Anda di halaman 1dari 25

A.

Konsep Dasar Gastroenteritis Akut (GEA)

1. Definisi
Gastroenteritis akut (GEA) adalah penyakit diare dengan onset cepat,
dengan atau tanpa mual, muntah, demam atau nyeri perut. Diare adalah buang
air besar yang encer ataupun berair, biasanya paling sedikit tiga kali dalam 24
jam. Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terdapat inflamasi pada
bagian mukosa dari saluran gastrointestinal ditandai dengan diare dan
muntah.7 Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dari
biasanya atau lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi feses yang lebih
lembek atau cair (kandungan air pada feses lebih banyak dari biasanya yaitu
lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam).8Gastroenteritis akut adalah diare
dengan onset mendadak dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari
disertai dengan muntah dan berlangsung kurang dari 14 hari,(Nabila &
Effendi, 2023).

2. Etiologi
Menurut (Saputra et al., 2021), Gastroenteritis akut bisa disebabkan
oleh berbagai faktor, menurut dari World Gastroenterology Organisation, ada
beberapa agen yang bisa menyebabkan terjadinya gastroenteritis akut yaitu
agen infeksi dan non-infeksi. Lebih dari 90 % diare akut disebabkan karena
infeksi, sedangkan sekitar 10 % karena sebab lain yaitu :

I. Faktor infeksi
a) Virus
 Rotavirus
 Human calivirus
 Adenovirus
b) Bakteri
 Diarrheagenic Escherichia- coli
 Campylobacter Bakteri
 Shigella species Gejala
 Vibrio cholera
 Salmonella
II. Factor non infeksi
c) Malabsorpsi/ maldigesti
Kurangnya penyerapan seperti :
 Karbohidrat
 Lemak
 Asam amino
 Protein Vitamin dan mineral
 Imunodefisiensi

3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari gastroenteritis akut biasanya bervariasi. dari
salah satu hasil penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, mual (93%),
muntah (81%) atau diare (89%), dan nyeri abdomen (76%) umumnya
merupakan gejala yang paling sering dilaporkan oleh kebanyakan pasien.
Selain itu terdapat tanda-tanda dehidrasi sedang sampai berat, seperti
membran mukosa yang kering, penurunan turgor kulit, atau perubahan status
mental, terdapat pada <10 % pada hasil pemeriksaan. Gejala pernafasan, yang
mencakup radang tenggorokan, batuk, dan rinorea, dilaporkan sekitar 10%. 10
Sedangkan gatroenteritis akut karena infeksi bakteri yang mengandung atau
memproduksi toksin akan menyebabkan diare sekretorik (watery diarhhea)
dengan gejala-gejala mual, muntah, dengan atau tanpa demam yang umumnya
ringan, disertai atau tanpa nyeri/kejang perut, dengan feses lembek atau cair.
Umumnya gejala diare sekretorik timbul dalam beberapa jam setelah makan
atau minurnan yang terkontaminasi.
Diare sekretorik (watery diarhea) yang berlangsung beberapa waktu
tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian
karena kekurangan cairan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau
karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena
kehilangan cairan seseorang akan merasa haus, berat badan berkurang, mata
menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menumn serta
suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang
isotonik.
Sedangkan kehilangan bikarbonas dan asam karbonas berkurang yang
mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat
pernapasan sehingga frekuensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (pernafasan
Kussmaul). Reaksi ini adalah usaha badan untuk mengeluarkan asam karbonas
agar pH darah dapat kembali normal. Gangguan kardiovaskular pada tahap
hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi
yang cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah
muka pucat ujung-ujung ektremitas dingin dan kadang sianosis karena
kehilangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
4. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama
gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus, isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare. Kedua, akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin)
pada dinding usus akan terjadi peningkatan air dan elektrolit ke dalam rongga
usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga, gangguan mortalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula. Selain itu, diare juga dapat terjadi, akibat masuknya
mikroorganisme hidup kedalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam
lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan
toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare
(Titik Lestari, 2016) dalam (Kartikasari, 2022).
5. Komplikasi
Menurut (Indah, 2017) dalam (Kartikasari, 2022), bila tidak segera
ditangani maka akan terjad komplikasi seperti dehidrasi, kejang, malnutrisi,
dan higlikemia. Menurut (Hertia, 2020) komplikasi yang dapat terjadi dari
diare akut maupun kronis, yaitu :

 Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).


 Renjatan hipovolemik.
 Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
 Hipoglikemia.
 Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan villi mukosa, usus halus.
 Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
 Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.

6. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis gastroenteritis akut dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis

2. Pemeriksaan fisik

3. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

 Pemeriksaan tinja

 Makroskopis dan mikroskopis

 pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest.

 Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakal dan uji resistensi.

b. Pemeriksaan Darah

 pH darah dan elektrolit (Natrium, Kalium, dan Fosfor) dalam serum


untuk menentukan keseimbangan asam dan basa.

 Analisis feses.

 Endoskopin

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:

rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan, memberikan terapi simptomatik,


dan memberikan terapi definitive,(Wedayanti, 2017).

1. Terapi Rehidrasi
Langkah pertama dalam menterapi diare adalah dengan rehidrasi, dimana
lebih disarankan dengan rehidrasi oral. Akumulasi kehilangan cairan
(dengan penghitungan secara kasar dengan perhitungan berat badan
normal pasien dan berat badan saat pasien diare) harus ditangani pertama.
Selanjutnya, tangani kehilangan cairan dan cairan untuk pemeliharaan. Hal
yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan
akurat, yaitu:

 Jenis cairan
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena
tersedia cukup banyak di pasaran, meskipun jumlah kaliumnya lebih
rendah bila dibandingkan dengan kadar Kalium cairan tinja. Apabila
tidak tersedia cairan ini, boleh diberikan cairan NaCl isotonik.
Sebaiknya ditambahkan satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml pada
setiap satu liter infus NaCl isotonik. Asidosis akan dapat diatasi
dalam 1-4 jam. Pada keadaan diare akut awal yang ringan, tersedia di
pasaran cairan/bubuk oralit, yang dapat diminum sebagai usaha awal
agar tidak terjadi dehidrasi dengan berbagai akibatnya. Rehidrasi oral
(oralit) harus mengandung garam dan glukosa yang dikombinasikan
dengan air.
 Jumlah cairan
Pada prinsipnya jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan
jumlah cairan yang keluar dari badan. Kehilangan cairan dari badan
dapat dihitung dengan memakai Metode Daldiyono berdasarkan
keadaan klinis dengan skor. Rehidrasi cairan dapat diberikan dalam 1-
2 jam untuk mencapai kondisi rehidrasi.
Kebutuhan Cairan = skor / 15 x 10% x kgBB x 1 liter.
 Jalur pemberian cairan
Rute pemberian cairan pada orang dewasa terbatas pada oral dan
intravena. Untuk pemberian per oral diberikan larutan oralit yang
komposisinya berkisar antara 29g glukosa, 3,5g NaCl, 2,5g Na
bikarbonat dan 1,5g KCI setiap liternya. Cairan per oral juga
digunakan untuk memperlahankan hidrasi setelah rehidrasi inisial.

2. Terapi Simtomatik
Pemberian terapi simtomatik haruslah berhati-hati dan setelah benar-benar
dipertimbangkan karena lebih banyak kerugian daripada keuntungannya.
Hal yang harus sangat diperhatikan pada pemberian antiemetik, karena
Metoklopropamid misalnya dapat memberikan kejang pada anak dan
remaja akibat rangsangan ekstrapiramidal. Pada diare akut yang ringan
kecuali rehidrasi peroral, bila tak ada kontraindikasi dapat
dipertimbangkan pemberian Bismuth subsalisilat maupun loperamid dalam
waktu singkat. Pada diare yang berat obat-obat tersebut dapat
dipertimbang dalam waktu pemberian yang singkat dikombinasi dengan
pemberian obat antimikrobial.

3. Terapi Antibiotik
Pemberian antibiotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian antibiotik.11 Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan
gejala dan tanda diare infeksi, seperti demam, feses berdarah, leukosit
pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten
atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong dan
pasien immunocompromised. Pemberian antibiotic dapat secara empiris,
tetapi antibiotic spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi
kuman.

B. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian
Anamsesis : Onset, durasi, tingkat keparahan, dan frekuensi diare harus
dicatat, dengan perhatian khusus pada karakteristik feses (misalnya, berair,
berdarah, berlendir, purulen). Pasien harus dievaluasi untuk tanda-tanda
mengetahui dehidrasi, termasuk kencing berkurang, rasa haus, pusing, dan
perubahan status mental. Muntah lebih sugestif penyakit virus atau penyakit
yang disebabkan oleh ingesti racun bakteri. Gejala lebih menunjukkan invasif
bakteri (inflamasi) diare adalah demam, tenesmus, dan feses berdarah.

Makanan dan riwayat perjalanan sangat membantu untuk mengevaluasi


potensi paparan agent. Anak-anak di tempat penitipan, penghuni panti jompo,
penyicip makanan, dan pasien yang baru dirawat di rumah sakit berada pada
risiko tinggi penyakit diare menular. Wanita hamil memiliki 12 kali lipat
peningkatan risiko listeriosis, terutama yang mengkonsumsi olahan daging beku,
keju lunak, dan susu mentah. Riwayat sakit terdahulu dan penggunaan antibiotik
dan obat lain harus dicatat pada pasien dengan diare akut.

Pemeriksaan fisik pada klien GEA meliputi keadaan umum klien, kesadaran,
tanda-tanda vital, dan pemeriksaan umum meliputi keadaan kulit, kepala, mata,
telinga, kelenjar limpe, leher, dada (paru-paru dan jantung). keadaan abdomen,
sirkulasi (CRT, turgor, hidrasi), rektal, genetalia dan anggota gerak.

Umumnya penampilan sakit, membran mukosa kering, waktu pengisian


kapiler yang tertunda, peningkatan denyut jantung dan tanda-tanda vital lain
yang abnormal seperti penurunan tekanan darah dan peningkatan laju nafas dapat
membantu dalam mengidentifikasi dehidrasi. Demam lebih mengarah pada diare
dengan adanya proses inflamasi. Pemeriksaan perut penting untuk menilai nyeri
dan proses perut akut. Pemeriksaan rektal dapat membantu dalam menilai adanya
darah, nyeri dubur, dan konsistensi feses.
2. Pathway GEA
Hiperperistaltik Psikologis
Etiologic : infeksi virus, infeksi
Stimulus saraf simpatis, Merangsang peristaltic
bakteri, infeksi parasite,
usus, Bakteri dalam usus meningakat, Kembang
toksisitas makan, obat –
dan flatas berlebih, Kram abdomen, Nyeri
obatan, makanan dan minuman
abdomen, Menimbulkan trauma patologis
terlalu berlemak
Ranjatan Ketidakseimbangan Reseptor Nausea Gangguan
Peningkatan
hipovolemik cairan dan elektorlit nyeri Cairan intergritas
sekresi cairan
banyak kulit
dan elektrolit
Berkurangnya kesempatan usus menyerap yang
makanan melalui feses Anoreksia
Hantar ke keluar
PH darah Resiko ketidakseimbangan
thalamus Asupan
menurun elektrolit
nutrisi tdk
GEA Oluguria/anuria adekuat
Gangguan absorpsi makanan Nyeri Ansietas
Dehidrasi
Rangsangan pusat Akut
Makanan tidak dapat di serap
pernapasan Defisit
Tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat Output :
Resiko Nutrisi Hipovolemia
Mual,Muntah
Peningkatan seksresi air atau cairan dan elektorlit ketidakseimabangan
BAB Cair
Nafasdalam
cepat rongga usus cairan
dan dangkal
Agen
pirogenik

