Anda di halaman 1dari 13

DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI BERAT DAN SYOK

HIPOVOLEMIK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di negara
berkembang, dengan perkiraan 3,2 juta kematian tiap tahun pada balita. Secara keseluruhan
anak-anak ini mengalami rata-rata 3,3 episod diare per tahun. Sekitar 80% kematian yang
berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Penyebab utama kematian
karena diare adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui
tinjanya.1,2
Diare adalah penyebab penting kekurangan gizi. Ini disebabkan karena adanya
kehilangan selera makan pada penderita diare sehingga anak makan lebih sedikit daripada
biasanya dan kemampuan menyerap sari makanan juga berkurang. Padahal kebutuhan sari
makanannya meningkat akibat dari infeksi.3
Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah/menanggulangi
dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya
intolerasi, mengobati kausa diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi
serta mengobati penyakit penyerta. Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif,
efisien dan efekstif harus dilakukan secara rasional. Pemakaian cairan rehidrasi oral secara
umum efektif dalam mengkoreksi dehidrasi. Pemberian cairan intravena diperlukan jika
terdapat kegagalan oleh karena tingginya frekuensi diare, muntah yang tak terkontrol dan
terganggunya masukan oral karena infeksi.2,10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Definisi diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari
10ml/kg/hari. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar dengan
konsistensi yang encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar dengan konsistensi yang encer
tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.2
Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14
hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dapat
disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dan dari penyebab diare yang terbanyak adalah diare
infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan oleh virus, bakteri, dan parasit.2

2.2 Epidemiologi
Kuman penyebab diare menyebar masuk melalui mulut antara lain makanan dan
minuman yang tercemar tinja atau yang kontak langsung dengan tinja penderita. Faktor yang
meningkatkan kerentanan terhadap diare antara lain tidak memberikan ASI sampai umur 2
tahun, kurang gizi, campak, imunodefisiensi / imunosupressif.1
Kebanyakan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan, insiden paling banyak pada
umur 6 10 bulan (pada masa pemberian makanan pendamping). Variasi musimanpola musim
diare dapat terjadi melalui letak geografi. Pada daerah sub tropik, diare karena bakteri lebih
sering terjadi pada musim panas sedangkan diare karena virus puncaknya pada musim dingin.
Pada daerah tropik diare rotavirus terjadi sepanjang tahun, frekuensi meningkat pada musim
kemarau sedangkan puncak diare karena bakteri adalah pada musim hujan. Kebanyakan
infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi ini meningkat di atas umur 2 tahun karena
pembentukan imunitas aktif.4

2.3 Etiologi
Terdapat beberapa macam penyebab diare antara lain sebagai berikut5:
1) Faktor infeksi
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare,
meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi
parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans). Infeksi parenteral yaitu
infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti otitis media akut,
tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. (Behrman, 2009).
2) Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat yaitu disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan
penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi
malabsorbsi lemak dan protein.
3) Faktor Makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis
makanan tertentu.
4) Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).
2.4 Patofisiologi
Terdapat beberapa mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare yaitu3,5:
1) Gangguan osmotik
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen
usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare (Poorwo,
2003).
2) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air
dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare karena peningkatan isi lumen usus.
3) Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare (Poorwo, 2003).

2.5 Manifestasi Klinis


Pada Diare cair akut dapat ditemukan gejala BAB lebih cair/encer dari biasanya, frekuensi lebih
dari 3 kali sehari. Apabila disertai darah disebut disentri (diare akut invasif). Dapat disertai dengan
muntah, nyeri perut dan panas.3
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia,
nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi
yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau
gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseorang yang kekurangan cairan
akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih
menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh
deplesi air yang isotonik.2
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama, yaitu kesadaran, rasa haus, turgor
kulit abdomen. Perhatikan juga tanda tambahan, yaitu ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata
cekung atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, kering atau tidaknya mukosa mulut, bibir dan lidah.
Jangan lupa menimbang berat badan.2,3
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat
berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga
frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul). 1,4
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan
tanda-tanda denyut nadi cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah,
muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga
dapat timbul aritmia jantung.1
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut
yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.3

Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria sebagai berikut3:


