Anda di halaman 1dari 10

NT IN E

INKO
UR IN
NS IA

HERLINA HAMSAH
A1.19.1157
S1. KEPERAWATAN
DEFENIS
I

inkontinensia urine adalah


pengeluaran urin tanpa disadari
dalam jumlah dan frekuensi yang
cukup sehingga mengakibatkan
masalah gangguan kesehatan dan
atau social higine dan ekonomi.
Stress Incontinence (inkontinensia stress) adalah pengeluaran urin
secara tidak sadar yang disebabkam oleh peningkatan tekanan intra
abdominal oleh suatu aktivitas seperti batuk, bersin, tertawa atau
aktivitas lain yang dapat meningkatkan tekanan intra abdominal
(Thomas, 2001)

K Urge Incontinence (inkontinensia mendesak) adalah pengeluaran urin


L secara tidak sadar, disertai oleh keinginan berkemih yang kuat.
A
S
I Overflow Incontinence adalah pengeluaran urin yang tidak disadari
F sebagai akibat dari overdistensi bladder dan pengosongan bladder
I yang tidak sempurna (Hay-Smith et al. 2002).
K
A Transient incontinence biasa disebut sebagai acute incontinence,
S sebenarnya dua terminologi ini berbeda acute incontinence
I merupakan suatu kondisi dimana klien baru mengeluhkan adanya
inkontinensia,
Functional Incontinence adalah inkontinensia yang disebabkan oleh
ketidakmampuan individu untuk mencapai atau menggunakan fasilitas
toileting secara benar, kondisi ini dapat disebabkan oleh gangguan mobilitas
dan atau gangguan fungsi kognitif klien (Doughty, 2006).
ETIOLOGI

Seiring dengan bertambahnya usia, ada beberapa perubahan pada anatomi dan fungsi
organ kemih, antara lain: melemahnya otot dasar panggul akibat kehamilan berkali-
kali, kebiasaan mengejan yang salah, atau batuk kronis. Ini mengakibatkan
seseorang tidak dapat menahan air seni. Selain itu, adanya kontraksi (gerakan)
abnormal dari dinding kandung kemih, sehingga walaupun kandung kemih baru
terisi sedikit, sudah menimbulkan rasa ingin berkemih.
Penyebab Inkontinensia Urine (IU) antara lain terkait dengan gangguan di saluran
kemih bagian bawah, efek obat-obatan, produksi urin meningkat atau adanya
gangguan kemampuan/keinginan ke toilet.
Gagal jantung kongestif juga bisa menjadi faktor penyebab produksi urin meningkat
dan harus dilakukan terapi medis yang sesuai. Gangguan kemampuan ke toilet bisa
disebabkan oleh penyakit kronik, trauma, atau gangguan mobilitas.
Selain hal-hal yang disebutkan diatas inkontinensia urine juga terjadi akibat
kelemahan otot dasar panggul, karena kehamilan, pasca melahirkan, kegemukan
(obesitas), menopause, usia lanjut, kurang aktivitas dan operasi vagina. Penambahan
berat dan tekanan selama kehamilan dapat menyebabkan melemahnya otot dasar
panggul karena ditekan selama sembilan bulan.
PATOFISIOL
OGI

Perubahan terkait usia pada sistem perkemihan


Menurut Stanley M & Beare G Patricia, (2006) dalam Aspiani, (2014) kapasitas
kandung kemih (vesiko urinaria) yang normal sekitar 300-600 ml. Dengan
sensasi atau keinginan berkemih di antara 150-350 ml. Berkemih dapat ditunda
1-2 jam sejak keinginan berkemih dirasakan. Keinginan berkemih terjadi pada
otot detrusor yang kontraksi dan sfingter internal serta sfingter eksternal
relaksasi, yang membuka uretra. Pada orang dewasa muda hampir semua urin
dikeluarkan saat berkemih, sedangkan pada lansia tidak semua urin
dikeluarkan. Pada lansia terdpat residu urin 50 ml atau kurang dianggap
adekuat. Jumlah residu lebih dari 100 ml mengindikasikan retensi urin.
Perubahan lain pada proses penuaan adalah terjadinya kontraksi kandung kemih
tanpa disadari. Pada seorang wanita lanjut usia terjadinya penurunan hormon
estrogen mengakibatkan atropi pada jaringan uretra dan efek dari melahirkan
menyebabkan lemahnya otot-otot dasar panggul.
MANIFESTASI KLINIS

• Inkontinensia urge
Gejala dari inkontinensia urge adalah tingginya frekuensi berkemih (lebih sering dari 2 jam
sekali). Spasme kandung kemih atau kontraktur berkemih dalam jumlah sedikit (kurang dari 100
ml) atau dalam jumlah besar (lebih dari 500 ml).
• Inkontinensia stress
Gejalanya yaitu keluarnya urin pada saat tekanan intra abdomen meningkat dan seringnya
berkemih.
• Inkontinensia overflow
Gejala dari inkontinensia jenis ini adalah keluhan keluarnya urin sedikit dan tanpa sensasi bahwa
kandung kemih sudah penuh, distensi kandung kemih.
•Inkontinensia refleks
Orang yang mengalami inkontinensia refleks biasanya tidak menyadari bahwa kandung
kemihnya sudah terisi, kurangnya sensasi ingin berkemih, dan kontraksi spasme kandung kemih
yang tidak dapat dicegah.
• Inkontinensia fungsional
Mendesaknya keinginan berkemih sehingga urin keluar sebelum mencapai toilet merupakan
gejala dari inkontinensia urin fungsional.
KOMPLIK
ASI

Masalah kulit, seperti ruam, infeksi


kulit dan luka.
Infeksi saluran kemih. Inkontinensia
bisa meningkatkan risiko terjadinya
infeksi saluran kemih berulang.
Mengganggu kehidupan sosial.
Inkontinensia urine merupakan
masalah yang memalukan, sehingga
bisa memengaruhi hubungan sosial,
pekerjaan, dan hubungan pribadi
kamu.
AN
KS
L A
TA N Penatalaksanaan inkontinensia urin
N A AA menurut Aspiani (2014) yaitu dengan
PE
mengurangi faktor risiko,
mempertahankan homeostatis,
mengontrol inkontinensia urin,
modifikasi lingkungan, medikasi,
latihan otot pelvis, dan pembedahan.
Dari beberapa hal tersebut, dapat juga
dilakukan
Pemanfaatan kartu catatan berkemih
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Menurut Artinawati (2014) terdapat beberapa pemeriksaan


penunjang untuk masalah inkontinensia urin, antara lain :
Urinalis Spesimen urin yang bersih
Pemeriksaan darah
Tes laboratorium
Tes diagnostik lanjutan
Tes tekanan uretra
 Imaging tes
Catatan berkemih (voiding record)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai