b.
Mekanisme patofisiologik
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
c.
d.
b.
c.
d.
Akut apabila kurang dari 2 minggu, persisten jika berlangsung selama 2-4
minggu. Lebih dari 90% penyebab diare akut adalah agen penyebab
infeksi dan akan disertai dengan muntah, demam dan nyeri pada
abdomen. 10% lagi disebabkan oleh pengobatan, intoksikasi, iskemia dan
kondisi lain.
b.
Kronik jika berlangsung lebih dari 4 minggu. Berbeda dengan diare akut,
penyebab diare yang kronik lazim disebabkan oleh penyebab non infeksi
seperti allergi dan lain-lain.
b.
c.
d.
C. ETIOLOGI
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6
besar, tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare
yang disebabkan infeksi dan keracunan. Untuk mengenal penyebab diare
yang dikelompokan sebagai berikut: (Lebenthal, 1989; Daldiyono, 1990; Dep
Kes RI, 1999; Yatsuyanagi, 2002)
a.
Infeksi :
1. Bakteri (Shigella, Salmonella, E.Coli, Golongan vibrio, Bacillus Cereus,
Clostridium
perfringens,
Staphilococ
Usaurfus,Camfylobacter,
Aeromonas)
2. Virus (Rotavirus, Norwalk + Norwalk like agent, Adenovirus)
3. Parasit
a. Protozoa (Entamuba Histolytica, Giardia Lambia, Balantidium Coli,
Crypto Sparidium)
b. Cacing perut (Ascaris, Trichuris, Strongyloides, Blastissistis Huminis)
c. Bacilus Cereus, Clostridium Perfringens
b.
c.
d.
Keracunan :
1. Keracunan bahan-bahan kimia
2. Keracunan oleh racun yang dikandung dan diproduksi :
a)
b)
e.
f.
Sebab-sebab lain: Faktor lingkungan dan perilaku, Psikologi: rasa takut dan
cemas
E. PATOFISIOLOGI
Pathway Diare
F.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala Diare menurut Kliegman (2006), yaitu:
tidak ada produksi air mata, tidak mampu minum dan keadaannya mulai
apatis, kesadarannya menurun dan juga masa pengisian kapiler sangat
memanjang ( 3 detik) dengan kulit yang dingin dan pucat.
G. KOMPLIKASI
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi
utama, terutama pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena
kolera kehilangan cairan secara mendadak sehingga terjadi shock
hipovolemik yang cepat. Kehilangan elektrolit melalui feses potensial
mengarah ke hipokalemia dan asidosis metabolik.(Hendarwanto, 1996;
Ciesla et al, 2003)
Haemolityc
uremic
Syndrome (HUS)
adalah
komplikasi
yang
karena Campylobakter,
Shigella,
spp.
Menurut SPM Kesehatan Anak IDAI (2004) dan SPM Kesehatan Anak RSUD
Wates (2001), komplikasi diare yaitu:
adanya
infeksi.
Jika
pasien
dalam
keadaan
awal
CBC,protrombin
time,
kalsium
dan
karotin
akan
seperti
serum
VIP
(VIPoma),
gastrin
(Zollinger-Ellison
melanosis
coli
dan
indikasi
penggunaan
kronis
anthraguinone laksatif.
4. Rangkaian Pemeriksaan Usus Halus
Pemeriksaan yang optimal diperlukan bagi klinisi untuk mengetahui
segala sesuatu yang terjadi di abdomen. Radiologis dapat melakukan
flouroskopi dalam memeriksa keseluruhan bagian usus halus atau
enteroclysis yang dapat menjelaskan dalam 6 jam pemeriksaan dengan
interval 30 menit. Tube dimasukkan ke usus halus melewati ligamentum
treitz, kemudian diijeksikan suspensi barium melalui tube dan sesudah itu
1-2 liter 0,5% metil selulosa diinjeksikan.
5. Imaging
Penyebab diare dapat secara tepat dan jelas melalui pemeriksaan
imaging jika diindikasikan. Klasifikasi pada radiografi plain abdominal
dapat mengkonfirmasi pankreatitis kronis. Studi Seri Gastrointestinal
aatas atau enterokolosis dapat membantu dalam mengevaluasi Chrons
disease, Limfoma atau sindroma carcinoid. Kolososkopi dapat membantu
mengevaluasi IBD. Endoskopi dengan biopsy usus halus berguna dalam
mendiagnosa dugaan malabsorbsi akibat penyakit pada mukosa.
Endoskopi dengan aspirasi duodenum dan biopsy usus halus berguna
pada pasien AIDS, Cryptosporidium, Mccrosporida, Infeksi M Avium
Intraseluler.
CT
Abdpminal
dapat
menolong
dalam
mendeteksi
d-xylose
absorption test:
Absorbsi
xylose
tidak
lengkap
2)
tidak diabsorbsi.
Test Stimulasi Pankreas : Pankreas dapat distimulasi dengan CCK
intravena atau sekretin atau makanan yang mengandung lemak,protein
dan karbohidrat. Cairan pancreas diaspirasi melalui kateter dari
duodenum sebagai bikarbonat atau enzim pancreas spesifik. Tidak
adanya peningkatan bikarbonat atau enzim pancreas setelah distimulasi
menunjukkan insufisiensi pancreas.
c.
ddiaspirasi.
Terdapatnya
>105
bakteri/ml
menunjukkan
pertumbuhan bakteri.
J.
PENATALAKSANAAN
Rencana Pengobatan C
Dehidrasi berat : rehidrasi parenteral / cairan intravena segera. Beri 100 ml/kg BB
cairan RL, Asering atau garam
30 ml/kg BB
1 jam pertama
jam pertama
70 ml/kg BB
5 jam kemudian
21/2 jam
kemudian
Rehidrasi parenteral :
infuse
Juga berikan oralit 5 ml/kg BB/jam bila penderita bisa minum. Biasanya
Metronidazol 50 mg/kgBB/hari
Hiponatremia (Na > 155 mEq/L), dikoreksi dengan D1/2S. Penurunan
kadar Na tidak boleh lebih dari 10 mEq per hari karena bisa
o
o
K. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.
Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan.
Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini
membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih
besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk.
Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric
menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi
juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x, muntah, diare, kembung, demam.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari
(diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare
kronis).
j.
invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian
menerima.
9. Pola Fungsi Kesehatan
a.
b.
c.
Pola eleminasi
Bab : frekuensi, warna, konsistensi, bau, lendir, darah
Bak : frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir ?, oliguria, anuria
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
i.
L.
M. PERENCANAAN KEPERAWATAN
NO
1.
DIAGNOSA
NOC / TUJUAN
KEPERAWATAN
Diare
Setelah
dilakukan
tindakan
perawatan
Batasan
selama X 24 jam
karakteristik :
pasien tidak me-ngalami
Bab
> 3 diare / diare berkurang,
x/hari
dengan criteria :
Konsistensi
encer / cair
Bowel Elemination
Suara usus (0501)
hiperaktif
Frekuensi bab normal
Nyeri perut
< 3 kali / hari
Kram
Konsistensi
feses
normal
(lunak
dan
berbentuk)
Gerakan usus tidak
me-ningkat (terjadi tiap 10
-30 detik)
Warna feses normal
Tidak ada lendir, darah
Tidak ada nyeri
Tidak ada diare
Tidak ada kram
Gambaran peristaltic
tidak tampak
Bau
feses
normal
(tidak amis, bau busuk)
NIC / INTERVENSI
Manajemen Diare (0460)
1. Identifikasi faktor yang
mungkin me-nyebabkan
diare
(bakteri,
obat,
makanan,
selang
makanan, dll )
2. Evaluasi efek samping
obat
3. Ajari
pasien
menggunakan obat diare
dengan tepat (smekta
diberikan 1-2 jam setelah
minum obat yang lain)
4. Anjurkan
pasien
/
keluarga untuk men-catat
warna, volume, frekuensi,
bau, konsistensi feses.
5. Dorong
klien
makan
sedikit tapi sering (tambah
secara bertahap)
6. Anjurkan
klien
menghindari
makanan
yang
berbumbu
dan
menghasilkan gas.
7. Sarankan klien untuk
menghindari
ma-kanan
yang
banyak
mengandung laktosa.
8. Monitor tanda dan gejala
diare
9. Anjurkan
klien
untuk
menghubungi
pe-tugas
setiap episode diare
10. Observasi turgor kulit
secara teratur
11. Monitor area kulit di
daerah perianal dari iritasi
dan ulserasi
12. Ukur diare / keluaran isi
usus
13. Timbang Berat Badan
secara teratur
14. Konsultasikan dokter jika
tanda dan gejala diare
menetap.
15. Kolaborasi dokter jika ada
peningkatan suara usus
16. Kolaborasi dokter jika
7.
perianal
Jaga tempat tidur selalu
bersih dan kering
Hipertermi b.d
dehidrasi,
peningkatan
metabolik,
inflamasi usus
Setelah
dilakukan
tindakan
perawatan
selama X 24 jam suhu
badan
klien
normal,
dengan criteria :
Batasan
karakteristik :
Suhu tubuh
> normal
Kejang
Takikardi
Respirasi
meningkat
Diraba
hangat
Kulit
memerah
Termoregulasi (0800)
Suhu kulit normal
Suhu badan 35,9C37,3C
Tidak ada sakit kepala
Tidak ada nyeri otot
Tidak ada perubahan
war-na kulit
Nadi, respirasi dalam
ba-tas normal
Hidrasi adekuat
Pasien menyatakan
nya-man
Tidak menggigil
Tidak
iritabel
/
gragapan / kejang
10. Dorong
peningkatan
intake cairan
11. Berikan cairan intravena
12. Tingkatkan
sirkulasi
udara dengan kipas angin
13. Dorong atau lakukan oral
hygiene
14. Berikan obat antipiretik
untuk mencegah pasien
menggigil / kejang
15. Berikan obat antibiotic
untuk
mengobati
penyebab demam
16. Berikan oksigen
17. Kompres
dingin
diselangkangan, dahi dan
aksila bila suhu badan
39C atau lebih
18. Kompres
hangat
diselangkangan, dahi dan
aksila bila suhu badan <
39C
19. Anjurkan klien untuk
tidak memakai selimut
20. Anjurkan klien memakai
baju berbahan dingin, tipis
dan menyerap keringat
Manajemen
Lingkungan
(6480)
1. Berikan ruangan sendiri
sesuai indikasi
2. Berikan tempat tidur dan
kain / linen yang bersih
dan nyaman
3. Batasi pengunjung
Mengontrol Infeksi (6540)
1. Anjurkan klien untuk
mencuci tangan sebelum
makan
2. Gunakan sabun untuk
mencuci tangan
3. Cuci tangan sebelum
dan sesudah melakukan
kegiatan perawatan
4. Ganti tempat infuse dan
bersihkan sesuai dengan
SOP
5. Berikan perawatan kulit
di area yang odem
6. Dorong
klien
untuk
cukup istirahat
Lakukan
pemasangan
infus
dengan
teknik
aseptik
8. Anjurkan koien minum
antibiotik sesuai advis
dokter
7.
3.
Kekurangan
volume ca-iran
b.d
intake
kurang,
kehilangan
volume cairan
aktif, kegagalan
dalam
mekanisme
pengaturan
Setelah
dilakukan
tindakan
perawatan
selama X 24 jam
kebutuhan
cairan dan
elektrolit adekuat, dengan
kriteria :
Hidrasi (0602)
Hidrasi kulit adekuat
Tekanan darah dalam
ba-tas normal
Batasan
Nadi teraba
karakteristik :
Membran
mukosa
Kelemahan
lembab
Haus
Turgor kulit normal
Penurunan
Berat badan stabil dan
turgor kulit
dalam batas normal
Membran
Kelopak mata tidak cemucus / kulit kung
kering
Fontanela tidak cekung
Nadi
Urin output normal
meningkat, teTidak demam
kanan
darah
Tidak ada rasa haus
menu-run,
yang sangat
tekanan
nadi
Tidak
ada
napas
menurun
pendek / kusmaul
Penurunan
pengisian
Balance Cairan (0601)
kapiler
Tekanan darah normal
Perubahan
Nadi perifer teraba
status mental
Tidak terjadi ortostatik
Penurunan
hypotension
urin out-put
Intake-output
Peningkatan seimbang dalam 24 jam
konsen-trasi
Serum, elektrolit
urin
dalam batas normal.
Peningkatan
Hmt dalam batas
suhu tubuh
normal
Hematokrit
Tidak ada suara napas
mening-kat
tambahan
Kehilangan
BB stabil
berat
ba-dan
Tidak
ada
asites,
mendadak.
edema perifer
Tidak ada distensi
vena leher
Mata tidak cekung
Tidak bingung
Rasa
haus
tidak
berlebih-an
Membrane
mukosa
lem-bab
Hidrasi kulit adekuat
diaporesis)
10. Anjurkan klien untuk
menghindari meng-ubah
posisi dengan cepat, dari
tidur ke duduk atau berdiri
11. Monitor
berat
badan
secara teratur
12. Monitor
tanda-tanda
dehidrasi ( turgor kulit
menurun,
pengisian
kapiler lambat, membrane
mukosa
kering,
urin
output
menurun,
hipotensi,
rasa
haus
meningkat, nadi lemah.
13. Dorong
intake
oral
(distribusikan
cairan
selama 24 jam dan beri
cairan diantara waktu
makan)
14. Pertahankan aliran infus
15. Posisi
pasien
Trendelenburg
/
kaki
elevasi lebih tinggi dari
kepala ketika hipotensi
jika perlu
Monitoring Elektrolit (2020)
1. Monitor elektrolit serum
2. Kolaborasi dokter jika
ada ketidak-seimbangan
elektrolit
3. Monitor tanda dan gejala
ketidak-seimbangan
elektrolit (kejang, kram
perut, tremor, mual dan
muntah, letargi, cemas,
bingung,
disorientasi,
kram otot, nyeri tulang,
depresi
pernapasan,
gangguan ira-ma jantung,
penurunan kesadaran :
apa-tis, coma)
Manajemen
Elektrolit
(2000)
1. Pertahankan
cairan
infuse yang me-ngandung
elektrolit
2. Monitor
kehilangan
elektrolit lewat suc-tion
nasogastrik,
diare,
diaporesis
Bilas
NGT
dengan
normal salin
4. Berikan diet makanan
yang kaya kalium
5. Berikan lingkungan yang
aman bagi klien yang
mengalami
gangguan
neurologis
atau
neuromuskuler
6. Ajari klien dan keluarga
tentang tipe, penyebab,
dan
pengobatan
ketidakse-imbangan
elektrolit
7. Kolaborasi dokter bila
tanda
dan
gejala
ketidakseimbangan
elektrolit menetap.
8. Monitor respon klien
terhadap terapi elektrolit
9. Monitor efek samping
pemberian
su-plemen
elektrolit.
10. Kolaborasi
dokter
pemberian obat yang
mengandung
elektrolit
(aldakton,
kalsium
glukonas, Kcl).
11. Berikan
suplemen
elektrolit baik lewat oral,
NGT, atau infus sesuai
advis dokter
3.
4.
PK:
Syok Setelah dilakukan tindakhipovolemia b.d an / penanganan selama
dehidrasi
1 jam diharapkan klien
mempunyai perfusi yang
adekuat, dengan criteria :
Kriteria hasil :
Amplitudo nadi perifer
meningkat
Pengisian
kapiler
singkat (< 2 detik)
Tekanan darah dalam
rentang normal
CVP > atau = 5 cm
H2O
Frekuensi
jantung
teratur
Berorientasi terhadap
1.
4.
5.
6.
7.
8.
diame-ter
anteriorposterior
Frekuensi
nafas
Bayi : < 25 atau
> 60
1-4 th : < 20
atau > 30
5-14 th : < 14
atau > 25
> 14 th : < 11
atau > 24
Kedalaman
nafas
Volume tidal dewasa saat istirahat 500 ml
Volume tidal bayi 6-8 ml/kg BB
Penurunan
kapasitas vital
Timing rasio
dispneu
Dispneu saat aktivitas
ti-dak ditemukan
Napas pendek-pendek
ti-dak ditemukan
Tidak ditemukan taktil
fremitus
Tidak ditemukan suara
napas tambahan
jalan nafas
Jelaskan pada klien /
keluarga
tentang
pentingnya
pemberian
oksigen
4. Berikan oksigen sesuai
kebutuhan
5. Pilih peralatan sesuai
kebutuhan : kanul nasal
1-3 l/mnt, head box 5-10
l/mnt, dll
6. Monitor aliran oksigen
7. Monitor selang oksigen
8. Cek secara periodik
selang
oksigen,
air
humidifier, aliran oksigen
9. Observasi
tanda
kekurangan oksigen :
gelisah, sianosis dll
10. Monitor tanda keracunan
oksigen
11. Pertahankan
oksigen
selama
dalam
transportasi
12. Anjurkan klien / keluarga
untuk
menga-mati
persediaan oksigen, air
humidifier,
jika
habis
laporkan petugas
3.
DAFTAR PUSTAKA
AIDS info net. 2008. Diarrhea. Diakses pada www.aidsinfonet.org
Avikar, Anupkumar, dkk. 2008. Role of Escherichia coli in acute diarrhoea in tribal
preschool children of central India. Journal Compilation Paediatric and
Perinatal Epidemiology, No. 22, 4046.
Chakraborty,
Subhra,
dkk.
2001.
Concomitant
Infection
of
Saku
Petugas
Kesehatan
Seward,Charles.
2006. Bedside
Diagnosis
13th Edition.
Infeksi
dan
Penyakit
Tropis.
Ikatan
Dokter
Anak