1) Tanpa dehidrasi:
a. Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
b. Keadaan umum baik, sadar
c. Tanda vital dalam batas normal
d. Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mucosa mulut dan bibir basah
e. Turgor abdomen baik, bising usus normal
f. Akral hangat.
Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak mau minum, muntah
terus-menerus, diare frekuen).
2) Dehidrasi ringan-sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)
a. Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda tambahan
b. Keadaan umum gelisah
c. Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang, mucosa mulut dan bibir sedikit
kering
d. Anak kehausan, minum dengan bernafsu
e. Turgor kurang
f. Akral hangat
Pasien harus rawat inap (Ardhani, 2008).
3) Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)
a. Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dengan dua atau lebih tanda tambahan
b. Keadaan umum lemah, letargi atau koma
c. Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada, mucosa mulut dan bibir sangat
kering
d. Anak malas minum atau tidak bisa minum
e. Turgor kulit buruk
f. Akral dingin
Pasien harus rawat inap (Ardhani, 2008).

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan tinja4,8
1. Dapat disertai darah atau lendir
2. PH asam/basa
3. Leukosit > 5/LBP
4. Biakan dan test sensitivitas untuk etiologi bakteri
5. ELISA (bila memungkinkan, untuk etiologi virus)
Pemeriksaan darah4
1. Dapat terjadi gangguan elektrolit atau gangguan asam basa
2. Analisa gas darah

2.7 Prinsip Penatalaksanaan Diare Akut


Apabila derajat dehidrasi yang terjadi akibat diare sudah di tentukan, baru kemudian
menentukan tatalaksana yang akan diterapkan secara konsisten.3
Terdapat lima lintas tatalaksana diare, yaitu:
1) Rehidrasi
2) Dukungan nutrisi
3) Supplement zinc
4) Antibiotik selektif
5) Edukasi orang tua

1. Tatalaksana diare berdasarkan derajat dehidrasi


a. Diare cair akut tanpa dehidrasi1,4,9
Penanganan lini pertama pada diare cair akut tanpa dehidrasi antara lain sebagai berikut:
1) Memberikan kepada anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi. Dapat
kita gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti oralit, makanan cair (seperti sup dan air
tajin) dan bila tidak ada air matang, kita dapat menggunakan larutan oralit untuk anak. Pemberian
larutan diberikan terus semau anak hingga diare berhenti. Volume cairan untuk usia kurang dari 1th :
50-100cc, untuk usia 1-5th mendapat 100-200cc, untuk usia lebih dari 5th dapat diberikan semaunya.
2) Memberikan tablet zinc. Pemberian tablet zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun
anak telah sembuh dari diare. Dosis zinc untuk anak bervariasi, untuk anak usia dibawah 6 bulan
sebesar 10mg (1/2 tablet) perhari, sedangkan untuk usia diatas 6 bulan sebesar 20 mg perhari. Zinc
diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, meskipun anak telah sembuh dari diare.
3) Memberikan anak makanan untuk mencegah kekurangan gizi.
4) Membawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita
sebagai berikut buang air besar cair lebih sering, muntah terus menerus, rasa haus yang nyata, makan
atau minum sedikit, demam, dan tinja berdarah.
5) Anak harus diberi oralit dirumah
Formula oralit baru yangberasal dari WHO dengan komposisi sebagai berikut:
Natrium : 75 mmol/L
Klorida : 65 mmol/L
Glukosa, anhydrous : 75 mmol/L
Kalium : 20 mmol/L
Sitrat : 10 mmol/L
Total osmolaritas : 245 mmol/L
Ketentuan pemberian oralit formula baru :
Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru, larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 L air
matang, untuk persediaan 24 jam, berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar dengan
ketentuan untuk anak usia kurang dari 2 tahun berikan 50-100 ml setiap kali buang air besar,
sedangkan untuk untuk anak berumur 2 tahun atau lebih berikan 100-200 ml tiap kali buang air besar.
Jika dalam waktu 24 jam persediaan oralit masih tersisa, maka sisa larutan itu harus dibuang.

b. Diare cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang1,3


Rehidrasi dapat menggunakan oralit 75 cc/kgBB dalam 3 jam pertama dilanjutkan pemberian
kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai umur seperti diatas setiap kali buang air besar.

c. Diare Cair akut dengan Dehidrasi Berat


Anak-anak dengan tanda-tanda dehidrasi berat dapat meninggal dengan cepat karena syok
hipovolemik, sehingga mereka harus mendapatkan penanganan dengan cepat.

Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Ada beberapa hal yang penting diperhatikan agar
dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
1) Menentukan cara pemberian cairan
Penggantian cairan melalui intravena merupakan pengobatan pilihan untuk dehidrasi berat,
karena cara tersebut merupakan jalan tercepat untuk memulihkan volume darah yang turun. Rehidrasi
IV penting terutama apabila ada tanda-tanda syok hipovolemik (nadi sangat cepat dan lemah atau tidak
teraba, kaki tangan dingin dan basah, keadaan sangat lemas atau tidak sadar). Cara lain pemberian
cairan pengganti hanya boleh bila rehidrasi IV tidak memungkinkan atau tidak dapat ditemukan
disekitarnya dalam waktu 30 menit.
2) Jenis cairan yang digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di
pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak
tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik
7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat
diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi.

3) Jumlah cairan yang diberikan4,5


Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang akan diberikan harus sesuai dengan jumlah
cairan yang keluar dari badan. Jika memungkinkan, penderita sebaiknya ditimbang sehingga
kebutuhan cairannya dapat diukur dengan tepat. Kehilangan cairan pada dehidrasi berat setara dengan
10% berat badan (100 ml/kg).
Bayi harus diberi cairan 30 ml/kg BB pada 1 jam pertama, diikuti 70 ml/kg BB 5 jam berikutnya,
jadi seluruhnya 100 ml/kgBB selama 6 jam. Anak yang lebih besar dan dewasa harus diberi 30 ml/kgBB
pada 30 menit pertama, diikuti 70 ml/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya sehingga seluruhnya 100 ml/kgBB
selama 3 jam. Sangat berguna memberi tanda pada botol, untuk menunjukan jumlah cairan yang harus
diberikan setiap jam bagi setiap penderita.
Sesudah 30 ml/kg cairan pertama diberikan , nadi radialis yang kuat dapat teraba. Bila masih
lemah dan cepat, infuse 30 ml/kg harus diberikan lagi dalam waktu yang sama. Meskipun begitu hal ini
jarang dibutuhkan. Larutan oralit dalam jumlah kecil harus juga diberikan melalui mulut (sekitar 5ml/kg
BB per jam) segera setelah penderita dapat minum, untuk memberi tambahan kalium dan basa, Hal ini
biasa dilakukan setelah 3-4 jam untuk bayi dan 1-2 jam untuk penderita yang lebih besar.
4) Jalan masuk atau cara pemberian cairan4
Rute pemberian cairan meliputi oral dan intravena. Larutan oralit dengan komposisi berkisar 29
g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan 1,5 g KCl stiap liternya diberikan per oral pada diare ringan
sebagai upaya pertama dan juga setelah rehidrasi inisial untuk mempertahankan hidrasi.

2. Mengidentifikasi penyebab infeksi


Untuk mengetahui penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan dengan keadaan
klinis diare tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui pemeriksaan biakan tinja disertai
dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja lengkap. Indikasi pemeriksaan kultur feses antara
lain, diare berat, suhu tubuh > 38,50C, adanya darah dan/atau lender pada feses, ditemukan
leukosit pada feses, laktoferin, dan diare persisten yang belum mendapat antibiotic.1,7
Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas melalui
pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan BJ plasma. Bila
ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik, pemeriksaan biakan empedu, Widal,
preparat malaria serta serologi Helicobacter jejuni sangat dianjurkan. Pemeriksaan khusus
seperti serologi amuba, jamur dan Rotavirus biasanya menyusul setelah melihat hasil
pemeriksaan penyaring.1
Secara klinis diare karena infeksi akut digolongkan sebagai berikut:
1. Koleriform, diare dengan tinja terutama terdiri atas cairan saja.
2. Disentriform, diare dengan tinja bercampur lendir kental dan kadang-kadang darah.

3.Memberikan terapi simtomatik


Terapi simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan keuntungannya. Antimotilitas
usus seperti Loperamid akan memperburuk diare yang diakibatkan oleh bakteri entero-invasif karena
memperpanjang waktu kontak bakteri dengan epitel usus yang seyogyanya cepat dieliminasi. 4

4. Memberikan terapi definitif3,5


Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi:
a. Kolera-eltor: Tetrasiklin atau Kotrimoksasol atau Kloramfenikol.
b. V. parahaemolyticus,E. coli, tidak memerluka terapi spesifik
c. A. aureus : Kloramfenikol
d. Salmonellosis: Ampisilin atau Kotrimoksasol atau golongan Quinolon seperti Siprofloksasin
e. Shigellosis: Ampisilin atau Kloramfenikol
f. Helicobacter: Eritromisin
g. Amebiasis: Metronidazol atau Trinidazol atau Secnidazol
h. Giardiasis: Quinacrine atau Chloroquineitiform atau Metronidazol
i. Balantidiasis: Tetrasiklin
j. Candidiasis: Mycostatin
k. Virus: simtomatik dan support

ILUSTRASI KASUS

PRIMARY SURVEY (di IGD)


Penampilan Anak
T : bergerak kurang aktif, tonus otot lemah
I : reaksi terhadap suara
C : dapat ditenangkan orangtua
L : pandangan kosong
S : pasien menangis lemah

Upaya Nafas
Suara nafas normal
Posisi tubuh normal
Nafas cuping hidung (-), retraksi suprasternal (-), substernal (-), intercosta (-)

Sirkulasi Kulit
Pucat (+), CRT > 2 detik, mottling (-), sianosis (-)

Penampilan N Upaya Nafas N

Sirkulasi N
Kesan: pasien shock

Airway
Evaluasi
o Look : gerak dinding dada simetris
o Listen : gurgling (-), snoring (-), stridor (-)
o Feel : terasa hembusan nafas
Assesment : airway clear
Breathing
Evaluasi
o Frekuensi nafas 38 x/menit
o Gerakan dada simetris, nafas cuping hidung (-), retraksi (-), otot bantu pernafasan (-)
Circulation
Evaluasi
o Frekuensi nadi 162 x/menit, nadi teraba lemah, reguler.
o CRT > 2 detik, akral dingin
o Produksi urin: tidak dinilai
Kesan: syok hipovolemik
Tindakan: loading IVFD RL 20 ml/kgBB dalam 10 menit
Reevaluasi: frekuensi nadi 140 x/menit, nadi teraba kuat, regular, CRT < 2 detik, akral
hangat
Dissability
Tingkat kesadaran: alert
Refleks cahaya (+/+)
Pupil isokhor, 2mm/2mm
Exposure
Jaga temperatur
SECONDARY SURVEY (di Bangsal)
Identitas pasien
Nama Pasien : An. RA
Umur : 1 tahun 1 bulan
Jenis Kelamin : laki-laki
Ayah/ibu : H/IE
Agama : Islam
Suku : Melayu
Tanggal Masuk RS : 11 September 2012
Alamat : desa Sei Kijang camp PT CDSL
ALLONANAMNESIS
Diberikan oleh : orangtua pasien
Keluhan Utama : mencret sejak 3 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 3 hari SMRS pasien mencret. Hari pertama mencret sebanyak 6 kali, air lebih banyak
daripada amapas, berwarna kuning, berlendir, berbau amis, darah (+), sebanyak setengah
gelas akua. Hari kedua pasien dibawa berobat ke bidan, diberi obat dan mencret berkurang (2
x), air lebih banyak daripada ampas, sebanyak setengah gelas akua, pasien kehausan, nafsu
makan turun. Hari ke-3 pasien masih mencret lebih dari 5 kali, air lebih banyak daripada ampas,
sebanyak setengah gelas akua, pasien kehausan, mual dan muntah setiap kali makan.
Sebelumnya pasien minum dan makan seperti biasa, ganti susu formula (-).
Keluhan disertai demam (+), tidak terus menerus, pasien rewel, batuk (-), pilek (-).
Pada hari ke-4 pasien lemas tidak mau makan dan minum. Pasien dibawa ke IGD RSUD
AA.

Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak ada yang berhubungan
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengeluhkan hal yang sama

Riwayat orangtua
Ayah : karyawan swasta
Ibu : karyawan swasta

Riwayat Kehamilan
Anak ke-6 dari 6 bersaudara
Hamil cukup bulan, ANC jarang, sebanyak 2 kali ke puskesmas.
Lahir spontan ditolong bidan kampung.
BBL tidak diketahui.

