Anda di halaman 1dari 6

RUPTUR PERINEUM TINGKAT

SETENGAH
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/ 3
UPTD dr. Hj. Yanti Azis
Puskesmas Jombang 19780603200701211

1. Pengertian Ruptur perineum adalah suatu kondisi robeknya perineum yangterjadi pada
persalinan pervaginam. Diperkirakan lebih dari 85% wanitayang melahirkan
pervaginam mengalami ruptur perineum
spontan,yang 60%- 70% di antaranya membutuhkan penjahitan. Angka
morbiditas meningkat seiringdengan peningkatan derajat ruptur.

Etiologi dan Faktor Risiko


Ruptur perineum umumnya terjadi pada persalinan, dimana:
1. Kepala janin terlalu cepat lahir
2. Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
3. Sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut
4. Pada persalinan dengan distosia bahu

Diagnosis:
1. Anamnesis
Gejala klinis berupa pendarahan pervaginam
2. Pemeriksaan Fisik
- Robekan pada perineum,
- Perdarahan yang bersifat arterial atau yang bersifat merembes,
- Pemeriksaan colok dubur, untuk menilai derajat robekan perineum

Klasifikasi ruptur perineum dibagi menjadi 4 derajat:


1. Derajat I
Robekan terjadi hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa
mengenai kulitperineum. Biasa tidak perlu dilakukan penjahitan.
2. Derajat II
Robekan mengenai selaput lender vagina dan otot perinea transversalis,
tetapi tidakmelibatkan kerusakan otot sfingter ani.
3. Derajat III
Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter anidengan
pembagian sebagaiberikut:IIIa. Robekan < 50% sfingter ani eksternaIIIb.
Robekan > 50% sfingter ani ekternaIIIc. Robekan juga meliputi sfingter
ani interna
4. Derajat IV
Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani
dan mukosa rektum
2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan penanganan rupture perineum
tingkat setengah

3. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Jombang No. 440/ 242/ TU/ 2023 tentang
Jenis – Jenis Pelayanan di UPTD Puskesmas Jombang

4. Referensi 1. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2014 tentang


Puskesmas
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 5 tahun 2014 tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer
5. Alat dan 1. Alat :
bahan • Retractor Weislander’s
• Forceps gigi (fine & strong)
• Needle holder (small and large)
• Forceps Allis (4)
• Forceps arteri (6)
• Gunting Mitzembaum
• Gunting pemotong jahitan
• Spekulum Sims
• Retraktor dinding samping dalam vagina
• Forceps pemegang kasa

2. Bahan:
• Tampon
• Kapas besar
• Povidon Iodine
• Lidocain 1% (untuk ruptur perineum derajat I-II)
• Benang catgut / Asam poliglikolik
6. Langkah – 1. Pasien datang dari IGD
langkah dan 2. Petugas menggunakan mencuci tangan, menggunakan APD
prosedur handscoon dan melakukan anamnesa, yaitu:
 Pendarahan jalan lahir post partus
3. Petugas menanyakan adakah faktor risiko, yaitu persalinan dengan:
 Kepala janin terlalu cepat lahir
 Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
 Sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut
 Pada persalinan dengan distosia bahu
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan vagina
yaitu ditemukan adanya pendarahan jalan lahir dengan robekan
perineum.
5. Petugas mempersiapkan alat dan bahan untuk tindakan jahit
perineum
6. Petugas melakukan tindakan asepsis antisepsis
7. Petugas memastikan pasien tidak memiliki alergi terhadap

2/3
Lidocain atau obat-obatan sejenis
8. Petugas menyuntikan 2 mL Lidocain 1% di bawah mukosa vagina, di
bawah kulit perineum dan pada otot-otot perineum. 
9. Tunggu 2 menit. Kemudian area dengan forsep hingga pasien tidak
merasakan nyeri
10.Petugas menjahit mukosa vagina secara jelujur dengan benang 2-0
lihat ke dalam luka untukmengetahui letak ototnya (penting untuk me
njahit otot ke otot agar tidak ada rongga didalamnya).
11.Petugas menutup luka dengan kassa
12.Petugas memberikan edukasi mengenai menjaga kebersihan daerah
vagina setelah dilakukan penjahiran perineum, antara lain: Menjaga
perineum selalu bersih dan kering, hindari penggunaan obat-obatan
tradisional pada perineum, Cuci perineumnya dengan sabun dan air
bersih yang mengalir 3 sampai 4 kali perhari,
kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan lukanya,
Ibu harus kembalilebih awal jika ia mengalami demam
13.Petugas mencatat hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, edukasi,
tindakan diagnois dan obat ke dalam rekam medis elektronik
14.Pasien diarahkan ke ruang obat dan pulang

7. Diagram Alir

Petugas Petugas menanyakan Petugas melakukan


Pasien datang mengguna adakah faktor risiko, yaitu pemeriksaan fisik
ke IGD kan APD persalinan dengan: seperti pemeriksaan
dan Kepala janin terlalu vagina yaitu
melakukan cepat lahir, perineum ditemukan adanya
anamnesa terdapat banyak jaringan pendarahan jalan
parut, persalinan dengan lahir dengan robekan
distosia bahu perineum.

Petugas melakukan Petugas


tindakan asepsis dan menyiapkan
antisepsis, kemudian alat dan
melakukan penyuntikan bahan untuk
dengan lidokain 1% 2cc tindakan
di mukosa vagina di penjahitan
bawah kulit perineum perineum
dan di otot perineum.

Petugas menjahit mukosa Petugas memberikan edukasi Petugas mencatat


vagina dengan benang 2-0 mengenai menjaga kebersihan vagina, hasil anamnesis,
kemudian menutup luka dengan antara lain: Menjaga perineum selalu pemeriksaan fisik,
kassa bersih dan kering, hindari penggunaan edukasi, tindakan
obat-obatan tradisional, Cuci diagnosis dan obat
perineumnya dengan sabun dan air ke dalam rekam
bersih yang mengalir 3 sampai 4 kali medis elektronik
perhari,
kembali dalam seminggu untuk memeri
ksa penyembuhan lukanya,
Ibu harus kembalilebih awal jika ia Pasien diarahkan
mengalami demam ke ruang obat
dan pulang

8. Hal - hal yang Pastikan pasien tidak memiliki alergi terhadap lidokain, dan pastikan alat-
perlu alat dalam keadaan steril untuk tindakan penjahitan.
diperhatikan

9. Unit Terkait 1. Ruang IGD

3/3
2. Ruang USILA
3. Ruang Dewasa
4. Ruang KIA
5. Ruang IMS
10.Dokumen Epuskesmas
Terkait

11. Rekaman Historis N Yang diubah Isi Perubahan Tanggal


Perubahan o mulai
diberlakukan

4/3
DAFTAR TILIK
VAGINITIS

No Langkah Kegiatan Ya Tidak

1. Apakah petugas menggunakan APD dan melakukan anamnesa,


yaitu:
 Pendarahan post partum
2. Apakah petugas menanyakan adalah faktor risiko seperti:
 Kepala janin terlalu cepat lahir
 Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
 Sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut
 Pada persalinan dengan distosia bahu
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan vagina
yaitu ditemukan adanya pendarahan jalan lahir dengan robekan
perineum.

4. Petugas mempersiapkan alat dan bahan untuk tindakan jahit


perineum
5. Petugas melakukan tindakan asepsis antisepsis

6. Petugas memastikan pasien tidak memiliki alergi terhadap


Lidocain atau obat-obatan sejenis

7. Petugas menyuntikan 2 mL Lidocain 1% di bawah mukosa vagina,


di bawah kulit perineum dan pada otot-otot perineum.

8. Tunggu 2 menit. Kemudian area dengan forsep hingga pasien


tidak merasakan nyeri
9. Petugas menjahit mukosa vagina secara jelujur dengan
benang 2-0 lihat ke dalam luka untukmengetahui letak ototnya
(penting untuk menjahit otot ke otot agar tidak ada rongga
didalamnya).

10. Petugas menutup luka dengan kassa

11. Petugas memberikan edukasi mengenai menjaga kebersihan


daerah vagina setelah dilakukan penjahiran perineum, antara
lain:
 Menjaga perineum selalu bersih dan kering
 Hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada
perineum
 Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang
mengalir 3 sampai 4 kali perhari
 Kembali dalam seminggu untuk memeriksa
penyembuhan lukanya
 Ibu harus kembali lebih awal jika ia mengalami demam
12. Petugas mencatat hasil anamnesis, pemeriksaan fisik,
edukasi, tindakan diagnois dan obat ke dalam rekam medis
elektronik

5/3
CR: …………………………………………%.
Cilegon,……………………
Pelaksana /Audito

(………………………………)

6/3

Anda mungkin juga menyukai