Anda di halaman 1dari 76

TUGAS MANDIRI GIZI DAN DIET

RESUME MODUL

DOSEN PEMBIMBING :

Meiana Harfika, S.K.M., M.Kes

DISUSUN OLEH :

Monika Dian Sugiarti

1820029

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

SURABAYA

4
TAHUN AJARAN 2018-2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa


karena atas rahmat dan bimbingan-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas ini. Tugas yang kami buat ini ditujukan
kepada kami sendiri dan pembaca agar mengetahui informasi
Pengaturan Nutrisi “Gizi & Diet” yang dibimbing oleh Ibu
Meiana Harfika, S.K.M., M.Kes

Dalam menyelesaikan tugas ini, kami mengalami banyak


kesulitan. Namun, berkat bimbingan dari berbagai pihak
akhirnya tugas ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Demikian pula dengan tugas ini, masih banyak kekurangan.


Sehingga saya menantikan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca. Akhir kata saya ucapkan terima kasih dan mohon
maaf sebesar-besarnya kepada pembaca jika ada penulisan yang
salah.

Surabaya, 30 mei 2019

Penyusun

5
DAFTAR PUSAKA

KATA PENGANTAR.........................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................ii

PEMBAHASAN………......................................................................

1. Kebutuhan Nutrisi Pada Ibu Hmil Dan Menyusui..........

2. Nutrisi Sebagai Terapi Penyakit Jantung...........................

3. Nutrisi Sebagai Terapi Penyakit Ginjal……………..........

4. Nutrisi Sebagai Terapi Penyakit Hati………….……........

5. Nutisi Sebagai Terapi Penyakit Diabetes Melitus................

6. Mencegah Dan Menangani Kurangan Vitamin Dan


Cacingan,Kekurangan Kalori Dan Protein,Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium ...................................................................

7. Menerapkan Peran Perawat Dalam Pelaksanaan Diet


Pasien .......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................

6
KEGIATAN BELAJAR I

KEBUTUHAN NUTRISI PADA IBU HAMIL DAN MENYUSUI

1.1 Pengertian Ibu Menyusui

Ibu adalah sebutan untuk orang perempuan yang telah melahirkan kita, wanita yang
telah bersuami, panggilan yang lazim pada wanita (Poerwodarminto, 2003).

Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, panggilan yang lazim pada wanita
baik yang sudah bersuami maupun belum (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001).

Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu
(ASI) dari payu dara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan
menelan susu (http://id.wikipedia.org).

Menyusui adalah memberikan air susu untuk diminum kepada bayi, dan sebagainya dari
buah dada (Kamus Besar Bahasa Indonesia.2001).

ASI menyediakan semua nutris yang dibutuhkan oleh bayi untuk kesehatan dan
tumbuh-kembangnya pada awal-awal kehidupan (0-6 bulan dianjurkan ASI ekslusif.

Sangat penting untuk mengkonsumsi bervariasi makanan termasuk :

a. Buah-buahan dan sayuran (dapat juga dibuat dalam bentuk jus), merupakan
makanan yang kaya serat. Umumnya ibu setelah melahirkan akan mengalami
konstipasi (susah BAB) yang kadang dapat sisertai nyeri. Makanan berserat dapat
mengurangi keluhan ini

b. Makanan yang mengandung karbohidrat seperti nasi, roti, kentang sebagai


sumber energy

c. Sumber protein seperti daging, dan ayam, telur, sebaiknya mengurangi ikan

d. Makanan tambahan seperti susu, keju, suplement calcium

Makan ikan baik untuk kesehatan dan pertumbuhan bayi, tetapi dianjurkan untuk tidak
lebih dari dua porsi dalam seminggu. Ini disebabkan zat-zat polutan yang ada pada ikan
dapat ikut melalui ASI dan dapat membahayakan bayi.

Kacang merupakan penyebab alergi yang paling sering, mengenai sekitar 1% dari
manusia, alergi kacang bisa menyebabkan reaksi yang berat. Bayi anda memiliki resiko

7
tinggi untuk terkena alergi kacang bila anda, suami anda, anak anda yang lain memiliki
riwayat alergi makanan atau alergi lain seperti rhinitis alergika, asma, ekzema.

Jika bayi anda memlikiki resiko tinggi, kacang harus dihindari dari bayi anda dengan cara
anda tidak mengkonsumsi kacang selama menyusui, dan setidaknya anak tidak boleh
makan kacang sampai usia 3 tahun.

Sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi suplement, terutama yang mengandung vit D


minimal 10 mcg perhari.

Tubuh ibu sangat efisien membentuk ASI jadi anda tidak perlu “makan untuk berdua”.
Yang penting makan dengan “diet menu seimbang”.

Kita seharusnya minum 6-8 gelas (1,2 liter) perhari. Jika anda menyusui anda
membutuhkan lebih banyak minum air dari 6-8 gelas. Jika anda haus, ini berarti anda
sudah dehidrasi, jika warna kencing

1.2 Prinsip Gizi Bagi Ibu Menyusui

Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat
dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian ASI berhasil baik, maka berat
badan bayi akan meningkat, integritas kulit baik, tonus otot serta kebiasaan makan yang
memuaskan.

Ibu menyusui tidaklah terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang terpenting adalah
makanan yang menjamin pembentukan air susu yang berkualitas dalam jumlah yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Dalam menyusun menu, penting untuk
memperhatikan syarat-syarat dalam menyusun menu ibu menyusui yaitu : seimbang,
tidak ada pantangan makanan (kecuali ibu memang alergi bahan makanan tertentu),
mudah cerna dan tidak terlalu merangsang pencernaan.

Gizi Seimbang Bagi Ibu Menyusui. Prinsipnya yaitu sama dengan makanan ibu hamil,
hanya jumlahnya lebih banyak dan mutu lebih baik.

• Syarat-syarat bagi ibu menyusui:

1. Susunan menu harus seimbang

2. Dianjurkan minum 8-12 gelas/hari

3. Menghindari makanan yang banyak bumbu, terlalu panas/dingin, tidak


menggunakan alkohol, guna kelancaran pencernaan ibu

4. Dianjurkan banyak makan sayuran berwarna

8
• Bahan makanan yang dianjurkan untuk ibu menyusui:

1. Jumlah dan mutunya lebih banyak daripada saat hamil / keadaan biasa (tinggi
kalori tinggi protein)

2. Bahan makanan sumber kalori : beras, roti, mie, kentang, bihun dan sebagainya.

3. Bahan makanan sumber protein : daging, telur, hati, ayam, ikan, tahu, tempe,
kacang-kacangan sebagainya.

4. Bahan makanan sumber vitamin dan mineral yang dapat meningkatkan produksi
ASI yaitu sayuran yang berwarna hijau/kuning, buah-buahan yang dagingnya berwarna
merah/kuning, misalnya : bayam daun singkong, daun katuk, lamtoro gung tanpa kulit,
pepaya, pisang, jeruk, jambu air, mangga sebagainya.

5. Mengkonsumsi aneka ragam bahan makanan sumber zat besi dalam jumlah yang
cukup setiap harinya misalnya: bayam, daun pepaya, kangkung, kacang merah, kacang
hijau dan kacang tanah. sebagainya.

6. Mengkonsumsi aneka ragam bahan makanan yang mengandung zat kapur/kalsium


misalnya daun singkong, daun katuk, bayam, daun pepaya, singkong, keju, ikan teri dan
susu. sebagainya.

7. Perlu lebih banyak minum air putih untuk membantu memperbanyak produksi ASI

• Bahan makanan yang dibatasi :

a. Bahan makanan yang berbau merangsang : petai, bawang, jengkol.

b. Bahan makanan yang merangsang, misalnya cabe, merica, jahe, karena bisa
menyebabkan bayi mencret.anda pekat ini juga berarti anda kurang minum. Lebih baik
jika anda minum sesaat sebelum menyusui bayi. Air putih, susu dan jus merupakan
pilihan yang baik. Jangan minum alkohol dan kafein (kopi).

1.3 Anjuran dan Pantangan Bagi Ibu Menyusui

Tidak ada makanan yang secara khusus disarankan bagi ibu menyusui. Mereka harus
makan seperti biasanya, dengan menu beragam sesuai pola makan yang seimbang.
Porsinya saja yang perlu ditambah, baik melalui makan besar maupun ‘ngemil’.

Anjuran:

a. Perbanyak minum. Ibu menyusui cenderung untuk merasa cepat haus karena
sebagian air yang diminum dipakai tubuh untuk memproduksi ASI (87% kandungan ASI
adalah air). Tambahkan frekuensi minum sebanyak 4- 5 gelas per hari agar tubuh tidak

9
kekurangan cairan. Selain air putih, susu dan buah juga dapat menjadi sumber cairan. Air
seni ibu hamil yang cukup minum berwarna kuning muda, kecuali bila sebelumnya
mengkonsumsi vitamin B kompleks (menjadi kuning keemasan).

b. Perbanyak frekuensi makan menjadi lima kali: makan pagi, makan siang, snack
sore, makan malam dan snack malam.

c. Perbanyak makanan yang kaya protein dan kalsium. Protein dan kalsium sangat
diperlukan untuk produksi ASI dan pertumbuhan bayi. Kebutuhan protein minimal
adalah 1 gram per kg berat badan. Konsumsi kalsium yang dianjurkan adalah 1.200 mg.
Susu, yoghurt, keju, tahu dan tempe adalah sumber protein dan kalsium yang bagus.
Konsumsi makanan dan buah-buahan yang mengandung Vitamin D, magnesium dan zinc
juga diperlukan untuk memperlancar penyerapan kalsium.

d. Perbanyak makan buah-buahan dan sayuran yang kaya vitamin. Suplemen vitamin
A, C, B1, B2, B12, niasin dan asam folat sangat diperlukan pada masa menyusui.

e. Pastikan kecukupan konsumsi zat besi agar ibu menyusui tidak anemia. Zat besi
banyak terdapat pada sayuran seperti kangkung, bayam dan katuk. Katuk merupakan
sayuran spesial bagi ibu menyusui, karena dalam 100 g daun katuk terdapat sekitar 2.7
mg zat besi dan 204 mg kalsium.

Pantangan:

a. Jauhi makanan yang berkalori rendah agar tidak mengurangi selera makan.

b. Jauhi rokok dan alkohol karena dapat meracuni bayi dan membuat
pertumbuhannya terhambat.

c. Kurangi kafein. Bila ibu menyusui sudah terbiasa minum kopi, batasi konsumsinya
hingga maksimum 2 cangkir per hari. Selain kopi, kafein juga terdapat pada coklat, teh,
beberapa jenis minuman ringan dan obat.

d. Bila bayi mengalami alergi, periksa makanan apa yang telah dikonsumsi ibu.
Hentikan konsumsi makanan yang menimbulkan alergi pada bayi.

e. Jangan minum obat selama masa menyusui, kecuali sudah dikonsultasikan dengan
dokter.

1.4 Kebutuhan Zat Gizi Ibu Menyusui

Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air susu ibu yang
dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui dibanding selama hamil. Rata-rata
kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nurisi baik adalah 70 kal/ 100 ml, dan
kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan. Rata-rata ibu
menggunakan kira-kira 640 kal/ hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/ hari selama 6

10
bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus mengonsumsi
2300-2700 kal ketika menyusui (Dudek, 2001).

Protein. Ibu memerlukan tambahan 20 gram diatas kebutuhan normal ketika menyusui.
Jumlah ini hanya 16 % dari tambahan 500 kal yang dianjurkan.

Cairan. Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Dianjurkan ibu
menyusui minum 2-3 liter per hari, dalam bentuk air putih, susu dan jus buah.

Vitamin dan mineral. Kebutuhan vitamin dan mineral selama menyusui lebih tinggi
daripada selama hamil.

1.5 Status Gizi Ibu Menyusui

Status gizi ibu memberikan peranan yang penting terhadap kuantitas dan kualitas
produksi ASI. Misalnya jika ibu kekurangan kalsium akan menyebabkan kebutuhan
kalsium bayi diambil dari cabang kalsium pada jaringan ibu. Jika hal ini dibiarkan terus
berlanjut maka akan mengakibatkan ibu mengalami osteophorosis dan kerusakan gigi.
Kuantitas produksi ASI di pengaruhi oleh keadaan gizi ibu, ibu dengan gizi baik akan
memproduksi ASI sekitar 600 - 800 ml pada bulan pertama, sedangkan ibu dengan gizi
kurang hanya memproduksi ASI sekitar 500 - 700 ml.

a. Prinsip Gizi Bagi Ibu Menyusui

Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat
dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian ASI berhasil baik, maka berat
badan bayi akan meningkat, integritas kulit baik, tonus otot serta kebiasaan makan yang
memuaskan. Ibu menyusui tidaklah terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang
terpenting adalah makanan yang menjamin pembentukan air susu yang berkualitas
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya.

b. Faktor- faktor yang mempengaruhi produksi ASI

• Pengaruh makanan erat kaitannya dengan volume ASI yang

diproduksi per hari.

• Protein, dengan adanya variasi individu maka dianjurkan

penambahan 15-20 gram protein sehari.

• Suplementasi, jika makan sehari seimbang, suplementasi tidak diperlukan


kecuali jika kekurangan satu atau lebih zat gizi.

• Aktivitas.

• Psikologi

11
• Kesehatan

• Pengetahuan dan Pendidikan tentang pantangan, kesukaan,

kebutuhan

• Sosial ekonomi

• Bayi tidak mau menyusu

• Masalah pada payudara

1.6 Status Gizi Ibu Menyusui

Status gizi ibu memberikan peranan yang penting terhadap kuantitas dan kualitas
produksi ASI. Misalnya jika ibu kekurangan kalsium akan menyebabkan kebutuhan
kalsium bayi diambil dari cabang kalsium pada jaringan ibu. Jika hal ini dibiarkan terus
berlanjut maka akan mengakibatkan ibu mengalami osteophorosis dan kerusakan gigi.
Kuantitas produksi ASI di pengaruhi oleh keadaan gizi ibu, ibu dengan gizi baik akan
memproduksi ASI sekitar 600 - 800 ml pada bulan pertama, sedangkan ibu dengan gizi
kurang hanya memproduksi ASI sekitar 500 - 700 ml.

a. Prinsip Gizi Bagi Ibu Menyusui

Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat
dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian ASI berhasil baik, maka berat
badan bayi akan meningkat, integritas kulit baik, tonus otot serta kebiasaan makan yang
memuaskan. Ibu menyusui tidaklah terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang
terpenting adalah makanan yang menjamin pembentukan air susu yang berkualitas
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya.

b. Faktor- faktor yang mempengaruhi produksi ASI

• Pengaruh makanan erat kaitannya dengan volume ASI yang

diproduksi per hari.

• Protein, dengan adanya variasi individu maka dianjurkan

penambahan 15-20 gram protein sehari.

• Suplementasi, jika makan sehari seimbang, suplementasi tidak diperlukan


kecuali jika kekurangan satu atau lebih zat gizi.

• Aktivitas.

• Psikologi

12
• Kesehatan

• Pengetahuan dan Pendidikan tentang pantangan, kesukaan,

kebutuhan

• Sosial ekonomi

• Bayi tidak mau menyusu

• Masalah pada payudara

1.7 Pengaruh Status Gizi Bagi Ibu Menyusui

Kebutuhan nutrisi selama laktasi didasarkan pada kandungan nutrisi air susu dan jumlah
nutrisi penghasil susu. Ibu menyusui disarankan memperoleh tambahan zat makanan
800 Kkal yang digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk aktivitas ibu itu sendiri.

1. Kebutuhan Gizi Pada Ibu Menyusui

Kebutuhan gizi pada ibu yang sedang menyusui sangatlah harus dipertimbangkan karena
menyangkut gizi anak sebelum lahir dan semasa bayi. Selain itu, ibu yang memiliki gizi
yang cukup juga dapat membantu pemulihan yang lebih cepat pasca persalinan. Selain
itu, produksi ASI juga dapat bertambah. Apabila gizi ibu tidak di penuhi dengan baik
semasa hamil dan menyusui tentu akan menimbulkan dampak negative terhadap status
gizi ibu, kesehatan ibu dan anak karena ASI yang akan dihasilkan akan berkualitas
rendah.

Zat gizi yang dibutuhkan antara lain:

a. Energi

Karena kondisi ibu yang sedang hamil, maka membutuhkan tambahan masukan energi
untuk mencukupi kebutuhan untuk ibu dan janin. Untuk itu dibutuhkan sebesar 700
kkal/jari (6 bulan pertama menyusui). Untuk 6 bulan kedua dibutuhkan sekitar rata-rata
500 kkal/ hari dan pada tahun kedua dianjurkan tambahan sebanyak 400 kkal/hari.

b. Protein

Tambahan protein dibutukan sebesar 16 g/hari untuk 6 bulan pertama. Pada 6 bulan
kedua dibutuhkan protein sekitar 12 g/hari dan untuk tahun kedua dibutuhkan sebesar
11g/hari.

c. Zat besi

Terdapat sebanyak 0,3 mg/ hari dikeluarkan dalam bentuk ASI. Oleh karna itu perlu
ditambahkan dengan basal loss sehari-hari. Rata-rata kebutuhan zat besi untuk 6 bulan

13
pertama menyusui adalah 1,1 mg/hari. Sehingga memerlukan tambahan zat besi
sebesar 5 mg/ hari.

d. Kalsium

Diperlukan tambahan dalam jumlah yang cukup besar sekitar 400 mg, karena dalam
proses produksi ASI, tubuh juga menjaga konsenterasi kalsiun dalam ASI relative konstan
baik dalam kondisi intake kalsium cukup atau kurang. Jika intake kalsium tidak
mencukupi maka kebutuhan kalsium dalam produksi ASI akan diambil dari deposit yang
ada pada tubuh ibu, termasuk dalam tulang.

e. Vitamin D

Penting untuk kesehatan gigi dan pertumbuhan tulang.

f. Vitamin B-6

Memetabolisme lemak dan protein, memfasilitasi pertumbuhan sel, mendukung syaraf


dan sistem kekebalan. Vitamin B-6 sangat dibutuhkan bagi produksi sel darah merah dan
putih.

g. Folic Acid (Asam folat)

Mensintesis DNA dan membantu dalam pembelahan sel.

h. Vitamin B-12

Mendukung sistem saraf dan produksi sel darah merah.

i. Zinc (Seng)

Mendukung sistem kekebalan tubuh yang sehat dan penting dalam penyembuhan luka.

Tabel Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui

Zat gizi 0-6 bulan 7-12 bulan

Energi (kkal) +700 +500


Protein (g) +16 +12
Vitamin (RE) +350 +300
Tiamin (mg) +0,3 +0,3
Riboflavin (mg) +0,4 +0,3
Niasin (mg) +3 +3
Vitamin B-12 (µg) +0,3 +0,3
Asam folat (µg) +50 +40
Vitamin C (mg) +50 +10
Kalsium (mg) +400 +400
Fosfor (mg) +300 +200

14
Magnesium (mg) +40 +30
Besi (mg) +2 +2
Seng (mg) +10 +10
Iodium (µg) +50 +50
Selenium (µg) +25 +20

Kandungan vitamin dan mineral dapat memastikan bahwa ibu dan bayi memperoleh
nutrisi yang mereka butuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.
Semua gizi tersebut dapat didapatkan pada:

a) Sayur-sayuran

Sayuran merupakan sumber utama makanan yang kaya zat besi, serat, asam
folat, beta-carotene, vitamin C, lycopene, flavonoids dan beta-glucans. Makan-makanan
kaya zat besi membantu memelihara tingkat energi Anda sekaligus mampu mencegah
anemia. Folate atau asam folat sangat penting dalam pembentukan sel darah merah.
Jika Anda suka sayuran mentah, coba makan bayam, selada, tomat, ketimun, dan jamur.
Jika Anda memilih sayuran yang telah dimasak, pertimbangkan gambas, kacang polong,
jagung, kentang, dan labu. sebaiknya makan 3-5 hidangan sayuran setiap hari.

b) Buah-buahan

Buah yang sehat dan warnanya terang bagus dikonsumsi setelah makan. Kandungan
vitamin A, B, K, dan C dalam buah baik untuk membangun sistem kekebalan tubuh ibu
dan bayi. Asupan buah juga membantu tubuh penyerapan zat besi. Konsumsi buah-
buahan seperti blueberry dan strawberry sangat disarankan karena mengandung anti
oksidan dan serat tinggi. Buah dapat dimakan dalam keadaan alami, beku atau dijus.
Usahakan makan 3-5 porsi buah setiap hari.

c) Kacang-kacangan

Kacang mengandung banyak protein dan merupakan sumber lemak sehat. Protein
penting memperbaiki sel-sel vital dalam tubuh. Banyak kacang-kacangan yang juga
mengandung vitamin B, E, C, folat, kalium, kalsium, magnesium dan fosfor. Tingkat
cukup kalsium diperlukan untuk membangun tulang yang sehat dan gigi. Kacang juga
baik untuk camilan termasuk kenari, kacang pinus, kemiri, hazelnut, kacang Brasil dan
pistachio.

d) Ikan

Ikan tinggi omega 3 yang penting bagi pertumbuhan bayi. Tapi ingat, menurut US
Environmental Protection Agency (EPA), ibu menyusui tidak boleh makan ikan hiu, ikan
todak, makarel raja, atau ikan ubin karena tingkat kandungan merkurinya sangat tinggi.
Ikan salmon pollock tuna dan ikan patin masih aman dikonsumsi 12 ons seminggu
karena termasuk jenis ikan rendah merkuri.

15
Hal yang paling penting dalam memenuhi gizi adalah menjaga pola makanan bergizi
untuk ibu menyusui, terutama makanan yang banyak mengandung protein, vitamin,
mineral, dan cairan.

Berikut beberapa contoh makanan serta nilai gizi yang dikandungnya

Makanan Jumlah energy

3/4 gelas nasi seberat 100 g 175 Kalori, 4 g protein, dan 40 g


karbohidrat
2 buah kentang berukuran sedang seberat 175 Kalori, 4 g protein, dan 40 g
200 g karbohidrat
2 iris roti seberat 80 g 175 Kalori, 4 g protein, dan 40 g
karbohidrat
5 biskuit kraker seberat 50 g 175 Kalori, 4 g protein, dan 40 g
karbohidrat
1 potong daging ukuran sedang seberat 50 95 Kalori, 10 g protein, dan 6 g lemak
g
1 butir telur ayam negeri seberat 60 g 95 Kalori, 10 g protein, dan 6 g lemak
50 g udang basah 95 Kalori, 10 g protein, dan 6 g lemak
1 buah tahu ukuran besar seberat 100 g 80 Kalori, 6 g protein, 3 g lemak, dan 8 g
karbohidrat
2 potong sedang tempe seberat 50 g 80 Kalori, 6 g protein, 3 g lemak, dan 8 g
karbohidrat
2 1/2 sdm kacang hijau seberat 25 g 80 Kalori, 6 g protein, 3 g lemak, dan 8 g
karbohidrat

Syarat gizi seimbang untuk ibu menyusui

a. Tinggi kalori dan protein

b. Cukup vitamin dan mineral

c. Mudah dicerna dan tidak merangsang

d. Tinggi cairan : 800 – 1000 ml/hr

e. Tinggi konsumsi cairan dan buah segar

f. Susunan menu bervariasi dan seimbang

2. Dampak Kekurangan Gizi Ibu Menyusui

Kekurangan gizi pada ibu menyusui menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu dan
bayinya. Gangguan pada bayi meliputi proses tumbang anak, bayi mudah sakit, mudah

16
terkena infeksi. Kekurangan zat-zat esensial menimbulkan gangguan pada mata ataupun
tulang,

1.8 Pengaruh Status Gizi Ibu Pada Sukses Menyusui

Bila kebutuhan energi wanita usia reproduksi sebesar 2100 kcal / hari, seorang
ibu menyusui memerlukan asupan rata-rata 2700 kcal dalam kesehariannya. Tambahan
sebesar 500 – 700 kkal tersebut tak lain diperlukan untuk keperluan Biosintesis ASI.
Ekstra energi tersebut tidak semuanya harus di dapatkan dari intake makanan yang di
konsumsi ibu menyusui sehari-hari. 200 kcal ternyata telah tersedia di tubuh ibu berupa
cadangan deposit yang telah di bentuk sejak dimulainya proses masa kehamilan. Sisa
300 – 500 kcal / hari lah yang baru di harapkan diperoleh dari intake makanan
keseharian sang ibu. Jadi tidak tepat bila dikatakan seorang ibu menyusui harus makan
dengan porsi besar-besaran agar tidak kelaparan dan produksi ASI lancar.

Saat menyusui minuman keras sebisa mungkin dihindari. Selain itu merokok selama
menyusui dapat membahayakan bayi dan mengurangi produksi susu. Penggunaan pil KB
selama menyusui harus dihindari sebab dampak jangka panjang hormon dalam pil masih
belum diketahui. Pil KB juga diketahui mengurangi produksi susu. Namun, pil POP
(Progesteron Only Pil / low-dose) tidak mempengaruhi produksi susu, dan pada kasus
khusus pil ini boleh di gunakan (misalnya pada kasus ibu Diabetes yang tidak boleh
hamil). Namun, kebanyakan wanita sebaiknya menggunakan metode KB alamiah,
kondom, atau IUD daripada menggunakan KB hormonal.

