama
diare.
b. Infeksi bakteri : vibrio, e. Koli, salmonella, shigella, campylobacter, yersimia,
acromonas dan sebagainya.
c. Infeksi virus : enterovirus ( virus GEMA, poliomielitis )
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa). Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan : Basis makanan, beracun, alergi terhadap makanan
4. Faktor psikologi : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare
terutama pada hal yang lebih besar.

4. Patofisiologi
Gastroenteritis adalah peningkatan keenceran dan frekuensi tinja. Gastroenteritis dapat
terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap dalam tinja, yang disebut diare
osmotik, atau karena iritasi saluran cerna. Penyebab tersesring iritasi adalah infeksi virus
atau bakteri di usus halus distala atau usus besar.
Gastroenteritis dapat ditularkan melalui rute rektal oral dari orang ke orang beberapa
fasilitas keperawatan harian juga meningkatkan resiko diare. Transport aktif akibat
rangsang toksin bakteri terhadap elektrolit kedalam usus halus, sel mukosa intesinal
mengalami iritasi dan meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang
masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan
intestinal.
Iritasi usus oeh suatu patogen mempengaruhi lapisan mukosa usus, sehingga terjadi
peningkatan produk-produk sekretorik, termasuk mukus. Iritasi oleh mikroba juga
mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas
menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk
penyerapan zat-zat tersebut dikolon berkurang. Individu yang mengalami diare berat dapat
meninggal akibat syok hipovolemik dan kelainan elektrolit. Toksin colera yang ditularkan
melalui bakteri kolera adalah contoh dari bahan yang sangat merangsang motilitas dan
secara langsung dapat menyebabkan sekresi air dan elektrolit ke dalam usus besar sehingga
unsur-unsur plasma yang penting ini terbuang dalam jumlah yang besar.
Gangguan absorpsi cairandan elektrolit dapat menyebabkan peradangan dan
menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorpsi cairan dan elektrolit. Hal ini
terjadi karena sindrom malabsorpsi meningkatkan motilitas usus intestinal. Meningkatnya
motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan gangguan dari absorpsi dan
sekresi cairan elektrolit yang berlebihan. Cairan sodium potasium dan bikarbonat
berpindah dari rongga ekstra seluler ke dalam tinja sehingga menyebabkan dehidrasi,
kekurang elektrolit dapat mengakibatkan asidosis metabolik.
Gastroenteritis akut dapat ditandai dengan muntah dan diare terkait kehilangan cairan
dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Penyebab utama diare adalah virus (Adenivirus enterik dan robavirus) serta
parasit (biardia lambiachristopodium) patogen ini menimbulkan penyakit dengan
menginfeksi sel-sel menghasilkan enterotoksin atau kristotoksin yang melekat pada
dinding usus. Alat pencernaan yang terganggu pada pasien yang mengalami gastroenteritis
akut adalah usus halus (Corwin,2002:520).

5. Manifestasi Klinik
1. Mula-mula klien cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai lendir
dan darah
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat
banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-
ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung
cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus)
sebagai akibat hipovokanik.

6. Pemeriksaan Diagnostik Dan Penunjang


Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi :
a. muka pucat
b. lidah kering
c. nafas cepat
d. mata cowong
e. sianosis pada ujung extremitas
2. Palpasi :
a. turgor kulit menurun
b. denyut nadi meningkat
c. keringat dingin
d. demam
3. Auskultasi :
a. suara bising usus meningkat
b. tekanan darah menurun
c. suara serak
d. gerakan peristaltik meningkat
4. Perkusi :
a. suara perut timpani
Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan Tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga
terdapat intoleransi gula.
c. Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan PH
dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut
Astrup (bila memungkinkan).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum
(terutama pada penderita yang disertai kejang).
5. Pemeriksaan intubasi secara kualitas dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita
diare kronik. (Dr. Rusepto Hassan, 2005).
7. Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipoglikemi
4. Intoleransi sekunder akibat kerusakan filimukosa usus dan defisiensi enzim laktase
5. Hipokalemia
6. Kejang, terjadi akibat dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energi protein

8. Penatalaksanaan
1. Terapi cairan
Menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus
diperhatikan hal-hal berikut sebagaik berikut :
a. Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan muntah- muntah PWL
(Sebelumnya Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (etelah kerugian)
b. Cairan yang hilang melalui tinja dan muntag yang masih terus berlangsung CWL
(Kehilangan Air Bersamaan)
2. Antibiotik
Pemberian antibiotik diindikasi pada pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi
seperti rasa feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi
lingkungan, gigih atau penebusan coklat jiwa pada diare menular berikut contoh
antibiotik untuk diare Ciprofloksasin 500mg 2 x sehari, 3-5 hari. Tetrasiklin 500mg 4 x
sehari, 3 hari. Metronidazol 300 mg
3. Obat anti diare
Loperamid HCL serta kombinasi difenoksilat dan atropin sufat (bergerak) penggunaan
kodein adalah 15-60 mg 3xsehari, loperamid 2-4 mg / 3-4 x sehari dan lomotil 5 mg 3-4
x sehari, efek kelompok obat tersebut penahanan penggerak, peningkatan absorbsi
cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi diare.

9. Pencegahan
Menurut kemenkes RI 2017 berbagai upaya yang dibuktikan eektif adalah sebagai berikut :
a. Memerikan ASI lebih sering dan lebih lama dari biasanya
b. Pemberian oralit untuk mencagah dehidrassampai BAB berhenti
c. Segera membawah anake sarana kesehatan
d. Bayi berusia 0-6 bulan : hanya diberikan ASI sesuai keinginan anak, paling sedikit 8 x
sehari ( Pagi, siang maupun malam hari ). Jangan berikan makanan atau minuman selain
ASI

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
1.      Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, nomor register,
diagnosa medis, dan tanggal MRS.
2.      Keluhan utama
Klien mengeluh BAB cair lebih dari 3 kali (diare) yang mendadak dan berlangsung
singkat dalam beberapa jam kadang disertai muntah.
3.      Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya didapatkan keluhan utama pada penderita, yaitu peningkatan frekuensi
BAB dari biasanya dengan konsistensi cair, naurea, muntah, nyeri perut sampai kejang
perut , demam, lidah kering, turgor kulit menurun serta suara menjadi serah, bisa
disebabkan oleh terapi obat terakhir, masukan diit, atau adanya masalah psikologis (rasa
takut dan cemas).
4.      Riwayat penyakit dahulu
Biasanya dikaitkan dengan riwayat medis lalu berhubungan dengan : perjalanan kearea
geogratis lain.
5.      Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi susunan keluarga penyakit keturunan atau menular yang pernah di derita
anggota keluarga.
6.      Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola Eliminasi urin.
Biasanya pada diare ringan fliminasnya normal, sedang (oliguri), berat (anuria).
b. Pola Eliminasi Alvi.
Pada klien dengan diare akut biasanya BAB cair lebih banyak atau sering dari
kebiasaan sebelumnya.
c. Pola Natrisi dan metabolisme.
Pada klien diare akut terjadi peningkatan bising usus dan peristaltik usus yang
menyebabkan terganggunya absorbsi makanan akibat adanya gangguan mobilitas
usus. Sehingga menimbulkan gejala seperti rasa kram pada perut, perut terasa mual
atau tidak enak dan malas makan, maka kebutuhan nutrisi menjadi terganggunya
karena asupan yang kurang.
d. Pola istirahat tidur.
Pada umumnya pola istirahat menjadi terganggu akibat gejala yang ditimbulkan
seperti : mendadak diare, muntah, nyeri perut, sehingga Kx sering terjaga.
7.         Pemeriksaan fisik.
1) Keadaan umum
Kesadaran (baik, gelisah, Apatis/koma), GCS, Vital sign, BB dan TB.
2) Kulit, rambut, kuku
Turgor kulit (biasa – buruk), rambut tidak ada gangguan, kuku bisa sampai pucat.
3) Kepala dan leher
4) Mata
Biasanya mulai agak cowong sampai cowong sekali.
5) Telinga, hidung, tenggorokan dan mulut
THT tidak ada gangguan tapi mulutnya (biasa – kering).
6) Thorak dan abdomen
Tidak didapatkan adanya sesak, abdomen biasanya nyeri, dan bila di Auskulkasi
akan ada bising usus dan peristaltik usus sehingga meningkat.
7) Sistem respirasi
Biasanya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul).
8) Sistem kordovaskuler
Pada kasus ini bila terjadi renjatan hipovolemik berat denyut nadi cepat (lebih dari
120x/menit).
9) Sistem genitourinaria
Pada kasus ini bisa terjadi kekurangan kalium menyebabkan perfusi ginjal dapat
menurun sehingga timbul anuria.
10) Sistem gastro intestinal
Yang dikaji adalah keadaan bising usus, peristaltik ususnya terjadi mual dan muntah
atau tidak, perut kembung atau tidak.
11) Sistem muskuloskeletal
Tidak ada gangguan.
12) Sistem persarafan
Pada kasus ini biasanya kesadaran gelisah, apatis / koma.
2. Penyimpangan KDM

Makanan / minuman yang terkontaminasi

Masuk melalui jalur oral

Menuju saluran cerna

Melewati gaster

Bakteri mampu melewati


barier asam lambung

Menuju usus halus

Berkembang di usus

↑ Sekresi cairan dan elektrolit

GASTROENTERITIS

Bakteri meneluarkan toksin Penetrasi bakteri Terjadi proses inflamasi Melepaskan mediator Distensi abdomen
namun tidak merusak mukosa merusak sel mukosa kimiawi
Toksin meningktkan kadar Menyebabkan kerusakan Melepaskan mediator Peningkatan Mual / muntah
siklik AMP dalam sel dinding usus kimiawi suhu tubuh

Sekresi aktif anion klorida Nekrosis dan ulserasi Spasmen otot polos usus HIPERTERMI Nafsu makan menurun
ke dalam lumen usus

Dehidrasi Bersifat sekretorik eksudatif Kram perut DEFISIT NUTRISI

HIPOVOLEMIA Cairan diare bercampur NYERI AKUT


lendir dan nanah

Peningkatan frekuensi
defekasi

DIARE
3. Diagnosa Keperawatan
1) Diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi di usus
2) Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
4) Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi
5) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

4. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
1 Diare berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Diare
dengan proses infeksi, 1x24 jam maka diharapkan  Observasi
inflamasi di usus. ( D. eliminasi fekal membaik 1. Identifikasi penyebab
0020 ) dengan kriteria hasil : diare ( mis. Inflamasi,
 Kategori : Fisiologis 1. Konsistensi feses gastrointestinal, iritasi
 Subkategori : Nutrisi ( membaik ) pastrointestinal, proses
Dan Cairan 2. Frekuensi defekasi infeksi, malabsorbsi,
 Definisi : pengeluaran ( membaik ) ansietas, stress, efek
fasesyang sering, lunak 3. Peristaltic usus obat-obatan, pemberian
dan tidak berbentuk ( membaik ) botol susu ).
 Gejala Dan Tanda 2. Identifikasi riwayat
Mayor pemberian makanan
- Subjektif 3. Identifikasi gejala
( Tidak tersedia ) invaginasi (mis. tangisan
- Objektif keras, kepucatan pada
1. Defekasi lebih dari tiga bayi)
kali dalam 24 jam 4. Monitor warna, volume,
2. Feses lembek atau cair frekuensi dan
 Gejala Dan Tanda konsistensi tinja
Minor 5. Monitor tanda dan gejala
- Subjektif hypovelemia (mis.
1. Urgency Takikardi, nadi teraba
2. Nyeri/kram abdomen lemah, tekanan darah
turun, turgo kulit turun,
mukosa mulut kering,
CRT lambat, BB
- Objektif menurun )
1. Frekuensi peristaltik 6. Monitor Iritasi dan
meningkat ulserasi kulit didaerah
2. Bising usus hiperaktif perineal
7. Monitor jumlah
pengeluaran diare
8. Monitor kemanan
penyiapan makanan

 Terapeutik
1. Berikan asupan cairan
oral ( mis. Larutan
garam gula, oralit,
pedialyte, renalyte ).
2. Anjurkan jalur intravena
3. Berikan cairan intravena
( mis. Ringe asetat, ringe
laktat ) jika perlu
4. Ambil sampel darah
untuk pemeriksaan darah
lengkapdan elektrolit
5. Ambil sampel feses
untuk kultur, jika perlu.

 Edukasi
1. Anjurkan makanan porsi
kecil dan sering

2. Setelah dilakukan tindakan


1x24 jam maka diharapkan
status cairan membaik
Hipovolemia berhubungan dengan kriteria hasil : Manajemen Hipovolemia
dengan kekurangan intake 1. Frekuensi nadi  Observasi
cairan ( membaik ) 1. Periksa tanda dan gejala
 Kategori : Fisiologis 2. Tekanan darah hypovolemia
 Subkategori : Nutrisi ( membaik )  Terapeutik
dan cairan 3. Membran mukosa 1. Hitung kebutuhan cairan
 Definisi : Penurunan ( membaik ) 2. Berikan posisi modified
volume cairan 4. Jugular venous trendelembung
intravaskuler, pressure ( membaik ) 3. Berikan asupan cairan
intertisial dan / atau 5. Kadar Hb ( membaik ) oral
intraseluler 6. Kadar Ht ( membaik )  Edukasi
 Gejala Dan Tanda 1. Anjurkan
Mayor memperbanyak asupan
- Subjektif cairan oral
( Tidak tersedia ) 2. Anjurkan menghindari
- Objektif perubahan posisi
1. Frekuensi nadi mendadak
meningkat  Kolaborasi
2. Nadi teraba lemah 1. Kolaborasi pemberian
3. Tekanan darah cairan IV isotons (mis.
menurun Nacl, RL)
4. Tekanan nadi 2. Kolaborasi pemberian
menyempit cairan IV hipotonid
5. Turgo kulit menurun (Mis.glukos 2,5 %, Nacl
6. Membran mukosa 0,4 %)
kering 3. Kolaborasi pemberian
7. Volume urin menurun koloid (mis. Albumin,
8. Hematokrit meningkat plasmanate)
 Gejala Dan Tanda 4. Kolaborasi pemberian
Minor produk darah
- Subjektif
1. Merasa lemah
2. Mengeluh haus

- Objektif
1. Pengisian vena
menurun
2. Status mental berubah
3. Suhu tubuh meningkat
4. Konsentrasi urin
meningkat
5. Berat badan turun tiba-
tiba.

Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi


3
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24  Observasi
faktor psikologis jam maka Status Nutrisi 1. Identifikasi status nutrisi
Membaik dengan kriteria 2. Identifikasi alergi dan
hasil : intoleransi makanan
1. Porsi makan yang 3. Identifikasi makanan
dihabiskan Meningkat yang disukai
2. Kekuatan otot 4. Identifikasi kebutuhan
pengunyah kalori dan jenis nutrien
Meningkat 5. Identifikasi perlunya
3. Kekuatan otot penggunaan selang
menelan Meningkat nasogatrik
4. Verbalisasi keinginan 6. Monitor asupan
untuk meningkatkan makanan
nutrisi Meningkat 7. Monitor berat badan
5. Pengetahuan tentang 8. Monitor hasil
pilihan makanan yang pemeriksaan
sehat Meningkat laboratorium
6. Pengetahuan tentang
pilihan minuman
yang sehat Meningkat
7. Pengetahuan tentang
standar asupan nutrisi
 Terapeutik
yang tepat Meningkat
1. Lakukan oral hygiene
8. Penyiapan dan
penyimpanan sebelum makan, jika
makanan yang aman perlu
Meningkat 2. Fasilitasi menentukan
9. Sikap terhadap pedoman diet (mis,
makanan minuman piramida makanan)
sesuai dengan tujuan 3. Sajikan makanan secara
kesehatan Meningkat menarik dan suhu yang
10. Perasaan cepat sesuai
kenyang Menurun 4. Berikan makanan tinggi
11. Nyeri abdomen serat untuk mencegah
Menurun konstipasi
12. Sariawan Menurun 5. Berikan makanan tinggi
13. Rambut rontok kalori dan tinggi protein
Menurun 6. Berikan suplemen
14. Diare Menurun makanan, jika perlu
15. Berat badan 7. Hentikan pemberian
Membaik makan melalui selang
16. Indeks massa tubuh nasogatrik jika asupan
Membaik oral dapat ditoleransi
17. Frekuensi makan
Membaik  Edukasi
18. Nafsu makan 1. Anjurkan posisi duduk,
Membaik jika mampu
19. Bising usus 2. Ajarkan diet yang di
Membaik programkan
20. Tebal lipatan kulit  Kolaborasi
trisep Membaik 1. Kolaborasi pemberian
Membran mukosa medikasisebelum makan
Membaik (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu

2. Kolaborasi dengan ahli


gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu

4 Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan Kompres Dingin


dengan dehidrasi keperawatan selama 3x24  Observasi
jam maka Termoregulasi 1. Identifikasi penyebab
Membaik dengan kriteria hipertermia (mis.
hasil : Dehidrasi, terpapar
1. Mengigil Meningkat lingkungan panas,
2. Kulit merah Meningkat penggunaan inkubator)
3. Kejang Meningkat 2. Monitor suhu tubuh
4. Akrosianosis 3. Monitor kadar elektrolit
Meningkat 4. Monitor keluaran urine
5. Konsumsi oksigen 5. Moitor komplikasi akibat
Meningkat hipertermia
6. Piloereksi Meningkat
7. Vasokontriksi perifer  Terapeutik
Meningkat 1. Sediakan lingkungan
8. Kutis memorata yang dingin
Meningkat 2. Longgarkan atau
9. Pucat Meningkat lepaskan pakaian
10. Takikardi Meningkat 3. Basahi dan kipasi
11. Bradikardi Meningkat permukaan tubuh
12. Dasar kuku sianolik 4. Berikan cairan oral
Meningkat 5. Ganti linen setiap hari
13. Hipoksia Meningkat atau lebih sering jika
14. Suhu tubuh Membaik mengalami hiperhidrosis
15. Suhu kulit Membaik (keringat berlebih)
16. Kadar glukosa darah 6. Lakukan pendingina
Membaik eksternal (mis. Selimut
17. Pengisian kapiler hipotermia atau kompres
Membaik dingin pada dahi, leher,
18. Ventilasi Membaik dada, abdomen, aksila)
Tekanan darah Membaik 7. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
8. Berikan oksigen, jika
perlu

 Edukasi
1. Anjurkan tirah baring

 Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

5 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri


dengan agen pencedera keperawatan selama 3x24  Observasi
fisiologis jam maka Tingkat Nyeri 1. Identifikasi lokasi,
Menurun dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil : frekuensi, kualitas,
1. Kemampuan intensitas nyeri
menuntaskan aktivitas 2. Identifikasi skala nyeri
Meningkat 3. Identifikasi faktor yang
2. Keluhan nyeri Menurun memperberat dan
3. Meringis Menurun memperingan nyeri
4. Sikap protektif 4. Identifikasi pengetahuan
Menurun dan keyakinan tentang
5. Gelisah Menurun nyeri
6. Kesulitan tidur 5. Identifikasi pengaruh
Menurun budaya terhadap respon
7. Menarik diri Menurun nyeri
8. Berfokus pada diri 6. Identifikasi pengaruh
sendiri Menurun nyeri pada kualitas hidup
9. Diaforesis Menurun 7. Monitor keberhasilan
10. Perasaan depresi terapi komplementer
Menurun yang sudah diberikan
11. Perasaan takut 8. Monitor efek samping
mengalami cedera penggunaan analgetik
berulang Menurun
12. Anoreksia Menurun  Terapeutik
13. Perineum terasa 1. Berikan teknik non
tertekan Menurun farmakologis untuk
14. Uterus teraba mengurangi rasa nyeri
membulat Menurun (mis. TENS, hipnosis,
15. Ketegangan otot akupresur, terapi musik,
Menurun biofeedback, terapi pijat,
16. Pupil dilatasi aroma terapi, teknik
Menurun imajinasi terbimbing,
17. Muntah Menurun kompres hangat/dingin,
18. Mual Menurun terapi bermain)
19. Frekuensi nadi 2. Kontrol lingkungan yang
Membaik memperberat rasa nyeri
20. Pola napas Membaik (mis. Suhu ruangan,
21. Tekanan darah pencahayaan,
Membaik kebisingan)
22. Proses berpikir 3. Fasilitasi istirahat dan
Membaik tidur
23. Fokus Membaik 4. Pertimbangkan jenis dan
24. Fungsi berkemih sumber nyeri, dalam
Membaik pemilihan
25. Perilaku Membaik strategimeredakan nyeri
26. Nafsu makan
Membaik
Pola tidur Membaik  Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

 Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. B uku Saku Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC

Capernito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Corwin ,E,S. 2.000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Doengoes, M.E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI : Media Aesculapius

Muttaqin, Arif. 2011.Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi asuhan keperawatan Medikal

Bedah.Jakata : Salemba Medika.

Nanda Internasional. 2011. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.

Jakarta : EGC.

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan 1. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah volume 1. Jakarta : EGC

Sodikin.2011Asuhan Keperawatan Anak : Gangguan Sistem Gastrointestinal dan

Hepatobilier. Jakarta : Salemba Medika.

Suriadi dan Yuliani, Rita.2010.Asuhan Keperawatan Pada Anak.Edisi 2.Jakarta : Sagung

Seto.

Anda mungkin juga menyukai