Anda di halaman 1dari 5

Menghitung Defisit Cairan dengan Skor Daldiyono

Sebagian besar tubuh manusia terdiri atas cairan. Volume cairan di dalam tubuh harus
konstan agar proses metabolisme tubuh tidak terganggu. Keseimbangan cairan dijaga oleh
ginjal, paru, kulit, dan saluran cerna.Kekurangan cairan (dehidrasi) bisa disebabkan intake
cairan yang berkurang, ataupun output yang berlebihan, atau keduanya.
Keadaan dehidrasi akut yang sering dijumpai adalah akibat gastroenteritis, terutama yang
disebabkan Vibrio cholera. Di sini terjadi kehilangan cairan secara akut melalui saluran cerna
sehingga terjadi dehidrasi akut hingga keadaan syok. Dehidrasi yang terjadi bisa berupa :
a. Dehidrasi ringan bila kehilangan cairan 5% dari berat badan
b. Dehidrasi sedang bila kehilangan cairan 8% dari berat badan
c. Dehidrasi berat bila kehilangan cairan 10% dari berat badan
Menghitung defisit cairan pada dehidrasi akut dapat dihitung dengan metode Skor Daldiyino.
Sering digunakan untuk gastritis akut.
Penilaian defisit cairan di sini berdasarkan gejala klinis yang diterjemahkan ke dalam skor.
Defisit cairan (cc) = SKOR/15 X Berat Badan (kg) X 100
Skor DALDIYONO
Haus/Muntah 1
Tekanan Darah Sistolik 60-90 mmHg 1
Tekanan Darah Sistolik <60 2
Frekuensi Nadi >120x 1
Kesadaran Apatis 1
Kesadaran somnolen/sopor/koma 2
Frekuensi nafas >30x/menit 1
Facies Cholerica 2
Vox Cholerica 2
Turgor kulit menurun 1
"Washer Woman Hand" 1
Ekstremitas dingin 1
Sianosis 2
Umur 50-60 tahun -1
Umur >60 tahun -2
Prosedur
1. Anamnesis hal-hal penting : nama,
Umur. Perhatikan skor apabila pasien berumur 50-60 tahun atau >60 tahun
Keluhan, apakah ada muntah/haus
2. Penilaian kesadaran penderita :
Tingkat kesadaran penuh, biasanya anamnesis lancar/ compos mentis cooperative.
Apatis : penderita tampak acuh tak acuh
Somnolen : mengantuk tapi bangun dengan rangsangan ringan

Sopor : mengantuk tapi bangun dengan rangsangan kuat


Koma : tidak bangun dengan rangsangan apapun
3. Lihat pasien apakah
Facies Cholerica : mata cekung, pipi cekung
Vox Cholerica : suara sesak dan parau/serak
Sianosis : bibir dan ujung jari berwarna biru
Washer Woman Hand : ujung jari keriput
Ekstremitas dingin : diperiksa dengan meraba bagian akral ekstremitas
Turgor kulit menurun : caranya dengan mencubit perut lalu dilepaskan, jika lama kembali,
berarti menurun
4. Hitung frekuensi nadi penuh selama 1 menit
5. Hitung frekuensi nafas 1 menit penuh
6. Ukur tekanan darah. Perhatikan skor tekanan darah sistolik pada skor Daldiyono
7. Terangkan dengan cepat dan tepat tindakan yang akan dilakukan
Pada keadaaan syok, cairan diguyur sampai nadi terisi penuh dan tekanan darah >
sama dengan 100 mmHg, sisanya diberikan dalam 2 jam berikutnya
Klasifikasi Dehidrasi pada Anak
Ada 3 kemungkinan dehidrasi pada anak dengan diare menurut WHO :
- Dehidrasi berat : kehilangan cairan > 10% berat badan
- Dehidrasi sedang : kehilangan cairan 6-9% berat badan
- Dehidrasi ringan :kehilangan cairan 4-5% berat badan
- Tanpa dehidrasi

SKOR/DERAJAT DEHIDRASI BERDASARKAN WHO


Untuk menilai derajat Dehidrasi (kekurangan cairan) dapat digunakan skor WHO
dibawah ini:
SKOR
Yang dinilai
1
2
3
Keadaan umum
Baik
Lesu/haus
Gelisah,
lemas,
mengantuk
hingga
syok
Mata
Biasa
Cekung
Sangat cekung
Mulut
Biasa
Kering
Sangat kering
Pernapasan
< 30 x/menit
30-40 x/menit
> 40 x/menit
Turgor
Baik
Kurang
Jelek
Nadi
< 120 x/menit
120-140 x/menit
> 140 x/menit
Skor: 6
: tanpa dehidrasi
7 12
: dehidrasi ringan-sedang
13
: dehidrasi berat

Derajat dehidrasi dinilai dari tanda dan gejala yang menggambarkan kehilangan
cairan tubuh.
Pada tahap awal, yang ada hanya mulut kering dan rasa haus. Seiring
meningkatnya dehidrasi, muncul tanda-tanda seperti: meningkatnya rasa haus,
gelisah, elastisitas (turgor) kulit berkurang, membran mukosa kering, mata
tampak cekung, ubun-ubun mencekung (pada bayi), dan tidak adanya air mata
sekalipun menangis keras.
Dehidrasi minimal atau tanpa dehidrasi (kehilangan < 3% cairan tubuh)
Status mental: baik, waspada
Rasa haus: minum baik, mungkin menolak cairan
Denyut nadi: normal
Kualitas kecukupan isi nadi: normal
Pernapasan: normal
Mata: normal
Air mata: ada
Mulut dan lidah: lembap (basah)
Elastisitas kulit: cepat kembali setelah dicubit
Pengisian kapiler darah: normal
Suhu lengan dan tungkai: hangat
Produksi urin: normal sampai berkurang
Dehidrasi ringan sampai sedang (kehilangan 3 9% cairan tubuh)
Status mental: normal, lesu. atau rewel
Rasa haus: haus dan ingin minum terus
Denyut nadi: normal sampai meningkat
Kualitas kecukupan isi nadi: normal sampai berkurang
Pernapasan: normal; cepat
Mata: agak cekung
Air mata: berkurang
Mulut dan lidah: kering
Elastisitas kulit: kembali sebelum 2 detik
Pengisian kapiler darah: memanjang (lama)
Suhu lengan dan tungkai: dingin
Produksi urin: berkurang
Dehidrasi berat (kehilangan > 9% cairan tubuh)
Status mental: lesu, sampai tidak sadar
Rasa haus: minum sangat sedikit, sampai tidak bisa minum
Denyut nadi: meningkat, sampai melemah pada keadaan berat
Kualitas kecukupan isi nadi: lemah, sampai tidak teraba
Pernapasan: dalam
Mata: sangat cekung
Air mata: tidak ada
Mulut dan lidah: pecah-pecah
Elastisitas kulit: kembali setelah 2 detik
Pengisian kapiler darah: memanjang (lama), minimal

Suhu lengan dan tungkai: dingin, biru


Produksi urin: minimal (sangat sedikit)

Dehidrasi (Hipovolemik)
Dehidrasi adalah kehilangan air dari tubuh atau jaringan atau keadaan yang merupakan akibat
kehilangan air abnormal (Ramali & Pamoentjak, 1996). Menurut Guyton (1995), dehidrasi
adalah hilangnya cairan dari semua pangkalancairan tubuh. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa dehidrasi merupakan keadaan kehilangan cairan tubuh.
Terdapat banyak sebab kehilangan cairan tubuh dan kandungan elektrolit diantaranya
kehilangan melalui kulit seperti diaforesis, luka bakar. Kehilangan cairan tubuh melalui
saluran pencernaan misalnya muntah, diare, drainase dari gastric intestinal. Kehilangan cairan
tubuh melalui saluran perkemihan, misalnya karena dieresis osmotic, diabetes insipidus.
Ada dua jenis dehidrasi yaitu (Long 1992):
1. Dehidrasi dimana kekurangan air lebih dominan dibadingkan kekurangan elektrolit
(dehidrasi isotonis). Pada dehidrasi jenis ini terjadi pemekatan cairan ekstraseluler,
sehingga terjadi perpindahan air dari intrasel ke ekstrasel yang menyebabkan terjadi
dehidrasi intraseluler. Bila cairan intrasel berkurang lebih dari 20%, maka sel akan
mati. Dehidrasi jenis ini terjadi bila seseorang minum air laut pada saat kehausan
berat.
2. Dehidrasi dimana kekurangan elektrolit lebih dominan disbanding kekurangan air
(dehidrasi hipertonik). Pada dehidrasi jenis ini cairan intarseluler bersifat hipotonis,
sehingga terjadi perpindahan air dari ekstrasel ke intrasel yang menyebabkan terjadi
edema intrasel. Dehidrasi jenis ini terjadi bila seseorang mengalami kekurangan
cairan hanya diatasi dengan minum air murni tanpa mengandung elektrolit.
Dehidrasi sangat bahaya terhadap keselamatan hidup manusia. Tingkat keparahan yang
ditimbulkan akibat dehidrasi bergantung pada seberapa besar derajat dehidrasi yang
dialaminya. Perawat harus mampu untuk mengidentifikasi tingkat dehidrasi yang terjadi pada
klien. Untuk mengetahuinya, ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Pertama, tingkat
keparahan dehidrasi dapat dihitung dari penuruanan berat badan.
Table 3-1 penurunan berat badan sebagai indicator kekurangan cairan tubuh

Penurunan Berat Badan Akut

Keparahan Defisit Cairan Tubuh

2-5%

Ringan

5-10%

Sedang

10-15%

Berat

15-20%

Fatal

Kedua, tingkat dehidrasi dapat dilihat dari tanda dan gejala yang ada pada klien.
Tabel 3-2 penilaian derajat dehidrasi berdasarkan tanda dan gejala pada klien

Penilaian

Lihat: keadaan
Umum

Baik, sadar

Gelisah, rewel

Normal

Cekung

Ada

Tidak ada

Tidak ada

Basah

Kering

Sangat kering

Mata

C
Lesu, lunglai, atau
tidak sadar
Sanagt cekung dan
kering

Air mata

Mulut dan lidah


Minum biasa, tidak Haus, ingin minum Malas minum atau
banyak
tidak bisa minum
Rasa haus haus
Periksa: Turgor kulit Kembali cepat

Kembali lambat

Hasil pemeriksaan

Dehidrasi
ringan/sedang

Tanpa dehidrasi

Bila da 1 tanda.
Ditambah 1 atau
lebih tanda lain

Kembali sangat
lambat
Dehidrasi berat,
Bila ada 1 tanda,
ditambah 1 atau
lebih tanda lain

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai