Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN

INKONTINENSIA URINE

Kelompok 1
Agusriani saragih 17.11.004
Anita anggraini 17.11.016
Ayu andira 17.11.019
Eme triska 17.11.057
Hafni sri meisitho 17.11.070
Iva santika 17.11.081
Kamila 17.11.087
Nia lufi winalda 17.11.132
Melyna afriska emeninta sitepu 16.11.116
Panji al-nahar 17.11.145
Meiman syah kusuma yadin harefa 17.11.234
• Inkontinensia urine merupakan eliminasi urine dari
kandung kemih yang tidak terkendali atau terjadi diluar
keinginan (Brunner and Suddarth, 2002).
• Inkontinensia urine didefinisikan sebagai keluarnya urine
yang tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki
tanpa memperhatikan frekuensi dan jumlahnya,yang
mengakibatkan masalah social dan higienis penderitanya
(FKUI, 2006).

Inkontinensia urine
• Klasifikasi
Klasifikasi Inkontinensia Urine menurut (H. Alimun Azis,
2006)
a. Inkontinensia Dorongan
b. Inkontinensia Total
c. Inkontinensia Stres
d. Inkontinensia refleks
e. Inkontinensia fungsional
Etiologi
Etiologi Inkontinensia Urine menurut (Soeparman & Waspadji Sarwono,
2001) :
a. Poliuria, nokturia
b. Gagal jantung
c. Faktor usia : lebih banyak ditemukan pada usia >50 tahun.
d. Lebih banyak terjadi pada lansia wanita dari pada pria hal ini disebabkan
oleh :
1) Penurunan produksi esterogen menyebabkan atropi jaringan uretra
dan efek akibat melahirkan dapat mgengakibatkan penurunan otot-
otot dasar panggul.
2) Perokok, Minum alkohol.
3) Obesitas
4) Infeksi saluran kemih (ISK)
Tanda dan Gejala
Tanda-tanda Inkontinensia Urine menurut (H.Alimun Azis, 2006)
1) Inkontinensia Dorongan
a) Sering miksi
b) Spasme kandung kemih
2) Inkontinensia total
a) Aliran konstan terjadi pada saat tidak diperkirakan.
b) Tidak ada distensi kandung kemih.
c) Nokturia dan Pengobatan Inkontinensia tidak berhasil.
3) Inkontinensia stres
a) Adanya urin menetes dan peningkatan tekanan abdomen.
b) Adanya dorongan berkemih.
c) Sering miksi.
d) Otot pelvis dan struktur penunjang lemah.
4) Inkontinensia refleks
a) Tidak dorongan untuk berkemih.
b) Merasa bahwa kandung kemih penuh.
c) Kontraksi atau spesme kandung kemih tidak dihambat pada interval.
5) Inkontinensia fungsional
a) Adanya dorongan berkemih.
b) Kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan urin
Patofisiologi
Inkontinensia urine dapat terjadi dengan berbagai manifestasi,
antara lain:
1. Perubahan yang terkait dengan usia pada sistem Perkemihan
Vesika Urinaria (Kandung Kemih).
2. Fungsi otak besar yang terganggu dan mengakibatkan
kontraksi kandung kemih. Terjadi hambatan pengeluaran
urine dengan pelebaran kandung kemih, urine banyak dalam
kandung kemih sampai kapasitas berlebihan.
Pemeriksaan penunjang
Elektrolit, ureum, creatinin, glukosa, dan kalsium serum dikaji untuk
menentukan fungsi ginjal dan kondisi yang menyebabkan poliuria.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan inkontinensia urin adalah untuk mengurangi faktor
resiko, mempertahankan homeostasis, mengontrol inkontinensia urin,
modifikasi lingkungan, medikasi, latihan otot pelvis dan pembedahan.
Dari beberapa hal tersebut di atas, dapat dilakukan sebagai berikut :
Pemanfaatan kartu catatan berkemih yang dicatat pada kartu tersebut
misalnya waktu berkemih dan jumlah urin yang keluar, baik yang
keluar secara normal, maupun yang keluar karena tak tertahan, selain
itu dicatat pula waktu, jumlah dan jenis minuman yang diminum.
Terapi non farmakologi
Dilakukan dengan mengoreksi penyebab yang mendasari timbulnya
inkontinensia urin, seperti hiperplasia prostat, infeksi saluran kemih,
diuretik, gula darah tinggi, dan lain-lain.
Terapi farmakologi
Obat-obat yang dapat diberikan pada inkontinensia urgen
adalah antikolinergik
seperti Oxybutinin, Propantteine, Dicylomine, flavoxate,
Imipramine.
Terapi pembedahan
Terapi ini dapat dipertimbangkan pada inkontinensia tipe
stress dan urgensi, bila terapi non farmakologis dan farmakologis
tidak berhasil.
Modalitas lain
Pemantauan Asupan Cairan
Pada orang dewasa minimal asupan cairan adalah 1500 ml
perhari dengan rentan yang lebih adekuat antara 2500 dan 3500
ml perhari dengan asumsi tidak ada kondisi kontraindikasi.
Pengkajian
1.Identitas Klien
2.Keluhan Utama
3.Riwayat Penyakit Sekarang
4.Riwayat Penyakit Dahulu
5.Riwayat Penyakit keluarga
6.Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik yang digunakan adalah B1-B6 :
B1 (breathing)
B2 (blood)
B3 (brain)
B4 (bladder)
B5 (bowel)
B6 (bone)
Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan tidak
adanya sensasi untuk berkemih dan kehilangan
kemampuan untuk menghambat kontraksi kandung kemih
2) Resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter
dalam waktu yang lama.
3) Resiko kerusakan integitas kulit yang berhubungan
dengan irigasi konstan oleh urine.
4) Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat
Kasus
Ny M (60 thn) datang ke RS. B diantar keluarga. Keluarga mengatakan Ny.
M sering kencing tanpa disadari (ngompol). Klien sendiri mengatakan tidak
bisa menahan jika sudah terasa ingin BAK. Frekuensi berkemih tiap hari 15-
18x/hari. Klien juga mengatakan saat dia bersin, membungkuk, batuk tiba-
tiba keluar sedikit air kencing. Klien memakai popok dan menggantinya 2x
sehari sehingga terasa lembab. Kira-kira Ny.M minumnya tiap hari sekitar
200 ml. Sebelumnya Ny. M ada riwayat hipertensi 2 tahun lalu dan
mengonsumsi obat diuretik. Klien mengatakan disekitar area
genitalia/perineal terasa nyeri, panas dan gatal. Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan data TB&BB Ny M adalah 150cm, 45kg, TD 180/140mmHg,
Nadi 80 x/menit, respirasi 18 x/menit dan suhu 36,50C, output 2100cc.
Terdapat ruam kemerahan pada sekitar area genitalia, kelembaban bibir
kering. Terdapat distensi kandung kemih. Saat ini klien terpasang infuse RL
2000cc/24 jam, kateter indwelling. Kegiatan sehari-hari Ny. M adalah
menjadi guru mengaji, akan tetapi semenjak ia sering mengompol kegiatan
menjadi terganggu.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai