Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT DALAM KOMUNITAS


KESEHATAN LANSIA

D
I
S
U
S
U
N

Oleh :

Kelompok I

1. Desmita trianisa (17.11.036)


2. Feby arianti (17.11.O66)
3. Iva santika (17.11.081)
4. Khairani harahap (17.11.089)
5. Panji alnahar (17.11.145)
6. Suharnita (17.11.181)
7. Wigi yuliana (17.11.201)
8. Rakesta ginting (17.11.241)

Dosen Pembibing : Ns. Rentawati Purba S.Kep, M.Kep

INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA

1
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu. Tidak lupa pula kepada rekan –
rekan yang telah memberikan motivasi dan bantuannya dalam pengerjaan makalah
ini.
Tujuan dibuatnya makalah ini guna memberikan informasi tambahan pada
pembaca sekalian serta untuk memenuhi tugas Keperawatan Komunitas . Semoga
dengan selesainya makalah ini dapat memberikan tambahan wawasan dan bermanfaat
bagi para pembaca mengenai “asuhan keperawatan Agregat dalam komunitas
kesehatan lansia”
Penulis hanyalah seorang manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Oleh
karena itu, penulis mohon kesediaan para pembaca untuk memberikan saran dan
kritiknya demi kesempurnaan makalahini.

Deli Tua, 23 maret 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAHAN
2.1. Pengertian khusus Pada Agregat......................................................3
2.2.Tujuan Perawatan Agregat Pada Lansia............................................4
2.3. Lingkup Pelayanan Pada Usia Lanjut..............................................5
2.4. Teori-Teori Proses Penuaan.......................................8
2.5. Perubahan pada Lansia.............................................13
2.6.Konsep Masalah Keperawatan...................................16
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT KOMUNITAS
3.1. Pengkajian berdasarkan Anderson Mc.Farlen..........19
3.2. Diagnosa.................................................................22
3.3.Implementasi...........................................................23
3.4. Evaluasi...................................................................23
BAB IV PENUTUP
4.1.Kesimpulan.....................................................................................24
4.2.Saran...............................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................25

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut WHO (1974) komunitas didefinisikan sebagai kelompok sosial
yang ditentukan oleh batas-batas wilayah! nilai-nilai keyakinan dan minat yang
sama serta adanya saling mengenal dan berinteraksi antara anggota masyarakat
yang satu dengan yang lainnya! sedangkan "pradley (1985) mendefenisikan
komunitas sebagai sekumpulan orang yang saling bertukar pengalaman penting
dalam hidupnya. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunitas berarti
sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu! yang memiliki nilai-nilai
keyakinan minta relatif sama serta ada interaksi satu sama lain untuk mencapai
tujuan. Keperawatan komunitas disini membahas tentang kelompok-kelompok
khusus.
Perawatan kelompok kusus adalah upaya di bidang keperawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan kepada kelompok-kelompok individu yang
mempunyai kesamaan jenis kelamin,Umur,permasalahan kesehatan dan
kesehatan serta rawan terhadap masalah tersebut yayang dilaksanakan secara
terorganisir dengan tujuan meningkatkan kemampuan kelompok dan derajat
kesehatannya, mengutamakan upaya promotif dan preventif dengan tidak
melupakan upaya kuratif dan rehabilitative yang ditujukan kepada mereka yang
tinggal dipanti dan kepada kelompok , kelompok yayang ada dimasyarakat!at!
diberikan oleh tenaga keperawatan dengan pendekatan pemecahan masalah
melalui proses keperawatan. Salah satu kelompok khusus dalam komunitas adalah
kelompok khusus agregat lansia (lanjut usia) Menurut organisasi dunia (WHO) lanjut
usia
meliputi usia pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59 tahun. usia
lanjut (elderly) adalah kelompok usia 74 tahun usia lanjut (old) adalah
kelompok usia 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok
usia diatas 9 tahun lanjut usia merupakan istilah-istilah tahap akhir dari proses

4
penuaan dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut badan
koordinasi keluarga berencana nasional

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. pengertian dari kelompok khusus pada agregat lansia ?
2. apakah tujuan perawatan kelompok khusus pada agregat lansia ?
3. apa saja lingkup pelayanan pada usia lanjut ?
4. bagaimana asuhan keperawatan pada kelompok khusus agregat lanjut usia ?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui pengertian dari kelompok khusus pada agregat lansia
2. Mengetahui tujuan perawatan kelompok khusus pada agregat lansia
3. Mengetahui lingkup pelayanan pada usia lanjut
4. Mengetahui asuhan keperawatan pada kelompok khusus agregat lanjut usia

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian kelompok khusus Pada Agregat


Lansia selompok khusus adalah sekelompok masyarakat atau individu yang
karena keadaan fisik mental maupun sosial budaya dan ekonominya perlu
mendapatkan bantuan bimbingan dan pelayanan kesehatan dan asuhan
keperawatan karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan mereka dalam
memelihara kesehatan dan keperawatan terhadap dirinya sendiri
keperawatan kelompok khusus adalah upaya di bidang keperawatan
kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada kelompok , kelompok individu
yang mempunyai kesamaan jenis kelamin umur permasalahan kesehatan dan
kesehatan serta rawan terhadap masalah tersebut yang dilaksanakan secara
terorganisir dengan tujuan meningkatkan kemampuan kelompok dan derajat
kesehatannya mengutamakan upaya promotif dan pre'entif dengan tidak
melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif yang ditujukan kepada mereka yang
tinggal di panti dan kepada kelompok , kelompok yang ada di masyarakat!
diberikan oleh tenaga keperawatan dengan pendekatan pemecahan masalah
melalui proses keperawatan
salah satu dari kelompok khusus yaitu kelompok khusus agregat lanjut
usia (lansia) Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun biasanya
antara usia 65 dan 75 tahun jumlah kelompok usia ini meningkat drastis dan
ahli demografi memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus
meningkat sampai abad selanjutnya (potter : perry 2005) lanjut usia
merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan
batasan penduduk lanjut usia, menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi,
aspek ekonomi dan aspek social. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah
penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang
ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya

6
terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini
disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta
sistem organ. secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai
beban. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi
memberikan banyak manfaat. Bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa
kehidupan masa tua. Seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban
keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004). Menurut constantinidies menua
(menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan – lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. Menurut organisasi dunia (WHO) lanut usia meliputi usia
pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59 tahun, usia lanjut (elderly)
adalah kelompok usia 60-74 tahun, usia lanjut (old) adalah kelompok usia 75-90
tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun.
Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena
perbedaan fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi
pada tingkat kemampuan fungsional. Mayoritas merupakan anggota komunitas yang
aktif, terlibat, dan produktif. Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan untuk
merawat diri sendiri, bingung atau merusak diri, dan tidak mampu mebuat keputusan
yang berkaitan dengan kebutuhan mereka.

2.2.Tujuan Perawatan Agregat Pada Lansia


Adapun tujuan dari keperawatan kelompok khusus agregat lansia yaitu:
1. Tujuan umum
Meningkatkan kemampuan dan derajat kesehatan kelompok untuk dapat
menolong diri mereka sendiri (self care) dan tidak terlalu tergantung
kepada pihak lain
2. tujuan khusus
agar kelompok khusus dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam
hal:

7
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan kelompok khusus
sesuai dengan malam! jenis dan tipe kelompok.
b. Menyusun perencanaan asuhan keperawatan/kesehatan yang mereka
hadapi berdasarkan permasalahan yang terdapat pada kelompok.
c. penanggulangan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka
hadapi berdasarkan rencana yang telah mereka susun bersama.
d. Meningkatkan kemampuan kelompok khusus dalam memelihara
kesehatan mereka sendiri.
e. Mengurangi ketergantungan kelompok khusus dari pihak lain dalam
pemeliharaan dan perawatan diri sendiri.
f. Meningkatkan produkti'itas kelompok khusus untuk lebih banyak
berbuat dalam rangka meningkatkan kemampuan diri mereka sendiri.
g. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan dan keperawatan dalam
menunjang fungsi puskesmas dalam rangka pengembangan pelayanan
kesehatan mayarakat.

2.3. Lingkup Pelayanan Pada Usia Lanjut


Lingkup layaan pada usia lanjut meliputi:
1. Pelayanan kesehatan berbasis komunitas
Pelayanan pada usia lanjut dimasyarakat bertjuan untuk meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan usia lanjut melalui kegiatan secara berkelompok atau per
group dan meningkatkan kemandirian. Pelayanan kesehatan yang dilakukan meliputi
upaya promotif, preventif,kuratif dan rehabilitative melalui kegiatan posbindu ,
homecare dan asuhan keperawatan komunitas.
2. Pelayanann kesehata lansia berbasis institusi
1. Poliklinik geriatric (rawat jalan) bersifat subspesialistik.
Pelayanan yang diberikan meliputi assessment, pengobatan
sederhana dan konsultasi

8
2. Bangsal geriatric akut
Pelayanan yang diberikan meliputi assessment, kuratif dan
rehabilitative terutama untuk usia lanjut penderita penyakit akut dan
sub akut: stroke, penyakit jantung, pneumonia dan diabetes
3. Bangsal geriatric kronis/rawat inap
Merawat usia lanjut dengan penyakit kronis.
4. Panti werda(nursing home)
Layanan diberikan pada usia lanjut yang mengalami
ketergantungan fisik, memerlukan bantuan medis secara yang bersifat
intermediate dan keterbatasan keluarga dalam merawat.
5. Konsultasi geriatric
Layanan konsultatif pada pelayanan geriatric
6. Respite care (tempat peristirahatan)
Ditujukan pada usia lanjut dengan gangguan fungsional yang
ringan/mengalami ketergantungan ringan dan tidak menghendaki
tinggal didalam keluarga.
7. Perawatan harian (day care)
Pelayanan yang diberiakan oleh perawat professional pada usia
lanjut dilingkungan masyarakat selama beberapa jam dalam setiap
harinya, ditujukan pada usia lanjut yang mengalami gangguan atau
kemunduran fisik dan kognitif yang memebatasi kemandiriannya,
tidak mengalami skait yang parah, dimana keluarga memiliki
keterbatasan sumber daya dalam merawat
3. Kelompok usia lanjut
Menurut Nugroho (2008), tidak ada batasan yang pasti tentang pembagian usia
pada lansia. Menurut pendapat beberapa ahli batasan usia dapat dibedakan sebagai
berikut:
a. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) ada empat tahap, antara lain:
1) Usia pertengahan (middle age) (45-59 tahun)
2) Uanjut usia (elderly) (60-74 tahun)

9
3) Uanjut usia tua (old) (75-90 tahun)
4) Usia sangat tua ('ery old) (di atas 90 tahun)
b. Menurut Masdani (tanpa tahun). lanjut usia merupakan kelanjutan usia
dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian. Yaitu:
1) fase iuventus, antara usia 25-40 tahun
2) fase verilitas, antara usia 40-50 tahun
3) fase prasenium, antara usia 55-65 tahun
4) fase senium, antara usia 65 tahun hingga tutup usia
c. Menurut setyonegoro (tanpa tahun), lanjut usia dikelompokkan sebagai
berikut:
1) Usia dewasa muda (elderly adulthood ) (usia 18/20-25 tahun)
2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas (usia 25-60/65 tahun)
3) Lanjut usia ( geriatric age) (usia lebih dari 65/70 tahun). terbagi atas:
 Usia 70-75 tahun ( young old)
 Usia 75-80 tahun (old )
 Usia lebih dari 80 tahun (very old )
d. Menurut Bee (1996), tahapan masa dewasa adalah sebagai berikut:
1) Usia 18-25 tahun (masa dewasa muda)
2) Usia 25-40 tahun (masa dewasa awal)
3) Usia 40-65 tahun (masa dewasa tengah)
4) Usia 65-75 tahun (masa dewasa lanjut)
5) Usia >75 tahun (masa dewasa sangat lanjut)
e. Menurut Hurlock (1979), perbedaan usia lansia terbagi dalam dua tahap,
antara lain:
1) Early old age (usia 60-70)
2) Advanced old age (usia 70 tahun ke atas)
f. Menurut Burnside (1979), ada empat tahap lansia, antara lain:
1) Young old (usia 60-69 tahun)
2) Middle age old (usia 70-79 tahun)
3) Old-old (usia 80-89 tahun)

10
4) Very old-old (usia 90 tahun ke atas)
2.4. Teori-Teori Proses Penuaan
Menurut Nugroho (2008), proses menua bersifat individual,
yaitu tahap proses menua terjadi pada seseorang dengan usia yang
berbeda, setiap lansia memiliki kebiasaan yang berbeda dan tidak
ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses
menua. Menurut Potter dan Perry (2005), teori-teori yang
menjelaskan tentang proses menua biasanya dikelompokkan
menjadi dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan teori
psikososial.
a. Teori Biologis
1) Teori Genetik
a) Teori Genetic Clock
Teori ini merupakan teori intrinsik yang
menjelaskan bahwa di dalam tubuh terdapat waktu
biologis yang mengatur gen dan menentukan proses
penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah
terprogram secara genetik untuk spesies tertentu.
Setiap spesies di dalam inti selnya memiliki suatu
waktu genetik atau jam biologis sendiri dan setiap
spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda
yang telah diputar menurut replikasi tertentu sehingga
bila jenis ini berhenti berputar, ia akan mati (Nugroho,
2008).
b) Teori Mutasi Somatik
Penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik
akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi
kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan
dalam proses translasi RNA protein/enzim. Kesalahan

11
ini terjadi terus-menerus sehingga akhirnya akan
terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel
menjadi kanker atau penyakit. Setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas
adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan
kemampuan fungsional sel. Menurut Azizah (2011),
terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik
akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan
fungsional sel tersebut.
2) Teori Non-Genetik
a) Teori Radikal Bebas (Free Radical Theory)
Menurut Nugroho (2008), teori ini dapat
terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh karena
adanya proses metabolisme atau proses pernapasan di
dalam mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu
atom atau molekul yang tidak stabil karena
mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga
sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain yang
menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan
dalam tubuh. Tidak stabilnya radikal bebas (kelompok
atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan organik,
misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini
menyebabkan sel tidak dapat beregenerasi. Radikal
bebas dianggap sebagai penyebab penting terjadinya
kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat di
lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, asap
rokok, zat pengawet makanan, radiasi dan sinar
ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan
pigmen dan kolagen pada proses menua.

12
b) Teori Rantai Silang (Cross Link Theory)
Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan
oleh lemak, protein, karbohidrat dan asam nukleat
(molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan
radiasi, mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan
perubahan pada membran plasma, yang
mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang
elastis dan hilangnya fungsi pada proses menua
(Nugroho, 2008).
c) Teori Imunologis (Auto-Immune Theory)
Mutasi yang berulang dapat menyebabkan
berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh
mengenali dirinya (self recognition). Jika mutasi yang
merusak membran sel, akan menyebabkan sistem
imun tidak mengenalinya sehingga akan dirusak.

d) Teori Fisiologis
Terdiri atas teori dipakai-aus (wear and tear) dan
teori oksidasi stress. Di sini terjadi kelebihan usaha dan
stress menyebabkan sel tubuh lelah terpakai
(regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal) (Nugroho, 2008).
Menurut Stanley (2006), teori ini mengutarakan
bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi
yang dapat merusak sintesis DNA, sehingga
mendorong malfungsi molekular dan akhirnya
malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percaya

13
bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan
suatu jadwal.
e) Teori Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam
lingkungan seperti karsinogen dari industri, sinar
matahari, trauma dan infeksi dapat membawa
perubahan dalam proses penuaan. Walaupun faktor-
faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan,
dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak
sekunder (Stanley & Beare, 2006).
f) Teori Metabolisme
Telah dibuktikan dalam berbagai percobaan
hewan, bahwa pengurangan asupan kalori ternyata
bisa menghambat pertumbuhan dan memperpanjang
umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang
menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur
(Nugroho, 2008). Perpanjangan umur karena jumlah
kalori tersebut disebabkan karena menurunnya salah
satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi
penurunan pengeluaran hormon yang merangsang
pruferasi sel misalnya insulin dan hormon
pertumbuhan. Modifikasi cara hidup yang kurang aktif
menjadi lebih aktif mungkin dapat juga meningkatkan
umur panjang (Azizah, 2011).

g) Teori Keracunan Oksigen


Teori ini menjelaskan tentang adanya sejumlah
penurunan kemampuan sel di dalam tubuh untuk

14
mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung
zat racun dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme
pertahanan diri tertentu. Ketidakmampuan
mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat
struktur membran sel mengalami perubahan dari rigid,
serta terjadi kesalahan genetik (Azizah, 2011).
h) Teori Stres
Teori ini mengungkapkan menua terjadi akibat
hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan
stres yang menyebabkan sel-sel tubuh tidak dapat
melakukan regenarasi (Maryam et al, 2008).
b. Teori Psikososial
a) Teori Pembebasan/Penarikan Diri (Disengagement Theory)
Menurut Nugroho (2008), teori ini membahas
putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat
dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Teori
ini pertama kali diajukan oleh Cumming dan Henry (1961),
menyatakan bahwa dengan bertambah lanjutnya usia,
apalagi ditambah dengan adanya kemiskinan, lansia
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas,
sehingga sering para lansia mengalami kehilangan peran,
hambatan kontak sosial dan berkurangnya komitmen.
Menurut teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan
mengalami proses menua yang berhasil apabila ia

15
menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat
memusatkan diri pada persoalan pribadi dan
mempersiapkan diri menghadapi kematiannya.
b) Teori Aktivitas
Menurut Nugroho (2008), teori ini mengemukakan
ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan
lansia secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa lansia
yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut
serta dalam kegiatan sosial, lansia akan merasakan
kepuasan bila dapat melakukan aktivitas dan
mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin dan
mempertahankan hubungan antara sistem sosial-individu
agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia.
Stanley dan Beare (2006), berpendapat bahwa jalan
menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap
aktif.
c) Teori Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Nugroho (2008) menyatakan, dasar kepribadian atau
tingkah laku tidak berubah pada lansia. Teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang
lansia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang
dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan
demikian, pengalaman hidup seseorang pada suatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi
lansia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku dan
harapan seseorang ternyata tidak berubah, walaupun ia
telah berusia lanjut.
d) Teori Interaksi Sosial (Social Exchange Theory)

16
Menurut Nugroho (2008), teori ini mencoba
menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi
tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai
masyarakat. Kemampuan lansia untuk terus menjalin
interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan status
sosialnya berdasarkan kemampuannya bersosialisasi.
Pokok-pokok teori ini yaitu masyarakat terdiri atas pelaku
sosial yang berupaya mencapai tujuannya masing-masing
dan untuk mencapai tujuan akan terjadi interaksi sosial
yang memerlukan biaya dan waktu.
2.5. Perubahan pada Lansia
Semakin bertambahnya usia manusia, pasti akan mengalami
proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada
perubahan pada diri manusia. Perubahan yang terjadi meliputi
perubahan fisiologis, kognitif, psikososial dan spiritual (Azizah,
2011).
a. Perubahan Fisiologis
Perubahan fisiologis setiap lansia bervariasi, baik secara
umum atau khusus. Perubahan fisiologis ini bukan bersifat
patologis. Perubahan ini terjadi pada semua orang tetapi kecepatan
yang berbeda dan bergantung pada keadaan dalam kehidupan
sebelumnya (Potter dan Perry, 2005).
Perubahan keadaan sel-sel pada lansia sangat berpengaruh
terhadap fungsi-fungsi dari sistem tubuh lansia. Perubahan-
perubahan yang terjadi terkait sel yaitu, jumlah sel menurun, sel
mengalami hipertrofi, jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler
berkurang, jumlah sel otak menurun, mekanisme perbaikan sel
terganggu, otak menjadi atrofi (berkurang 5-10%) dan lekukan otak
akan menjadi lebih dangkal (Nugroho, 2008).

17
Perubahan pada sistem indra berpengaruh besar pada
keadaan lansia. Pada sistem penglihatan pada lansia erat kaitannya
dengan presbiopi, lensa kehilangan elastisitas dan kaku, otot
penyangga lensa lemah, ketajaman penglihatan dan daya
akomodasi dari jarak jauh atau dekat berkurang. Sistem
pendengaran lansia mengalami hilangnya kemampuan
pendengaran pada telinga dalam (presbiakusis), suara tidak jelas,
kata-kata sulit dimengerti, hal tersebut 50% terjadi pada usia di
atas 60 tahun. Sistem integumen, lansia mengalami atrofi, kendur,
tidak elastis, kering, berkerut, kulit mengalami kekurangan cairan
sehingga menjadi tipis (Azizah, 2011).
Sistem muskuloskeletal pada lansia biasanya kehilangan
tonus otot, serat otot berkurang ukurannya dan kekuatan otot
berkurang. Wanita pasca menopause memiliki laju demineralisasi
tulang yang lebih besar daripada pria lansia. Wanita yang
mempertahankan masukan kalsium selama hidup dan kemudian
masuk pada tahap menopause mengalami demineralisasi tulang
kurang dari wanita yang tidak pernah melakukannya (Potter dan
Perry, 2005).
Perubahan pada sistem kardiovaskuler lansia mengalami
penurunan kekuatan kontraktil miokardium yang menyebabkan
penurunan curah jantung, massa jantung bertambah, ventrikel kiri
mengalami hipertrofi dan penumpukan lipofusin. Konsumsi oksigen
pada tingkat maksimal berkurang sehingga kapasitas paru
menurun. Latihan berguna untuk meningkatkan tekanan oksigen
agar lebih maksimum, mengurangi tekanan darah dan berat badan
(Azizah, 2011).
Pada sistem pernafasan, perubahan yang terjadi yaitu otot-
otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,

18
menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan ealstisitas,
kapasitas residu meningkat, ukuran alveoli melebar dan jumlahnya
berkurang, oksigen pada arteri menurun, kemampuan batuk
berkurang (Bandiyah, 2009). Umur tidak berhubungan dengan
perubahan otot diafragma, apabila terjadi perubahan otot
diafragma, maka otot toraks menjadi tidak seimbang dan
menyebabakan distorsi toraks selama respirasi berlangsung
(Azizah, 2011).
Sistem pencernaan pada lansia yang mengalami perubahan,
yaitu kehilangan gigi, indera pengecap menurun (80%), adanya
iritasi selaput lendir, hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah,
esofagus melebar, rasa lapar menurun, asam lambung menurun,
peristaltik melemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi absorpsi
dan organ hati semakin mengecil (Nugroho, 2008). Penuaan
menyebabkan peningkatan jumlah jaringan lemak pada tubuh dan
abdomen, akibatnya terjadi peningkatan ukuran abdomen. Karena
tonus dan elastisitas menurun, hal ini menyebabkan abdomen lebih
membuncit (Potter dan Perry, 2005).
Berbeda dengan sistem perkemihan, sistem ini mengalami
perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang mengalami
kemunduran, misalnya laju filtrasi, ekskresi dan reabsorpsi oleh
ginjal. Hal ini memberikan efek dalam pemberian obat pada lansia,
karena lansia kehilangan kemampuan untuk mengekskresi obat
atau produk metabolisme obat. Pola berkemih yang tidak normal,
biasanya sering berkemih pada malam hari, hal ini menunjukkan
bahwa inkontinensia urin meningkat (Azizah, 2011).
Sistem susunan saraf mengalami atrofi yang progresif pada
serabut saraf. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Penuaan

19
menyebabkan penurunan persepsi sensori dan respon motorik pada
susunan saraf pusat dan penurunan reseptor proprioseptif, hal ini
terjadi karena susunan saraf pusat pada lansia mengalami
perubahan morfologis dan biokimia, perubahan tersebut
mengakibatkan penurunan fungsi kognitif (Azizah, 2011). Menurut
Nugroho (2008), perubahan yang terjadi pada sistem persarafan
yaitu menurunnya berat otak sekitar 10-20%, respon dan waktu
untuk bereaksi lambat khususnya terhadap stress, saraf yang
berhubungan dengan panca indera mengecil, kurang sensitif
terhadap sentuhan dan defisit memori.
Perubahan pada struktur dan fungsi sistem reproduksi terjadi
sebagai akibat hormonal. Menopause pada wanita berkaitan dengan
penurunan respon ovarium terhadap hipofisis dan mengakibatkan
penurunan kadar estrogen dan progesteron. Pada pria, tidak ada
penghentian fertilitas tertentu dikaitkan dengan penuaan.
Spermatogenesis mulai menurun selama dekade keempat, tetapi
kontinu sampai dekade kesembilan. Kurangnya frekuensi aktivitas
seksual dapat diakibatkan oleh penyakit, kematian pasangan
seksual, penurunan sosialisasi dan kehilangan minat seksualnya
(Potter & Perry, 2005).
Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia
yang memproduksi hormon. Perubahan-perubahan pada sistem
endokrin ini yaitu sekeresi hormon kelamin (progesteron, estrogen,
testosteron) menurun, produksi aldosteron menurun, fungsi
paratiroid dan sekeresinya tidak berubah, kelenjar pankreas
mengalami penurunan dalam memproduksi insulin dan hormon-
hormon lain di dalam tubuh manusia mengalami penurunan fungsi
(Nugroho, 2008).

20
Pada pengaturan suhu, hipotalamus bekerja sebagai
termostat. Kemunduran terjadi berbagai faktor yang
mempengaruhinya, yaitu temperatur tubuh menurun (hipotermia)
secara fisiologis ± 35oC akibat metabolisme menurun, sehingga
lansia akan menggigil, pucat dan gelisah. Keterbatasan refleks
menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi penurunan aktivitas otot (Nugroho, 2008).

3.6. Konsep Masalah Keperawatan


1. Hipertensi
a. Pengertian hippertensi
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis
(dalam waktu yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit
diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk
mengetahui Hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah
kita secara teratur.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah
meningkat melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal
bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor dapat memicu
terjadinya Hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab
Hipertensi tidak diketahui (Hipertensi essential). Penyebab tekanan
darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut jantung,
peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan
peningkatan volume aliran darah.
Secara umum seseorang dikatakan menderita Hipertensi jika
tekanan darah sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg
(normalnya 120/80 mmHg).

21
b. Penyebab hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, Hipertensi dapat digolongkan
menjadi 2 yaitu :
1. Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari Hipertensi esensial sampai saat ini masih
belum dapat diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut
berperan sebagai penyebab Hipertensi primer, seperti
bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan).
Kurang lebih 90% penderita Hipertensi tergolong Hipertensi primer
sedangkan 10% nya tergolong Hipertensi sekunder.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah Hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan
kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme), dan lain lain. Karena golongan terbesar dari
penderita Hipertensi adalah Hipertensi esensial, maka penyelidikan
dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita Hipertensi
esensial.

Berdasarkan faktor akibat Hipertensi terjadi peningkatan


tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
1) Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih
banyak cairan pada setiap detiknya
2) Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding arteri akibat
usia lanjut. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan
menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang
pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk
melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan
menyebabkan naiknya tekanan.

22
3) Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat
kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh.Volume darah
dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga
meningkat.
Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dibedakan atas yang
tidak dapat dikontrol seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan.
Pada 70-80% kasus Hipertensi primer, didapatkan riwayat
Hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat Hipertensi didapatkan
pada kedua orang tua, maka dugaan Hipertensi primer lebih besar.
Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot
(satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini
menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam
terjadinya Hipertensi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas,
stress, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan
garam. Faktor lingkungan ini juga berpengaruh terhadap timbulnya
Hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan Hipertensi,
diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf
yang bekerja pada saat kita beraktivitas. Peningkatan aktivitas
saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini
belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat
perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini
dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok
masyarakat yang tinggal di kota.

23
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari
populasi Hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai
kaitan yang erat dengan terjadinya Hipertensi dikemudian hari.
Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan
Hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya
pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas
dengan Hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang
mempunyai berat badan normal.
c. Tanda dan Gejala
Gejala-gejala Hipertensi antara lain pusing, muka merah, sakit
kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa
pegal, dan lain-lain. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh
Hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada selaput
bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta
kelumpuhan.

24
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT KOMUNITAS PADA LANSIA

3.1. Pengkajian berdasarkan Anderson Mc.Farlen


3.1.1. Inti Komunitas
a. Sejarah
Desa Pondokrejo merupakan salah satu desa yang terdapat di
Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember. Desa Pondokrejo
merupakan wilayah yang terdiri dari pemukiman, persawahan,
perkebunan, kuburan, pekarangan, taman, perkantoran dan
prasarana umum lainnya. Desa Pondokrejo dibagi menjadi empat
dusun yaitu Dusun Sumberjo, Dusun Pondokmiri, Dusun Glantangan
dan Dusun Kombongan. dan Terdapat 227 warga usia lansia yang
berusia > 56 tahun tahun di Desa Pondokrejo. Dari Hasil distribusi
lansia berdasarkan kebiasaan merokok didapatkan bahwa sebagian
besar orang dewasa memiliki kebiasaan merokok, yaitu sebanyak
64 orang (38,1%) dan lansia sebanyak104 orang(61,9%) tidak
memiliki kebiasaan merokok. Hasil distribusi lansia berdasarkan
alasan lansia tidak merokok didapatkan bahwa untuk menjaga
kesehatan, yaitu sebanyak 76 orang (45,2%), karena pemborosan
sebanyak 3 orang (1,80%) dan karena lain-lain 24 orang (14,3%).
Hasil distribusi lansia berdasarkan diagnosa media didapatkan
bahwa sebagian besar lansia diagnosa medisnya pusing, yaitu
sebanyak 18 orang (10,7%)
b. Demografi

25
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan, terdapat 504 KK
yang dikaji yang terdiri dari1697 penduduk. Perbandingan sex
ratiodari jumlah penduduk yang dilakukan pengkajian. Sebagian
besar penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 825 orang
(48.62%) dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 872 orang (51.38%).
Hal ini menggambarkan pertumbuhan penduduk perempuan lebih
tinggi. komposisi jumlah penduduk berdasar rentang usia dari 1697
penduduk yang dilakukan pengkajian. Sebagian besar penduduk
yang dikaji terdiri dari kelompok usia dewasa sebanyak 931
penduduk (54.9%) dan sebagian kecil terdiri dari kelompok bayi,
batita, balita sejumlah 164 penduduk (9.7%). Data tersebut
menjelaskan kelompok usia produktif menempati urutan jumlah
tertinggi sehingga angka ketergantungan semakin kecil.
c. Etnisitas
Suku di Desa Pondokrejo mayoritas adalah suku Madura.
Beberapa tokoh masyarakat mengatakan bahwa sebagian besar
masyarakat mengkonsumsi makanan yang asin-asin karena faktor
budaya
d. Nilai dan Keyakinan
Penduduk di desa Pondokrejo mayoritas beragama Islam.
Banyak berdiri masjid dan musholla di sekitar perumahan warga.
Para kader posyandu mengatakan bahwa diadakan posyandu lansia
tapi tidak semuanya posyandu diselenggarakan.dan pada umum
nya lansi laki di desa tempurejo memiliki kebiasaan merokok .dan
banyak lansia yang mengalami hipertensi .
3.1.2 Subsistem Komunitas
a. Lingkungan
Desa Pondokrejo memiliki luas wilayah 1.601.053,62 ha
merupakan wilayah yang terdiri dari pemukiman 43.835 ha,

26
persawahan 12,50 ha, perkebunan 1.600.017 ha, kuburan 3,50 ha,
pekarangan 42,835 ha, taman 20 ha, perkantoran 2,70 ha dan
prasarana umum lainnya 10,25 ha. Desa Pondokrejo merupakan
wilayah dengan dataran rendah dengan sebagian besar wilayahnya
digunakan untuk pemukiman dan perkebunan
b. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Distribusi kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit ke
Puskesmas sebanyak 261warga (42,86%). Kebiasaan keluarga
untuk minta tolong bila sakit ke dokter praktik sebanyak 64warga
(12,70%). Kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit ke
perawat sebanyak 101warga (20,01%). Kebiasaan keluarga untuk
minta tolong bila sakit ke bidan sebanyak 107 warga (21,23%).
Kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit ke ke fasilitas lain
sebanyak 9 warga (1,79%).Beberapa tokoh masyarakat
mengatakan bahwa sebagian besar lansia terutama laki-laki
memiliki kebiasaan merokok.dan juga tokoh masyarakat
mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat mengkonsumsi
makanan yang asin-asin karena faktor budaya.di desa pondok rejo
sudah memiliki posyandu namun tdak semua posyandu terdapat
posyadu lansia .dan para lansia di pondok rejo mengatakn tidak ada
kegiatan rutin untuk kesehatan lansia di masyarakat .
c. Ekonomi
Sebagian besar mata pencaharian penduduk yaitu buruh tani
sebanyak 807 orang dan karyawan sebesar 654 orang.
d. Transportasi dan Keamanan
Transportasi di Kecamatan tempurejo desa pondok rejo
mayoritas menggunakan kendaraan roda dua. Sebagian penduduk
juga ada yang menggunakan kendaraan roda empat dalam

27
melakukan mobilisasi, dan ada juga yang hanya berjalan kaki dalam
mengakses pelayanan kesehatan.
e. Politik dan Pemerintahan
Untuk meminimalisir terjadinya hipertensi pada
lansia,pemeritahan desa tempurojo mengadakan posyandu
lansia .walaupun tidak semua posyandu terdapat posyandu lansia
namun hal tersebut dapat membantu mengendalikan hipertensi
pada lansia. Dan juga banyak dilaksanakan program pendidikan
kesehatan mengenai hipiertensi,dan juga kerja sama dengan dinas
pendidikan sehingga desa tempurejo di jadikan tempat untuk
mahasiswa PSIK untuk melakukan praktik profesi ners,yang di
harapkan mampu menambah pengetahuan warga tentang
kesehatan .sehingga derajat kesehatan desa pempurojo menjadi
lebih baik.khususnya pada masalah hipertensi yang di alami oleh
lansia .
f. Komunikasi
Kecamatan tempurojo desa pondok rejo tidak memiliki
telepon umum, karena masyarakat sebagian besar menggunakan
ponsel untuk saling berkomunikasi antar masyarkat.
g. Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Pondokrejo sebagian
besar adalah yang sedang sekolah yaitu sejumlah 530 orang (76,3
%). Sedangkan penduduk yang belum TK sebesar 26 orang,
penduduk TK 96 orang dan tamat S-1 43 orang

h. Rekreasi
Desa Pondokrejo tidak memiliki tempat rekreasi atau fasilitas
rekreasi. Masyarakat Sukowono biasanya pergi ke pantai, atau ke
taman hiburan lain yang letaknya berada di Kecamatan lain.

28
3.2. Diagnosa
Ketidakefektifan koping komunitas pada kelompok lansia di
Desa Pondokrejo Kecamatan Tempurejo terkait dengan adanya
masalah kesehatan seperti pusing, hipertensi, dengan kurangnya
informasi tentang kesehatan lansia di masyarakat.
3.3. Intervensi

N Diagnosa NOC NIC


o Keperawata
n
1 Ketidakefektif Tujuan: 1. Anjurkan tenaga
an koping Setelah kesehatan untuk
komunitas diberikan mengadakan posyandu
pada pendidikan lansia di setiap
kelompok kesehatan posyandu di desa
lansia di Desa tentang pondok rejo
Pondokrejo hipertensi, para 2. Berikan pendidikan
Kecamatan lansia dapat kesehatan tentang
Tempurejo mengetahui bahaya hipertensi
terkait dengan tentang 3. Berikan pendidikan
adanya penyakit kesehatan tentang
masalah hipertensi makanan makanan yang
kesehatan Kriteria hasil: dapat membuat
seperti Minimal 85% hipertensi karena warga
pusing, peserta pondok rejo sangat suka
hipertensi, penyuluhan makanan asin
dengan hadir dan 4. Lakukan pemantauan
kurangnya mampu kesehatan lansia yang
informasi menjelaskan mengalami hipertensi
tentang tentang 5. Anjurkan pemeriksan

29
kesehatan hipertensi tekanan darah untuk
lansia di mencegah hipertensi
masyarakat.
3.3. Implementasi
Komponen implementasi dalam proses keperawatan mencakup
penerapan keterampilan yang diperlukan untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan yang telah dibuat.
Implementasi dilakukan sesuai intervensi yang telah dibuat.
3.4. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan
dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari
rencana keperawatan tercapai atau tidak.dengan kriteria Minimal
85% peserta penyuluhan hadir dan mampu menjelaskan tentang
hipertensi.dan standart yg di gunakan adalah :
1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 60 Tahun 2008
Tentang Pedoman Pembentukan Komisi Daerah Lanjut Usia
Dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam  Penanganan Lanjut
Usia Di Daerah
2. Klasifikasi Hipertensi: Hipertensi ringan (sistolik 140-159
mmHg) dan (distolik 90-99 mmHg), Hipertensi sedang (sistolik
160-179 mmHg) dan (distolik 100-109 mmHg).

30
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Lansia selompok khusus adalah sekelompok masyarakat atau individu yang
karena keadaan fisik mental maupun sosial budaya dan ekonominya perlu
mendapatkan bantuan bimbingan dan pelayanan kesehatan dan asuhan
keperawatan karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan mereka dalam
memelihara kesehatan dan keperawatan terhadap dirinya sendiri
Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena
perbedaan fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi
pada tingkat kemampuan fungsional. Mayoritas merupakan anggota komunitas yang
aktif, terlibat, dan produktif. Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan untuk
merawat diri sendiri, bingung atau merusak diri, dan tidak mampu mebuat keputusan
yang berkaitan dengan kebutuhan mereka.

4.2. Saran
Diharapkan kepada pembaca agar bener-benar memahami tentang asuhan
keperawatan pada lansia yang dilakukan secara koperhesif.

31
Daftar Pustaka
Anderson, E.T. & Mc. Farlane, J.M. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas :
Teori dan Praktek. Jakarta: EGC..
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4.Volume 2.
Jakarta: EGC.
Friedman, M. Marliyin. 2010. Family Nursing Research. Theory and Practice. (5th
Ed). CT : Appleton-Century-Cropts.
Sri Rahayu dkk. 2000. Nutrisi untuk klien Hipertensi. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arief. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius EGC
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. 2002 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono,
Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC].
Kushariyadi. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba
Medika
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik Edisi kedua. Jakarta: EGC

32

Anda mungkin juga menyukai