Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE

A. DEFINISI
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih
lunak atau lebih cair dari biasanya dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24
jam (Juffrie, 2010). Diare adalah peningkatan dalam frekuensi buang air besar
(kotoran), serta pada kandungan air dan volume kotoran itu. Namun, diare
yang berat dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan) atau masalah
gizi yang berat (Yayasan Spiritia, 2011). Diare didefinisikan secara klinis
sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya atau
lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi
cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinis dibedakan menjadi tiga macam
sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diarepersisten (WHO,
2000).
B. ETIOLOGI
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a. Faktor internal adalah infeksi saluran pencernaan meliputi infeksi
internal sebagai berikut :
1) Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, salmonella, tersinia.
2) Infeksi virus : enterovirus (virus ECHO, poliomyelitis),
adenovirus, rotavirus, dll.
3) Infeksi parasit : cacing (asoanis, trichuris, oxyuris ),
jamur ( candida albicans ).
b. Infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan, seperti
otitis media akut, tonsilitis tonsilofasingitis, bronkopneumonia, dsb.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat meliputi disakarida dan monosakarida
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
C. KLASIFIKASI
1. Diare akut : merupakan diare yang disebabkan oleh virus yang disebut
Rotavirus yang ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat
berupa air saja yang frekuensinya biasanya (3 kali atau lebih dalam
sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare rotavirus ini
merupakan virus usus patogen yang menduduki urutan pertama sebagai
penyebab diare akut pada anak
2. Diare bermasalah: merupakan diare yang disebabkan oleh infeksi virus,
bakteri, parasit, intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi. Penularan
secara fecal- oral, kontak dari orang ke orang atau kontak orang dengan
alat rumah tangga. diare ini umumnya diawali oleh diare cair kemudian
pada hari kedua atau ketiga bar muncul darah, dengan maupun tanpa
lendir, sakit perut yang diikuti munculnya tenesmus panas disertai
hilangnya nafsu makan dan badan terasa lemah.
3. Diare persisten: merupakan diare akut yang menetap, dimana titik sentral
patogenesis diare persisten adalah kerusakan mukosa usus. penyebab
diare persisten sama dengan diare akut.(Pedoman Pemberantasan
Penyakit Diare edisi ke 3 depkes RI Direktorat Jenderal PPM& PL tahun
2007).

D. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Kliegman, Marcdante dan Jenson (2006), menyatakan bahwa


berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh atau sering
kali disebut dengan diare, maka diare dapat dibagi menjadi :
1. Diare tanpa dehidrasi
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena
frekuensi diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda
dehidrasi.
2. Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih,
kadang-kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu
makan menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih
normal atau takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas
normal.
3. Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang
kurang atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun
besar menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan
mulut serta kulit tampak kering, air mata berkurang dan masa pengisian
kapiler memanjang (≥ 2 detik) dengan kulit yang dingin dan pucat.
4. Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh
dan biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan
pulsasi yang melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak
ada penghasilan urin, mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung,
tidak ada produksi air mata, tidak mampu minum dan keadaannya mulai
apatis, kesadarannya menurun dan juga masa pengisian kapiler sangat
memanjang (≥ 3 detik) dengan kulit yang dingin dan pucat.

E. PATHWAY
F. KOMPLIKASI
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama,
terutama pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera
kehilangan cairan secara mendadak sehingga terjadi syok hipovolemik yang
cepat. Kehilangan elektrolit melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia
dan asidosis metabolik ( Ciesla et al, 2003).
Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis, sehingga
syok hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat timbul
tubular nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi organ.
Komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak
adekuat sehingga tidak tecapai rehidrasi yang optimal. (Nelwan, 2001;
Soewondo, 2002; Thielman & Guerrant, 2004).
Menurut SPM Kesehatan Anak IDAI (2004) dan SPM Kesehatan Anak RSUD
Wates (2001), adapun komplikasi diare yaitu :
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Kejang
4. Bakterimia
5. Maltrunisi
6. Hipoglikemia
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan
2. Kultur tinja
3. Pemeriksaan elektrolit, BUN, creatinin, dan glukosa
4. Pemeriksaan tinja; pH, lekosit, glukosa, dan adanya darah

H. PENATALAKSANAAN

Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam


mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih
atau oral rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan.
Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat
melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering terjadi adalah
pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.
Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit
secara intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau
dengan kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian
masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai
alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam menjaga, takut bertambah parah
setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini
menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan
semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah yang fatal.
Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain
ORS. Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus
penyebab diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease).
Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia
lamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional,
artinya antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman.
Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan
antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu
dilakukan untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah,
pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.
Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Banyak minum
2. Rehidrasi perinfus
3. Antibiotika yang sesuai
4. Diit tinggi protein dan rendah residu
5. Obat anti kolinergik untuk menghilangkan kejang abdomen
6. Tintura opium dan paregorik untuk mengatasi diare (atau obat lain)
7. Transfusi bila terjadi perdarahan
8. Pembedahan bila terjadi perforasi
9. Observasi keseimbangan cairan
10. Cegah komplikasi
http://coretaniwin.blogspot.com/2016/03/laporan-pendahuluan-diare.html
http://kesmaspro.blogspot.com/2012/10/kojet-cobacoba.html
http://nursingbegin.com/askep-diare-akut-dehidrasi-sedang/

Anda mungkin juga menyukai