Anda di halaman 1dari 35

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

INVERSIO UTERI
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT 1/2
Tanggal Terbit Ditetapkan,
KHUSUS IBU DAN
Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
ANAK ANNISA
01 November 2015
BANJARMASIN
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016 drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort
OPERASIONAL
Pengertian Inversio uterus adalah keadaan dimana lapisan dalam uterus (endometrium)
turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum yang dapat bersifat inkomplit
sampai komplit.
Tujuan Sebagai pedoman untuk penatalaksanaan kala III persalinan pervaginam.
Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal
Diagnosis 1. Dijumpai pada kala III atau post partum dengan gejala nyeri yang hebat,
perdarahan yang banyak sampai syok. Apalagi bila plasenta masih
melekat dan sebagian sudah ada yang terlepas dan dapat terjadi
strangulasi dan nekrosis.
2. Pemeriksaan dalam
3. Bila masih inkomplit maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri
cekung ke dalam.
4. Bila komplit, di atas simfisis uterus teraba kosong dan dalam vagina teraba
tumor lunak.
5. Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).
Prosedur a. Kaji ulang indikasi
b. Kaji ulang prinsip dasar perawatan & pasang infuse
c. Beri anestesi (petidin & diazepam) dalam spuit berbeda secara pelan-
pelan
d. Basuh uterus dengan lar.antiseptik & tutup dg kain kasa basah (NaCl
hangat) menjelang operasi
e. Koreksi Manual
1. Pasang ST DTT
2. Pegang uterus pada daerah insisi tapus & masukkan kembali melalui
serviks, tangan lain membantu menahan uterus dari dinding abdomen
3. Jika plac belum lepas, lakukan plasenta manual setelah tindakan
koreksi
4. Jika koreksi manual tidak berhasil → koreksi hidrostatik
f. Koreksi Hidrostatik
1. Posisikan px trendelenburg (kepala lebih rendah ±50cm) dari
perineum
2. Siapkan sistem bilas yg sudah didesinfeksi
3. Pasang selang yg berujung penyemprot berlubang besar &
disambung dg tabung berisi NaCl hangat 3-5liter → pasang setinggi
2m
4. Identifikasi forniks posterior
5. Pasang ujung selang douche pd forniks posterior sampai menutup
labia sekitar ujung selang dg tangan
6. Guyur air dg leluasa agar menekan uterus ke posisi semula
g. Perawatan Pasca Tindakan
1. Jika inversio sudah diperbaiki → infus oksitosin 20 U dalam 500ml
cairan RL/ NaCl 0,9% 10tts/mnt
2. Jika dicurigai perdarahan → infus s/d 60tts/menit
3. Jika UC < baik → ergometrin 0,2mg atau prostaglandin
4. Beri antibiotik profilaksis dosis tunggal
5. Ampicillin 2gr IV + Metronidazol 500mg IV, atau
6. Sefazolin 1gr IV + Metronidazol 500mg IV
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
INVERSIO UTERI
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
2/2
KHUSUS IBU DAN
Tanggal Terbit Ditetapkan,
ANAK ANNISA Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
BANJARMASIN
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016 drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort
OPERASIONAL
7. Jika ada tanda infeksi → antibiotik kombinasi s/d 48jam bebas demam
(Ampicillin 2gr IV/ 6jam), dengan:
8. Gentamicin 5mg/ BB IV/ 24jam
9. Metronidazol 500mg IV/ 8jam
10. Berikan analgesik b/p
11. Lakukan perawatan pasca bedah jika dilakukan koreksi kombinasi
abdominal-vagina
Perdarahan Akibat Plasenta Terlepas Sebagian
1. Massage seluruh bagian uterus dan saat ada UC dikombinasi dg PTT
2. Sementara minta asisten untuk pasang infus RL/ NaCl 0,9% k/p
tambahkan oksitosin
3. Pantau tanda & gejala syok
4. Jika plac belum lahir → lakukan manual plac
Unit Terkait Dokter
Bidan
Perawat
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
RUPTER PERINEUM
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
1
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

Pengertian Memperbaiki robekan perineum dengan jalan menjahir lapis demi lapis.
Tujuan Sebagai pedoman agar robekan pada perineum baik yang terjadi akibat luka
episiotomi maupun ruptur perineum spontan dapat dijahit dengan benar.
Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal
Prosedur a. Etiologi
Robekan pada perineum umumnya terjadi pada persalinan dimana:
1) Kepala janin terlalu cepat lahir
2) Persalinan tidak dipimpim sebagaimana mestinya
3) Sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut
4) Pada persalinan dengan distoksia bahu
b. Jenis dan Tingkatan
1. Tingkat I: Robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan
atau tanpa mengenai kulit perineum sedikit.
2. Tingkat Il: Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain mengenai
selanput lendir vagina juga mengenai muskulus perinei transversalis,
tapi tidak mengenai sphinter ani.
3. Tingkat III: Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai
mengenai otot-otot sphinfer ani.
c. Teknik menjahit robekan perineum:
1. Tingkat I: Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat dilakukan
hanya dengan memakai catgut yang dijahit secara jelujur (continouse
suture) atau dengan cara angka delapan (figure of eight).
2. Tingkat II: Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan perineum
tingkat lt maupun tingkat III, jika dijumpai pinggir robekan yang tidak
rata atau bergerigi, maka pinggir yang bergerigi tersebut yang
diratakan terlebih dahulu, kemudian digunting. Setelah pinggir
robekan rata, baru dilakukan penjahitan luka robekan.
3. Tingkat III : Mula mula otot dijahit dengan catgut, kemudian selaput
lendir vagina dijahit dengan catgut secara terputus-putus atau jelujur,
penjahitan selaput lendir vagina dimulai dari puncak robekan.
Terakhir kulit perineum dijahit dengan benang sutera secara terputus-
putus.

Unit Terkait Dokter


Bidan
Perawat
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
RUPTER PERINEUM TOTALIS
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
1
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

Pengertian Sejumlah tindakan untuk merawat ruptur perineum total.


Tujuan Perawatan Pasien dengan Ruptur perineum total.
Kebijakan Agara pasien mendapatkan pelayanan yang optimal.
Prosedur 1. Menyiapkan dan memasang dauer catheter (selama 3 hari).
2. Memberikan diet makanan lunak rendah serat (tanpa sayur).
3. Memberikan obat sesuai dengan advis dokter (secara iv/im/oral)
a. Antibiotik
b. Analgesik
c. Roborantia
d. Laxantia
4. Merawat luka perineum.
5. Observasi penyuluhan tentang :
a. Mobilisasi bertahap
b. Diet makanan serat
6. Pentingnya menjaga kebersihan genetalila/diri dan lingkungan.

Unit Terkait Dokter


Bidan
Perawat
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PERSALINAN DENGAN GAMELI
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
1
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

Pengertian Kematian janin intra uterina ( Intrauterine Fetal Demise, IUFD) (lahir mati)
adalah janin dengan tidak ada tanda-tanda kehidupan intra uterine.
Tujuan Sebagai pedoman agar persalinan aman tanpa ada infeksi.
Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal.
Diagnosis a. Anamnesis
1) Perut lebih buncit dari semestinya tua kehamilan
2) Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil
3) Uterus terasa lebih cepat membesar
4) Pernah hamil kembar atau ada sejarah keturunan.
5) Inspeksi dan palpasi
a) Pada pemeriksaan pertama dan ulang ada kesan uterus lebih
besar dan cepat tumbuhnya dari biasa.
b) Teraba gerakan-gerakan janin lebih banyak
c) Banyak bagian-bagian kecil teraba
d) Teraba 3 bagian besar janin
e) Teraba 2 balotemen
6) Auskultasi
Terdengar 2 denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak
berjauhan dengan perbedaan kecepatan sedikitnya 10 denyut per
menit atau sama-sama.
dihitung dan berselisih 10.
7) Rontgen foto abdomen, kelihatan 2 janin.
8) Ultrasonografi: kelihatan 2 janin, 2 jantung yang berdenyut telah
dapat ditentukan pada triwulan I.
9) Elektrokardiogram fetal : diperoleh dua EKG yang berbeda dari
kedua janin.
10) Reaksi kehamilan : karena pada hamil kembar umumnya plasenta
besar atau ada 2 plasenta, maka HCE akan tinggi ; jadi reaksi
kehamilan titrasi bisa positif kadang-kadang sampai 1/200. Hal ini
dapat meragukan dengan molahidatidosa
b. Tanda dan Gejala
1) Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehingga
melewati batas toleransinya dan seringkali terjadi partus prematurus.
Usia kehamilan makin pendek dan makin banyaknya janin pada
kehamilan kembar.
2) Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan kembar
bertambah sehingga dapat menyebabkan anemia dan penyakit
defisiensi lain.
3) Frekuensi hidramnion kira-kira sepuluh kali lebih besar pada
kehamilan kembar daripada kehamilan tunggal.
4) Frekuensi pre-eklamsia dan eklamsia juga dilaporkan lebih sering
pada kehamilan kembar.
5) Solusio plasenta dapat terjadi, seperti sesak nafas, sering kencing,
edema dan varises pada tungkai bawah dan vulva
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PERSALINAN DENGAN GAMELI
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
1
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

Prosedur a. Bila anak pertama letaknya membujur, kala I diawasi seperti biasa,
ditolong seperti biasa dengan episiotomi mediolateralis.
b. Setelah itu baru waspada, lakukan periksa luar, periksa dalam untuk
menentukan keadaan anak kedua. Tunggu, sambil memeriksa tekanan
darah dan lain-lain.
c. Biasanya dalam 10-15 menit his akan kuat lagi. Bila anak kedua terletak
membujur, ketuban dipecahkan pelan-pelan supaya air tidak mengalir
deras keluar. Tunggu dan pimpin persalinan anak kedua seperti biasa.
d. Waspadalah atas kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum, maka
sebaiknya pasang infus profilaksis.
e. Bila ada kelainan letak pada anak kedua, misalnya melintang atau terjadi
prolaps tali pusat dan solutio plasenta, maka janin dilahirkan dengan cara
operatif obstetrik.
f. Pada letak lintang coba versi luar dulu, atau melahirkan dengan cara versi
dan ekstraksi.
g. Pada letak kepala, persalinan dipercepat dengan ekstraksi vakum atau
forseps.
h. Pada letak bokong atau kaki, ekstraksi bokong atau kaki.
i. Kala IV diawasi terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum
berikan suntikan sintro-metrin yaitu 10 satuan sintosinon tambah 0,2 mg
methergin intravena.
j. Indikasi seksio saesarea hanya pada :
1. Janin pertama letak lintang
2. Bila terjadi prolaps tali pusat
3. Plasenta previa
4. Terjadi interlocking pada letak janin 69, anak pertama letak sungsang
dan anak kedua letak kepala.
Unit Terkait Dokter
Bidan
Perawat
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
KELAINAN JANTUNG
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
1/2
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

Pengertian Penyakit jantung dalam kehamilan adalah kelainan kardiovaskuler bawaan


atau diperoleh secara organic maupun fungsional yang di jumpai pada wanita
hamil, dengan frekwensi 1-4%.
Tujuan Tujuan penatalaksanaan adalah mempermudah proses persalinan dan
sedapat mungkin bersifat “non-stressful”.
Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal.
Diagnosis a. Etiologi
1) Lesi kongenital bertanggung jawab pada > 50 % penyakit jantung
dalam kehamilan
2) Penyebab lainnya antara lain : arteri koroner, hipertensi, disfungsi
tiroid.
b. Tanda dan Gejala
Lelah, penurnan tolernsi latihan, dispnea, ortopnea, pusing kadang
sinkop, takikardi, tekanan denyut lebar, edema perifer, tekenan pada
vena jugularis yang meningkat.
c. Klasifikasi penyakit jantung dalam kehamilan
1) Kelas I
a) Tanpa pembatasan kegiatan fisik
b) Tanpa gejala penyakit jantung pada kegiatan biasa
2) Kelas II
a) Sedikit pembatasan kegiatan fisik
b) Saat istirahat tidak ada keluhan
c) Pada kegiatan fisik biasa timbul gejala isufisiensi jantung seperti:
kelelahan, jantung berdebar (palpitasi cordis), sesak nafas atau
angina pectoris
3) Kelas III
a) Banyak pembatasan dalam kegiatan fisik
b) Saat istirahat tidak ada keluhan
c) Pada aktifitas fisik ringan sudah menimbulkan gejala insufisiensi
jantung
4) kelas IV
Tidak mampu melakukan aktivitas fisik apapun.
Prosedur Posisi Pasien harus dirasakan nyama bagi pasien. Dia harus berada pada
posisi yang senyaman mungkin meskipun untuk itu dia harus dibantu. Hindari
posisi lithotomi oleh karena terjadi kenaikan mendadak aliran darah balik vena
ke jantung kanan bila kaki ditinggikan diatas level atrium. Prosedur dalam
Persalinan :
a. Kala I
1) Penangana dilakukan oleh Gynekologi dengan Kardiolog
2) Di ruang bersalin disiapkan O2, alat resusitasi, monitor EKG, Morfhin
dan Diuretikum.
3) Bagi penderita jantung kelas 1 & 2 dilakukan persalinan pervaginam
kerjasama dengan kardiolog dengan pengawasan
ketat.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
KELAINAN JANTUNG
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
2/2
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

Dengan putus pervaginam angka mortalitas dan mordibilitas lebih


kecil (Hanifa, 1994).
4) Membuat daftar his, nadi, resfirasi,, tekanan darah, dicatat setiap 15
menit pada kala 1 persalinan dan setiap 10 menit pada kala 2 & 3
(Muchtar, 1998).
5) Tanda bahaya bila nadi > 115 dan resfirasi >28 (M. Tobing, 1995).
6) Pengurangan rasa nyeri yang adekuat dapat mengurangi
peningkatan curah jantung dan tachicardi.
b. Kala II
1) Pimpin persalinan maksimal 15 menit. Bila dalam 15 menit belum lahir
dilakuka n ekstraksi vaccum dengan anastesi local, posisi kepala dan
dada ditinggikan (M. Tobing, 2005).
2) Bila terjadi Decompentasio Cordis, ibu dilarang mengedan dan
persalinan dilakukan dengan segera, bila perlu lakukan efesiotomi
dan ekstraksi vaccum.
3) Persalinan dengan Sectio Caesarea dilakukan bila ada indikasi
obstetric (Hanifa, 1994). Section Casarea dilakukan dengan anastesi
lokal dan sedasi, jangan lakukan anastesi spinal (MHN, 2002)
c. Kala III
1) Hindari pemakain ergometrin karena akan menghasilkan kontraksi
uterus yang bersifat tonik dan akibatnya terjadi pengembalian darah
ke sirkulasi besar sekitar 1 liter (Hanifa, 1994).
2) Hindari perdsarahan post partum karena dengan perdarahan akan
memacu kerja jantung.
3) Hindari terapi intravena karena ekspansi intravaskuler dapat
meningkatkan kerja jantung, dapat diberikan oksitosin dengan intra
muscular (Ben-Zion, 1994).
d. Kala IV & Masa Nifas
1) Bila memerlukan tranfusi gunakan Pac Red Cell (Ben-Zion, 1994)
2) Pasang gurita dan kantung pasir di dinding perut karena dapat
mencegah perubahan mendadak pada sirkulasi abdominalis
3) Dilakukan pengawasan ketat pada TTV, perdarahan, anemia, infeksi,
tromboemboli
4) Berikan antibiotika untuk mencegah endikardis
5) Lakukan pengawasan intensif (high care) dalam 24 jam post partum
pada kondisi pasien dan tanda dini decompensation cordis
6) Pasien didukung untuk banyak tidur dan istirahat
7) Pasien dianjurkan untuk berlatih nafas untuk mencegah kesulitan
pada paru-paru
8) Penderita jantung kelas 3 & 4 tidak diperbolehkan untuk menyusui
9) Ibu bersalin dirawat 2 minggu setelah persalinan
Unit Terkait Dokter, Bidan Perawat
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PERSALINAN NORMAL
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
1/2
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

Pengertian Asuhan Persalinan Normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama
pengeluaran hasil konsepsi setelah pembuahan berumur lebih dari 37 minggu
dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi.
Tujuan Membantu persalinan supaya bersih dan aman, serta mencegah terjadinya
komplikasi dalam persalinan.
Kebijakan Dilakukan oleh bidan lulusan D III kebidanan sesuai dengan Standar
Pelayanan Kebidanan.
Prosedur M MENGENAL GEJALA DAN TANDA KALA DUA
a. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
b. Ibu merasakan adanya dorongan kuat untuk meneran
c. Ibu merasakan tekanan rektum dan vagina semakin meningkat
d. Perineum tampak menonjol
e. Vulva dan sfingter ani membuka

II MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN


1. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan , dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru
lahir.
2. Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu
bayi.
3. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam
partu set.
4. Memakai celemek plastik.
5. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir, kemudian keringkan tangan
dengan handuk bersih dan kering.
6. Pakai kai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam.
7. Memasukan oksitosin ke dalam tabung suntik(gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT dan steril), pastikan tidak terjadi kontaminasi
pada alat suntik.

MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK


1. Membersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang dengan
menggunakan kapas atau kasa dengan dibasahi air DTT.
2. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan
dengan seksama.
3. Buang kasa atau kapas pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia
4. Ganti jika sarung tangan terkontaminasi (dekontaminasi) lepas dan
rendam dalam larutan clorin 0,5%.
5. Melakukan pemeriksaan dalam untuk mamastikan pembukaan lengkap.
6. Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap
lakukan amniotomi.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PERSALINAN NORMAL
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
2/3
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

Pengertian 7. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang


masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan clorin 0,5%,
kemudian lepaskan dan rendam sarung tangan dalam posisi terbalik
selama 10 menit. Kemudian cuci tangan.
8. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus
untuk memastikan DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit)
9. Mengambil tindakan yang sesuai jika tidak normal.
10. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam. DJJ dan semua hasil
penilaian serta asuhan pada partograf.
MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
1. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan , dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru
lahir.
2. Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu
bayi.
3. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam
partu set.
4. Memakai celemek plastik.
5. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir, kemudian keringkan tangan
dengan handuk bersih dan kering.
6. Pakai kai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam.
7. Memasukan oksitosin ke dalam tabung suntik(gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT dan steril), pastikan tidak terjadi kontaminasi
pada alat suntik.

MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK


1. Membersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang dengan
menggunakan kapas atau kasa dengan dibasahi air DTT.
2. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan
dengan seksama.
3. Buang kasa atau kapas pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia
4. Ganti jika sarung tangan terkontaminasi (dekontaminasi) lepas dan
rendam dalam larutan clorin 0,5%.
5. Melakukan pemeriksaan dalam untuk mamastikan pembukaan lengkap.
6. Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap
lakukan amniotomi.
7. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan clorin 0,5%,
kemudian lepaskan dan rendam sarung tangan dalam posisi terbalik
selama 10 menit. Kemudian cuci tangan.
8. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus
untuk memastikan DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PERSALINAN NORMAL
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
3/4
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

9. Mengambil tindakan yang sesuai jika tidak normal.


10. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam. DJJ dan semua
hasil penilaian serta asuhan pada partograf.

MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES


BIMBINGAN UNTUK MENERAN
1. Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan
bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan yang sesuai
dengan keinginannya.
2. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi
dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase
aktif) dan dokumentasikan temuan yang ada.
3. Jelaskan pada anggota keluarga bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat kepada ibu untuk meneran secara
benar.
4. Meminta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi untuk meneran.
(bila ada rasa untuk meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu
untuk ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan
pastikan ibu merasa nyaman).
5. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan
kuat untuk meneran:
a. Bimbing ibu untuk meneran secara benar.
b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai.
c. Bantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan
pilihannya (kecuali dalam posisi terlentang dalam waktu yang lama).
d. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
e. Anjurkan keluarga untuk memberi dukungan dan semangat untuk ibu.
f. Beri cukup asupan cairan per-oral (minum).
g. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
h. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120
menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran
(multigravida).
6. Anjurkan ibu untuk berjalan-jalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit

PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI


1. Letakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di atas perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
2. Letakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
3. Buka tutup partuset dan perhatikan kembali kelengkapan bahan dan alat
4. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PERSALINAN NORMAL
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
4/5
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI


1. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.
2. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil bernafas cepat dan
dangkal.
3. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan lanjutkan proses kelahiran bayi.
4. Jika tali pusat melilit di leher secara longgar, lepaskan lewat bagian
atas kepala bayi.
5. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat
dan potong diantara dua klem tersebut.
6. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan

Lahirkan Bahu
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegeng secara biparietal.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan ke arah
bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian gerakan ke arah atas dan distal untuk mengeluarkan bahu belakang
Lahirkan Badan dan Tungkai
1. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyangga kepala, lengan, dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan
atas untuk menelususri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
2. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki
dengan ibu jari dan jaro-jari lainnya).

PENANGANAN BAYI BARU LAHIR


1. Lakukan penilaian (selintas):
 Apabila bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?
 Apabila bayi bergerak dengan aktif?
2. Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan
tindakan resusitasi ( langkah 25 ini berlanjut ke langkah-langkah prosedur
resusitasi bayi baru lahir dengan asfiksia).
3. Keringkan dan posisi tubuh bayi di atas perut ibu.
4. Keringkan bayi dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya (tanpa
membersikan verniks) kecuali bagian tangan
 Ganti handuk basah dengan handuk yang kering.
 Pastikan bayi dalam kondisi yang mantap di atas perut ibu.
 Periksa kondisi perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi kedua dalam
uterus (hamil tunggal).
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PERSALINAN NORMAL
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
5/6
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

5. Beri tahu kepada ibu bahwa penolong akan menyuntik oksitosin (agar
uterus berkontraksi baik).
6. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit
(intramuskular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikan oksitosin).
7. Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah bayi
lahir) pada sekitar 3 cm dari pusar (umbilikus) bayi. Dari sisi luar klem
penjepit, dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan
kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.
8. Pemotongan dan pengikatan tali pusat.
9. Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian
lakukan pengguntingan tali pusat (lindungi perut bayi) diantara 2 klem
tersebut.
10. Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan kembali ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua
menggunakan dengan simpul kunci.
11. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.
12. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi.
13. Letakan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi
sehingga bayi menempel baik di dinding dada-perut ibu.
14. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi
lebih rendah dari puting payudara ibu.
15. Selimuti bayi dan ibu dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi
V
PENATALAKSANAAN AKTIF KALA TIGA
1. Pindahkan klem pada tali pusat hingga 5-10 cm dari vulva.
2. Letakan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis,
untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
3. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
tangan lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorsokranial)
secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir
setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga
timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
4. Jika uterus tidak segera berkontraksi, meminta ibu, suami, atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
Mengeluarkan Plasenta
1. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, meminta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros
jalan lahir (tetapkan lakukan tekanan dorso-kranial).
2. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PERSALINAN NORMAL
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
6/7
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

1. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:


a. Beri dosisi ulang oksitosin 10 unit IM
b. Lakukan katerisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
c. Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
d. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
e. Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir
f. Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual
2. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan dua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah
disediakan.
3. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan
atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang
tertinggal.
Rangsang Taktil (Masase) Uterus
1. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, letakan telapak tangan di atas fundus dan lakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus teraba keras).
2. Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah
15 detik melakukan rangsangan taktil/masase.
MENILAI PERDARAHAN
1. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plasenta ke dalam kantung
plastik atau tempat khusus.
2. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan..
3. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan
penjahitan.
MELAKUKAN ASUHAN PASCAPERSALINAN
1. Pasikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
2. Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi (di dada ibu
paling sedikit 1 jam).
3. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui dini
dalam waktu 30-60 menit. Menyusui pertama biasanya berlangsung 10-
15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.
4. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah
berhasil menyusui.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PERSALINAN NORMAL
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
7/8
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

5. Lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik


profilaksis, vitamin K 1mg intramuskular di paha kiri anterolateral
setelah satu jam kontak ibu-bayi.
6. Berikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah satu jam pemberian
Vitamin K1) di paha kanan anterolateral.
7. Letakan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa
disusunkan.
8. Letakan kembali bayi pada dada ibu biaya belum berhasil menyusu di
dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.

EVALUASI
1. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam.
2. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.
3. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.
4. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
5. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakuka.n asuhan yang
sesuai untuk menatalaksanakan atonia uteri.
6. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
7. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
8. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama
1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pascapersalinan.
9. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap 2 jam pertama
pascapersalinan.
10. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak norma.
11. Periksa kembali kodisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,6-37,5).

KEBERSIHAN DAN KEAMANAN


1. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
dekontaminasi.
2. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampai yang
sesuai.
3. Bersihkan badan ibu dengan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban,
lendir, dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
4. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
5. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
6. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikan
bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian
keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang kering dan bersih.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PERSALINAN NORMAL
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
8/9
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

DOKUMENTASI
Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan
asuhan kala IV.
Unit Terkait Laboratorium, Ahli Gizi, Instalasi rawat inap, rawat jalan dan IGD.
Dokumen Terkait - Sinopsis Obstetri 2002
- Maternal dan Neonatal 2002
- Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Buku Acuan Ed.3 (Revisi), Jakarta :
jaringan Nasional
- Pelatihan Klinik, 2007.
- Pelatihan APN 2008
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PENGGUNAAN OKSITOSIN DRIP PADA PERSALINAN
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
1/2
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

Pengertian Suatu tindakan pada ibu hamil baik yang sudah inpartu maupun yang belum
inpartu dengan memasukkan Inf. D 5% dan oksitosin.
Tujuan Sebagai pedoman pelaksanaan oksitosin drip baik untuk induksi maupun
akselerasi persalinan
Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal.
Prosedur 1. Persiapan
 Persiapan alat/obat.
 Medicuth, infus set.
 2 kolf Dextrose 5%.
 Obat oksitosin 5 unit.
 Persiapan pasien.
 Pesiapan penolong.

2. Pelaksanaan
 Oksigen drip hanya diberikan bila tidak ada kontra indikasi
pemberiannya, dan bila his memang tidak adekuat.
 Dipergunakan 500 cc glukose/dextrose 5 % yang ditambah dengan 5
U oksitosin.
 Tetesan dimulai dengan 8 tetes/menit melakukan evaluasi selama 15
menit, bila his belum adekuat tetesan dinaikkan menjadi 4
tetes/menit sampai timbul his yang adekuat.
 Tetesan maskimal adalah 40 tetesan/menit. Bila dengan 40
tetesan/menit dan sudah 2 kolf dextrose habis his tetap belum adekuat
maka oksitosin dianggap gagal. Yang dimaksud dengan his yang
adekuat dalam Minis adalah his yang mempunyai sifat sebagai berikut:
- Interval setiap 3-5 menit, dengan fase relaksasi yang sempurna.
- Lamanya: 40 – 60 detik.
- lntensitas cukup, yang secara praktis dapat ditentukan dengan
menekan fundus uteri dengan jari-jari tangan puncak kontraksi.
lntensitas dianggap cukup apabila pada waktu ditekan uterus tidak
menjadi cekung.
 Evaluasi dari kemajuan persalinan dimulai pada his yang adekuat.
 Drip dianggap gagal dan dihentikan apabila:
- Dengan tetesan 40 tetes/menit dan sudah 2 kolf dextrose habis
tidak didapatkan his yang adekuat.
- Sesudah 2 jam dinilai dari permulaan his yang adekuat, tidak
terjadi kemajuan persalinan. Juga tennasuk bila dalam 2 jam
tersebut, his yang semula sudah adekuat menjadi tidak adekuat
lagi.
- Pada waktu dilakukan drip timbul komplikasi yaitu fetal distress,
tetania uteri, ruptura uteri irroninens dan lain-lain. Bila terjadi
penyulit-penyulit seperti di atas, oxytosin drip tidak boleh diulang
kembali.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PENGGUNAAN OKSITOSIN DRIP PADA PERSALINAN
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
2/2
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

 Penentuan jumlah tetesan pada oksitosin drip harus dilakukart oleh


dokter jaga sendiri.
 Bila ekselerasi persalinan berhasil, maka oksitosin drip dilanjutkan
dalam kala II dan dihentikan paling sedikit 2 jam post partum.
 Secondary arrest adalah tidak adanya pembukaan ostium uteri pada
persalinan fase aktif setelah dilakukan evaluasi selama 2 jam. Untuk
menilai kemajuan ini seyogyanya dilakukan 1 orang.

Bila terjadi secondary arrest, hendaknya dievaluasi penyebab terjadinya hal


tersebut. Bila persalinan pervaginam tidak mungkin atau tidak terjadi kelainan
letak, maka dilakukan seksio caesarea.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
INDUKSI DENGAN MISOPROSTOL
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
1
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

Pengertian Suatu tindakan untuk terminasi kehamilan dengan obat misoprostol dengan
cara mematangkan cerviK
Tujuan Sebagai pedoman untuk pelaksanaan induksi /terminasi kehamilan dengan
misprostol.
Kebijakan 1. Misoprostol ada 2 kemasan 200 mcg dan 100mcg, oral, vaginal
maupun rectal
2. Menigkatkan skor pelvis.
3. Tidak dianjurkan pemberian misoprostol secara poliklinis.
4. Tidak dianjurkan untuk kasus bekas bedah sesar.
Prosedur 1. Surat persetujuan tindakan .
2. Periksa kondisi skor pelvik.
3. Kesejahteraan janin diperiksa dahulu.
4. Pasien harus rawat inap (tidak poliklinis).
5. Kontra indikasi bekas sc.
6. Dosis 25-50 mcg tiap 6-8 jam pervaginal maksimal 4x pemberian ,
pemberian oral lebih dianjurkan.
7. Jangan manipulasi dengan uterotonika lain ataupun ekspresi kristeller.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
EXTRA CUNAM
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
1/2
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

Pengertian Suatu tindakan persalinan buatan dimana janin dilahirkan pada suatu tarikan
cunam yang dipasang pada kepalanya.
Tujuan Untuk segera melahirkan janin sehingga dapat menyelamatkan jiwa ibu
maupun janin.
Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal.
Prosedur 1. Indikasi Relatif (Efektif, Profilaktif)
Ekstraksi cunan yang bila dikerjakan akan menguntungkan ibu ataupun
janinnya, tetapi bila tidak dikerjakan, tidak akan merugikan, sebab bila
dibiarkari, diharapkan janin akan lahir dalam 15 menit berikutnya. Indikasi
Relatif dibagi menjadi:
 Indikasi De Lee. Ekstraksi cunam dengan syarat kepala sudah di dasar
panggul, putaran paksi dalam sudah sempurna, levator ani sudah
terenggang, dan syaratsyarat ekstrasksi cunam lainnya sudah
dipenuhi. Ekstraksi cunam atas indikasi elektif, di negara-negara Barat
sekarang banyak dikerjakan, karena dinegara-negara tersebut banyak
dipakai anestesia atau conduction analgesia guna mengurangi nyeri
dalam persalinan. Anestesia atau conduction analgesia
menghilangkan tenaga mengejan, sehingga persalinan harus diakhiri
dengan ekstraksi cunam.
 Indikasi Pinard Ekstraksi cunam yang mempunyai syarat sama
dengan indikasi de lee, hanya di sini Pasien harus sudah mengejan
selama 2 jam.
 Keuntungan Indikasi Profilaktik, ialah:
- Mengurangi ketegangan parineum yang berlebihan.
- Mengurangi penekanan kepala pada jalan lahir.
- Kala II diperpendek.
- Mengurangi bahaya kompresi jalan lahir pada kepala.
2. Indikasi Absolut (Mutlak)
Indikasi Ibu :
 Eklamsia, preklampsia.
 Ruptura uteri membakat
 Ibu dengan penyakit jantung, paru-paru dan lain-lain.
 Indikasi Janin :
 Gawat janin.
 Indikasi Waktu :
 Kala II memanjang.
3. Indikasi Kontra
Bila semua syarat dipenuhi, tidak ada indikasi kontra.
4. Syarat
Untuk dapat melahirkan janin dengan ekstraksi cunan, harus dipenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
 Janin harus dapat lahir pervaginam ( tidak ada disproporsi,
sefalopelvik).
 Pembukaan serviks lengkap.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
EXTRA CUNAM
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
2/3
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

 Kepala janin sudah cakap (mencapai letak = sudah terjadi


engagement).
 Kepala janin harus dapat dipegang oleh cunam.
 Janin hidup.
 Ketuban pecah /dipecah.
5. Persiapan
Persiapan untuk lbu.
 Posisi tidur lithotomi.
 Rambut vulva dicukur
 Kandung kemih dan rektum dikosongkan
 Desinfeksi vulva.
 Infus bila diperlukan.
 Narkosis bila diperlukan.
 Kain penutup pembedahan
 Gunting episiotomi.
 Alat-alat untuk menjahit robekan jalan lahir.
 Uterotonika.
 Persiapan untuk Janin.
 Alat-alat pertolongan persalinan.
 Alat penghisap lendir.
 Oksigen.
 Alat-alat untuk resusitasi bayi.
 Persiapan untuk Dokter,
 Mencuci tangan.
 Sarung tangan suci hama.
 Baju operasi suci hama.
Sebelum ektrasi cunain dikcrjaknn, penolong harus meneliti secara
cermat apakah semua persiapan tersebut telah lengkap.
6. Teknik
1. Cara Pcmasangan Cunam:
Ditinjau dari posisi daun cunam terhadap kcpala janin dan panggul ibu
pada waktu cunam tersebut dipasang, maka pemasangan cunam
dibagi:
 Pemasangan Sefalik (pemasangan biparietal, melintang terhadap
kepala), ialah pasangan cunam dimana sumbu panjang cunam
sesuai dengan diameter mentooksipitalis kepala janin, sehingga
daun cunam terpasang secara simetrik di kiri kanan kepala.
 Pemasangan Pelvik (melintang terhadap panggul) ialah
pcmasangan cunam sehingga sumbu panjang cunam sesuai
dengan sumbu panggul.
 Jadi pemasangan cunam yang baik ialah, bila cunam terpasang
bilateral kepala dan melintang panggul. Hal ini hanya terjadi bila
kepala janin sudah dipintu bawah panggul dan ubun-ubun kecil
berada di depan di bawah simfisis. Oleh karena itu kriteria
pemasangan cunam yang sempurna (ideal) ialah bila:
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
EXTRA CUNAM
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
3/3
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

- Sutura sagitalis tegak lurus dengan bidang tangkai cunam


- Ubun-ubun kecil terletak 1 jari di atas bidang tersebut.
- Kedua daun cunam teraba simetris disamping kepala.
2. Cara Ekstraksi Cunam.
Ekstraksi cunam terdiri dari tujuh langkah, yaitu :
 Penolong membayangkan bagaimana cunarn akan dipasang.
 Pemasangan daun cunam pada kepala janin.
 Mengisi sendok cunam.
 Menilai hasil pemasangan hasil cunarn.
 Ekstraksi cunam pcrcobaan.
 Ekstraksi cunam definitif.
Membuka dan melepaskan scndok cunam.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
EXTRA VAKUM
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
1/2
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

Pengertian Tindakan persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga
negatif (vakum) pada kepalanya.
Tujuan Bertujuan untuk segera melahirkan janin sehingga dapat menyelamatkan jiwa
ibu maupun janin. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau ventouse.
Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal
Prosedur BENTUK DAN BAGIAN-BAGIAN EKSTRAKTOR VAKUM
1. Mangkuk (cup)
 Bagian yang dipakai untuk membuat kaput suksedaneum artifisialis.
Dengan mangkuk inilah kepala diekstraksi. Diameter mangkuk: 3, 4, 5,
6, cm. Pada dinding belakang mangkuk terdapat tonjolan, untuk tanda
letak denominator.
 Botol
Tempat membuat tenaga negatif (vakum). Pada tutup botol terdapat
manometer, saluran menuju ke pompa penghisap, dan saluran menuju
ke mangkuk yang dilengkapi dengan pentil.
 Karet penghubung.
 Rantai penghubung antara mangkuk dengan pemegang.
 Pemegang (extraction bandle).
 Pompa penghisap (vakum pomp)

2. Indikasi
1. Ibu
Untuk memperpendek kala II, misalnya :
a. Penyakit jantung kompensata
b.Penyakit paru-paru fibrotik.
Waktu : kala II yang mamanjang.
2. Janin.
Gawat Janin (masih kontroversi)
3. INDIKASI KONTRA
 Ibu
- Ruptura uteri membakat.
- Pada penyakit-penyakit dimana ibu secara
- mutlak tidak boleh mengejan, misalnya payah
- jantung, Preeklampsia berat.
 Janin
- Letak muka.
- After coming head.
- Janin preterm.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
EXTRA VAKUM
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
2/2
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

4. SYARAT
 Syarat-syarat ekstraksi vakum sama dengan ekstraksi cunarn,
hanya disini syarat lebih luas, yaitu: Pembukaan lebih dari 7 cm (hanya
pada multigravida)
 4.2 Penurunan kepala janin boleh pada hodge II Harus ada
kontraksi rahim dan ada tenaga pengejan.
5. TEKNIK
 Cara Pcmasangan Cunam.
Ditinjau dari posisi daun cunam terhadap kcpala janin dan panggul ibu
pada waktu cunam tersebut dipasang, maka pemasangan cunam
dibagi:
- Pemasangan Sefalik (pemasangan biparietal, melintang terhadap
kepala), ialah pasangan cunam dimana sumbu panjang cunam
sesuai dengan diameter mentooksipitalis kepala janin, sehingga
daun cunam terpasang secara simetrik di kiri kanan kepala.
- 1.2. Pemasangan Pelvik (melintang terhadap panggul) ialah
pemasangan cunam sehingga sumbu panjang cunam sesuai
dengan sumbu panggul.
- Jadi pemasangan cunam yang baik ialah, bila cunam terpasang
bilateral kepala dan melintang panggul. Hal ini hanya terjadi bila
kepala janin sudah dipintu bawah panggul dan ubun-ubun kecil
berada di depan di bawah simfisis. Oleh karena itu kriteria
pemasangan cunam yang sempurna (ideal) ialah bila:
o Sutura sagitalis tegak lurus dengan bidang tangkai cunam
 Ubun-ubun kecil terletak 1 jari di atas bidang tersebut.
 Kedua daun cunam teraba simetris disamping kepala.
 Cara Ekstraksi Cunam.
Ekstraksi cunam terdiri dari tujuh langkah, yaitu:
- Penolong membayangkan bagaimana cunarn akan dipasang.
- Pemasangan daun cunam pada kepala janin.
- Mengisi sendok cunam.
- Menilai hasil pemasangan hasil cunarn.
- Ekstraksi cunam pcrcobaan.
- Ekstraksi cunam definitif.
Membuka dan melepaskan scndok cunam.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN OPERATIF DALAM KALA URI
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
1/2
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

Pengertian Suatu tindakan yang bertujuan untuk segera melahirkan / mengeluarkan


plasenta dari rongga rahim.
Tujuan Segera melahirkan/mengeluarkan plasenta dari rongga rahim sehingga
dapat menyelamatkan jiwa ibu.
Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal.
Prosedur 1. PERASAT CREDE
Perasat crede’ bermaksud melahirkan plasenta yang belum lahir secara
ekspresi.
2. SYARAT
Uterus berkontraksi balk dan veksika urinaria kosong.
3. PELAKSANAAN
 Fundus uteri dipegang oleh tangan kanan sedemikian rupa, sehingga
ibu jari terletak pada permukaan depan uterus sedangkan jari lainnya
pada fundus dan permukaan belakang. Bila ibu gemuk hal ini tidak
bisa dilaksanakan dan sebaiknya dilaksanakan secara manual.
Setelah uterus dengan rangsangan tangan berkontraksi baik, maka
uterus ditekan ke jalan lahir. Gerakkan jari jari seperti rnenreras jeruk.
Perasat crede’ tidak boleh dilalukan pada uterus yang tidak
berkontraksi karena dapat menimbulkan inversio uteri.
 Perasat crede’ memang banyak menimbulkan kontroversi. Ada
beberapa ahli yang berpendapat bahwa perasat ini berbahaya karena
menimbulkan karena menimbulkan tromboplastin atau fibrinolis
okinase yang mengakibatkan koagulopati. Kalangan lain mengatakan
baliwa hal tersebut tidak mengatakan bahwa hal tersebut tidak terbukti
dan menganggap perasat crede’ yang dilakukan secara artis artinya
tanpa paksaan tetap berguna.
 Perasat crede’ dapat dicoba sebelum meningkat pada pelepasan
plasenta secara manual.
4. PELEPASAN PLASENTA SECARA MANUAL
 Indikasi
Retensio plasenta dan pendaralian banyak pada kala uri yang tidak
dapat diberhentikan dengan uterotonika dan masase.
 Pelaksanaan
- Sebaiknya pelepasan plasenta secara manual dilakukan dalam
narkose, karena relaksasi otot mernudahkan pelaksanaannya.
Sebaiknya juga dipasang infus garam fisiologik sebelum tindakan
dilakukan. Setelah disinfeksi tangan dan vulva, termasuk daerah
sekitarnya maka daerah labia dibeberkan dengan tangan kiri
sedangkan tangan kanan dimasukkann secara obsterik ke dalam
vagina.
- Tangan kiri sekarang menahan fundus untuk mencegah
kolpaporeksis tangan kanan dengan gerakan mernutar-rnutar
menuju ostium uteri dan terus ke lokasi plasenta, tangan dalam ini
menyusuri tali pusat agar tidak terjadi false route.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TINDAKAN OPERATIF DALAM KALA URI
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
2/2
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

- Supaya tali pusat mudah teraba, dapat diregangkan oleh asisten.


Setelah tangan dalam sampai ke plasenta maka tangan tersebut
pergi ke pinggir
- plasenta dan mencari bagian plasenta yang sudah lepas untuk
menentukan bidang pelepasan yang tetap. Kemudian dengan sisi
tangan sebelah kelingking plasenta dilepaskan pada bidang antara
bagian plasenta yang sudah terlepas dan dinding ralrim dengan
gerakan yang sejajar dengan dinding. Setelah seluruh plasenta
terlepas, plasenta dipegang dan dengan perlahan-lahan ditarik keluar
- Walaupun orang takut bahwa pelepasan plasenta meningkatkan
insidensi infeksi tidak boleh dilupakan bahwa perasat ini justru
bermaksud menghemat darah dan menangguhkan kejadian
melahirkan plasenta paling lama 30 menit setelah anak lahir.
- Kesulitan yang mungkin dijumpai waktu pelepasan plasenta secara
manual ialah adanya lingkaran konstriksi, yang hanya dapat dilalui
dengan diatasi oleh tangan dalam secara perlahan-lahan dan dalam
narkosis yang dalam. Lokasi plasenta pada dinding depan rahim juga
sedikit lebih sukar dilepaskan daripada lokasi pada dinding belakang.
Ada kalanya plasenta tidak dapat dilepaskan secara manual seperti
halnya pada plasenta akreta.
- Plascnta akreta ditanggulangi dengan histerektomi. Setelah
pelepasan plasenta secara manual sebaiknya pasien diberi
antibiotika apalagi kalau kehilangan darah banyak.
- Post tindakan dapat dilakukan eksplorasi uterovaginal, dengan
inspeculo dilihat portio uteri, fornix posterior, anterior dan lateral,
kemudian dilihat dinding vagina.
5. EKSPLORASI RONGGA RAHIM
 Indikasi
Persangkaan tertinggalnya jaringan plasenta (plasenta lahir tidak
lengkap), setelah operasi vaginal yang sulit seperti ekstraksi cunam
yang sulit, dekapitasi, versi, dan ekstraksi, perforasi dan lain-lain, untuk
menentukan apakah ada ruptura uteri eksplorasi juga dilakukan pada
pasien yang pernah mengalami seksio sesaria dan sekarang
melahirkan pervaginam.
 Penatalaksanaan
- Tangan masuk secara obstetrik seperti pada pelepasan plasenta
secara manual dan mencari sisa plasenta yang seterusnya
dilepaskan atau meraba apakah ada kerusakan dinding uterus.
Untuk menentukan robekan dinding rahim eksplorasi dapat dilakukan
sebelum plasenta lahir dan sambil melepaskan plasenta secara
manual.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
SECTIO CAESAREA
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
1/2
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

Pengertian Sectio Cesarea / Cesarean Section (Bedah Cesar) adalah tindakan mengiris
dinding perut dan rahim untuk mengeluarkan janin pada ibu hamil dengan
umur kehamilan lebih dari 28 minggu.
Tujuan 1. Melahirkan janin secepatnya.
2. Mencegah komplikasi yang mengancam keselamatan ibu dan janin
Indikasi 1. Panggul sempit absolute
2. Disproporsi kepala panggul
3. Plesenta previa / plasenta letak rendah di belakang
4. Inkoordinasi uteri
5. Pre eklampsia berat / eklampsia
6. Ada riwayat seksio sesarea
7. Induksi / stimulasi gagal
8. Tumor jalan lahir yang mengganggu penurunan janin
9. Fetal distress
10. Presentasi bokong dengan tali pusat ditunggangi
11. Presentasi muka dagu di belakang
12. Janin tumbuh lambat (kurang dari 70%)
13. Rupture uteri iminens
14. Atas permintaan pasien
Kontra Indikasi Tidak ada
Prosedur Persiapan Alat
1. Persiapan Personalia
Satu orang Dokter Obsgin sebagai operator dan dua orang selaku
Asisten I dan Asisten II, satu orang selaku Instrumen.
2. Persiapan Pasien
a. Stop makan/minum minimal 6 jam sebelum operasi (kecuali
emergensi).
b. Pasang IVFD.
c. Pasang dauwer kateter
d. Bersihkan dinding perut daerah operasi
3. Persiapan Operasi
a. Konsultasi Anestesi.
b. Pemeriksaan Laboratorium (minimal: Hb, AL, AT, CT, BT, HbsAg,
Golongan darah).
c. Persediaan darah.
d. Persiapan alat operasi (oleh petugas IBS).
e. Informed consent dari Suami atau Keluarga.