Pola nafas
Breathing Blood Brain Bladder Bowel Bone
tidak efektif
Suhu tubuh
meningkat
Kehilangan cairan Enterotoksin Tekanan osmotik Asupan Peningkatan
Peningkatan
dan elektrolit agen infeksi usus nutrisi motilitas usus
aktifitas sekresi
Hipertermi dan air elektrolit
Ketidakseimbangan asam Aktifitas air sekresi dan Isi rongga Nutrisi tdk Gangguan Eksresi
basa elektrolit meningkat dapat di absorpsi feses cair
usus Akumulasi absorpsi nutrisi dan
air di lumen cairan
Asidosis Akumulasi air di intestinal
Pelepasan Peningkatan Respon
metabolik lumen intestinal
mediator kimia: asam injuri
prostaglandin Diare anus
organik
3. SDKI,SLKI,SIKI

No. Standar Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia (SLKI) Keperawatan Indonesa (SIKI)

Indonesia (SDKI)

1. Diare (D.0020) Elminasi Fekal Manajemen Diare (I.03101)


(L.04033) Observasi
Definisi: pengeluaran Tujuan: setelah  Identifikasi penyebab
fases yang sering, lunak dilakukan diare
dan tidak berbentuk intervensi keperawatan  Identifikasi riwayat
diharapkan eliminasi pemberian makanan
Penyebab fekal  Identifikasi gejala
Fisiologis membaik invaginasi (mis. tangisan
1. Inflamasi Kriteria hasil: keras, kepucatan pada
gastrointestinal  Kontrol bayi)
2. Iritasi gastrointestinal pengeluaran fases  Monitor warna, volume,
3. Proses infeksi meningkat frekuensi dan konsistensi
4. Malabsorpsi  Urgency menuru tinja
Psikologis  Nyeri abdomen  Monitor tanda dan gejala
1. Kecemasan menurun hipovolemia
2. Tingkat stress tinggi  Kram abdomen  Monitor iritasi dan
Situasional
 Konsistensi fases ulserasi kulit didaerah
1. Terpapar kontaminan
membaik perineal
2. Terpapar toksin
 Frekuensi  Monitor jumlah
3. Penyalahgunaan
defekasi pengeluaran diare
laksatif
membaik  Monitor keamanan
4. Penyalagunaan zat
5. Program pengobatan  Peristaltik usus penyiapan makanan
(Agen tiroid, analgesic, membaik Terapuetik
pelunak feses,  Berikan asupan cairan
ferosulfat,antasida, oral
cimetidine dan  Pasang jalur intravena
antibiotic  Berikan cairan intravena
6. Perubahan air dan (mis. ringer asetat, ringer
makanan laktat), jika perlu
7. Bakteri pada air  Ambil sampel darah
untuk pemeriksaan darah
Gejala dan Tanda lengkap dan elektrolit
Mayor :  Ambil sampel fases untuk
Subjektif: - kultur, jika perlu
Edukasi
Objektif:  Anjurkan makan porsi
 Defekasi lebih dari 3 kecil dan sering secara
kali dalam 24 jam bertahap
 Fases lembek atau cair  Anjurkan menghindari
makanan pembentuk gas,
pedas dan mengandung
laktosa
Gejala dan Tanda Kolaborasi
Minor :  Kolaborasi pemberian
Subjektif: obat antimotilitas
 Urgency (mis.loperamide,
 Nyeri/kram abdomen difenoksilat)
Objektif:  Kolaborasi pemberian
 Frekuensi peristaltic obat
meningkat antispasmodic/spasmolitik
 Bising usus hiperaktif (mis. papaverin, ekstak
belladonna, mebeverine)
 Kolaborasi pemberian
obat pengeras fases (mis.
atapulgit, smektit, kaolin-
pektin)
2. Nyeri akut (D.0077) Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri (I.08238)
(L.08066) Observasi
Definisi: pengalaman Tujuan: setelah  Identifikasi lokasi,
sensorik atau emosional dilakukan karateristik, durasi,
yang berkaitan dengan intervensi keperawatan frekuensi, kualitas,
kerusakan jaringan actual atau diharapkan tingkat nyeri intensitas nyeri
fungsional dengan onset menurun  Identifikasi skala nyeri
mendadak atau lambat dan Kriteria hasil:  Identifikasi respons nyeri
berintensitas ringan  Kemampuan non verbal
hingga berat yang menuntaskan  Identifikasi faktor yang
berlangsung kurang dari aktivitas memperberat dan
3 bulan. meningkat memperingan nyeri
 Keluhan nyeri  Identifikasi pengetahuan
Penyebab : menurun dan keyakinan tentang
 Agen pencedera  Meringis nyeri
fisiologis (mis. menurun  Identifikasi pengaruh
Inflamasi, iskemia,  Sikap protektif budaya terhadap respons
neoplasma) menurun nyeri
 Agen pencedera  Gelisah menurun  Identifikasi pengaruh
kimiawi (mis. Terbakar,  Kesulitan tidur nyeri terhadap kualitas
bahan kimia iritan) menurun hidup
 Agen pencedera fisik  Menarik diri  Monitor keberhasilan
(mis. Abses, amputasi, menurun terapi komplementer yang
terbakar, terpotong,
 Perineum terasa sudah diberikan
mengangkat berat,
tertekan  Monitor efek samping
prosedur
 menurun analgetic
operasi,trauma,Latihan
fisik berlebihan).  Ketegangan otot Terapeutik
menurun  Berikan terapi
Gejala Dan Tanda  Muntah menurun nonfarmakologi untuk
Mayor :  Mual menurun menguramgi rasa nyeri
Subjektif:  Frekuensi nadi  Kontrol lingkungan yang
 Mengeluh nyeri membaik memperberat rasa nyeri
Objektif:  Tekanan darah  Fasilitas istirahat dan
 Tampak meringis membaik tidur
 Bersikap protektif (mis.  Nafsu makan  Pertimbangankan jenis
Waspada, menghindari membaik dan sumber nyeri dalam
posisi nyeri)  Pola tidur pemilihan strategi
 Gelisah membaik meredakan nyeri
 Frekuensi nadi Edukasi
meningkat  Jelaskan penyebab,
 Sulit tidur periode dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
Gejala dan Tanda meredakan nyeri
Minor :  Anjurkan monitor nyeri
Subjektif: - secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
Objektif: analgetik secara tepat
 Tekanan darah  Ajarkan teknik
meningkat nonfarmakologi untuk
 Pola napas berubah mengurangi rasa nyeri
 Nafsu makan berubah Kolaborasi
 Proses berpikir Kolaborasi pemberian analgetik,
terganggu jika perlu
 Menarik diri
 Berfokus pada diri
sendiri
 Diaphoresis
3. Nausea (D.0076) Tingkat Nausea Manajemen Mual (I.03117)
(L.08065) Observasi
Definisi: perasaan tidak  Identifikasi pengalaman
nyaman pada bagian Tujuan: setelah mual
belakang tenggorok atau dilakukan  Identifikasi isyarat non
lambung yang dapat intervensi keperawatan verbal ketidaknyamanan
mengakibatkan muntah. diharapakan tingkat  Identifikasi dampak mual
nausea terhadap kualitas hidup
Penyebab: menurun  Identifikasi factor
 Gangguan biokimiawi penyebab mual
(mis: uremia, Kriteria hasil:  Identifikasi antiemetic
ketoasidosis diabetic)  Nafsu makan untuk mencegah mual
 Gangguan pada meningkat  Monitor mual
esofagus  Keluhan mual  Monitor asupan nutrisi
 Distensi lambung menurun dan kalori
 Iritasi lambung  Perasaan ingin Terapeutik
 Gangguan pancreas muntah menurun  Kendalikan factor
 Peregangan kapsul  Perasaan asam lingkungan penyebab
limpa dimulut mual
 Tumor terlokalisasi  menurun  Kurangi atau hilangkan
(mis: neuroma akustik,  Sensasi panas keadaan penyebab mual
tumor otak primer atau menurun  Berikan makanan dalam
sekunder, metastasis  Sensasi dingin jumlah kecil dan menarik
tulang di dasar menurun  Berikan makanan
tengkorak)  Frekuensi dingin,cairan bening,
 Peningkatan tekanan menelan tidak berbau dan tidak
intraabdominal (mis: menurun berwarna, jika perlu
keganasan  Diaphoresis
intraabdomen) menurun Edukasi
 Peningkatan tekanan  Jumlah saliva  Anjurkan istirahat dan
intracranial menurun tidur cukup
 Peningkatan tekanan  Pucat membaik  Anjurkan sering
intraorbital (mis: membersihkan
glaukoma) mulut,kecuali jika
 Mabuk perjalanan merangsang mual
 Kehamilan  Anjurkan makanan tinggi
 Aroma tidak sedap karbohidrat dan rendah
 Rasa lemak
makanan/minuman Kolaborasi
yang tidak enak  Kolaborasi pemberian
 Stimulus penglihatan antiemetic, jika perlu
tidak menyenangkan
 Faktor psikologis (mis: Manajemen Muntah (I.03118)
kecemasan, ketakutan, Observasi
stres)  Identifikasi karateristik
 Efek agen farmakologis muntah
 Efek toksin  Periksa volume muntah
 Identifikasi riwayat diet
Gejala dan Tanda  Identifikasi factor
Mayor: penyebab muntah
Subjektif:  Identifikasi kerusakan
 Mengeluh mual esophagus dan faring
 Merasa ingin postrerior jika muntah
muntah terlalu lama
 Tidak berminat makan  Monitor efek manajemen
Objektif: - muntah secara
menyeluruh
Gejala dan Tanda  Monitor keseimbangan
Minor : cairan dan elektrolit
Subjektif: Terapeutik
 Merasa asam dimulut  Kontrol faktor lingkungan
 Sensasi panas /dingin penyebab muntah
 Sering menelan  Kurangi atau hilangkan
Objektif: keadaan penyebab muntah
 Saliva meningkat  Atur posisi untuk
 Pucat mencegah aspirasi
 Diaphoresis  Pertahankan kepatenan
 Takikardia jalan napas
 Pupil dilatasi  Bersihkan mulut dan
hidung
 Berikan dukungan fisik
saat muntah
 Berikan kenyamanan
selama muntah
 Berikan cairan yang tidak
mendukung karbonasi
minimal 30 menit
sebelum muntah
Edukasi
 Anjurkan membawa
kantong plastic untuk
menampung muntah
 Anjurkan memperbanyak
istirahat
 Ajarkan penggunaan
teknik nonfarmakologi
untuk mengelola muntah
Kolabrasi
 Kolaborasi pemberian
antiemetic, jika perlu
4. Hipovolemia (D.0023) Status Cairan Manajemen Hipovolemia
(L.03028) (I.03116)
Definisi: penurunan Tujuan: setelah Observasi
volume cairan dilakukan  Periksa tanda dan gejala
intravaskuler,interstisial intervensi keperawatan hypovolemia
dan/ intraseluler diharapkan status cairan  Monitor intake dan ouput
membaik cairan
Penyebab: Terapeutik
 Kehilangan cairan aktif Kriteria hasil:  Hitung kebutuhan cairan
 Kegagalan mekanisme  Kekuatan nadi  Berikan posisi modilifed
regulasi meningkat Trendelenburg
 Peningkatan  Turgor kulit  Berikan asupan cairan
permeabilitas kapiler meningkat oral
 Kekurangan intake  Output urine Edukasi
cairan meningkat  Anjurkan memperbanyak
 Evaporasi  Perasaan lemah asupan cairan oral
menurun  Anjurkan menghindari
 Keluhan haus perubahan posisi
Gejala dan Tanda menurun mendadak
Mayor :  Frekuensi nadi Kolaborasi
Subjektif: - membaik  Kolaborasi pemberian
 Tekanan darah cairan IV isotonis
Objektif: membaik (mis.NaCl, RL)
 Frekuensi nadi  Tekanan nadi  Kolaborasi pemberian
meningkat membaik cairan IV hipotonis (mis.
 Nadi teraba lemah  Kadar Hb glukosa 2,5%, NaCl
 Tekanan darah membaik 0,4%)
menurun  Kadar Ht  Kolaborasi pemberian
 Tekanan nadi membaik cairan koloid
menyempit  Berat badan (mis.albumin,
 Turgor kulit menurun membaik plasmanate).
 Membran mukosa  Intake cairan
kering membaik
 Volume urin menurun  Suhu tubuh
 Hematokrit meningkat membaik
Gejala dan Tanda
Minor :
Subjektif:
 Merasa lemah
 Mengeluh haus
Objektif:
 Pengisian vena
menurun
 Status mental
berubah
 Suhu tubuh meningkat
 Konsentrasi urin
meningkat
 Berat badan turun tiba-
tiba
5. Risiko Ketidakseimbangan Keseimbangan Observasi
Elektrolit (D.0037) elektrolit (L.03021)  Monitor kemungkinan
penyebab
Definisi : Tujuan: setelah ketidakseimbangan
Berisiko mengalami perubahan dilakukan elektrolit
kadar serum elektrolit intervensi keperawatan  Monitor kadar elektrolit
diharapakan kadar serum serum
Faktor Risiko: elektrolit dalam batas  Monitor mual, muntah,
 Ketidakseimbangan normal. diare
cairan (mis. dehidrasi  Monitor kehilangan
dan intoksikasi air) Kriteria hasil: cairan, jika perlu
 Kelebihan volume  Serum natrium  Monitor tanda dan gejala
cairan membaik hipokalemia (mis:
 Gangguan mekanisme  Serum kalium kelemahan otot, interval
regulasi (mis. diabetes) membaik QT memanjang,
 Efek samping prosedur  Serum klorida gelombang T datar atau
(mis. pembedahan) membaik terbalik, depresi segmen
 Diare ST, gelombang U,
 Muntah kelelahan, parestesia,
 Disfungsi ginjal penurunan refleks,
 Disfungsi regulasi anoreksia, konstipasi,
endokrin motilitas usus menurun,
pusing, depresi
pernapasan)
 Monitor tanda dan gejala
hiperkalemia (mis: peka
rangsang, gelisah, mual,
muntah, takikardia
mengarah ke bradikardia,
fibrilasi/takikardia
ventrikel, gelombang T
tinggi, gelombang P datar,
kompleks QRS tumpul,
blok jantung mengarah
asistol)
 Monitor tanda dan gejala
hiponatremia (mis:
disorientasi, otot
berkedut, sakit kepala,
membrane mukosa
kering, hipotensi postural,
kejang, letargi, penurunan
kesadaran)
 Monitor tanda dan gejala
hipernatremia (mis: haus,
demam, mual, muntah,
gelisah, peka rangsang,
membrane mukosa
kering, takikardia,
hipotensi, letargi, konfusi,
kejang)
 Monitor tanda dan gejala
hipokalsemia (mis: peka
rangsang, tanda Chvostek
[spasme otot wajah] dan
tanda Trousseau [spasme
karpal], kram otot,
interval QT memanjang)
 Monitor tanda dan gejala
hiperkalsemia (mis: nyeri
tulang, haus, anoreksia,
letargi, kelemahan otot,
segmen QT memendek,
gelombang T lebar,
komplek QRS lebar,
interval PR memanjang)
 Monitor tanda dan gejala
hypomagnesemia (mis:
depresi pernapasan,
apatis, tanda Chvostek,
tanda Trousseau, konfusi,
disritmia)
 Monitor tanda gan gejala
hypermagnesemia (mis:
kelemahan otot,
hiporefleks, bradikardia,
depresi SSP, letargi,
koma, depresi)
Terapeutik
 Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

6 Risiko Ketidakseimbangan Keseimbangan cairan Manajemen Cairan (I.03098)


Cairan (D.0036) meningkat (L.03020) Observasi
Setelah dilakukan  Monitor frekuensi dan
Definisi : intervensi keperawatan, kekuatan nadi
berisiko mengalami penurunan, diharapkan  Monitor frekuensi napas
peningkatan atau percepatan keseimbangan cairan  Monitor tekanan darah
perpindahan cairan dari meningkat, dengan  Monitor berat badan
intraveskuler, interstisial atau kriteria hasil:  Monitor waktu pengisian
intraselular. kapiler
Kriteria hasil:  Monitor elastisitas atau
Faktor Risiko:  Asupan cairan turgor kulit
 Prosedur pembedahan meningkat  Monitor jumlah, warna,
mayor  Output urin dan berat jenis urin
 Trauma/pembedahan meningkat  Monitor kadar albumin
 Luka bakar  Membrane dan protein total
 Aferesis mukosa lembab  Monitor hasil
 Obstruksi intestinal meningkat pemeriksaan serum (mis:
 Peradangan pancreas  Edema menurun osmolaritas serum,
 Penyakit ginjal dan  Dehidrasi hematokrit, natrium,
kelenjar menurun kalium, dan BUN)
 Disfungsi intestinal  Tekanan darah  Monitor intake dan output
membaik cairan
 Frekuensi nadi  Identifikasi tanda-tanda
membaik hypovolemia (mis:
 Kekuatan nadi frekuensi nadi meningkat,
membaik nadi teraba lemah,
 Tekanan arteri tekanan darah menurun,
rata-rata tekanan nadi menyempit,
membaik turgor kulit menurun,
 Mata cekung membran mukosa kering,
membaik volume urin menurun,
 Turgor kulit hematokrit meningkat,
membaik hasil, lemah, konsentrasi
urin meningkat, berat
badan menurun dalam
waktu singkat)
 Identifikasi tanda-tanda
hypervolemia (mis:
dispnea, edema perifer,
edema anasarca, JVP
meningkat, CVP
meningkat, refleks
hepatojugular positif,
berat badan menurun
dalam waktu singkat)
 Identifikasi faktor risiko
ketidakseimbagnan cairan
(mis: prosedur
pembedahan mayor,
trauma/perdarahan, luka
bakar, apheresis, obstruksi
intestinal, peradangan
pancreas, penyakit ginjal
dan kelenjar, disfungsi
intestinal)
Terapeutik
 Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
 Dokumentasikan hasil
pemantauan

7. Hipertermia (D.0130) Termogulasi (L.14134) Manajemen Hipertermia


(I.15506)
Definisi: suhu tubuh Tujuan: setelah Observasi
meningkat diatas rentang dilakukan  Identifikasi penyebab
normal tubuh. intervensi keperawatan hipertermia
diharapkan termogulasi  Monitor suhu tubuh
Penyebab: membaik  Monitor kadar elektrolit
 Dehidrasi  Monitor haluaran urine
 Terpapar lingkungan Kriteria hasil:  Monitor komplikasi
panas  Kulit merah akibat hipertermia
 Proses penyakit (mis: menurun Terapeutik
infeksi, kanker)  Kejang menurun  Sediakan lingkungan yang
 Ketidaksesuaian  Akrosianosis dingin
pakaian dengan suhu menurun  Longgarkan lingkungan
lingkungan  Konsumsi yang dingin
 Peningkatan laju oksigen menurun  Basahi dan kipasi
metabolisme  Pucat menurun permukaan tubuh
 Respon trauma  Suhu tubuh  Berikan cairan oral
 Aktivitas berlebihan membaik  Ganti linen setiap hari
 Penggunaan inkubator  Suhu kulit atau lebih sering jika
membaik mengalami hyperhidrosis
Gejala dan Tanda  Pengisian kapiler  Lakukan pendinginan
Mayor : membaik eksternal
Subjektif: -  Tekanan darah  Berikan pemberian
membaik antipiretik atau aspirin
Objektif: Edukasi
Suhu tubuh diatas nilai normal  Ajurkan tirah baring
Kolaborasi
Gejala dan Tanda  Kolaborasi pemberian
Minor : Cairan dan elektrolit
Subjektif: - intravena, jika perlu

Objektif:
 Kulit merah
 Kejang
 Takikardi
 Takipnea
Kulit terasa hangat

8 Pola Napas Tidak Efektif Pola napas membaik Manajemen Jalan Napas
(D.0005) diberi kode (L.01004) (I.01011)
Definisi : Observasi
inspirasi dan atau ekspirasi Tujuan: setelah  Monitor pola napas
yang tidak memberikan dilakukanintervensi (frekuensi, kedalaman,
ventilasi adekuat keperawatan diharapkan usaha napas)
pola nafas membaik  Monitor bunyi napas
Penyebab : tambahan (misalnya:
Kriteria hasil: gurgling, mengi,
 Depresi pusat wheezing, ronchi kering)
pernapasan 1. Dispnea menurun  Monitor sputum (jumlah,
 Hambatan upaya napas 2. Penggunaan otot warna, aroma)
(mis. nyeri saat bantu napas Terapeutik
bernapas, kelemahan menurun  Pertahankan kepatenan
otot pernapasan) 3. Pemanjangan jalan napas dengan head-
 Deformitas dinding fase ekspirasi tilt dan chin-lift (jaw
dada menurun thrust jika curiga trauma
 Deformitas tulang dada 4. Frekuensi napas fraktur servikal)
 Gangguan membaik  Posisikan semi-fowler
neuromuskular 5. Kedalaman napas atau fowler
 Gangguan neurologis membaik  Berikan minum hangat
(mis.  Lakukan fisioterapi dada,
elektroensefalogram jika perlu
[EEG] positif, cidera  Lakukan penghisapan
kepala, gangguan lendir kurang dari 15
kejang) detik
 Imaturitas neurologis  Lakukan hiperoksigenasi
 Penurunan energi sebelum penghisapan
 Obesitas endotrakeal
 Posisi tubuh yang  Keluarkan sumbatan
menghambat ekspansi benda padat dengan
paru forsep McGill
 Sindrom hipoventilasi  Berikan oksigen, jika
 Kerusakan inervasi perlu
diafragma (kerusakan Edukasi
saraf C5 keatas)  Anjurkan asupan cairan
 Cidera pada medula 2000 ml/hari, jika tidak
spinalis ada kontraindikasi
 Efek agen farmakologis  Ajarkan Teknik batuk
 Kecemasan efektif
Kolaborasi
Gejalan dan Tanda Mayor:  Kolaborasi pemberian
Subjektif : bronkodilator,
 Dispnea ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.

Objektif :
 Penggunaan otot bantu
pernapasan.
 Fase ekspirasi
memanjang.
 Pola napas abnormal
(mis. takipnea.
bradipnea,
hiperventilasi kussmaul
cheyne-stokes).

Gejala dan Tanda Minor :


Subjektif :
 Ortopnea
Objektif :
 Pernapasan pursed-lip.
 Pernapasan cuping
hidung.
 Diameter thoraks
anterior—posterior
meningkat
 Ventilasi semenit
menurun
 Kapasitas vital
menurun
 Tekanan ekspirasi
menurun
 Tekanan inspirasi
menurun
 Ekskursi dada berubah

9 Defisit nutrisi (D.0019) Status Nutrisi Manajemen Nutrisi (I.03119)


(L.03030) Observasi
Definisi: asupan nutrisi  Identifikasi status nutrisi
tidak cukup untuk Tujuan: setelah  Indentifikasi alergi dan
memenuhi kebutuhan dilakukan intoleransi makanan
metabolisme. intervensi keperawatan  Identifikasi makanan yang
diharapkan status nutrisi disukai
Penyebab: membaik  Identifikasi kebutuhan
 Ketidakmampuan kalori dan jenis natrium
menelan makanan Kriteria hasil:  Identifikasi perlunya
 Ketidakmampuan  Porsi makan yang penggunaan selang
mencerna makanan dihabiskan nasogatrik
 Ketidakmampuan meningkat  Monitor asupan makanan
mengabsorbsi nutrient keinginan untuk  Monitor berat badan
 Peningkatan kebutuhan meningkatkan  Monitor hasil
metabolisme nutrisi meningkat pemeriksaan
 Faktor ekonomi (mis:  Pengetahuan laboratorium
finansial tidak tentang pilihan Terapeutik
mencukupi) makanan yang  Fasilitasi menentukan
 Faktor psikologis (mis: sehat meningkat pedoman diet (mis.
stres, keengganan untuk  Pengetahuan Piramida makanan
makan) entang pilihan  Sajikan makanan secara
minuman yang menarik dan suhu yang
Gejala dan Tanda sehat meningkat tepat
Mayor :  Pengetahuan  Berikan makanan yang
tentang standar tinggi kalori dan tinggi
Subjektif: -
asupan nutrisi protein
Objektif: yang tepat  Berikan suplemen
meningkat makanan, jika perlu
 Berat badan menurun  Penyiapan dan Edukasi
minimal 10% dibawah penyimpanan
rentang ideal  Anjurkan posisi
makanan yang duduk,jika mampu
aman meningkat
Gejala dan Tanda  Ajarkan diet yang
 Penyiapan dan diprogramkan
Minor : penyimpanan
Subjektif: Kolaborasi
minuman yang
 Cepat kenyang  Kolaborasi pemberian
aman meningkat
setelah makan medikasi sebelum makan,
 Sikap terhadap jika perlu
 Kram/nyeri abdomen makanan/
 Nafsu makan  Kolaborasi dengan ahli
minuman sesuai
menurun gizi untuk menentukan
dengan tujuan
Objektif: jumlah kalori dan jenis
kesehatan
nutrient yang
 Bising usus hiperaktif meningkat
dibutuhkan,jika perlu
 Otot pengunyah lemah  Nyeri abdomen
 Otot menelah lemah menurun
 Membrane mukosa  Diare menurun
pucat  Berat badan
 Sariawan membaik
 Serum albumin turun  Indeks Masa
 Rambut rontok Tubuh membaik
berlebihan  Frekuensi makan
 Diare membaik
 Bising usus
membaik
 Membrane
mukosa membaik
10 Ansietas (D.0080) Tingkat Ansietas Terapi Relaksasi (I.09326)
(L.09093) Observasi
Definisi: kondisi emosi  Identifikasi penurunan
dan pengetahuan Tujuan: setelah tingkat energi,
subjektif individu dilakukan ketidakmampuan
terhadap objek yang intervensi keperawatan berkonsentrasi, atau
tidak jelas dan spesifik diharapkan tingkat gejala lain yang
akibat antisipasi bahaya ansietas menganggu kemampuan
yang memungkinkan menurun kognitif
individu melakukan tindakan  Identifikasi teknik
untuk menghadapi ancaman Kriteria Hasil: relaksasi yang mampu
 Konsentrasi digunakan
Penyebab: membaik  Monitor respons terhadap
 Krisis situasional  Pola tidur teknik relaksasi
 Kebutuhan tidak membaik Terapeutik
terpenuhi  Perilaku gelisah  Gunakan pakaian longgar
 Krisis maturasional menurun  Gunakan nada suara
 Ancaman terhadap  Verbalisasi lembut dengan irama
konsep diri  Kebingungan lambat dan berirama
 Ancaman terhadap menurun Edukasi
kematian  Verbalisasi  Jelaskan tujuan, manfaat,
 Kekhawatiran khawatir akibat batasan dan jenis relaksasi
mengalami kegagalan kondisi yang yang tersedia
 Disfungsi sistem dihadapi  Anjurkan mengambil
keluarga menurun posisi nyamna
 Hubungan orang tua-  Perilaku tegang  Anjurkan rileks dan
anak tidak memuaskan menurun merasakan sensasi
 Faktor keturunan relaksasi
(temperamen mudah  Demonstrasikan dan latih
teragitasi sejak lahir) teknik relaksasi
 Penyalahgunaan zat
 Terpapar bahaya
lingkungan (mis:
toksin, polutan, dan
lain-lain)
 Kurang terpapar
informasi

Gejala dan Tanda


Mayor :
Subjektif
 Merasa bingung
 Merasa khawatir
 akibat kondisi yang
dihadapi
 Sulit berkonsentrasi
Objektif
 Tampak gelisah
 Tampak tegang
 Sulit tidur

Tanda dan Gejala


Minor :
Subjektif
 Mengeluh pusing
 Anoreksia
 Palpitasi
 Merasa tidak
berdaya
Objektif
 Frekuensi napas
meningkat
 Frekuensi nadi
meningkat
 Tekanan darah
meningkat
 Diaphoresis
 Tremor
 Muka tampak pucat
 Suara bergetar
 Kontak mata buruk
 Sering berkemih
 Berorientasi pada masa
lalu
11. Risiko Gangguan Integritas Integritas Perawatan Integritas Kulit
Kulit/Jaringan (SDKI kulit/jaringan (I.11353)
D.0139) (L.14125) Observasi
Definisi : setelah dilakukan  Identifikasi penyebab
intervensi keperawatan gangguan integritas kulit
factor resiko: diharapkan integritas (mis: perubahan sirkulasi,
 Perubahan sirkulasi kulit/jaringan meningkat perubahan status nutrisi,
 Perubahan status nutrisi penurunan kelembaban,
(kelebihan atau Kriteria hasil : suhu lingkungan ekstrim,
kekurangan)  Kerusakan penurunan mobilitas)
 Kekurangan/kelebihan jaringan menurun Terapeutik
volume cairan  Kerusakan  Ubah posisi setiap 2 jam
 Penurunan mobilitas lapisan kulit jika tirah baring
 Bahan kimia iritatif menurun  Lakukan pemijatan pada
 Suhu lingkungan yang area penonjolan tulang,
ekstrem jika perlu
 Faktor mekanis (mis:  Bersihkan perineal
penekanan, gesekan) dengan air hangat,
atau faktor elektris terutama selama periode
(elektrodiatermi, energi diare
 Gunakan produk berbahan
listrik bertegangan petroleum atau minyak
tinggi) pada kulit kering
 Terapi radiasi  Gunakan produk berbahan
 Kelembaban ringan/alami dan
 Proses penuaan hipoalergik pada kulit
 Neuropati perifer sensitive
 Perubahan pigmentasi  Hindari produk berbahan
 Perubahan hormonal dasar alkohol pada kulit
 Penekanan pada kering
tonjolan tulang Edukasi
 Kurang terpapar  Anjurkan menggunakan
informasi tentang upaya pelembab (mis: lotion,
mempertahankan/melin serum)
dungi integritas  Anjurkan minum air yang
jaringan cukup
 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
 Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrim
 Anjurkan menggunakan
tabir surya SPF minimal
30 saat berada diluar
rumah
 Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
Daftar Pustaka
Kartikasari, S. A. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gastroenteritis Akut Dengan
Masalah Hipovolemia Di Rs Kamar Medika Kota Mojokerto. Stikes Bina Sehat PPNI.
Nabila, E., & Effendi, R. E. R. (2023). Penatalaksanaan Gastroenteritis Akut Pasien Lansia
dengan Prinsip Pendekatan Kedokteran Keluarga Management of acute gastroenteritis in
elderly patients with Principles of Family Medicine Approach. Jurnal Medula Unila, 13,
363–371.
Saputra, W. A., Mariadi, I. K., & Somayana, G. (2021). Karakteristik Penyakit
Gastroenteritis Akut Pada Pasien Di Rsup Sanglah Denpasar Tahun 2018. E-Jurnal
Medika Udayana, 10(7), 91. https://doi.org/10.24843/mu.2021.v10.i7.p17
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Wedayanti, D. P. K. (2017). Gastroenteritis Akut. In Gastroentritis Akut (Issue 1302006258).

Anda mungkin juga menyukai