1. Definisi
Gastroenteritis akut (GEA) adalah penyakit diare dengan onset cepat,
dengan atau tanpa mual, muntah, demam atau nyeri perut. Diare adalah buang
air besar yang encer ataupun berair, biasanya paling sedikit tiga kali dalam 24
jam. Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terdapat inflamasi pada
bagian mukosa dari saluran gastrointestinal ditandai dengan diare dan
muntah.7 Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dari
biasanya atau lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi feses yang lebih
lembek atau cair (kandungan air pada feses lebih banyak dari biasanya yaitu
lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam).8Gastroenteritis akut adalah diare
dengan onset mendadak dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari
disertai dengan muntah dan berlangsung kurang dari 14 hari,(Nabila &
Effendi, 2023).
2. Etiologi
Menurut (Saputra et al., 2021), Gastroenteritis akut bisa disebabkan
oleh berbagai faktor, menurut dari World Gastroenterology Organisation, ada
beberapa agen yang bisa menyebabkan terjadinya gastroenteritis akut yaitu
agen infeksi dan non-infeksi. Lebih dari 90 % diare akut disebabkan karena
infeksi, sedangkan sekitar 10 % karena sebab lain yaitu :
I. Faktor infeksi
a) Virus
Rotavirus
Human calivirus
Adenovirus
b) Bakteri
Diarrheagenic Escherichia- coli
Campylobacter Bakteri
Shigella species Gejala
Vibrio cholera
Salmonella
II. Factor non infeksi
c) Malabsorpsi/ maldigesti
Kurangnya penyerapan seperti :
Karbohidrat
Lemak
Asam amino
Protein Vitamin dan mineral
Imunodefisiensi
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari gastroenteritis akut biasanya bervariasi. dari
salah satu hasil penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, mual (93%),
muntah (81%) atau diare (89%), dan nyeri abdomen (76%) umumnya
merupakan gejala yang paling sering dilaporkan oleh kebanyakan pasien.
Selain itu terdapat tanda-tanda dehidrasi sedang sampai berat, seperti
membran mukosa yang kering, penurunan turgor kulit, atau perubahan status
mental, terdapat pada <10 % pada hasil pemeriksaan. Gejala pernafasan, yang
mencakup radang tenggorokan, batuk, dan rinorea, dilaporkan sekitar 10%. 10
Sedangkan gatroenteritis akut karena infeksi bakteri yang mengandung atau
memproduksi toksin akan menyebabkan diare sekretorik (watery diarhhea)
dengan gejala-gejala mual, muntah, dengan atau tanpa demam yang umumnya
ringan, disertai atau tanpa nyeri/kejang perut, dengan feses lembek atau cair.
Umumnya gejala diare sekretorik timbul dalam beberapa jam setelah makan
atau minurnan yang terkontaminasi.
Diare sekretorik (watery diarhea) yang berlangsung beberapa waktu
tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian
karena kekurangan cairan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau
karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena
kehilangan cairan seseorang akan merasa haus, berat badan berkurang, mata
menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menumn serta
suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang
isotonik.
Sedangkan kehilangan bikarbonas dan asam karbonas berkurang yang
mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat
pernapasan sehingga frekuensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (pernafasan
Kussmaul). Reaksi ini adalah usaha badan untuk mengeluarkan asam karbonas
agar pH darah dapat kembali normal. Gangguan kardiovaskular pada tahap
hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi
yang cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah
muka pucat ujung-ujung ektremitas dingin dan kadang sianosis karena
kehilangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
4. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama
gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus, isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare. Kedua, akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin)
pada dinding usus akan terjadi peningkatan air dan elektrolit ke dalam rongga
usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga, gangguan mortalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula. Selain itu, diare juga dapat terjadi, akibat masuknya
mikroorganisme hidup kedalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam
lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan
toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare
(Titik Lestari, 2016) dalam (Kartikasari, 2022).
5. Komplikasi
Menurut (Indah, 2017) dalam (Kartikasari, 2022), bila tidak segera
ditangani maka akan terjad komplikasi seperti dehidrasi, kejang, malnutrisi,
dan higlikemia. Menurut (Hertia, 2020) komplikasi yang dapat terjadi dari
diare akut maupun kronis, yaitu :
6. Pemeriksaan Diagnostik
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan tinja
pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest.
b. Pemeriksaan Darah
Analisis feses.
Endoskopin
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:
1. Terapi Rehidrasi
Langkah pertama dalam menterapi diare adalah dengan rehidrasi, dimana
lebih disarankan dengan rehidrasi oral. Akumulasi kehilangan cairan
(dengan penghitungan secara kasar dengan perhitungan berat badan
normal pasien dan berat badan saat pasien diare) harus ditangani pertama.
Selanjutnya, tangani kehilangan cairan dan cairan untuk pemeliharaan. Hal
yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan
akurat, yaitu:
Jenis cairan
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena
tersedia cukup banyak di pasaran, meskipun jumlah kaliumnya lebih
rendah bila dibandingkan dengan kadar Kalium cairan tinja. Apabila
tidak tersedia cairan ini, boleh diberikan cairan NaCl isotonik.
Sebaiknya ditambahkan satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml pada
setiap satu liter infus NaCl isotonik. Asidosis akan dapat diatasi
dalam 1-4 jam. Pada keadaan diare akut awal yang ringan, tersedia di
pasaran cairan/bubuk oralit, yang dapat diminum sebagai usaha awal
agar tidak terjadi dehidrasi dengan berbagai akibatnya. Rehidrasi oral
(oralit) harus mengandung garam dan glukosa yang dikombinasikan
dengan air.
Jumlah cairan
Pada prinsipnya jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan
jumlah cairan yang keluar dari badan. Kehilangan cairan dari badan
dapat dihitung dengan memakai Metode Daldiyono berdasarkan
keadaan klinis dengan skor. Rehidrasi cairan dapat diberikan dalam 1-
2 jam untuk mencapai kondisi rehidrasi.
Kebutuhan Cairan = skor / 15 x 10% x kgBB x 1 liter.
Jalur pemberian cairan
Rute pemberian cairan pada orang dewasa terbatas pada oral dan
intravena. Untuk pemberian per oral diberikan larutan oralit yang
komposisinya berkisar antara 29g glukosa, 3,5g NaCl, 2,5g Na
bikarbonat dan 1,5g KCI setiap liternya. Cairan per oral juga
digunakan untuk memperlahankan hidrasi setelah rehidrasi inisial.
2. Terapi Simtomatik
Pemberian terapi simtomatik haruslah berhati-hati dan setelah benar-benar
dipertimbangkan karena lebih banyak kerugian daripada keuntungannya.
Hal yang harus sangat diperhatikan pada pemberian antiemetik, karena
Metoklopropamid misalnya dapat memberikan kejang pada anak dan
remaja akibat rangsangan ekstrapiramidal. Pada diare akut yang ringan
kecuali rehidrasi peroral, bila tak ada kontraindikasi dapat
dipertimbangkan pemberian Bismuth subsalisilat maupun loperamid dalam
waktu singkat. Pada diare yang berat obat-obat tersebut dapat
dipertimbang dalam waktu pemberian yang singkat dikombinasi dengan
pemberian obat antimikrobial.
3. Terapi Antibiotik
Pemberian antibiotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian antibiotik.11 Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan
gejala dan tanda diare infeksi, seperti demam, feses berdarah, leukosit
pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten
atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong dan
pasien immunocompromised. Pemberian antibiotic dapat secara empiris,
tetapi antibiotic spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi
kuman.
1. Pengkajian
Anamsesis : Onset, durasi, tingkat keparahan, dan frekuensi diare harus
dicatat, dengan perhatian khusus pada karakteristik feses (misalnya, berair,
berdarah, berlendir, purulen). Pasien harus dievaluasi untuk tanda-tanda
mengetahui dehidrasi, termasuk kencing berkurang, rasa haus, pusing, dan
perubahan status mental. Muntah lebih sugestif penyakit virus atau penyakit
yang disebabkan oleh ingesti racun bakteri. Gejala lebih menunjukkan invasif
bakteri (inflamasi) diare adalah demam, tenesmus, dan feses berdarah.
Pemeriksaan fisik pada klien GEA meliputi keadaan umum klien, kesadaran,
tanda-tanda vital, dan pemeriksaan umum meliputi keadaan kulit, kepala, mata,
telinga, kelenjar limpe, leher, dada (paru-paru dan jantung). keadaan abdomen,
sirkulasi (CRT, turgor, hidrasi), rektal, genetalia dan anggota gerak.
Pola nafas
Breathing Blood Brain Bladder Bowel Bone
tidak efektif
Suhu tubuh
meningkat
Kehilangan cairan Enterotoksin Tekanan osmotik Asupan Peningkatan
Peningkatan
dan elektrolit agen infeksi usus nutrisi motilitas usus
aktifitas sekresi
Hipertermi dan air elektrolit
Ketidakseimbangan asam Aktifitas air sekresi dan Isi rongga Nutrisi tdk Gangguan Eksresi
basa elektrolit meningkat dapat di absorpsi feses cair
usus Akumulasi absorpsi nutrisi dan
air di lumen cairan
Asidosis Akumulasi air di intestinal
Pelepasan Peningkatan Respon
metabolik lumen intestinal
mediator kimia: asam injuri
prostaglandin Diare anus
organik
3. SDKI,SLKI,SIKI
Indonesia (SDKI)
Objektif:
Kulit merah
Kejang
Takikardi
Takipnea
Kulit terasa hangat
8 Pola Napas Tidak Efektif Pola napas membaik Manajemen Jalan Napas
(D.0005) diberi kode (L.01004) (I.01011)
Definisi : Observasi
inspirasi dan atau ekspirasi Tujuan: setelah Monitor pola napas
yang tidak memberikan dilakukanintervensi (frekuensi, kedalaman,
ventilasi adekuat keperawatan diharapkan usaha napas)
pola nafas membaik Monitor bunyi napas
Penyebab : tambahan (misalnya:
Kriteria hasil: gurgling, mengi,
Depresi pusat wheezing, ronchi kering)
pernapasan 1. Dispnea menurun Monitor sputum (jumlah,
Hambatan upaya napas 2. Penggunaan otot warna, aroma)
(mis. nyeri saat bantu napas Terapeutik
bernapas, kelemahan menurun Pertahankan kepatenan
otot pernapasan) 3. Pemanjangan jalan napas dengan head-
Deformitas dinding fase ekspirasi tilt dan chin-lift (jaw
dada menurun thrust jika curiga trauma
Deformitas tulang dada 4. Frekuensi napas fraktur servikal)
Gangguan membaik Posisikan semi-fowler
neuromuskular 5. Kedalaman napas atau fowler
Gangguan neurologis membaik Berikan minum hangat
(mis. Lakukan fisioterapi dada,
elektroensefalogram jika perlu
[EEG] positif, cidera Lakukan penghisapan
kepala, gangguan lendir kurang dari 15
kejang) detik
Imaturitas neurologis Lakukan hiperoksigenasi
Penurunan energi sebelum penghisapan
Obesitas endotrakeal
Posisi tubuh yang Keluarkan sumbatan
menghambat ekspansi benda padat dengan
paru forsep McGill
Sindrom hipoventilasi Berikan oksigen, jika
Kerusakan inervasi perlu
diafragma (kerusakan Edukasi
saraf C5 keatas) Anjurkan asupan cairan
Cidera pada medula 2000 ml/hari, jika tidak
spinalis ada kontraindikasi
Efek agen farmakologis Ajarkan Teknik batuk
Kecemasan efektif
Kolaborasi
Gejalan dan Tanda Mayor: Kolaborasi pemberian
Subjektif : bronkodilator,
Dispnea ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.
Objektif :
Penggunaan otot bantu
pernapasan.
Fase ekspirasi
memanjang.
Pola napas abnormal
(mis. takipnea.
bradipnea,
hiperventilasi kussmaul
cheyne-stokes).