( INKONTINENSIA URINE )
Dosen Pendamping :
Dini Mei W, S.Kep.,Ns, M.Kep
Disususn :
Dwi Achmad Nugroho (1821008)
1.1.1 DEFINISI
a. Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar, 2006.
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang
berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa usia 60 tahun
adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan
proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan
proses menurunya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam dan luar tubuh.
Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55
tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari
dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).
1.2.1 DEFINISI
Ikontinensia urien adalah ketidak mampuan menahan air kencing. Gangguan ini
sering terjadi pada wanita yang pernah melahirkan dari pada yang belum pernah
melahirkan .( nulipari) . Diduga di sebabkan oleh perubahan otot dan fasia di
dasar panggul. Kebanyakan penderita ikontinensia telah menderita desensus
dinding depan vagina di sertai sisto – uretrokel . Tetapi kadang kadang di jumpai
penderita dengan prolapsus total uterus dan vagina dengan kontinensia urine yang
baik .
1) Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa untuk mengalirkan urine dari ginjal ke kandung kemih
(vesika urinaria), panjangnya sekitar 25 cm dengan penampang 0,5 cm. Ureter
sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga
pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari 3 lapisan :
a.Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b.Lapisan tengah otot polos (smooth muscle)
c.Lapisan sebelah dalam (lapisan mukosa)
2)Vesika urinaria (kandung kemih)
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak
dibelakang simfisis pubis didalam rongga panggul. Bentuk kandung kemih seperti
kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat dan berhubungan dengan ligamentum
vesika umbikalis medius.
3)Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemih keluar dari tubuh. Pada laki-laki uretra berjalan
berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat kemudian menembus lapisan
fibrosa ke bangian penis. Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubis,
berjalan mirirng sedikit kearah atas, panjangnya sekitar 3-4 cm.
1.2.3 Etiologi
Etiologi inkontinensia urine menurut (Soeparman & Waspadji Sarwono, 2001) :
a.Poliuria, noktoria
b.Gagal jantung
c.Faktor usia : lebih banyak ditemukan pada usia > 50 tahun.
d.Lebih banyak terjadi pada lansia wanita dari pada pria hal ini disebabkan oleh:
1)Penurunan produksi esterogen menyebabkan atropi jaringan uretra dan efek
akibat dilahirkan dapat mengakibatkan penurunan otot-otot dasar panggul.
2)Perokok, minum alkohol.
3)Obesitas.
4)Infeksi saluran kemih (ISK)
Penyebab dari kontinensia urinea ini adalah karena adanya kelemahan dari otot
dasar panggul . ini perkaitan dengan dengan anatomi dan jugak fungsi organ
kemih . kelemahan dari otot dasar panggul ini bisa karena beberapa penyebab
yaitu di antaranya kehamilan yang berulang – lulang , keslahan dalam mengedan .
hal tersebut bisa mengakibatkan seseorang tersebut tidak tidak dapat menahan air
seni ( besar) inkontinesia urine juga bisa terjadi karena produksi urin berlebih
karena berbagai sebab . misalnya gangguan metabolik , seperti Diabetes melitus ,
yang harus terus di pantau . sebab lain adalah asupan cairan yang berlebihan yang
bisa di atasi dengan mengurangi asupan cairan yang bersifat di uretika seperti
kafein .
2. Inkontinensia Overflow
Seseorang yang menderita inkontinensia overflow akan mengeluh bahwa urinenya
mengalir terus menerus. Hal ini disebabkan karena obstruksi saluran kemih seperti
pada pembesaran prostat atau konstipasi. Untuk pembesaran prostat yang
menyebabkan inkontinensia dibutuhkan tindakan pembedahan. Dan untuk
konstipasinya relatif mudah diatasi.
3. Inkontinensia Refleks
Ini terjadi karena kondisi sistem saraf pusat yang terganggu, seperti demensia.
Dalam hal ini, pengosongan kandung kemih dipengaruhi refleks yang
dirangsangoleh pengisian. Kemampuan rasa ingin berkemih dan berhenti
berkemih tidak ada. Penatalaksanaannya dengan permintaan untuk miksi secara
teratur setiap jam atau dengan menggunakan diapers ukuran dewasa.
4. Inkontinensia fungsional
Pada klien ini mempunyai kandung kemih dan saluran urine yang utuh dan tidak
mengalami kerusakan persarafan yang secara langsung mempengaruhi sistem
perkemihan tersebut. Kondisi ini muncul akibat ketidakmampuan lain yang
mengurangi kemampuannya untuk mempertahankan kontinensia.
1.3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
inkontinensia pada umumnya biasanya sering atau cenderung terjadi pada lansia
(usia ke atas 65 tahun), dengan jenis kelamin perempuan, tetapi tidak menutup
kemungkinan lansia laki-laki juga beresiko mengalaminya.
2. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi gangguan yang berhubungan dengan gangguan yang dirasakan saat ini.
Berapakah frekuensi inkonteninsianya, apakah ada sesuatu yang mendahului
inkonteninsia (stres, ketakutan, tertawa, gerakan), masukan cairan, usia/kondisi
fisik,kekuatan dorongan/aliran jumlah cairan berkenaan dengan waktu miksi.
Apakah ada penggunaan diuretik, terasa ingin berkemih sebelum terjadi
inkontenin, apakah terjadi ketidakmampuan.
b) Riwayat kesehatan klien
Tanyakan pada klien apakah klien pernah mengalami penyakit serupa
sebelumnya, riwayat urinasi dan catatan eliminasi klien, apakah pernah terjadi
trauma/cedera genitourinarius, pembedahan ginjal, infeksi saluran kemih dan
apakah dirawat dirumah sakit.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit serupa
dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau keturunan, penyakit
ginjal bawaan/bukan bawaan.
c) Kultur Urine
1. Steril.
2. Pertumbuhan tak bermakna ( 100.000 koloni / ml).
3. Organisme.
1.3.4 DIAGNOSA
1. Resiko infeksi berhubungan dengan inkontinensia, imobilitas dalam waktu
yang lama
2. Resiko Kerusakan Integitas kulit yang berhubungan dengan irigasi konstan oleh
urine
3. Ganguan eliminasi urine berhubungan dengan tidak adanya sensi untuk
berkemih dan kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kandung
kemih .
4. inkonteninsia berhubungan dengan kelemahan otot pelvis .
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, 2010. Meraat Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses Keperawatan
Gerontik. Cetakan Pertama. Jakarta : TIM
www.scrib.com ( di unduh, 16 Oktober 2016)