Cara Kerja
a. Pasien ditidurkan diatas meja operasi dengan sebelumnya diberikan
premedikasi di Ruang Persiapan oleh bagian anestesi.
b. Dilakukan anastesi oleh Dokter Anestesi.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
SECTIO CAESAREA
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
2/2
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

Pengertian c. Dilakukan toilet pada daerah operasi dengan Alkohol 70%, kemudian
dengan Betadine.
d. Pasien ditutup dengan duk steril kecuali daerah operasi.
e. Dilakukan irisan pada daerah perut 1 cm diatas SOP ke arah pusat
sepanjang 10 cm atau irisan melintang (pfanen style), kemudian irisan
diperdalam lapis demi lapis (subkutis, fasia, otot, peritoneum
parietale).
f. Setelah peritoneum dibuka, pasang tampon usus, dilakukan
pembukaan pada plika vesikouterina, kemudian kandung kencing
disisihkan sejauh mungkin ke kaudal.
g. Dilakukan irisan pada segmen bawah rahim kemudian dilebarkan
secara tumpul.
h. Tangan kiri operator memegang kepala janin (presentasi kepala),
mencari kaki janin, kemudian melakukan ekstraksi (pada presentasi
bokong dan letak lintang), setelah janin lahir dilakukan pemotongan
tali pusat (diantara dua klem), muka bayi diusap untuk membersihkan
lender, kemudian janin diserahkan kepada perawat / dokter
perinatologi untuk Resusitasi.
i. Plasenta secara manual, kemudian disuntikkan 10 unit Oksitosin intra
mural.
j. Sudut perdarahan kanan dan kiri diklem, kemudian diikat dengan
benang kromik.
k. Segmen bawah rahim dijahit dua lapis secara satu-satu atau kros,
kemudian plika vesikouterina dijahit secara jelujur.
l. Tampon usus diangkat, kavum abdominal dibersihkan, control
perdarahan.

Perawatan Pasca Operasi


a. Awasi tanda vital setiap 5 menit sampai stabil.
b. Stop makan / minum sampai flatus/peristaltic positif.
c. IVFD dengan mengontrol balance cairan sampai stabil.
d. Bila ada infeksi, dilakukan perawatan peritonitis. Pada pre eklampsia
berat dan eklampsia dirawat di ICU sampai hemodinamika stabil.
e. Medikamentosa : antibiotic / roboransia / analgetik.
f. Hari ke 2 dilakukan mobilisasi.
Hari ke 3 penutup luka operasi dibuka dan diganti, perhatikan tanda infeksi.
Jika tidak ada tanda infeksi, pasien boleh pulang.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PRESENTASI LETAK MUKA
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
1
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

Pengertian Kepala janin tidak mengadakan fleksi maksimal atau terjadi defleksi.
Tujuan Sebagai pedoman dalam menangani persalinan dengan penyulit agar
persalinan bisa berjalan dengan lancar.
Diagnosa Diagnosa presentasi muka ditegakkan melalui pemeriksaan VT dengan
meraba adanya mulut – hidung – tulang rahang atas dan “orbital ridges”.
Kadang perlu dibedakan dengan presentasi bokong dimana dapat teraba
adanya anus dan tuber-ischiadica yang sering keliru dengan mulut dan tulang
rahang atas.
Prosedur a. Mekanisme Persalinan Pervaginam. Presentasi muka jarang terjadi bila
kepala masih diatas Pintu Atas Panggul. Umumnya keadaan diawali
dengan presentasi dahi yang kemudian pada proses desensus berubah
menjadi presentasi muka . Mekanisme persalinan terdiri dari densensus
– putar paksi dalam – fleksi – ekstensi dan putar paksi luar. Tujuan
Putar Paksi Dalam adalah agar dagu berada dibelakang simfisis pubis
oleh karena hanya pada posisi ini kepala janin dapat melewati perineum
melalui gerakan fleksi. Setelah Putar Paksi Dalam dagu kedepan selesai
dan tahapan desensus berikutnya berlangsung, maka dagu dan mulut
nampak di vulva dan persalinan kepala berlangsung melalui gerakan
fleksi.
Setelah kepala lahir, oksiput akan mendekati anus dan dagu berputar
seperti saat memasuki Pintu Atas Panggul. Persalinan bahu berlangsung
seperti pada presentasi belakang kepala. Pada presentasi muka, edema
akan merubah bentuk wajah. Molase juga terjadi dan menyebabkan
bertambah panjangnya diameter occipitomentalis
b. Bila ukuran panggul normal dan kemajuan proses persalinan
berlangsung secara normal, persalinan pervagina pada presentasi muka
dapat berlangsung dengan wajar. Observasi detik jantung janin dilakukan
dengan monitor eksternal. Presentasi muka sering terjadi pada panggul
sempit, maka terminasi kehamilan dengan SC sering terpaksa harus
dilakukan. Usaha untuk merubah presentasi muka menjadi presentasi
belakang kepala pemutaran posisi dagu posterior menjadi dagu anterior
secara manual atau dengan cunam, serta dengan versi ekstraksi tidak
boleh dikerjakan.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TALI PUSAT MENUMBUNG
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
1/2
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

Pengertian Tali pusat menumbung adalah bila teraba tali pusat keluar dan biasanya
ketuban sudah pecah.
Tujuan 1. Tali pusat menumbung di PAP, terletak di samping bagian terbawah janin
di PAP
2. Tali pusat menumbung ke dalam vagina, turun ke vagina
3. Tali pusat menumbung melalui introitus dan keluar dari vagina
Diagnosa 1. Melihat tali pusat di luar vulva
2. Meraba tali pusat pada pemeriksaan vaginal (periksa dalam)
Pemeriksaan vaginal harus dilakukan :
a. Bila terjadi gawat janin yang tidak diketahui sebabnya dan trauma jika
bagian terbawah belum turun.
b. Bila ketuban pecah dengan bagian terendah yang masih tinggi.
c. Bila semua kasus malpresentasi pada waktu ketuban pecah
d. Bila bayinya jelas premature
e. Pada kasus-kasus kembar
Prosedur 1. Etiologi
a. Etiologi Fetal
 Presentasi abnormal
Sebagian besar dari tali pusat menumbung terjadi pada
presentasi kepala namun bisa juga karena letak lintang dan letak
sungsang/presentasi bokong, terutama bokong kaki.
 Prematuritas
Seringnya kedudukan abnormal pada persalinan premature, yang
salah satunya disebabkan karena bayi yang kecil tidak tahan
terhadap trauma dan anoksia.
 Kehamilan ganda
Faktor-faktor yang mempengaruhi meliputi gangguan adaptasi,
frekuensi presentasi abnormal yang lebih besar, insidensi
hydramnion yang tinggi dan pecahnya ketuban anak kedua.
 Hydramnion
Ketika ketuban pecah, sejumlah besar cairan mengalir ke luar dan
tali pusat hanyut ke bawah.
b. Etiologi Maternal
1. Disproporsi kepala panggul
Disproporsi antara panggul dan bayi menyebabkan kepala tidak
dapat turun dan pecahnya ketuban dapat diikuti tali pusat
menumbung.
2. Bagian terendah yang tinggi
Tertundanya penurunan kepala untuk sementara dapat terjadi
meskipun panggul normal, terutama pada multipara.
c. Etiologi Dari Tali pusat dan Plasenta
1. Tali pusat yang panjang
Semakin panjang tali pusat maka semakin mudah menumbung
2. Plasenta letak rendah.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TALI PUSAT MENUMBUNG
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
2/3
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

Jika plasenta dekat serviks maka ia akan menghalangi penurunan bagian


terendah. Di samping itu insersi tali pusat lebih dekat serviks.
3. Prosedur
Tali pusat menumbung dibiarkan dan persalinan diteruskan pada
keadaan-keadaan sebagai berikut :
a. Bila janin sudah meninggal
b. Bila janin diketahui abnormal
c. Bila janin masih sangat premature sehingga tidak ada harapan untuk
dapat hidup
Usaha-usaha untuk mengurangi kompresi tali pusat dan memperbaiki
keadaan janin adalah sebagai berikut:
a. Penolong memasukkan satu tangan kedalam vagina dan mendorong
bagian terendah ke atas menjauhi tali pusat. Pada waktu yang
bersamaan dilakukan persiapan untuk menolong persalinan.
b. Pasien diletakkan dalam sikap lutut-dada (knee chost) atau
trendelenburg dengan pinggul diatas dan kepala di bawah.
c. Diberikan oksigen dengan masker kepada ibu
d. Denyut jantung janin sering diperiksa dengan teliti
e. Dilakukan pemeriksaan vaginal untuk menentukan presentasi,
pembukaan serviks, turunnya bagian terendah dan keadaan tali
pusat.
Jika pembukaan sudah lengkap dilakukan usaha-usaha untuk berbagai
presentasi sebagai berikut:
a. Presentasi kepala, kepala rendah di dalam panggul : ekstraksi
dengan forceps
b. Presentasi kepala, kepala tinggi : Versi ekstraksi cara ini mengandung
bahaya terjadinya rupture uteri tetapi oleh karena ini merupakan
usaha dalam keadaan putus asa untuk menyelamatkan anak maka
resiko tersebut harus diambil
c. Presentasi bokong. Kedua kaki diturunkan dan bayi dilahirkan
sebagai presentasi bokong kaki secepat mungkin.
d. Letak lintang. Versi dalam menjadi presentasi kaki dan segera
dilakukan ekstraksi.
Jika pembukaan belum lengkap, dilakukan usaha-usaha sebagai berikut:
a. Sectio caesaria, merupakan pilihan selama bayinya cukup bulan dan
dalam keadaan baik. Nasib bayi pada section caesaria jauh lebih baik
dibanding kelahiran dengan cara lain. Bahaya untuk ibu juga sangat
kurang dibanding dengan melahirkan bayi secara paksa pada
pembukaan yang belum lengkap. Sementara dilakukan persiapan
operasi diadakan usaha-usaha untuk mengurangi kompresi tali pusat
seperti tersebut diatas.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TALI PUSAT MENUMBUNG
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
3/3
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

b. Reposisi tali pusat dapat dicoba jika tidak dapat dikerjakan section
caesarea. Tali pusat dibawah ke atas kedalam uterus, sedangkan
bagian terendah janin di dorong ke bawah masuk panggul kemudian
di tahan kadang-kadang reposisi tali pusat berhasil tetapi umumnya
kita kehilangan banyak waktu yang berharga pada waktu melakukan.
c. Jika usaha ini tidak berhasil, pasien di pertahankan dalam posisi
trendelenburg dengan harapan tali pusat tidak tertekan sehingga bayi
tetap dapat hidup sampai pembukaan menjadi cukup lebar untuk
memungkinkan lahirnya bayi.
d. Dilatasi serviks secara manual, insisi serviks dan cara-cara lain untuk
memaksakan pembukaan serviks tidak akan pernah diterima.
Keberhasilannya kecil sedangkan resiko untuk ibu besar.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
HISTEREKTOMI
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
1/2
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

Pengertian Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat


rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total)
berikut serviks uteri
Kebijakan Standar Pelayanan Rumah Sakit
Indikasi  Fibroids (tumor jinak yang tumbuh di dalam dinding otot rahim)
 Kanker serviks, rahim atau ovarium
 Endometriosis, kondisi berupa pertumbuhan sel endometrium di bagian
lain dari rahim
 Adenomyosis, kelainan di mana sel endometrium tumbuh hingga ke
dalam dinding rahim (sering juga disebut endometriosis interna)
 Prolapsis uterus, kondisi di mana rahim turun ke vagina karena ligamen
yang kendur atau kerusakan pada otot panggul bawah
 Inflamasi Pelvis karena infeksi
Pemeriksaan Penunjang  Pemeriksaan panggul lengkap (Antropometri) termasuk mengevaluasi
uterus di ovarium.
 Papsmear terbaru
Prosedur a. Klasifikasi
1. Histerektomi Abdominal Totalis
Ini merupakan suatu tipe Histerektomi yang sangat dan sering
dilakukan. Selama histerektomi abdominalis totalis, dokter-dokter
sering mengangkat uterus bersama servik sekaligus.
2. Histerektomi Vaginalis
Prosedur ini dilakukan dengan cara mengangkat uterus melalui
vagina. Vaginal histerektomi ini merupakan suatu metode yang cocok
hanya pada kondisi-kondisi seperti prolaps uteri, hiperplasi
endometrium, atau displasia servikal..
3. Histerektomi Vaginal dengan Bantuan Laparoskopi
Metode jenis ini sangat mirip dengan metode histerektomi secara
vaginal hanya saja ditambah dengan alat berupa laparoskopi. Sebuah
laparoskopi adalah suatu tabung yang sangat tipis dimana kita dapat
melihat didalamnya dengan suatu kaca pembesar di ujungnya.
4. Histerektomi Supraservikal
Supraservikal Histerektomi digunakan untuk mengangkat uterus
sementara serviks ditinggal. Serviks ini adalah suatu area yang
dibentuk oleh suatu bagian paling dasar dari uterus, dan berada di
bagian akhir (atas) dari kanalis vaginalis.
5. Histerektomi Radikal
Prosedur ini melibatkan operasi yang luas dari pada histerektomi
abdominal totalis, karena prosedur ini juga mengikut sertakan
pengangkatan jaringan lunak yang mengelilingi uterus serta
mengangkat bagian atas dari vagina.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
HISTEREKTOMI
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
2/2
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

b. Prosedur Histerektomi
Histerektomi dapat dilakukan melalui sayatan di perut bagian bawah atau
vagina, dengan atau tanpa laparoskopi. Histerektomi lewat perut
dilakukan melalui sayatan melintang seperti yang dilakukan pada operasi
sesar. Histerektomi lewat vagina dilakukan dengan sayatan pada vagina
bagian atas. Sebuah alat yang disebut laparoskop mungkin dimasukkan
melalui sayatan kecil di perut untuk membantu pengangkatan rahim lewat
vagina.
Histerektomi vagina lebih baik dibandingkan histerektomi perut karena
lebih kecil risikonya dan lebih cepat pemulihannnya. Namun demikian,
keputusan melakukan histerektomi lewat perut atau vagina tidak
didasarkan hanya pada indikasi penyakit tetapi juga pada pengalaman
dan preferensi masing-masing ahli bedah.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
KISTA OVARIUM
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUMAH SAKIT
1
KHUSUS IBU DAN
ANAK ANNISA Tanggal Terbit Ditetapkan,
BANJARMASIN Direktur RSKIA Annisa Banjarmasin
01 November 2015
Tanggal Revisi
STANDAR
PROSEDUR 05 Februari 2016
OPERASIONAL drg. Nolista Indah Rasyid, Sp. Ort

Pengertian Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada


ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional
adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus
mentsruasi.
Tujuan Sebagai pedoman untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan
memberikan rasa nyaman pada pasien.
Kebijakan Standar Pelayanan Rumah Sakit
Tanda dan Gejaa 1. Perut terasa penuh, berat, kembung
2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
3. Haid tidak teratur
4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke
punggung bawah dan paha.
5. Nyeri sanggama
6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat
hamil.
Pemeriksaan Penunjang 1. Pap smear : untuk mengetahui displosia seluler menunjukan
kemungkinan adaya kanker/kista.
2. Ultrasound/scan CT : membantu mengindentifikasi ukuran / lokasi massa.
3. Laparoskopi : dilakukan untuk melihat tumor, perdarahan, perubahan
endometrial.
4. Hitung darah lengkap: penurunan Hb dapat menununjukan anemia kronis
sementara penurunan Ht menduga kehilangan darah aktif, peningkatan
SDP dapat mengindikasikan proses inflamasi / infeksi.).
5. Foto Rontgen Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat
gigi dalam tumor. Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena
dan pemasukan bubur barium dalam colon disebut di atas
Prosedur 1. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui
tindakan bedah, misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi
salpingooforektomi.
2. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista.
3. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista
ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan
abdomen dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen
yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya
mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah
dengan memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.
4. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang
pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan
kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik
relaksasi napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan
terjadi seperti tanda – tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.

Anda mungkin juga menyukai