Riwayat Makan dan Minum


ASI : 0 1 minggu
Susu formula : 1 minggu sekarang
Bubur saring: 2 hari 4 bulan
Nasi biasa : 4 bulan sekarang
Riwayat Imunisasi
Belum pernah imunisasi

Riwayat pertumbuhan
BBL tidak diketahui
BBM 7,3 kg

Riwayat perkembangan
Telungkup : 3 bulan
Duduk : 7 bulan
Merangkak : 8 bulan
Berdiri : 1 tahun

Keadaan Perumahan dan Tempat Tinggal


Tinggal di rumah permanen, ventilasi dan pencahayaan cukup
Sumber air dan MCK dari sumur bor

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Alert

Tanda-tanda Vital
TD : 80/50 mmHg
Suhu : 37,9o C
Nadi : 160 x/menit
Nafas : 38 x/menit

Gizi
TB : 73 cm
BB : 7,3 kg
LILA : 13 cm
Lingkar kepala : 43 cm
Status Gizi menurut BB/TB NCHS persentil 81% Mild malnutrition

Kepala : simetris, normocephal, UUB cekung (+)


Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
Mata :
Konjungtiva : anemis (-)
Sklera : ikterik (-)
Pupil : bulat, isokor, 3mm/3mm
Reflek cahaya : (+/+)
Mata cekung (+)
Telinga : sekret (-/-), dalam batas normal
Hidung : sekret (-/-), pernafasan cuping hidung (-)
Mulut :
Bibir : kering
Mukosa dalam bibir : basah, sianosis (-)
Palatum : utuh
Lidah : tidak kotor
Gigi : caries (-)
Leher :
KGB : tidak ada pembesaran KGB
Kaku kuduk : tidak ditemukan
JVP 5-2 cmH2O.
Thoraks
Inspeksi : gerakan dada simetris kiri kanan, retraksi (-)
Palpasi : fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor dikedua lapangan paru
Auskultasi : vesicular, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : datar, venektasi (-)
Palpasi : supel, turgor kulit kurang, organomegali (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat

Alat kelamin : laki-laki, kelainan congenital (-), dalam batas normal


Ekstremitas : Akral dingin, CRT > 2 detik, clubbing finger (-), pitting edema (-)

Status Neurologis
Refleks fisiologis (+)
Refleks patologis (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : (11-9-2012)
Darah :
Hb : 13,7 gr/dl
Ht : 40,5%
WBC : 14.400/ul
PLT : 274.000 /ul

Urin :
Makroskopis : kuning jernih, endapan (-)
Mikroskopis : protein (-), pH (6,5), Bilirubin (-), glukosa (-)

Feses :
Makroskopis : kuning kecoklatan, konsinstensi cair, darah (-), lendir (+)
Mikroskopis : amoeba (-), telur cacing (-), kista tidak ditemukan (-), leukosit (-)

Radiologi : -

HAL-HAL YANG PENTING DARI ANAMNESIS


Mencret 3 hari
Pasien lemas, tidak mau minum.
HAL-HAL YANG PENTING DARI PEMERIKSAAN FISIK
Mata cekung (+), UUB cekung (+), turgor kulit kurang (+)

DIAGNOSIS KERJA
Diare akut dengan dehidrasi berat

PEMERIKSAAN ANJURAN :
Elektrolit
TERAPI :
Resusitasi cairan RL
Initial: 219 cc habis dalam 0,5 jam
Repletion: 511 cc habis dalam 2,5 jam
Lacto B 2 x 1
Zinc 1 x 1
Sanmol 3 x Cth (K/P)
PROGNOSIS :
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

Follow Up
12 September 2012
S: Mencret (+) 3 x, warna kuning, ampas < air, lendir (-), darah (-)
Muntah (-), demam (-), BAK (+), minum (+)
O: HR: 128 x/menit
RR: 30 x/menit
T : 37,3o C
BB: 7,3 kg
Kepala: UUB cekung (-), mata cekung (-)
Leher: DBN
Thoraks: DBN
Abdomen: BU (+) N, turgor kulit baik
Ekstremitas: CRT < 2 detik, akral hangat
A: Diare Akut tanpa Dehidrasi
P : IVFD 2A 30 tpm micro
Oralit 50 100 ml
Lacto 2 x 1
Zinc 1 x 1
Sanmol 3 x Cth (K/P)

13 September 2012
S: Mencret (+) 4 x, warna kuning, ampas < air, lendir (-), darah (-)
Muntah (-), demam (-), BAK (+), minum (+)
O: HR: 132 x/menit
RR: 28 x/menit
T : 37,2o C
BB: 7,3 kg
Kepala: UUB cekung (-), mata cekung (-)
Abdomen: BU (+) N, turgor kulit baik
Ekstremitas: CRT < 2 detik, akral hangat
A: Diare Akut tanpa Dehidrasi
P : IVFD 2A 30 tpm micro
Oralit 50 100 ml
Lacto 2 x 1
Zinc 1 x 1
Sanmol 3 x Cth (K/P)

14 September 2012
S: Mencret (+) 1 x, warna kuning, ampas < air, lendir (-), darah (-)
Muntah (-), demam (-), BAK (+), minum (+)
O: HR: 130 x/menit
RR: 28 x/menit
T : 36,9o C
BB: 7,3 kg
Kepala: UUB cekung (-), mata cekung (-)
Abdomen: BU (+) N, turgor kulit baik
Ekstremitas: CRT < 2 detik, akral hangat
A: Diare Akut tanpa Dehidrasi
P : IVFD 2A 30 tpm micro
Oralit 50 100 ml
Lacto 2 x 1
Zinc 1 x 1
Sanmol 3 x Cth (K/P)

PEMBAHASAN

Pasien datang ke IGD dalam keadaan syok hipovolemik yang diakibatkan oleh
berkurangnya volume intravaskuler karena keluarnya cairan tubuh akibat diare dan muntah.
Gejala klinis yang tampak adalah takikardi, akral dingin, CRT > 2 detik, dan kesadaran turun.
Tatalaksana yang dilakukan yaitu meningkatkan curah jantung dan oxygen delivery dengan
jalan meningkatkan preload yaitu pemberian cairan IV 20 ml/kg selama 10 menit. Setelah
diberikan resusitasi cairan selama 10 menit, keadaan klinis pasien membaik.
Diagnosis pasien ini di bangsal adalah diare akut dengan dehidrasi berat. Gejala diare
akut pada pasien ini yaitu pengeluaran tinja dengan konsistensi cair dengan frekuensi 4 6 kali
sehari. Keluhan diare pasien ini kurang dari 14 hari (akut), yaitu sejak 3 hari SMRS. Pada hari
ke-4 pasien lemah dan tidak mau minum, pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 80/50 mmHg,
Suhu 37,9o C, Nadi 160 x/menit, Nafas 38 x/menit, mata cekung, UUB cekung, dan turgor kulit
kurang.
Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk bayi dan anak
menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh memerlukan pemberian cairan elektrolit
parenteral. Penggantian cairan parenteral menurut panduan WHO diberikan sebagai berikut :
Usia <12 bln: 30ml/kgbb/1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/5jam
Usia >12 bln: 30ml/kgbb/1/2-1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/2-2 jam
Probiotik (Lacto B) merupakan bakteri hidup yang mempunyai efek yang
menguntungkan pada host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam
lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik
melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati penomena tersebut bakteri
probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan dan pengobatan diare baik yang
disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain, pseudomembran colitis maupun diare
yang disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional dan travellerss
diarrhea.
Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh
karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). Antibiotik hanya diperlukan pada
sebagian kecil penderita diare misalnya kholera shigella, karena penyebab terbesar dari diare
pada anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi
terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau
pada anak/bayi yang menunjukkan secara klinis gajala yang berat serta berulang atau
menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis. Anti motilitas
seperti difenosilat dan loperamid tidak perlu diberikan karena dapat menimbulkan paralisis
obstruksi sehingga terjadi bacterial overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Poorwo sumarso et all, 2003, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak: Infeksi & Penyakit Tropis,
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2. Behrman Richard et all, 2009, Nelson textbook of Pediatrics, Sanders: Phyladelpia.
3. Ardhani punky, 2008, Art of Theraphy: Ilmu Penyakit Anak, Pustaka Cendekia Press:
Jogjakarta
4. Pusponegoro hardiyono et all, 2004, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak: edisi I,
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
5. Hasan Rusepno et all, 2007, Ilmu Kesehatan Anak 1: cetakan ke 11, Infomedika: Jakarta.
6. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Kedaruratan pada Anak: pelatihan Prakonika XV UKK PGD
IDAI. 2011. IDAI: Manado.
7. World Gastroenterology Organisation. Global Guidelines 2005.
8. Sirivichayakul C : Acute Diarrhea in Children, In : Tropical Pediatrics for DTM&H 2002,
Faculty of Tropical Medicine, Mahidol Univesity, Bangkok, Thailand,1-13
9. Wells BG, DiPiro JT, Schwinghammer TL, Hamilton CW. Pharmacotherapy Handbook. 5th ed. New
York: McGraw-Hill, 2003. 371-79.
10. WHO. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. 2009. WHO Indonesia: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai