HIPOVOLEMIK
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Definisi diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari
10ml/kg/hari. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar dengan
konsistensi yang encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar dengan konsistensi yang encer
tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.2
Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14
hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dapat
disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dan dari penyebab diare yang terbanyak adalah diare
infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan oleh virus, bakteri, dan parasit.2
2.2 Epidemiologi
Kuman penyebab diare menyebar masuk melalui mulut antara lain makanan dan
minuman yang tercemar tinja atau yang kontak langsung dengan tinja penderita. Faktor yang
meningkatkan kerentanan terhadap diare antara lain tidak memberikan ASI sampai umur 2
tahun, kurang gizi, campak, imunodefisiensi / imunosupressif.1
Kebanyakan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan, insiden paling banyak pada
umur 6 10 bulan (pada masa pemberian makanan pendamping). Variasi musimanpola musim
diare dapat terjadi melalui letak geografi. Pada daerah sub tropik, diare karena bakteri lebih
sering terjadi pada musim panas sedangkan diare karena virus puncaknya pada musim dingin.
Pada daerah tropik diare rotavirus terjadi sepanjang tahun, frekuensi meningkat pada musim
kemarau sedangkan puncak diare karena bakteri adalah pada musim hujan. Kebanyakan
infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi ini meningkat di atas umur 2 tahun karena
pembentukan imunitas aktif.4
2.3 Etiologi
Terdapat beberapa macam penyebab diare antara lain sebagai berikut5:
1) Faktor infeksi
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare,
meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi
parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans). Infeksi parenteral yaitu
infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti otitis media akut,
tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. (Behrman, 2009).
2) Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat yaitu disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan
penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi
malabsorbsi lemak dan protein.
3) Faktor Makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis
makanan tertentu.
4) Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).
2.4 Patofisiologi
Terdapat beberapa mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare yaitu3,5:
1) Gangguan osmotik
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen
usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare (Poorwo,
2003).
2) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air
dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare karena peningkatan isi lumen usus.
3) Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare (Poorwo, 2003).
Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Ada beberapa hal yang penting diperhatikan agar
dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
1) Menentukan cara pemberian cairan
Penggantian cairan melalui intravena merupakan pengobatan pilihan untuk dehidrasi berat,
karena cara tersebut merupakan jalan tercepat untuk memulihkan volume darah yang turun. Rehidrasi
IV penting terutama apabila ada tanda-tanda syok hipovolemik (nadi sangat cepat dan lemah atau tidak
teraba, kaki tangan dingin dan basah, keadaan sangat lemas atau tidak sadar). Cara lain pemberian
cairan pengganti hanya boleh bila rehidrasi IV tidak memungkinkan atau tidak dapat ditemukan
disekitarnya dalam waktu 30 menit.
2) Jenis cairan yang digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di
pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak
tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik
7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat
diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi.
ILUSTRASI KASUS
Upaya Nafas
Suara nafas normal
Posisi tubuh normal
Nafas cuping hidung (-), retraksi suprasternal (-), substernal (-), intercosta (-)
Sirkulasi Kulit
Pucat (+), CRT > 2 detik, mottling (-), sianosis (-)
Sirkulasi N
Kesan: pasien shock
Airway
Evaluasi
o Look : gerak dinding dada simetris
o Listen : gurgling (-), snoring (-), stridor (-)
o Feel : terasa hembusan nafas
Assesment : airway clear
Breathing
Evaluasi
o Frekuensi nafas 38 x/menit
o Gerakan dada simetris, nafas cuping hidung (-), retraksi (-), otot bantu pernafasan (-)
Circulation
Evaluasi
o Frekuensi nadi 162 x/menit, nadi teraba lemah, reguler.
o CRT > 2 detik, akral dingin
o Produksi urin: tidak dinilai
Kesan: syok hipovolemik
Tindakan: loading IVFD RL 20 ml/kgBB dalam 10 menit
Reevaluasi: frekuensi nadi 140 x/menit, nadi teraba kuat, regular, CRT < 2 detik, akral
hangat
Dissability
Tingkat kesadaran: alert
Refleks cahaya (+/+)
Pupil isokhor, 2mm/2mm
Exposure
Jaga temperatur
SECONDARY SURVEY (di Bangsal)
Identitas pasien
Nama Pasien : An. RA
Umur : 1 tahun 1 bulan
Jenis Kelamin : laki-laki
Ayah/ibu : H/IE
Agama : Islam
Suku : Melayu
Tanggal Masuk RS : 11 September 2012
Alamat : desa Sei Kijang camp PT CDSL
ALLONANAMNESIS
Diberikan oleh : orangtua pasien
Keluhan Utama : mencret sejak 3 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 3 hari SMRS pasien mencret. Hari pertama mencret sebanyak 6 kali, air lebih banyak
daripada amapas, berwarna kuning, berlendir, berbau amis, darah (+), sebanyak setengah
gelas akua. Hari kedua pasien dibawa berobat ke bidan, diberi obat dan mencret berkurang (2
x), air lebih banyak daripada ampas, sebanyak setengah gelas akua, pasien kehausan, nafsu
makan turun. Hari ke-3 pasien masih mencret lebih dari 5 kali, air lebih banyak daripada ampas,
sebanyak setengah gelas akua, pasien kehausan, mual dan muntah setiap kali makan.
Sebelumnya pasien minum dan makan seperti biasa, ganti susu formula (-).
Keluhan disertai demam (+), tidak terus menerus, pasien rewel, batuk (-), pilek (-).
Pada hari ke-4 pasien lemas tidak mau makan dan minum. Pasien dibawa ke IGD RSUD
AA.
Riwayat orangtua
Ayah : karyawan swasta
Ibu : karyawan swasta
Riwayat Kehamilan
Anak ke-6 dari 6 bersaudara
Hamil cukup bulan, ANC jarang, sebanyak 2 kali ke puskesmas.
Lahir spontan ditolong bidan kampung.
BBL tidak diketahui.
Riwayat pertumbuhan
BBL tidak diketahui
BBM 7,3 kg
Riwayat perkembangan
Telungkup : 3 bulan
Duduk : 7 bulan
Merangkak : 8 bulan
Berdiri : 1 tahun
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Alert
Tanda-tanda Vital
TD : 80/50 mmHg
Suhu : 37,9o C
Nadi : 160 x/menit
Nafas : 38 x/menit
Gizi
TB : 73 cm
BB : 7,3 kg
LILA : 13 cm
Lingkar kepala : 43 cm
Status Gizi menurut BB/TB NCHS persentil 81% Mild malnutrition
Status Neurologis
Refleks fisiologis (+)
Refleks patologis (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : (11-9-2012)
Darah :
Hb : 13,7 gr/dl
Ht : 40,5%
WBC : 14.400/ul
PLT : 274.000 /ul
Urin :
Makroskopis : kuning jernih, endapan (-)
Mikroskopis : protein (-), pH (6,5), Bilirubin (-), glukosa (-)
Feses :
Makroskopis : kuning kecoklatan, konsinstensi cair, darah (-), lendir (+)
Mikroskopis : amoeba (-), telur cacing (-), kista tidak ditemukan (-), leukosit (-)
Radiologi : -
DIAGNOSIS KERJA
Diare akut dengan dehidrasi berat
PEMERIKSAAN ANJURAN :
Elektrolit
TERAPI :
Resusitasi cairan RL
Initial: 219 cc habis dalam 0,5 jam
Repletion: 511 cc habis dalam 2,5 jam
Lacto B 2 x 1
Zinc 1 x 1
Sanmol 3 x Cth (K/P)
PROGNOSIS :
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Follow Up
12 September 2012
S: Mencret (+) 3 x, warna kuning, ampas < air, lendir (-), darah (-)
Muntah (-), demam (-), BAK (+), minum (+)
O: HR: 128 x/menit
RR: 30 x/menit
T : 37,3o C
BB: 7,3 kg
Kepala: UUB cekung (-), mata cekung (-)
Leher: DBN
Thoraks: DBN
Abdomen: BU (+) N, turgor kulit baik
Ekstremitas: CRT < 2 detik, akral hangat
A: Diare Akut tanpa Dehidrasi
P : IVFD 2A 30 tpm micro
Oralit 50 100 ml
Lacto 2 x 1
Zinc 1 x 1
Sanmol 3 x Cth (K/P)
13 September 2012
S: Mencret (+) 4 x, warna kuning, ampas < air, lendir (-), darah (-)
Muntah (-), demam (-), BAK (+), minum (+)
O: HR: 132 x/menit
RR: 28 x/menit
T : 37,2o C
BB: 7,3 kg
Kepala: UUB cekung (-), mata cekung (-)
Abdomen: BU (+) N, turgor kulit baik
Ekstremitas: CRT < 2 detik, akral hangat
A: Diare Akut tanpa Dehidrasi
P : IVFD 2A 30 tpm micro
Oralit 50 100 ml
Lacto 2 x 1
Zinc 1 x 1
Sanmol 3 x Cth (K/P)
14 September 2012
S: Mencret (+) 1 x, warna kuning, ampas < air, lendir (-), darah (-)
Muntah (-), demam (-), BAK (+), minum (+)
O: HR: 130 x/menit
RR: 28 x/menit
T : 36,9o C
BB: 7,3 kg
Kepala: UUB cekung (-), mata cekung (-)
Abdomen: BU (+) N, turgor kulit baik
Ekstremitas: CRT < 2 detik, akral hangat
A: Diare Akut tanpa Dehidrasi
P : IVFD 2A 30 tpm micro
Oralit 50 100 ml
Lacto 2 x 1
Zinc 1 x 1
Sanmol 3 x Cth (K/P)
PEMBAHASAN
Pasien datang ke IGD dalam keadaan syok hipovolemik yang diakibatkan oleh
berkurangnya volume intravaskuler karena keluarnya cairan tubuh akibat diare dan muntah.
Gejala klinis yang tampak adalah takikardi, akral dingin, CRT > 2 detik, dan kesadaran turun.
Tatalaksana yang dilakukan yaitu meningkatkan curah jantung dan oxygen delivery dengan
jalan meningkatkan preload yaitu pemberian cairan IV 20 ml/kg selama 10 menit. Setelah
diberikan resusitasi cairan selama 10 menit, keadaan klinis pasien membaik.
Diagnosis pasien ini di bangsal adalah diare akut dengan dehidrasi berat. Gejala diare
akut pada pasien ini yaitu pengeluaran tinja dengan konsistensi cair dengan frekuensi 4 6 kali
sehari. Keluhan diare pasien ini kurang dari 14 hari (akut), yaitu sejak 3 hari SMRS. Pada hari
ke-4 pasien lemah dan tidak mau minum, pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 80/50 mmHg,
Suhu 37,9o C, Nadi 160 x/menit, Nafas 38 x/menit, mata cekung, UUB cekung, dan turgor kulit
kurang.
Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk bayi dan anak
menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh memerlukan pemberian cairan elektrolit
parenteral. Penggantian cairan parenteral menurut panduan WHO diberikan sebagai berikut :
Usia <12 bln: 30ml/kgbb/1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/5jam
Usia >12 bln: 30ml/kgbb/1/2-1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/2-2 jam
Probiotik (Lacto B) merupakan bakteri hidup yang mempunyai efek yang
menguntungkan pada host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam
lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik
melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati penomena tersebut bakteri
probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan dan pengobatan diare baik yang
disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain, pseudomembran colitis maupun diare
yang disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional dan travellerss
diarrhea.
Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh
karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). Antibiotik hanya diperlukan pada
sebagian kecil penderita diare misalnya kholera shigella, karena penyebab terbesar dari diare
pada anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi
terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau
pada anak/bayi yang menunjukkan secara klinis gajala yang berat serta berulang atau
menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis. Anti motilitas
seperti difenosilat dan loperamid tidak perlu diberikan karena dapat menimbulkan paralisis
obstruksi sehingga terjadi bacterial overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Poorwo sumarso et all, 2003, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak: Infeksi & Penyakit Tropis,
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2. Behrman Richard et all, 2009, Nelson textbook of Pediatrics, Sanders: Phyladelpia.
3. Ardhani punky, 2008, Art of Theraphy: Ilmu Penyakit Anak, Pustaka Cendekia Press:
Jogjakarta
4. Pusponegoro hardiyono et all, 2004, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak: edisi I,
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
5. Hasan Rusepno et all, 2007, Ilmu Kesehatan Anak 1: cetakan ke 11, Infomedika: Jakarta.
6. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Kedaruratan pada Anak: pelatihan Prakonika XV UKK PGD
IDAI. 2011. IDAI: Manado.
7. World Gastroenterology Organisation. Global Guidelines 2005.
8. Sirivichayakul C : Acute Diarrhea in Children, In : Tropical Pediatrics for DTM&H 2002,
Faculty of Tropical Medicine, Mahidol Univesity, Bangkok, Thailand,1-13
9. Wells BG, DiPiro JT, Schwinghammer TL, Hamilton CW. Pharmacotherapy Handbook. 5th ed. New
York: McGraw-Hill, 2003. 371-79.
10. WHO. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. 2009. WHO Indonesia: Jakarta.