Kasus
Pneumothoraks Dekstra
et causa suspek
Tuberkulosis Paru
OLEH
Nurvayani
0908151702
Pembimbing; dr. Indra Yovi, SpPD
BAB I
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Pneumothoraks keadaan terdapatnya
udara pada rongga pleura yaitu diantara
jaringan paru dan dinding dada.
Pneumothoraks KGD medik
ganggguan fungsi pernapasan secara
akut dan bermakna diagnosis tepat
dan tindakan medik segera untuk
pencegahan mortalitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah keadaan
dimana rongga pleura terisi udara,
yang mengakibatkan paru-paru
menguncup dan mengganggu
respirasi.
Klasifikasi
Pneumothoraks
Pneumothoraks spontan
1. Pneumothoraks spontan primer
2. Pneumothoraks spontan sekunder
Pneumothoraks traumatik non
iatrogenik
Pneumothoraks iatrogenik
Pneumothoraks spontan
sekunder
terjadi karena terdapatnya penyakit
paru yang mendasari.
Diagnosis
Pneumothoraks
Anamnesis
- Sesak nafas (80-100% kasus)
- Nyeri dada (75-90% kasus)
- Batuk-batuk (25-35% kasus)
Pemeriksaaan Fisik
Pemeriksaan penunjang
Penatalaksanaan
Pneumothoraks
Menghilangkan udara dalam rongga
pleura
Menurunkan atau mencegah
kemungkinan terjadinya
pneumothoraks spontan berulang
BAB III
Ilustrasi Kasus
Identitas pasien
Nama : Tn. N
Umur : 40 tahun 9 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh pabrik kayu
Status : Menikah
Alamat : Tampan - Pekanbaru
Masuk RS : 24 Juni 2013
Tanggal Pemeriksaan : 24 Juni 2013
Anamnesis
Anamnesis (Autoanamnesis dan
alloanamnesis
dengan
istri
pasien)
Keluhan Utama :
Sesak napas sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit (SMRS).
Riwayat Penyakit
Sekarang
Dinyatakan
Minum
Didiagnosis
Minum
Didiagnosis
Dinyatakan
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik
Kepala
Kulit dan Wajah : Wajah tidak sembab.
Wajah terlihat pucat.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, pupil bulat, isokor dengan
diameter 3/3 mm, reflek cahaya +/+
Bibir : mukosa bibir normal.
Leher : KGB tidak membesar, tidak ada
peningkatan JVP
Pemeriksaan Fisik
Paru :
Inspeksi : Bentuk dan gerakan dinding dada simetris
kiri dan kanan, tidak ada bagian yang tertinggal.
Tampak penggunaan otot bantu pernapasan.
Palpasi
:
Vocal
fremitus
kanan
melemah
dibandingkan kiri.
Perkusi : hipersonor pada lapangan paru bagian
kanan dan sonor pada lapangan paru bagian kiri.
Auskultasi : suara paru kanan melemah, tidak ada
ronkhi dan wheezing. Vesikuler pada paru kanan
dengan wheezing tanpa ronkhi.
Pemeriksaan Fisik
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba.
Perkusi : Batas jantung kanan
adalah linea sternalis dekstra dan
batas jantung kiri adalah 2 jari
medial linea midclavicula sinistra
intercostalis V.
Auskultasi : Bunyi jantung normal
Pemeriksaan Fisik
Abdomen :
Inspeksi : Perut cembung, tidak ada
venektasi, scars, lesi dan ruam.
Auskultasi : Bising usus didengar dalam
batas normal
Palpasi : supel, nyeri tekan da nyeri
ketok tidak ada. Hepar dan lien tidak
teraba.
Perkusi : Timpani, tidak ada shifting
dullness.
Ekstremitas;
Akral hangat
Tidak ada edema
CRT < 2 sekon
Colok dubur;
Inspeksi : anus tenang (tidak ada scars,
lesi, ruam atau fistula).
Palpasi : tonus sfingter ani baik, mukosa
licin, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada
massa.
Handscoon : tidak ada darah dan tidak
ada lendir. Feses berwarna kehitaman (+).
Pemeriksaan
Laboratorium
Darah Rutin
Kimia Darah
WBC : 16.200/l
HGB : 15,9 gr/dl
HCT : 48,5 %
PLT : 306.000/l
Pemeriksaan Laboratorium
Analisa Gas
Darah
pH : 7,41
PCO2 : 48 mmHg
TCO2 : 31,9 mmol/L
PO2 : 188 mmHg
Saturasi O2 : 100%
HCO3- : 30,4 mmol/L
BE : 4,8 mmol/L
Elektrolit
Na+ : 134 mmol/L
K+ : 3,6 mmol/L
Ca++ : 0,55 mmol/L
Resume
Pasien Tn. N usia 40 tahun, datang ke
RSUD AA Pekanbaru dengan keluhan
sesak napas sejak 2 hari SMRS. Dari
anamnesis didapatkan bahwa sejak 7
tahun SMRS pasien didiagnosa
menderita penyakit TB kemudian
menjalani pengobatan selama 8 bulan
(minum OAT) dan dinyatakan sembuh
setelah dilakukan pemeriksaan sputum.
Resume
3 bulan SMRS pasien mengeluhkan
batuk berdahak berawarna kekuningan
dan sering berkeringat pada malam hari.
2 hari SMRS pasien mengeluhkan sesak
napas disertai dengan nyeri dada kanan
yang dirasakan sperti ditusuk-tusuk dan
nyeri menjalar ke punggung, mual,
muntah serta batuk berdahak. 1 hari
SMRS pasien merasakan sesak napas
tidak berkurang.
Resume
Pada pemeriksaan fisik didapatkan
frekuensi
napas
meningkat
(30
kali/menit),
vocal
fremitus
kanan
melemah, suara napas paru kanan
melemah dan hipersonor pada bagian
dada kanan. Pemeriksaan laboratorium
didapatkan peningkatan leukosit (16.200
/l), BUN (23,5 mg/dl), PCO2 (48 mmHg),
TCO2 (31,9 mmol/L), PO2 (188 mmHg),
HCO3- (30,4 mmol/L) dan BE (4,8 mmol/L).
Resume
Pada pemeriksaan foto thoraks AP
ditemukan pleural line dan gambaran
area radiolusen tanpa corakan paru
pada paru kanan dan luluh paru kiri
dengan pergeseran mediastinum ke
kiri dan pada foto thoraks lateral
ditemukan gambaran area radiolusen
tanpa corakan paru pada regio
anterior mediastinum dekstra.
Daftar masalah
Sesak napas
Batuk berdahak
Diagnosis kerja
Pneumotoraks dekstra spontan
sekunder et causa suspek TB paru +
suspek TB paru relaps
Rencana Pemeriksaan
BTA sputum, jika positif dilanjutkan kultur
dan uji resistensi antibiotik
Identifikasi mikroorganisme melalui sputum
Rencana penatalaksanaan
Non Medikamentosa:
Tirah baring
Pemberian oksigen nasal kanul 4
liter per menit
Pemasangan WSD
Diet makanan lunak tinggi kalori
tinggi protein
Rencana Penatalaksanaan
Medikamentosa;
IVFD Futrolit 16 tpm
Ceftizoksim injeksi 2 x 1 gram
OBH syrup 3 x 1 c
Follow Up
P :
Oksigen nasal kanul 4 liter
IVFD Futrolin 16 tpm
Pemasangan WSD
Injeksi tramadol 2 x 100
mg
Ciprofloxacin infus 2 x 200
mg
OBH syrup 3 x 1 c
Diet makanan lunak tinggi
kalori tinggi protein
BAB IV
Pembahasan
TB
Pneumothoraks Dekstra
Spontan Sekunder
Sesak napas paru kanan kolaps
Pneumotoraks pada pasien dicurigai
karena bekas TB paru/TB relaps,
karena BTA sputum negatif, maka
dapat disimpulkan penyebab
penumotoraks dekstra spontan
sekunder pada pasien disebabkan
oleh bekas TB paru.
Batuk berdahak
Gejala batuk berdahak berwarna
kekuningan yang dikeluhkan oleh
pasien diduga disebabkan infeksi
bakteri
(leukosit
:
16.200/l),
sehingga diperlukan pemeriksaan
identifikasi mikroorganisme pada
sputum pasien agar pengobatan
pasien efektif dan maksimal, yaitu
dengan pemberian antibiotik yang
sesuai dengan jenis mikoorganisme.
TERIMAKASIH