Anda di halaman 1dari 5

RUPTUR PERINEUM

No. Dokumen :
SOP
Terbit :

No.Revisi :
DINKES KAB. UPTD
HALMAHERA Halaman : 1/6
PUSKESMAS
SELATAN
MAFFA

Ditetapkan oleh Kepala Fadly Ishak, Amd. Kep


NIP.197709272000031002
UPTD Puskesmas Maffa ttd

1. Pengertian Ruptur perineum adalah suatu kondisi robeknya perineum yang terjadi pada
persalinan pervaginam.
2. Etiologi Etiologi dan Faktor Risiko
Ruptur perineum umumnya terjadi pada persalinan, dimana:
1. Kepala janin terlalu cepat lahir
2. Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya614
3. Sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut
4. Pada persalinan dengan distosia bahu
5. Partus pervaginam dengan tindakan
3. Penegakkan Hasil Anamnesis (Subjective)
diagnosis Gejala Klinis : Perdarahan pervaginam
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya:
1. Robekan pada perineum,
2. Perdarahan yang bersifat arterial atau yang bersifat merembes,
3. Pemeriksaan colok dubur, untuk menilai derajat robekan perineum
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis dapat ditegakkan berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
dapat dilakukan.
Klasifikasi ruptur perineum dibagi menjadi 4 derajat:
1. Derajat I
Robekan terjadi hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa
RUPTUR PERINEUM

No. Dokumen :
SOP
Terbit :

No.Revisi :
DINKES KAB. UPTD
HALMAHERA Halaman : 1/6
PUSKESMAS
SELATAN
MAFFA

Ditetapkan oleh Kepala Fadly Ishak, Amd. Kep


NIP.197709272000031002
UPTD Puskesmas Maffa ttd

mengenai kulit perineum. Biasa tidak perlu dilakukan penjahitan.


2. Derajat II
Robekan mengenai selaput lender vagina dan otot perinea
transversalis, tetapi tidak melibatkan kerusakan otot sfingter ani.
3. Derajat III
Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dengan
pembagian sebagai berikut:
IIIa. Robekan < 50% sfingter ani eksterna
IIIb. Robekan > 50% sfingter ani ekterna
IIIc. Robekan juga meliputi sfingter ani interna
4. Derajat IV
Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dan
mukosa rectum
4. Terapi Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
Non Medikantosa
1. Menghindari atau mengurangi dengan menjaga jangan sampai dasar
panggul didahului oleh kepala janin dengan cepat.
2. Kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan
lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam
tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar
panggul karena diregangkan terlalu lama.
Medikamentosa
- Penatalaksanaan farmakologis: Dosis tunggal sefalosporin golongan
RUPTUR PERINEUM

No. Dokumen :
SOP
Terbit :

No.Revisi :
DINKES KAB. UPTD
HALMAHERA Halaman : 1/6
PUSKESMAS
SELATAN
MAFFA

Ditetapkan oleh Kepala Fadly Ishak, Amd. Kep


NIP.197709272000031002
UPTD Puskesmas Maffa ttd

II atau III dapat diberikan intravena sebelum perbaikan dilakukan


(untuk ruptur perineum yang berat).
- Manajemen Ruptur Perineum:
Manajemen ruptur perineum untuk masing-masing derajatnya, antara
lain sebagai berikut :
Derajat I
 Bila hanya ada luka lecet, tidak diperlukan penjahitan.
Tidak usah menjahit ruptur derajat I yang tidak
mengalami perdarahan dan mendekat dengan baik.
 Penjahitan robekan perineum derajat I dapat dilakukan
hanya dengan memakai catgut yang dijahitkan secara
jelujur (continuous suture) atau dengan cara angka
delapan (figure of eight).
Derajat II :
 Ratakan terlebih dahulu pinggiran robekan yang
bergerigi, dengan cara mengklem masing-masing sisi
kanan dan kirinya lalu dilakukan pengguntingan untuk
meratakannya.
 Setelah pinggiran robekan rata, baru dilakukan penjahitan
luka robekan.
Derajat III dan IV :Dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
memiliki dokter spesialis obstetric dan ginekologi.
Konseling dan Edukasi :
Memberikan informasi kepada pasien, dan suami, mengenai, cara menjaga
RUPTUR PERINEUM

No. Dokumen :
SOP
Terbit :

No.Revisi :
DINKES KAB. UPTD
HALMAHERA Halaman : 1/6
PUSKESMAS
SELATAN
MAFFA

Ditetapkan oleh Kepala Fadly Ishak, Amd. Kep


NIP.197709272000031002
UPTD Puskesmas Maffa ttd

kebersihan daerah vagina dan sekitarnya setelah dilakukannya penjahitan di


daerah perineum, yaitu antara lain:
 Menjaga perineumnya selalu bersih dan kering.
 Hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineumnya.
 Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang mengalir 3
sampai 4 kali perhari.
Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan lukanya. Ibu
harus kembali lebih awal jika ia mengalami demam atau mengeluarkan
cairan yang berbau busuk dari daerah lukanya atau jika daerah tersebut
menjadi lebih nyeri.
5. Prognosis Prognosis umumnya bonam
6. Referensi 1. Permenkes nomor 5 tahun 2014 tentang Panduan praktik klinis bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
2. Kementerian Kesehatan RI dan WHO.Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI. 2013(Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2013
3. Prawirohardjo, S. Saifuddin, A.B. Rachimhadhi, T. Wiknjosastro
Gulardi H. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi keempat
cetakan ketiga. Jakarta :PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo..
2010: Hal 550-554.(Prawirohardjo, et al.,2010)
7. Rekaman N Tanggal Mulai
Yang dirubah Isi Perubahan
Historis o diberlakukan
Perubahan
RUPTUR PERINEUM

No. Dokumen :
SOP
Terbit :

No.Revisi :
DINKES KAB. UPTD
HALMAHERA Halaman : 1/6
PUSKESMAS
SELATAN
MAFFA

Ditetapkan oleh Kepala Fadly Ishak, Amd. Kep


NIP.197709272000031002
UPTD Puskesmas Maffa ttd

Anda mungkin juga menyukai