1.9 Pendidikan Gizi Bagi Ibu Menyusui

1. Buat setiap gigitan berarti.

Makan makanan yang bermanfaat untuk menghasilkan susu yang baik dari segi kualitas
maupun kuantitas dan mempercepat kondisi setelah melahirkan.

2. Semua kalori tidak diciptakan setara.

Memilih makanan yang mengandung kalori sesuai dengan kebutuhan.

3. Jika ibu kelaparan, maka bayi juga kelaparan.

Jangan melewatkan makan jika saat menyusui karena dapat memperpendek umur dan
daya hidup.

4. Menjadi ahli efesiensi.

Memilih makanan yang bergizi tidak harus mahal, yang terpenting sesuai dengan
kebutuhan nutrisi selama laktasi.

17
5. Karbohidrat adalah isu komplek.

Karbohidrat komplek kaya akan vitamin dan mineral, sehingga menghasilkan air susu
yang baik dan cukup.

6. Makanan yang manis belum tentu bermanfaat, bahkan menimbulkan masalah.

Kalori yang berasal dari gula, kurang bermanfaat, konsumsi makanan yang manis
dikurangi.

7. Makanlah makanan yang alami.

makanan olahan biasanya banyak kehilangan nilai gizinya sehingga akan mengurangi
nilai gizi air susu.

8. Buatlah kebiasaan makan yang baik sebagai kebiasaan keluarga, hal ini akan
bermanfaat untuk kesehatan keluarga.

Makanan sehari-hari yang di konsumsi oleh ibu menyusui harus memenuhi syarat menu
seimbang sesuai dengan kebutuhan gizi ibu. Dalam menyusun hidangan untuk ibu
menyusui perlu di perhatikan hal-hal berikut ini :

a. Gunakan bahan makanan yang beraneka ragam

b. Makanan mudah di cerna

c. Bumbu tidak terlalu banyak merangsang

d. Porsi kecil tapi sering

e. Cukup cairan

f. Ibu yang tidak mengalami penyakit tertentu tidak ada pantangan dalam hal
makan

g. Makanan yang seimbang, gerak badan, dan udara segar

h. Menjaga kesehatan jasmani dan rohani

i. Jika ibu terlalu gemuk, kurangi makanan sumber zat tenaga

j. Jika ibu terlalu kurus, tambahkan porsi makan

k. Hindari alkohol karena dapat berakibat bayi mengalami FAS (Fetal Alkohol
Syndrome) dengan tanda-tanda :pertumbuhan lambat, kepala kecil, bentuk wajah
berubah, pertumbuhan sel, serta jumlah produksi sel menurun.

18
SUMBER:

http://id.wikipedia.org

(Poerwodarminto, 2003).

19
KEGIATAN BELAJAR II

NUTRISI SEBAGAI TERAPI JANTUNG

2.1 Difinisi Jntung

Jantung merupakan organ pemompa yang besar yang memelihara peredaran


melalui seluruh tubuh. Jantung berupa otot , berbentuk kerucut, berongga dan dengan
basisnya diatas dan puncaknya dibawah. fungsi dasar jantung adalah memompa darah
merah yang kaya akan oksigen dan nutrisi melalui pembuluh besar ke seluruh tubuh.
Ketika oksigen telah diserap oleh jaringan, pembuluh vena membawa balik darah yang
berwarna biru dan mengandung sedikit sekali oksigen ke jantung.

Jantung mempunyai dua sisi, dimana setiap sisi bekerja sebagai pompa terpisah.
Setiap sisi dibagi lagi menjadi 2 ruangan, jadi keseluruhannya ada 4 ruangan. Dua diatas,
atria, berfungsi sebagai tempat menampung, dua dibawah, ventrical, berkontraksi
memompa darah. Sisi kanan jantung menerima darah dari seluruh tubuh melalui
pembuluh vena dan memompa ke paru untuk mengambil oksigen. Sisi kiri jantung
menampung darah yang balik dari paru-paru dan memompa keseluruh jaringan tubuh
yang memerlukan oksigen.

Untuk bisa mencapai seluruh otot dan organ tubuh yang berbeda-beda, darah
harus dipompa dengan tekanan yang tinggi, seperti yang pasti anda ketahui jika
pembuluh anda pernah terpotong – darah akan muncrat kemana-mana ! Untuk
melakukan ini maka jantung kita sangat kuat, dan tidak seperti otot kaki kita, jantung
tidak pernah lelah. Oleh karena itu otot jantung menuntut suplai darah yang sangat baik,
dan ini disediakan oleh arteri koroner dan cabang-cabangnya.

2.2 Jenis-jenis Penyakit Jantung

1) Penyakit Arteri Koroner

Ini adalah jenis paling umum dari penyakit jantung, di mana dinding arteri
menebal akibat akumulasi lemak. Kondisi ini menghambat jumlah darah yang masuk ke
jantung dan meningkatkan tekanan darah.

2) Trachycardia

Trachycardia pada dasarnya adalah istilah medis untuk peningkatan denyut


jantung. Palpitasi dan detak jantung yang tinggi dapat disebabkan karena beberapa
alasan seperti merokok, alkohol dan stres.

3) Penyakit Otot Jantung

20
Kadang-kadang, otot-otot jantung juga dapat melemah. Dalam hal ini, fungsi
otot-otot jantung akan melambat sehingga tidak mampu memompa darah yang cukup
untuk tubuh.

4) Penyakit Katup Jantung

Jantung memiliki 4 katup. Jika satu atau lebih dari satu katup jantung tidak
bekerja dengan baik, Anda dapat mengalami stroke atau angina.

5) Bradikardi

Bradikardia adalah istilah medis untuk denyut jantung yang lambat. Hal ini
terjadi ketika otot-otot jantung lelah. Alat pacu jantung yang dipasang di jantung dapat
kembali memacu denyut jantung yang melemah.

6) Gagal Jantung

Gagal jantung sering terjadi ketika jantung tidak dapat memompa darah dan
berhenti bekerja. Hal ini bisa terjadi ketika seseorang kehilangan banyak darah, terkejut
atau bahkan karena gangguan paru-paru.

7) Penyakit Jantung Bawaan

Beberapa bayi dilahirkan dengan jantung yang lemah atau lubang di jantung
mereka. Kondisi tersebut dapat diperbaiki dengan operasi, tetapi tidak selalu berhasil.

8) Gangguan Serebrovaskular

Terjadinya hambatan dalam sirkulasi darah dari jantung ke otak, kondisi itu
disebut penyakit serebrovaskular. Jenis penyakit jantung ini sangat berbahaya karena
dapat menyebabkan stroke pada otak.

9) Angina

Angina adalah istilah medis yang menggambarkan rasa sakit dan sesak di sekitar
dada. Ini diarenakan dada Anda tidak mendapatkan cukup oksigen. Kondisi ini paling
sering disebabkan oleh penyumbatan kecil di arteri jantung atau koroner.

10) Penyakit Jantung Rematik

Sebuah jenis tertentu dari infeksi bakteri di masa kecil dapat menyebabkan
mempengaruhi sendi dan katup jantung. Masalah jantung mulai muncul di usia dewasa.
Satu-satunya obat sering penggantian katup jantung dengan bantuan operasi.

11) Aterosklerosis

Aterosklerosis adalah pengerasan arteri. Arteri seringkali mengeras karena


adanya endapan wabah, racun dan lemak. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah dan stroke jantung.

21
Penyakit koroner merupakan penyakit yang isidensinya semakin meningkat
dalam masyarakat modern dengan adanya perubahan pada pola makan dan aktivitas
sehari-hari. Penyakit ini terjadi ketika plak yang berisikan lipoprotein, kolesterol, debris
jaringan, dan kalsium terbentuk dalam permukaan interior pembuluh darah koroner
sehingga terjadi pengerasan dan penyempitan pembuluh koroner yang mempedarahi
otot jantung tersebut. Biasanya plak tersebut terbungkus oleh jaringan ikat yang
dinamakan fibrous cap. Jika jaringan ikatnya tipis dan kemudian pecah, maka timbunan
unsur-unsur di atas akan terlepas ke dalam aliran darah. Karena sel-sel darah merah
tidak bisa dikurangi kecepatannya pada saat berjalan dipembuluh darah,maka plak
tersebut akan menimbulkan aliran turbulensi yang membuat sel-sel darah merah saling
berbenturan.

2.3 Tujuan Diet

a) Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung.

b) Menurunkan berat badan bila terlalu gemuk.

c) Mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air.i atas akan terlepas
ke dalam aliran darah. Karena sel-sel darah merah tidak bisa dikurangi kecepatannya
pada saat berjalan dipembuluh darah,maka plak tersebut akan menimbulkan aliran
turbulensi yang membuat sel-sel darah merah saling berbenturan.

2.4 Syarat Diet

1. Energy cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan


normal.

2. Protein cukup yaitu 0,8 g/kgBB.

3. Lemak sedang, yaitu 25-30% dari kebutuhan energy total, 10%


berasal dari lemak jenuh, dan 10-15% lemak tidak jenuh.

4. Kolesterol rendah, terutama jika disertai dengan dislipidemia.

5. Vitamin dan mineral cukup. Hindari penggunaan supelemen


kalium, kalsium, dan magnesium jika tidak dibutuhkan.

6. Garam rendah, 2-3 g/hari, jika disertai hipertensi atau edema.

7. Makanan mudah dicerna dan tidak menimbulkan gas.

8. Serat cukup utuk menghindari konstipasi.

9. Cairan cukuo, kurang lebih 2 liter/hari sesuai dengan kebutuhan.

22
10. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan
dalam porsi kecil.

11. Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapt
diberikan tambahan berupa makanan enternal, parental, atau suplemen gizi.

2.5 Jenis Diet dan Indikasi Pemberian

a. Diet jantung I

Diet jantung I diberikan kepada pasien penyakit jantung Myocard Infact atau
dekompensasio kordis berat. Diet diberikan berupa 1-1,5 liter cairan/hari selama 1-2
hari pertama bila pasien dapat menerimanya. Diet ini sangat rendah energy dn semua
zat gizi, sehingga sebaiknya diberikan selama 1-3 hari.

b. Diet jantung II

Diet jantung II diberikan dalam bentuk makanan saring atau lunak. Diet
diberikan sebagai perpindahan dari diet jantung I atau setelah fase akut dapat diatasi.
Jika disertai hipertensi atau edema, diberikan sebagai diet jantung II garam rendah. Diet
ini rendah energy, protein, kalsium, dan tiamin.

c. Diet jantung III

Diet jantung III diberikan dalam bentuk makanan lunak atau biasa. Diet
diberikan sebagai perpindahan dari diet jantung II atau kepada pasien jantung dengan
kondisi yang tidak terlalu berat. Jika disertai hipertensi dan atau edema, diberikan
sebagai diet Antung III garam rendah. Diet ini rendah nergi kalsium, tetapi cukup zat gizi
lain.

d. Diet jantung IV

Diet jantung IV diberikan dalam bentuk makanan biasa. Diet diberikan sebagai
perpindahan dari diet jantung III atau kepada pasien jantung dengan keadaan
ringan.jika disertai hipertensi dan atau edema, diberikan sebagai diet jantung IV garam
rendah. Diet ini cukup energy dan zat gizi lain, kecuali kalsium.

2.5 Diet Penyakit Jantung Koroner

1. Ntutrisi preventif

Untuk mencegah penyakit koroner/ kardivaskuler, kita perlu memperhatikan


beberapa hal berikut ini:

23
a. Mempertahankan kadar kolesterol total <200 mg/dL atau rasio kolesterol total
HDL kolesterol <4,5 dan LDL kolesterol <100 mg/dL ( bila pasien pernah mengalami
serangan jantung koroner atau menderita penyakit diabetes).

b. Mempertahankan IMT agar kurang dari 23 dan lingkar perut kurang dari 80 cm
(pada wanita) serta kurang dari 90 cm (pada laki-laki) jika hal ini dimungkinkan.

c. Mengurangi asupan lemak jenuh hingga kurang dari 5% dari total kalori atau
gunakan hanya 2-3 sendok makan minyak perhari. Hindari makanan yang banyak
mengandung lemak jenuh. Cara memasak yang baik untuk mengurangi asupan lemak ini
adalah merebus, mengukus, menanak, menumis, memanggang, membakar dan
memepes.

d. Jika kadar trigliserida tinggi, kurangi konsumsi hidratang sedrhana seperti gula
pasir, gula aren, madu, makanan manis lainnya. Perbanyak konsumsi hidratang
kompleks seperti sayuran, buah, dan sereal atau biji yang utuh serta makanan berserat
lainnya (agar-agar, kolang-kaling, selasih, rumput laut, cincau).

e. Jika kadar homo sistenin dalam darah tinggi, diet yang dapt dilakukan untuk
menurunkannya adalh dengan meningkatkan konsumsi makanan nabatu yang kaya akan
asam folat dan vitamin B6 seperti sauran hijau serta biji-bijian atau kacang-kacangan
yang utuh.

f. Makan makanan yang banyak mengandung nutrient antioksidan seperti vitamin


E, C dan beta karoten yang akan mengurangi kadar LDL teroksidasi. LDL teroksidasi lebih
sukar difagositosis oleh sel-sel fagosit seperti makrofag daripada LDL biasa sehingga
bentuk teroksidasi ini lebih bertahan dalam serum.

g. Pertimbangkan suplementasi 500 mg vitamin C dan 200 IU vitamin E per hari.

h. Lakukan olahraga aerobic selama 30 menit per hari.

2. Nutrisi kuratif

Terapi nutrisi harus ditujukan kepada hal-hal berikut ini :

a. Kurangi asupan kolesterol hingga <300 mg/dL. Paa pasien diabetes dengan
dislipidemia, asupan kolesterolnya harus dikurangi hingga dibawah 200 mg/hari.

b. Kurangi asupan total lemak hingga kurang lebih 20% dari total kalori.

c. Kurangi asupan lemak jenuh hingga di bawah 5% dari total kalori.

d. Tingkatkan asupan serat khususnya serat larut hingga 2-35 gr/hari untuk
mengikat kolesterol yang dihasilkan oleh tubuh sendiri dala bentuk garam empedu
sehingga kolesterol ii tidak diserapkembali oleh usus.

24
e. Tingkatkan konsumsi ikan, khususnya ikan laut yang kaya akan asam lemak
omega-3, paling tidak 2-3kali seminggu.

f. Ganti konsumsi daging merah dengan daging putih seperti ayam kampung dan
ikan atau dengan protein nabati seperti tempe atau tahu ( kedelai mengandung soya-
lecithine dan isoflavon yang dapat menurunkan kadar LDFL kolerterol)

g. Terapi diet dan olahraga harus dicoba terlebih dahulu sebelum menggunakan
obat-obat penurun kolesterol.

3. Preskripsi diet

a. Sering mengkonsumsi buah dan sayuran.

b. Sering memakan lalapan, buatlah minuman dari rumput laut, kolang kaling,
selasih, cincau,dll tanpa menggunakan sirup yang berlebihan.

c. Gunakan roti dari biji gandum yang utuh.

d. Makan makanan sereal berserat tinggi seperti havermout pda waktu sarapan.

e. Ganti daging merah dengan daging putih seperti ayam kampong. Jangan
mengkonsumsi bagian kepala, ekor, dan kulit.

f. Jangan menggoreng makanan dengan banyak minyak atau dengan jelantah.


Gunakan minyak dalam jumlah sedikit sekali pakai. Kalu dapat, pilih minyak tak jenuh
tunggal seperti minyak zaitun dan minyak kacang yang dikonsumsi sebagai dressing
salad atau steak.

g. Gunakan susu skim, susu kedelai, atau yogurt non-fat dari pada susu fullcream.

h. Gunakan bumbu kacang/mete yang disangrai jika ingin membuat gado-gado.

i. Lebih baik gunakan bumbu seperti kunyit, bawang putih,dll untuk memepes ikan
daripada menggorengnya dengan mentega atau margarine.

j. Biasakan jalan kaki daripada naik kendaraan, menggunakan tangga daripada


lift/elevator dan biasa melakukan olahraga secara teratus seperti berenang, bersepeda,
berlari kecil, senam,dll.dari diet jantung III atau kepada pasien jantung dengan keadaan
ringan.jika disertai hipertensi dan atau edema, diberikan sebagai diet jantung IV garam
rendah. Diet ini cukup energy dan zat gizi lain, kecuali kalsium.

2.6 Bahan Makanan Yang Dianjurkan Dan Tidak Dianjurkan

Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan


Sumber Karbohidrat Beras ditim/disaring, roti, Makanan yang
kentang, macaroni, biscuit, mengandung gas atau

25
tepung beras/terigu/sagu, alcohol seperti; ubu,
gula pasir, gula merah, madu, singkong, tape singkong,
dan sirup dan tape ketan.
Sumber Protein Hewani Daging sapi, ayam dengan Daging sapi dan ayam
lemak rendah, ikan, telur, yang berlemak; gajih,
susu rendah lemak dalam sosis, ham, hati, limpa,
jumlah yang telah ditentukan. babat, otak, kepiting dan
kerang, keju dan susu
penuh.
Sumber Protein Nabati Kacang-kacangan kering, Kacang-kacangan kering
seperti; kacang kedelai dan yang mengandung lemak
hasil olahannya, seperti tahu cukup tinggi seperti
dan tempe. kacang tanah, mete dan
kacang bogor.
Sayuran Sayuran yang tidak Semua sayuran yang
mengandung gas, seperti; mengandung gas,seperti;
bayam, kangkung, buncis, kol, lobak, sawi, nangka
wortel, tomat, tauge. muda.
Buah Semua buah segar seperti; Buah-buah segar yang
pisang papaya, jeruk, apel, mengandung alcohol
melon seperti durian, nangka
matang.
Lemak Minyak Minyak kelapa sawit dan
jagung,kedelai,margarine minyak kelapa, santan
mentega dalam jumlah kental.
terbatas,kelapa/santan dalam
jumlah terbatas.
Minuman Teh encer, coklat, sirup. Kopi kental, minuman
yang mengandung soda.

SUMBER

Alnatsier, Sunita, dkk. 2004. Penuntun Diet. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi Dan Diet Rumah Sakit. EGC: Jakarta

26
KEGIATAN BELAJAR III

NUTRISI SEBAGAI TERAPI PENYAKIT GINNJAL

3.1 Pengertian

Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal
yang bersifat menahunberlangsung progresif, dan cukup lanjut. Gagal ginjal kronik atau
penyakit renal tahap akhirend stage renal disease (ESRD) merupakan gangguan fungsi
renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan ginjal gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan
uremia retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah.

Organ ginjal juga berfungsi untuk mengatur tekanan darah, memproduksi vitamin D,
menghasilkan hormone eritropoeitin yang berfungsi untuk membentuk sel darah merah,
serta mengatur keseimbangan airdan elektrolit dalam tubuh, mengatur konsentrasi
garam dalam darah, serta mengekresikan bahan buangan dan kelebihan garam di dalam
tubuh melalui urin. Dari paparan ginjal oleh para ahli maka peneliti berkesimpulan
bahwa ginjal memiliki peranan dan fungsi yang sangat penting dalam tubuh manusia,
untuk itu jika ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik maka akan menimbulkan penyakit
gagal ginjal.

3.2 MANIKLINIS

Ginjal bertindak sebagai sistem filtrasi dari tubuh manusia dan menghilangkan kotoran
dari darah, sehingga sangat penting bahwa mereka berfungsi dengan baik. Namun,
penurunan fungsi ginjal dapat terjadi pada pria dan wanita karena berbagai penyebab.
Memahami penyebab ini dapat membantu orang mengambil tindakan pencegahan
untuk melestarikan fungsi ginjal mereka. Ginjal melakukan fungsinya 100% dari masing-
masing kerja ginjal yang berfungsi 50%. Ginjal melakukan fungsi pada aktifitas sehari-
hari hanya 25%, sedangkan 75% hanya untuk cadangan apabila ginjal gagal fungsinya
(Endang, 2012). Apabila fungsi ginjal

hanya hanya sebesar 25% tanpa ada cadangan 75%, itu berarti ginjal mengalami
penurunan dan gagal fungsi. Namun pada kondisi seperti ini, pasien belum merasakan
kesakitan, akan tetapi jika gagal ginjal hanya dimiliki 15% untuk melakukan fungsinya
maka akan menimbulkan kesakitan pada tubuh manusia. Ginjal yang mengalami
gangguan akan terlihat jelas pada pasien.

Gejala yang dirasakan pasien biasanya sudah di tahap akhir. gejala bervariasi dari ringan
sampai berat tanda-tanda berkurangnya fungsi ginjal tersebut, seperti pembengkakan
tubuh, sesak nafas, rasa mual muntah, dan penurunan kesadaran. Selain itu juga terlihat
gejala seperti pucat dan lemah yang dikarenakan oleh jumlah sel darah merah berkurang
akibat hormone erittropoitein mengalami penurunan sehingga kadar hemoglobin (Hb)

27
juga akan turun. Pada penyakit ginjal kronis terjadi kerusakan regional glomerolus dan
penurunan Gromerular filtration rate (GFR). yang dapat berpengaruh terhadap
pengaturan cairan tubuh, keseimbangan asam basa, keseimbangan elektrolit, sistem
hematopoesis dan hemodinamik, fungsi ekskresi dan fungsi metabolik endokrin.
Sehingga menyebabkan munculnya beberapa gejala klinis secara bersamaan, yang
diebut sebagai sindrom uremia.

Penyakit gagal ginjal kronik terjadi setelah sejumlah keadaan yang menghancurkan
massa nefron ginjal, dimana mencakup penyakit renal (disebabkan oleh virus, bakteri,
protozoa, dan genetic) dan non renal (trauma, sumbatan, penyakit sistematik,
nefrotoksik). Pasien GGK stadium 1 sampai 3 (dengan GFR ≥ 30 mL/menit/1,73 m2)
biasanya memiliki gejala asimtomatik. Pada stadium-stadium ini masih belum ditemukan
gangguan elektrolit dan metabolik. Sebaliknya, gejala-gejala tersebut dapat ditemukan
pada GGK stadium 4 dan 5 (dengan GFR < 30 mL/menit/1,73 m2) bersamaan dengan
poliuria, hematuria, dan edema. Selain itu, ditemukan juga uremia yang ditandai dengan
peningkatan limbah nitrogen di dalam darah, gangguan keseimbangan cairan elektrolit
dan asam basa dalam tubuh yang pada keadaan lanjut akan menyebabkan gangguan
fungsi pada semua sistem organ tubuh. Kelainan hematologi juga dapat ditemukan pada
penderita ESRD. Anemia normositik dan normokromik selalu terjadi, hal ini disebabkan
karena defisiensi pembentukan eritropoetin oleh ginjal sehingga pembentukan sel darah
merah dan masa hidupnya pun berkurang. Perjalanan umum pada gagal ginjal kronis
dapat di bagi mnjadi tiga stadium :

a. Stadium 1: Penurunan cadangan ginjal, selama stadium ini kreatinin serum dan
kadar blood urea nitrogen (BUN) normal. Penderita asimtomatik gangguaan fungsi ginjal
diketahui dengan tes pemekatan urine yang lama.

b. Stadium 2: Insufisiensi ginjal, dimana lebih dari 75% jaringan telah rusak (GFR
besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini kadar BUN dan kreatinin mulai meningkat.
Azotemia ringan kecuali jika stress (infeksi, payah jantung), nokturia dan poliuria karena
gagal pemekatan.

c. Stadium 3: Uremia dimana 90% massa nefron telah hancur. GFR 10% dari
normal, krelin kreatinin < 5-10 ml/menit. BUN dan kreatinin meningkat sangat
menyolok. Urine BD = 1,010, oliguria < 50 ml/24 jam, terjadi perubahan biokimia yang
komplek dan gejalanya. Perjalanan umum penyakit gagal ginjal kronik dapat dilihat dari
urea dalam darah, proses kliren kreatininnya dan laju filtrasi glomerular (LFG), LFG
adalah banyaknya volume darah yang disaring oleh glomerulus dalam suatu waktu.

3.1 Jenis penyakit gagal ginjal.

28
Gagal ginjal dapat terjadi secara langsung (akut) atau dalam jangka waku yang
lama (kronis). Gagal ginjal akut terjadi akibat penurunan fungsi glomerular dan
tubular yang terjadi secara mendadak, berakibat pada kegagalan ginjal untuk
mengekresikan produk sisa nitrogen dan menjaga homeostatis cairan dan
elektrolit. Gagal ginjal akut dapat disebabkan karena terjadinya penurunan aliran
darah, yang dapat merupakan akibat dari infeksi yang parah (serious injury),
dehidrasi, daya pompa jantung menurun (kegagalan jantung), tekanan darah yang
sangat rendah (shock), atau kegagalan hati (sindroma hepatorenalis). Gagal ginjal
aku juga dapat dikarenakan oleh adanya zat-zat yang menyebabkan kerusakan
atau trauma pada ginjal, seperti kristal, protein, atau bahan lainya dalam ginjal.
Penyebab gagal ginjal akut lainnya yaitu terjadi penyumbatan yang menghalangi
pengeluaran urin dari ginjal, misalnya karena adanya batu ginjal, tumor yang
menekan saluran kemih, atau pembengkakan kelenjar prostat.

Berdasarkan penyebabnya, gagal ginjal akut dapat dibagi menjadi prerenal,


intrarenal dan postrenal. Klasifikasi faktor penyebab prerenal adalah akibat
turunnya aliran darah yang mendadak ke ginjal seperti gagal ginjal. Shock atau
kehilangan darah akibat lesi atau trauma. Faktor intrarenal yang dapat
menyebabkan gagal ginjal akut antara lain infeksi, racun, oat atau trauma
langsung yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan ginjal. Sedangkan
faktor postrenal yang dapat menyebabkan gagal ginjal akut adalah berbagai faktor
yang dapat mencegah pengeluaran urin (retensi urin) akiat dari ostruksi
(sumbatan) pada saluran kencing.

Penyakit ginjal kronis adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3
bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti
proteinuria. Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis

penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60
ml/menit/1,73 m2. Penyebab dari gagal ginjal kronis secara umum disebabkan
oleh DM dan hipertensi yang di perkirakan menyebabkan 26-43% dari ginjal
kronis. Kondisi lain yang dapat menyebabkan gagal ginjal kronis adalah adanya
inflamasi (radang), immunological (autoimmun) atau penyakit keturunan yang
berhubungan dengan ginjal. Pada beberapa kasus, pasien dengan gagal ginjal

29
kronis diikuti dengan gagal ginjal akut. Pada pasien dengan penyaki gagal ginjal
kronik, klasifikasi stadium ditentukan oleh nilai laju filtrasi glomerulus, yaitu
stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai laju filtrasi glomerulus yang lebih
rendah, seperti terlihat tabel 1. Klasifikasi tersebu memagi penyaki ginjal dalam
lima stadium.

Tabel 1. Laju filrasi glomerulus dan stadium penyaki gagal ginjal kronik.

Stadium Fungsi Ginjal Laju filtrasi glomerulus


(ml/menit/1,73m2)
Risiko meningkat Normal >90 (terdapat factor
resiko)
Stadium 1 Normal/meningkat >90 (terdapat kerusakan
ginjal,proteinuria)
Stadium 2 Penurunan ringan 60-89
Stadium 3 Penurunan sedang 30-59
Stadium 4 Penurunan berat 15-29
Stadium 5 Gagal ginjal Kurang lebih

1. Gangguan Elektrolit Dan Hormone

Gangguan cairan dan elektrolitjarang terjadi kecuali pada tahap akhirdari gagal
ginjal. Akibat turunnya GFR, peningkatan aktifitas oleh beberapa nefron menjadi
hal yang penting dalam ekskresi elektroit. Beberapa hormon juga membantu
dalam mengatur level elektroit, akan tetapi hal ini juga dapat menyebabkan
gangguan pada sistem hormon tersebut. Peningkatan sekresi hormon aldosteron
dapat membantu mencegah peningkatan kadar kalium serum tetapi dapat
menyebabkan hipertensi. Peningkatan sekresi horon paratiroid dapat membantu
mencegah dari peningkatan kadar phosphate serum akan tetapi dapat berdapak
pada renal osteodystrophy. Ketidakseimbangan elektorit dapat menyebabkan
penurunan GFR ketika aktivitas dari hormon adekuat atau ketika konsumsi air dan
elektrolit dibatasi atau berlebihan.

2. Renal Osteodystrophy

30
Merupakan gangguan pada tulang yang disebabkan akibat dari aktivitas dari
hormon paratiroid. Hormon paratiroid akan menyebabkan keluarnya poshphate ke
dalam urin tetapi menyebabkan pembongkaran kalsium dari dalam tulang. Selain
itu hormon ini juga dapat menyebabkan turunnya kadar kalsium dalam serum,
asidosis, dan gangguan aktifasi vitamin D di dalam ginjal.

3. Sindrom Uremia

Uremia timbul pada saat evel terakhir dari penyakit gagal ginjal kronis GFR ginjal
sudah dalam kondisi dibawah 15 mL/menit/ dan BUN melebihi dari 60 mg/dl.
Beberapa gangguan, gejala dan komplikasi yang berkembang akibat kondisi ini
disebut dengan sindroma uremia. Uremia dapat menyebabkan disfumgsi mental
dan perubahan pada neuromuskuler seperti kram pada otot, kelemahan pada otot
lengan dan nyeri. Komplikasi lainnya akibat dari uremia adalah;

a) Gangguan sintesis atau pembentukan hormon. Gangguan ini meliputi


gangguan pembentukan hormon pengakif vitamin D dan erythropoietin yang
berfungsi pada pembentukan sel darah merah. Akibatnya akan terjadinya anemia
dan osteoporosis akiat hilangnya kalsium dari tulang.

b) Gangguan degradasi hormon. Gangguan pada perkembangan cairan,


pengaturan kadar glukosa darah dan metabolisme zat gizi.

c) Abnormalitas pendarahan. Turunnya fungsi platelet dan faktor pembekuan


dapat menyebabkan pembekuan darah akibat luka yang lama yang dapat
berkontribusi pada anemia dan pendarahan pada saluran cerna.

d) Peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler. Faktor resiko ini antara lain


hipertensi, peningkatan kadar insulin (resistensi insulin) dan kadar lipid darah
yang tidak normal.

e) Penurunan fungsi imunitas tubuh. Pasien dengan uremia memiliki imunias


yang rendah dan sangat berpontesi untuk terjadinya infeksi yang lebih sering
menyebabkan kematian pada pasien.

4. Protein Energi Malnutrisi

31
Pasien dengan gagal ginjal kronis biasanya akan berkembang PEM dan wasting.
Beberapa studi memperkirakan bahwa pasien dengan gagal ginjal kronis akan
memiliki asupan energi dan protein yang tidak cukup bahkan pada saat awal
berkembangnya penyakit. Anoreksia merupakan salah satu faktor penyebab dari
rendahnya konsumsi makanan dan dapat berakibat pada gangguan hormonal.
Faktor penyebab lainnya adalah nausea dan vomiting, pembatasan diet, uremia
dan pengobatan. Kehilangan zat gizi dapat memberikan konstribusi pada
malnutrisi dan disebabkan akibat dari vomiting, diare, pendarahan
gastrointestinal, concurrent catabolic illness dan dialisis.

Tidak seperti pada gagal ginjal akut yang penurunan fungsi ginjal terjadi secara
cepat atau tiba-tiba, pada GGK dikarakteristikan dengan penurunan fungsi ginjal
secara bertahap dan irreversible. Pada penderita GGK, penderita tidak
menunjukkan gejala-gejala yang tampak seperti pada pasien dengan gagal ginjal
akut. Gejala ini baru timbul setelah ginjal mengalami penurunannya fungsinya
sebesar 75%. Oleh karena itu, pengkajian klinik sangat bergantung pada
pemeriksaan penunjang, meski anamnesis yang teliti sangat membantu dalam
upaya menegakkan diagnosis yang tepat. Sebagian besar individu dengan stadium
dini penyakit GGK tak terdiagnosis. Deteksi dini kerusakan ginjal sangant penting
untuk dapat memberikan pengobatan segera, sebelum terjadi kerusakan dan
komplikasi lebih lanjut

3.2 Kebutuhan Nutrisi Pasien Gagal Ginjal

1. kebutuhan energi

Beberapa studi menemukan kebutuhan kalori untuk pemenuhan pasien dengan


hemodialisis dalam kondisi metabolik yang seimbang. Menurut National Kidney
Foundations, kebutuhan kalori pada pasien gagal ginjal pada hemodialisis dala0
kondisi metabolik yang seimbang adalah30-35 kalori/kg. Sedangkan pada pasien
yang dihemolisis dengan menggunakan metode CAPD, sekitar 200-300 kalori dari
dekstrose dalam larutan diaslate. Sehingga kalori ini perlu diperhatikan.
Sedangkan pada pasien dengan gagal ginjal akan mengalami oedema, sehingga

32
perlu diketahui berat badan aktual pasien agar pemenuhan kebutuhan energi dapat
diketahui berdasarkan National Kidney Foundation dan data NHANES II apabila
berat pasien (95%) 115%, maka berat badan perkiraan (berdasarkan perhitungan
rumus) digunakan dalam menentukan energi. Rumus unuk mengetahui berat
badan perkiraan adalah sebagai berikut;

badan ideal +[(aktual edema-free weight-ideal weight)x 0,25]

2. Kebutuhan Protein

Kebtuuhan protein pada pasien gaga3 ginjal sangat bergantung pada jenis gagal
ginjalyang dialami oleh pasien dan jenis dialisis yang dilakukan oleh pasien. Pada
pasien dewasa dengan GGK yang tidak menerima dialisis, maka konsumsi
nirogen per kilogram bahan makanan adalah 0,6 gram apabila kebutuhan kalori
terpenuhi dan protein yang dikonsumsi harus berasal dari protein dengan nilai
biologis yang tinggi. Penurunan asupan protein dapat mereduksi sindrom uremik
dan menghambat diaslisis pada pasien dengan GGK yang stabil. Akan tetapi,
penurunan asupan protein ini tidak diharapkan karena dapat menimbulkan
malnutrisi atau intake kalori yang tidak adekuat.

Kebutuhan protein pada pasien dengan GGA adalah sekitar 0,6-0,8 gram per
kilogram berat badan tubuh apabila fungsi ginjal sudah menurun dan tidak
mengalami dialisi. Sedangkan apabila fungsi ginjal sudah membaik dan terdapat
perlakuan dialisis maka kebutuhan protein adalah 1,2-1.3 gram per kilogram berat
badan.

Pada pasien dengan hemodialisis, maka kebutuhan kalori sebesar 1,2 gram per
kilogram berat badan per hari untuk pasien dengan dialisis yang stabil dan sebesar
1,2-1,3 gram untuk pasien dengan heodialisis perioneal yang stabil. Pasien dengan
malnutrisi, acute cataboloc illness atau luka postoperatif sebaiknya mendapat
protein lebih dari 1,3 gram per kilogram berat badan per hari. Sebuah studi
menunjukkan konsumsi protein sebesar 2-2,5 gram per kilogram berat badan per
hari dapat memperbaiki keseimbangan Nitrogen pada pasien dengan GGA. Akan
tetapi, konsumsi pritein diatas 1,5-1,6 gram per hari per kilogram berat badan
akan meningkatkan frekuensi dari dialisis.

33
3. Kebutuhan Vitamin

Pasein dengan gagal ginjal sangat resiki unuk defisiensi beberapa mikronutient.
Pasien dengan dialisis dapat kehilangan vitamin larut air seperti thiamine, asam
folat, psyridoxine dan asam askorbat (vitamin C). Akan tetapi, pasien dengan
gagal ginjal akan menyebabkan turunnya ekskresi vitamin A dan menyebabkan
hypervitaminosis A. Sehingga konsumsi vitamin A perlu mendapat perhatian.
Vitamin E sangat dibutuhkan sebagai antioxidan sehingga mencegah asidosis pada
pasien. Konsumsi vitamin E sebesar 300-800 IU dapat mencegah oksidasi pada
sel. Akan tetapi, hal ini masih menjadi sesuatu yang controversial.

Vitamin D merupakan vitamin yang mengalami defisiensi karena salah satu fungsi
ginjal adalah untuk aktivasi dari vitamin D. Selain iu, meningkatnya level PTH
(pituitary hormone) akan menyebabkan vitamin D menurun. Pasien dengan
penurunan fungsi ginjal kronis (GFR 20-60 Ml/min) yang disertai dengan
meningkatnya level PTH harus dilakukan pengecekan vitamin D dalam bentuk
25-Hidroksi kolekalsiferol atau 25-OH vitamin D. Pasien dengan kadar 25-OH
vitamin D <75>.

Berikut adalah rekomendasi intake vitamin pada pasien dengan hemodialisis.

Tabel 2. Rekomendasi intake vitamin pasien hemodialisis.

Vitamin Rekomendasi
Thiamin 1,1-1,2 mg/hari
Riboflavin 1,1-1,3 mg/hari
Niacin 14-16 mg/hari
Asam pantotenat 5 mg/hari
Piridoksin 10 mg/hari
Sianokobalamin 2,4 mg/hari
Biotin 30 mg/hari
Asam askobat 75-90 mg/hari
Asam folat 1 mg/hari
Zink 15 mg/hari

4. Kebutuhan Mineral

a. Kalsium

34
Kalsium adalah mineral yang sangat penting untuk pembentukan tulang yang
kuat. Namun makanan yang mengandung kadar kalium yang baik biasanya juga
mengandung kadar fosfat yang tinggi. Untuk itu cara terbaik untuk mencegah
hilangnya kalsium adalah denagn membatasi asupan makanan yang mengandung
fosfat yang tinggi. Untuk menjaga keseimbangan kadar kalsium dan fosfat
biasanya penderita diminta mengkonsumsi obat pengikat fosfat (phosphate binder)
dan bijaksana dalam mengkonsumsi makanan.

Pemasukan kalsium sebanyak 1000 mg/hari diperlukan untuk mencegah atau


menunda kemajuan dari osteodistrofi ginjal atau demineralisasi tulang. Akibat
dari asidosis kronis dan gangguan metabolisme vitamin D. Karena pemasukan
susu biasanya dibatasi hanya 1 mangkuk sehari untuk mengurangi pemasukan
protein dan fosfat, maka diperlukan suplemen tambahan kalsium. Suplemen
kalsium tidak boleh diberikan bila kadar fosfat serum tidak terkontrol, karena
bahaya terjadinya presipitasi kalsium dalam ginjal.

b. Fosfat

Seperti juga ureum, ginjal yang rusak tidak lagi mampu untuk membuang fosfat
dari darah yang menyebabkan tingginya kadar fosfat dalam darah. Kadar fosfat
yang tinggi dapat menyebabkan tubuh kehilangan kalsium dari tulang. Efeknya
adalah tulang menjadi sangat lemah dan mudah patah. Untuk mengontrol kadar
fosfat dalam darah, penderita seyogyanya mengkonsumsi makanan yang
mengandung kadar fosfat yang rendah. Fosfat terdapat di sebagian besar makanan
namun pada beberapa jenis makanan berikut ini terkandung kadar fosfat yang
tinggi yaitu;

a) Produk susu seperti susu, keju, pudding, yogurt, dan ice cream.

b) Kacang-kacangan dan selai kacang.

c) Minuman seperti bir, cola maupun jenis soft drink lainnya.

Progesteron dari insufisiensi ginjal tampak lebih lambat dengan diet yang
mengandung fosfat kurang dari 600 mg/hari. Dengan mengurangi jenis makanan

35
yang disebukan diatas cukup untuk membatasi protein yang masuk, dan
memungkinkan tercapainya kadar pemasukan yang diinginkan.

Antasida aluminium hidroksida diberikan secara oral bila diperlukan untuk


mengikat fosfat makanan dan mencegah absorpsinya. Aluminium hidroksida ini
dapat ditambahkan dalam adonan kue supaya dapat lebih mudah diteroma oleh
pasien. Namun, kecenderungan saat ini adalah lebih banyak menurunkan kadar
fosfat dari makanan dan minuman daripada penggunaan zat pengikat secara rutin.
Penggunaan aluminium hidroksida yang menahan dapat mengakibatkan
keracuann aluminium dengan gejala ataksia, demensia, dan memperburuk
osteodistrofi tulang.

c. Kalium

Kalium merupakan salah satu mineral yang penting bagi tubuh kita terutama
untuk memantu otot dan jantung bekerja dengan baik. Kalium dengan kadar yang
cukup tinggi banyak ditemukan pada sebagian besar makanan seperti;

1) Beberapa buah dan sayuran : pisang, alpukat, melon, jeruk dan kentang.

2) Susu dan yogurt.

Makanan yang banyak mengandung proein yang tinggi seperti daging sapi, daging
babi, dan ikan. Terlalu banyak kalium atau terlalu sedikit akan berbahaya bagi
tubuh. Tipa penderia gagal ginjal mempunyai kebutuhan kalium yang berbeda-
beda ada yang membutuhkan banyak kalium, sementara ada yang harus
membatasi kalium. Semua iu bergantung dari tingkat kerusakan ginjal dari
penderita.

d. Sodium

Penderia gagal ginjal stadium awal disarankan untuk membatasi asupan sodium.
Hal ini disebabkan adanya keterkaitan antara asupan sodium, penyakit ginjal dan
hipertensi. Sodium juga banyak dite0ukan pada mkanan pada beberapa jenis
makanan berikut ini terkandung kadar sodium yang tinggi yaitu;

a) Garam meja, dan makanan dengan tambahan garam seperti snack.

36
b) Makanan jenis fast food

37
Parameter Kerja Stage 1-4 Stage 5 Stage 5 Transplantasi
nutrisi ginjal GGK hemodialisis peritoneal ginjal
normal 1
Kalori 30-37 35(<60> 30- 35(<60> 30- 35(<60> 30- 30-35
(kcal/kg/hari) 35(≥60th) 35(≥60th) 35(≥60th)
termasuk
kalori dari
dialysate
Protein 0,8 0,6-0,75 50% 1,2 50% HBV 1,2-1,3 50% 25-30
(g/kg/hr) HBV HBV
Fat (1% total 30-35% Harus Harus Harus 1.3-1,5
kcal) perhatikan perhatikan perhatikan inisial 1,0
asupan PUFA, asupan PUFA, asupan PUFA, untuk
MUFA, 250- MUFA, 250- MUFA, 250- penjagaan
300 mg 300 mg 300 mg
kolestrerol/hari kolestrerol/hari kolestrerol/hari
Na (mg/hr) Tidak 2.000 2.000 2.000 Tidak
dibatasi dibatasi
K(mg/hari) Tidak Berdasarkan 2.000-3.000 3.000-4.000 Tidak
dibatasi nilai lab (8-17 (8-17 dibatasi
mg/kg/hr) mg/kg/hr)
Ca (mg/hr) Tidah 1.200 ≤2.000 dari ≤2.000 dari 1.200
dibatasi diet dan obat diet dan obat
P(mg/hr) Tidak Berdasarkan 800-1.000 800-1.000 Tidak
dibatasi nilai lab diketahui
sampai
diindikasi
harus
dibatasi
Air (mL/hr) Tidak Tidak dibatasi 1.000-output 1.500-2.000 Tidak
dibatasi dengan output urin dibatasi
urin normal sampai
diindikasi
harus
dibatasi

38
3.3 Jenis Diet Gagal Ginjal

a. Gagal Ginjal Akut

Jenis diet yang diberikan adalah:

1. Diet gagal ginjal akut lunak.

2. Diet gagal ginjal akut cair.

Apabila pasien makan per-oral semua bahan makanan boleh diberikan batasi penambahan garam
apabila ada hipertensi, edema, dan asites, serta batasi makan sayur dan buah kadar kalium bila ada
hiperkalemia

b. Gagal Ginjal Kronis

Ada tiga jenis diet yang diberikan menurut berat badan pasien yaitu:

1. Diet protein rendah I : 30 g protein. Diberikan pada pasien dengan BB 50 kg.

2. Diet protein rendah II : 35 g protein. Diberikan pada pasien dengan BB 60 kg.

3. Diet protein rendah III : 40 g protein. . Diberikan pada pasien dengan BB 65 kg.

Karena kebutuhan gizi pada pasien penyakit GGK sangat tergantung pada keadaan dan berat badan
perorangan maka jumlah proein yang diberikan dapat lebih tinggi atau lebih rendah daripada
standar. Mutu protein dapat ditingkatkan dengan memberikan asam amino essensial murni.

Tabel 4. Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan

Bahan makanandianjurkan Tidak dianjurkan

Sumber karbohidrat Nasi, bihun, jagung, kentang, makaroni, mie, tepung-tepungan, singkong,
ubi, selai, madu, permen.

Sumber protein Telur, daging, ikan, ayam, susu. Kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tempe
dan tahu

Sumber lemak Minyak jagung, minyak kacang tanah, minyak kelapa sawit Kelapa, santan,
minyak kelapa, margarin, mentega biasa dan lemak hewani.

Sumber vitamin dan mineral Semua sayuran dan buah, kecuali pasien dengan hiperkalemia
dianjurkan yang mengandung kalium rendah/sedang Sayuran dan buah tinggi kalium pada pasien
dengan hiperkalemia.

Bahan makanan Dianjurkan Tidak dianjurkan

Sumber karbohidrat Nasi, bihun, jagung, kentang,


makaroni, mie, tepung-
tepungan, singkong, ubi, selai,

39
madu, permen.
Sumber protein Telur, daging, ikan, ayam, susu. Kacang-kacangan dan hasil
olahannya seperti tempe dan
tahu
Sumber lemak Minyak jagung, minyak kacang Kelapa, santan, minyak kelapa,
tanah, minyak kelapa sawit margarin, mentega biasa dan
lemak hewani.
Sumber vitamin dan mineral Semua sayuran dan buah, Sayuran dan buah tinggi kalium
kecuali pasien dengan pada pasien dengan
hiperkalemia dianjurkan yang hiperkalemia.
mengandung kalium
rendah/sedang

SUMBER

Nutrition and Chronic Kidney Disease. National Kidney Foundation, 1998-2006.

National Kidney Foundation (NKF) Kidney Disease Outcome Quality Initiative (K/DOQI) Advisory
Board: K/DOQI Clinical practice guideline for chronickidney disease: evaluation, classification, and
stratification. Kisney Disease Outcome Quality Initiative. Am J Kidney Dis 39 (Suppl 1): S246, 2000.

KEGIATAN BELAJAR IV

NUTRISI SEBAGAI TERAPI PENYAKIT HATI

40
4.1 Pengertian Hati

Hati sebagai salah satu organ tubuh yang vital mempunyai fungsi yang penting dalam metabolisme
gizi dan fungsi detoksikasi yang diperlukan untuk menjaga keadaan tubuh. Penyakit hati dapat
mengganggu proses metabolisme tersebut yang dapat memberikan dampak yang kurang baik.
Sebaliknya keadaan kekurangan gizi atau kelebihan gizi atau pengobatan serta manipulasi lain dapat
mengganggu hati. Perlu sekali kita memonitor keadaan gizi pada pasien penyakit hati karena
gangguan gizi dapat memperberat morbiditas serta memperburuk prognosis dari penyakit hati. Hati
mempunyai banyak sekali fungsi baik dalam metabolisme maupun dalam detoksikasi dan akan
terpengaruh oleh beratnya penyakit hati sendiri. Selain itu kebutuhan dan toleransi terhadap
beberapa komponen gizi mungkin akan berubah pada pasien dengan gangguan hati dan saluran
empedu

4.2 Jenis Penyakit Hati

Unsur gizi ternyata dapat menimbulkan gangguan pada hati. Keadaan kwashiorkor dengan
perlemakan dan sedikit fibrosis pada hati akan timbul dalam keadaan kekurangan protein tetapi
dengan kalori cukup dari lemak dan hidrat arang pada anak-anak. Pada keadaan ini ditemukan
hepatomegali dan gangguan perkembangan terutama terjadi pada anak, yang dapat disertai edema.

Pada keadaan malnutrisi protein dan kalori atau disebut protein calori malnutrition (PCM) dapat
terjadi pula gangguan pertumbuhan tetapi tanpa hepatomegali dan tidak ditemukan pembesaran
hati, histologinya tidak spesifik. Dengan memperbaiki asupan protein dan kalori yang cukup, kelainan
pada hati tersebut akan hilang. Tidak dijumpai sirosis yang sebenarnya pada keadaan tersebut.
Sedangkan pemberian kalori yang berlebihan sampai menimbulkan steatosis mungkin menimbulkan
gangguan pada hati.

a. Hepatitis Akut

Biasanya timbul panas, mual. muntah sehinga perlu asupan kalori dan protein yang cukup. Setelah
keadaan membaik dimana panas turun, mual dan muntah tidak ada lagi maka diberikan asupan gizi
yang lebih lengkap dan proporsi yang seimbang antara karhohidrat, protein dan lemak. Kadang
kadang pasien dengan hepatitis akut harus menjalani operasi. Hepatitis akut dapat terjadi akibat
berbagai faktor seperti infeksi virus, iskemia, alkohol, toksin, trombosis atau obat-obatan. Angka
mortalitas pasien dengan hepatitis akut sangat tinggi. Angka mortalitas pasien dengan hepatitis virus
akut dan hepatitis alkoholik mencapai 100%. Hepatitis fulminan merupakan bentuk disfungsi hati
berat yang ditandai dengan koagulopati dan ensefalopati. Tanpa transplantasi hati mortalitasnya
dapat mencapai 10-90%.16 Pasien dengan hepatitis akut atau hepatitis fulminan merupakan kontra-
indikasi operasi. Pada pasien dengan hepatitis akut operasi harus ditunda sampai terjadi perbaikan.
Apabila operasi tidak dapat ditunda dan harus segera dilakukan, maka pasien harus dipantau secara
ketat untuk menghindari komplikasi pasca-opeasi dan penggunaan obat yang bersifat hepatotoksik
harus dihindari.

b. Hepatitis Kronis

41
Pada pasien hepatitis kronis, risiko operasi berkorelasi dengan parameter klinis, biokimiawi dan
histopatalogi. Operasi elektif pada pasien hepatitis kronis ringan asimptomatik dilaporkan aman.
Pada pasien hepatitis kronis simptomatik yang mengalami penurunan fungsi sintesis dan ekskresi
dengan gambaran histopatologi nekrosis multilobuler, risiko mortalitas akibat operasi meningkat.
Pada pasien perlemakan hati dan steatohepatitis non-alkoholik, tindakan operasi bukan kontra-
indikasi. Meskipun demikian risiko mortalitas pada pasien dengan steatosis derajat sedang sampai
berat risiko mortalitasnya meningkat.

4.3 Kebutuhan Zat Gizi pada Penderita Penyakit Hati

Kekurangan gizi dapat timbul pada seorang dengan penyakit hati serta dapat mempengaruhi
beberapa fungsi hati, memperberat gangguan hati dan mungkin mempengaruhi prognosis.
Perubahan status gizi perlu dinilai, di samping itu mungkin diperlukan pengarahan dan dukungan gizi
pada seorang dengan gangguan hati. Pembatasan gizi diperlukan pula pada keadaan komplikasi
penyakit hati umpamanya pada keadaan retensi cairan, pada hepatitis fulminan atau pada gagal hati
yang lanjut.

Untuk itu perlu penilaian status gizi. Tujuannya adalah pertama untuk mengetahui pasien dalam
keadaan risiko, kedua mencatat akibat perkembangan penyakit terhadap keadaan gizi dan ketiga
memantau perbaikan akibat pengobatan dan intervensi gizi.

Dalam penilaian status gizi perlu dicatat mengenai perubahan berat badan, serta adanya gejala-
gejala seperti anoreksia, muntah, frekuensi dan bentuk defekasi dan lain-lain.

Pada penyakit hati sering ditemukan keadaan malnutrisi dan tergantung kepada cara
pemeriksaannya dapat berkisar antara 10-80% dengan rincian dengan tingkat yang ringan 20-60%,
20-40% tingkat sedang, dan 10-25% tingkat yang lanjut. Secara umum ditemukan bahwa keadaan
malnutrisi lebih berat pada tingkat penyakit yang lebih lanjut. Tidak jelas kaitan antara penyebab
penyakit dengan tingkat malnutrisi.

Pasien penyakit hati kronis dengan keadaan malnutrisi yang sedang atau berat cenderung
mempunyai kadar bilirubin yang lebih tinggi, albumin yang lebih rendah, dan masa protrombin yang
lebih panjang. Pengaruh keadaan gizi terhadap perjalanan penyakit hati kronis mungkin dikaitkan
pula dengan adanya retensi cairan, varises esofagus, atau komplikasi lain. Keadaan malnutrisi juga
dikaitkan dengan seringnya timbul komplikasi pasca-operasi dan kematian.

Gizi pada orang sehat umumnya mengandung hidrat arang sampai 50-60% lemak sampai 30% dan
sisanya 10-20% adalah protein. Toleransi gizi pada penyakit hati perlu dipertimbangkan, yaitu
asupan protein yang rendah untuk sementara pada ensefalopatihepatik, toleransi lemak yang
menurun pada keadaan kolestasis, dan pembatasan natrium pada retensi cairan tubuh.

Dalam pemberian nutrisi dibedakan atas: hepatitis kronik dan sirosis hati. Sirosis hati dibedakan lagi
berdasarkan beratnya penyakit menjadi sirosis hati Child A, Child B dan Child C. Pada golongan Child
B dan C perlu perhatian khusus dan perhitungan yang cermat tentang pemberian nutrisinya. Nutrisi
meliput:

42
1. Karbohidrat sebagai sumber energi, harus cukup.

2. Protein dan asam amino dijaga jangan sampai terjadi degradasi protein otot dan
protein enzim

3. Lemak

4. Vitamin

5. Mineral

6. Cairan.

4.4 Diet pada Penyakit Hati

Mengenai diet hati yang masih digunakan sekarang di rumah – rumah sakit mungkin perlu dievaluasi
kembali. Pada diet hati ada pertimbangan mengenai jumlah kalori dan susunan protein yaitu dari
diet hati I sampai diet hati IV jumlah kalori dari 1025 sampai 2554 Kkal/hari dengan protein dari
hampir tidak ada sampai jumlah 90 g/24 jam dengan rata-rata jumlah lemak mencapai 25%. Tentang
diet untuk penyakit kandung empedu dan saluran empedu masih digunakan diet rendah lemak I
sampai rendah lemak III dengan maksimum pemberian 20% lemak.

Pada penyakil hati kronik >70% terjadi malnutrisi dan gangguan lain. Hat ini disebabkan antara lain
oleh karena:

a. Masukan makanan yang kurang akibat anoreksia, nausea, vomiting, pembatasan diet oleh
karena penyakitnya sendiri atau kadang kadang karena gangguan defekasi.

b. Gangguan metabolisme dan penimbunan asam amino, lemak, karbohidrat dan vitamin.

c. Gangguan sentesis protein transport, fibrinogen, faktor koagulasi, lipoprotein dan sebagainya.

d. Malabsorbsi/ aldigesli oleh karena kolestasis, gangguan mukosa usus, gangguan absorbsi
vitamin A,D, E, K.

e. Akibat pengaruh terapi neomisin, laktulosa, diuretik dan kolestiramin.

f. Kurang penyerapan lemak dan vitarnin yang larut dalam lemak akibat nutrisi parentral yang
lama.

g. Gangguan pengikatan kalsium oleh lemak sehingga terjadi kalsifikasi, juga akibat inaktifasi
dari penderita dan kurangnya sinar matahari maka dapat berakibat terjadinya osteoporosis.

h. Menurunnya produksi iipid hati maka timbul keadaan hipertrigliseridemia.

i. Kadang-kadang terjadi perlemakan hati oleh karena gangguan pada pembentukan


apoprotein sehingga pengeluaran trigliserid dalam bentuk vldl terganggu.

j. Akibat pengaruh hormon.

43
k. Gangguan detoksifikasi obat sehingga kadar obat didalam darah relatif tinggi, dan respon
imun yang melemah.

l. Terjadi penurunan kadar antioksidan dalam plasma, walaupun tidak ada tanda-tanda klinik
kekurangan antioksidan.

D. Jenis Diet pada Penyakit Hati

Mengenai diet hati yang masih digunakan sekarang di rumah – rumah sakit mungkin perlu dievaluasi
kembali. Pada diet hati ada pertimbangan mengenai jumlah kalori dan susunan protein yaitu dari
diet hati I sampai diet hati IV jumlah kalori dari 1025 sampai 2554 Kkal/hari dengan protein dari
hampir tidak ada sampai jumlah 90 g/24 jam dengan rata-rata jumlah lemak mencapai 25%.

Pasien penyakit hati sering mendapat nasihat mengenai penanggulangan gizinya yang kurang tepat
seperti pemberian kalori tinggi dan rendah protein pada pasien hepatitis tanpa berkomplikasi yang
dapat menimbulkan kekurangan protein dan gangguan gizi. Pasien dengan ikterus harus memakan
makanan yang rendah lemak sampai tanpa lemak sama sekali, yang mungkin tidak menimbulkan
nafsu makan dan pada jangka panjang dapat menimbulkan kekurangan vitamin yang larut lemak dan
asam lemak yang esensial.

Umumnya gizi untuk penyakit hati haruslah mengandung kalori yang cukup disertai protein, vitamin,
mineral yang memadai dengan mempertimbangkan balans nitrogen yang positif, dan memperbaiki
keadaan defisiensi yang ditemukan. Keadaan anoreksia, mual dan pembesaran abdomen mungkin
mengganggu untuk ambilan yang cukup.

Pada tahap pertama dicoba untuk memberikan makanan lebih sering dengan jumlah yang lebih kecil,
dapat sampai 4-6 kali pemberian dalam 24 jam. Bila belum memadai mungkin diperlukan makanan
tambahan yang dapat berupa larutan mengandung 1-1,5 Kkal/ml.

Tingkat lebih lanjut adalah memberi makanan secara enteral dan varises esofagus ternyata tidak
merupakan kontraindikasi untuk memasang tabung nasogastrik. Bila diperlukan sekali diberikan
bantuan gizi secara parenteral. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pemberian parenteral
adalah mengenai jumlah dan waktu pemberian unsur gizi tersebut untuk mendapat hasil yang baik.
Umpamanya pada sintesis protein diperlukan beberapa jenis asam amino untuk diberikan bersama-
sama dan ada beberapa jenis asam amino yang jadi esensial untuk diberikan seperti sistein dan
tirosin yang dalam keadaan normal dibuat oleh hati dari metionin dan fenilalanin yang pada keadaan
penyakit hati tidak dapat diolah karena gangguan faal hati dan selain itu karena gangguan
pembentukan ureum mungkin asam amino seperti glisin, prolin, dan lain-lain akan menumpuk dalam
darah. Pertimbangan juga harus menyangkut jumlah cairan yang dapat diberikan. Adakalanya tidak
dapat lebih dari 1 liter/24 jam. Pada pemberian parenteral dapat dipertimbangkan pula penggunaan
emulsi lemak, yang ternyata tidak mengganggu hati seperti diperkirakan sebelumnya.

Obat-obat yang dapat mengganggu absorbsi atau penggunaan nutrisi juga perlu diperhatikan seperti
neomisin dan kolestiramin dapat mengganggu absorbsi lemak, vitamin, dan mineral. D-penisilamin
mengganggu penggunaan piridoksin dan memperbesar ekskresi seng dan tembaga dalam urin.
Pemberian diuretik meninggikan ekskresi beberapa mineral dalam urin.Dalam keadaan tertentu
mungkin diperlukan pemberian tambahan vitamin. Pada penyakit-penyakit tertentu mungkin
diperlukan perhatian khusus.

44
Pada hepatitis akut yang menjadi kendala adalah anoreksia, mual, dan muntah. Cara yang dapat
menolong adalah makanan dengan porsi yang kecil dan frekuensi lebih sering. Bila mungkin
diberikan protein dan kalori yang tinggi umpamanya 2000-3000 Kkal dengan protein lebih kurang 1,5
g/kgBB dalam 24 jam.

Pemberian cairan perlu hati-hati pada hepatitis yang berat karena kadang-kadang terjadi gangguan
kemampuan ekskresi air. Pada hepatitis fulminan mungkin ditemukan hipoglikemia yang berat dan
kehilangan nitrogen akibat respons endokrin karena nekrosis sel hati yang berat. Bila perlu diberikan
larutan glukosa 10-20% untuk mencapai lebih kurang 100 gram dalam 24 jam dan disertai pemberian
asam amino bersama-sama glukosa untuk mencegah katabolisme sampai 3 gram asam amino dan 5
gram glukosa setiap jam. Dapat dipertimbangkan pemberian larutan lemak sebagai tambahan. Pada
hepatitis kronis sebenarnya kebutuhan protein meningkat dapat mencapai 1,2 gr/kgBB/hari dan
dalam keadaan gagal hati sebagian memerlukan kalori lebih tinggi.

- Macam Terapi

a. Energi cukup/tinggi: 1,5 x normal (35 45 kkal/kgbb/hari) atau lebih dan apabila kadar gula
darah meningkat dapat dibantu dengan pemberian insulin.

b. Pembatasan protein (0,4-0,8 gram/kgbb) diutamakan protein nabati.

c. Hindari minuman beralkohol.

d. Batasi lemak ± 1-2 gram/kgbb (25-40% total kalori), atau ada yang berpendapat proporsi
lemak dapat lebih tinggi lagi sebagai sumber energi bahkan sampai 60% masih dianggap aman
dengan alasan lemak lebih superior dari pada karbohidrat oleh karena: kadar insulin dapat dikurangi,
kadar bcaa dapat dinaikkan dan encephalopati hepatik dapat dihindarkan atau paling tidak
dikurangi. Akan tetapi tidak selamanya baik oleh karena dapat timbut diantaranya gangguan sistem
imunologik, mengganggu paru-paru pada penderita penyakit paru yang fungsi parunya buruk, terjadi
hiperlipidemia dan mengganggu hemokoagulasi.

e. Kurangi garam, pada yang berat sampai <5 gram/hari termasuk garam yang terkandung
dalam bumbu-bumbu misalnya maggi, kecap. Dan lain-lain

f. Batasi cairan pada yang asites dan edema

g. Menaikkan asupan kalium, kalium terdapat pada buah-buahan biasanya buah-buahan


banyak mengandung air sehingga harus akan tetapi diperhitungkan

h. Pemberian vitamin yang larut dalam vitamin golongan antioksidan

i. Makanan yang tinggi serat membantu memperbaiki peristaltik usus

j. Laktulosa untuk mengubah flora usus sehingga bakteri pemecah protein sedikit sehingga
tidak banyak terjadi amonia dan ureum.

k. Diet lemak terutama diberikan bila ada varises esofagus. Pada penderita dengan perdarahan
dan encephalopati hepatik mungkin memerlukan penanganan khusus lainnya diantaranya
penghentian perdarahan segera dengan spooling air es melalui ngt, obat,obat hemostatik, puasa 4,6

45
jam/sampai spooling bersih, penghentian darah yang hilang, vasokonstriktor splangnik dengan obat
octreotide, turunkan tekanan v. Vorta dengan obat isosorbid dinitrat, lavemen, laktulosa, antibiotik
yang tidak serap untuk mencegah terjadinya koma hospatik yang dalam hal ini membutuhkan
pembicaaaan khusus yang lebih dalam.

SUMBER

Aknar, Gani. 1998. Efektifitas Suplementasi Asam Amino Rantai Cabang Enteral Pada Pasien Sirosis
Hati. Mataram: Simposium Nasional.

Cahyono, Suharjo B. 2007. Manajemen Perioperatif pada Pasien dengan Penyakit Hati. 397-403.

KEGIATAN BELAJAR V

NUTRISI SEBAGAI TERAPI PENYAKIT DIABETES

46
5.1 Pengertian Penyakit Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus adalah:

a. Suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh adanya
peningkatan kadar glukosa dalam darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Subekti, et al., 1999).

b. Suatu kelompok penyakit metabolik dengan karateristik hiperglikemia yang terjadi


karena kelainansekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes Association,
2003; Soegondo,1999).

c. Keadaan hiperglikemia kronis sebagai akibat dari berbagai faktor lingkungan dan
genetik, seringkeduanya bersama-sama (WHO, 1980, disadur dari Wiyono, 2000).

5.2 Klasifikasi Etiologis Diabetes Melitus

Klasifikasi etiologi kelainan glikemia (DM) sebagai berikut :

a. DM Tipe 1

b. DM Tipe 2

c. DM Tipe spesifik lainnya

d. Diabetes gestasional

e. Diabetes Insipidius

5.3 Epidemiologi

Secara epidemiologi DM seringkali tidak terdeteksi. Berbagai faktor genetik, lingkungan dan
cara hidup berperan dalam perjalanan penyakit diabetes. Ada kecenderungan penyakit ini timbul
dalam keluarga. Disamping itu juga ditemukan perbedaan kekerapan dan komplikasi diantara ras,
negara dan kebudayaan. Dari segi epidemiologi, ada beberapa jenis diabetes. Dulu ada yang disebut
diabetes pada anak, atau diabetes juvenilis dan diabetes dewasa atau “maturity-onset diabetes”.
Karena istilah ini kurang tepat, sekarang yang pertama disebut DM tipe 1 dan yang kedua disebut
DM tipe 2. Ada pula jenis lain, yaitu diabetes melitus gestasional yang timbul hanya pada saat hamil,
dan diabetes yang disebabkan oleh karena kerusakan pankreas akibat kurang gizi disebut MRDM
(Malnutrition Related DM) atau Diabetes Melitus Terkait Malnutrisi (DMTM). Kekerapan DM tipe 1 di
negara Barat ± 10% dari DM tipe 2. Bahkan di negara tropik jauh lebih sedikit lagi. Gambaran
kliniknya biasanya timbul pada masa kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil balik. Tetapi ada
juga yang timbul pada masa dewasa.

DM tipe 2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%). Timbul makin sering
setelah umur 40 dengan catatan pada dekade ke-7 kekerapan diabetes mencapai 3 sampai 4 kali

47
lebih tinggi daripada rata-rata orang dewasa. Pada keadaan dengan kadar glukosa darah tidak terlalu
tinggi atau belum ada komplikasi,biasanya pasien tidak berobat ke rumah sakit atau ke dokter. Ada
juga yang sudah di diagnosissebagai diabetes tetapi karena kekurangan biaya biasanya pasien tidak
berobat lagi. Hal inimenyebabkan jumlah pasien yang tidak terdiagnosis lebih banyak daripada yang
terdiagnosis. Menurutpenelitian keadaan ini pada negara maju sudah lebih dari 50% yang tidak
terdiagnosis dan dapat dibayangkan berapa besar angka itu di negara berkembang termasuk
Indonesia (Slamet Suyono Dalam Pusat Diabetes dan Lipid, 2007).

Penelitian lain menyatakan bahwa dengan adanya urbanisasi, populasi DM tipe 2 akan
meningkat menjadi 5 – 10 kali lipat karena terjadi perubahan perilaku rural-tradisional menjadi
urban. Faktor resiko yang berubah secara epidemiologis adalah bertambahnya usia, jumlah dan
lamanya obesitas, distribusi lemak tubuh, kurangnya aktivitas jasmani dan hiper-insulinemia. Semua
faktor ini berinteraksi dengan beberapa faktor genetik yang berhubungan dengan terjadinya DM tipe
2 (Soegondo, 1999).

Tanpa intervensi yang efektif, kekerapan DM tipe 2 akan meningkat disebabkan oleh
berbagaihal misalnya bertambahnya usia harapan hidup, berkurangnya kematian akibat infeksi
danmeningkatnya faktor resiko yang disebabkan oleh karena gaya hidup yang salah seperti
kegemukan,kurang gerak/ aktivitas dan pola makan tidak sehat dan tidak teratur (Slamet Suyono
Dalam Pusat Diabetes dan Lipid, 2007).

5.4 Gambaran Klinis

Kejadian DM diawali dengan kekurangan insulin sebagai penyebab utama. Di sisi lain
timbulnya DM bisa berasal dari kekurangan insulin yang bersifat relatif yang disebabkan oleh adanya
resistensi insulin (insuline recistance). Keadaan ini ditandai dengan ketidakrentanan/
ketidakmampuan organ menggunakan insulin, sehingga insulin tidak bisa berfungsi optimal dalam
mengatur metabolisme glukosa. Akibatnya, kadar glukosa darah meningkat (hiperglikemi) (M.N
Bustan, 2007).

Gejala klasik DM adalah rasa haus yang berlebihan, sering kencing terutama pada malam
hari, banyak makan serta berat badan yang turun dengan cepat. Disamping itu kadang-kadang ada
keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur,
gairah seks menurun, luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi diatas 4 kg.
Kadang-kadang ada pasien yang sama sekali tidak merasakan adanya keluhan. Mereka mengetahui
adanya DM hanya pada saat chek up ditemukan kadar glukosa darahnya tinggi (Slamet Suyono
Dalam Pusat Diabetes dan Lipid, 2007).

5.5 Patofisiologi

Seperti suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti
selyang rusak. Disamping itu juga memerlukan energi supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan
baik.Energi sebagai bahan bakar itu berasal dari bahan makanan yang terdiri dari karbohidrat,
protein dan lemak. Di dalam saluran pencernaan makanan dipecah menjadi bahan dasar dari

48
makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan lemak menjadi asam
lemak. Ketiga zat makanan itu akan diserap oleh usus kemudian masuk kedalam pembuluh darah
dan diedarkan keseluruh untuk dipergunakan oleh organ-organ didalam tubuh sebagai bahan bakar.
Supaya dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan itu harus masuk dulu kedalam sel supaya
dapat diolah. Di dalam sel, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui proses kimia yang rumit,
yang hasil akhirnya adalah timbulnya energi. Proses ini disebut metabolisme. Dalam proses
metabolisme itu insulin (suatu zat/ hormon yang dikeluarkan oleh sel beta pankreas) memegang
peranan yang sangat penting yaitu bertugas memasukan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya
digunakan sebagai bahan bakar. Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta dalam pulau-pulau
Langerhans (kumpulan sel yang berbentuk pulau di dalam pankreas dengan jumlah ± 100.000) yang
jumlahnya sekitar 100 sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu
masuknya glukosa kedalam sel, untuk kemudian dimetabolisir menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada,
maka glukosa tidak dapat masuk sel. Dan akibatnya glukosa akan tetap berada didalam pembuluh
darah, yang artinya kadarnya di dalam darah meningkat. Dalam keadaan seperti ini tubuh akan
menjadi lemas karena tidak ada sumber energi di dalam sel. Inilah yang terjadi pada DM tipe 1. Tidak
adanya insulin pada DM tipe 1 karena pada jenis ini timbul reaksi otoimun yang disebabkan karena
adanya peradangan pada sel beta (insulitis). Insulitis bisa disebabkan karena macam-macam
diantaranya virus, seperti virus cocksakie,rubela, CMV, herpes, dan lain-lain. Kerusakan sel beta
tersebut dapat terjadi sejak kecil ataupunsetelah dewasa (Suyono, 1999).

Sedangkan pada DM tipe2 jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak. Tetapi
jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang. Reseptor ini dapat
diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang
kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang
kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan sedikit sehingga sel akan kekurangan
bahan bakar (glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh darah akan meningkat. Dengan demikian
keadaan ini sama dengan pada DM tipe 1. Perbedaanya adalah pada DM tipe 2 disamping kadar
glukosa tinggi, juga kadar insulin tinggi atau normal. Keadaan ini disebut resistensi insulin (Suyono,
1999).

Penyebab resistensi insulin pada DM tipe 2 sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor-
faktor dibawah ini banyak berperan, antara lain:

a. Obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel)

b. Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat

c. Kurang gerak badan

d. Faktor keturunan (herediter)

Baik pada DM tipe 1 maupun pada DM tipe 2 kadar glukosa darah jelas meningkat dan bila kadar itu
melewati batas ambang ginjal, maka glukosa itu akan keluar melalui urin. Mungkin inilah sebabnya
penyakit ini disebut juga penyakit kencing manis (Suyono, 1999).

5.6 Diagnosa

49
Diagnosa DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah, tidak dapat
ditegakanhanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam menentukan diagnosa DM harus
diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosa DM,
pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan
darah kapiler (Perkeni,1998).

Diagnosis diabetes dipastikan bila :

a. Terdapat keluhan khas diabetes (poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat
badan yang tidakdapat dijelaskan sebabnya) disertai dengan satu nilai pemeriksaan glukosa darah
tidak normal (glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dl atau glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl).

b. Terdapat keluhan khas yang tidak lengkap atau terdapat keluhan tidak khas (lemah,
kesemutan, gatal,mata kabur, disfungsi ereksi, pruritus vulvae) disertai dengan dua nilai
pemeriksaan glukosa darahtidak normal (glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl dan atau glukosa darah
puasa ≥ 126 mg/dl yang diperiksa pada hari yang sama atau pada hari yang berbeda).

5.7 Komplikasi

Apabila glukosa darah tidak terkontrol dengan baik, beberapa tahun kemudian hampir selalu
akan timbul komplikasi. Komplikasi akibat diabetes dapat dibagi dalam dua kelompok besar:

a. Komplikasi akut.

Timbul secara mendadak. Ini merupakan keadaan gawat darurat. Keadaan ini bisa menjadi
fatal apabila tidak ditangani dengan segera. Termasuk dalam kelompok ini adalah hipoglikemia
(glukosa darah terlalu rendah), hiperglikemia (glukosa darah terlalu tinggi), dan terlalu banyak asam
dalam darah (ketoasidosis diabetik).

b. Komplikasi kronis.

Timbul secara perlahan, kadang tidak diketahui, tetapi akhirnya berangsur menjadi makin
berat dan membahayakan. Misalnya, komplikasi pada saraf (neoropati), mata (retinopati, katarak,
glaukoma), ginjal (nefropati), jantung (angina, serangan jantung, tekanan darah tinggi, PJK),
pembuluh darah, hati (hepatitis, perlemakan hati/fatty liver, batu empedu), tuberkulosis paru,
gangguan saluran makan ,infeksi sehingga mengganggu fungsi kekebalan tubuh dan penyakit kulit
(Bruise, vitiligo, necrobiosislipoidica, xanthelasma, alopecia, lipohypertrophy/hipertropi insulin,
lipoatropi insulin, kulit kering karena kerusakan saraf otonom sehingga keringat menjadi berkurang,
infeksi jamur sering kali diantara jarikaki, acanthosis nigricans/penimbunan pigmen gelap di
belakang leher dan ketiak, kulit yang menebal pada penderita DM yang lebih dari 10 tahun).

5.8 Jenis Penyakit Diabetes Mellitus.

Klasifikasi etiologi kelainan glikemia (DM) sebagai berikut :

a. DM Tipe 1

50
Ditandai dengan kegagalan produksi insulin yang parsial atau total oleh sel-sel B pankreas.
Faktor penyebab masih belum dimengerti dengan jelas tetapi beberapa virus tertentu, penyakit
autoimun dan faktor-faktor genetik mungkin turut berperan.

b. DM Tipe 2

Ditandai dengan resistensi insulin ketika hormon insulin diproduksi dengan jumlah yang
tidak memadai atau dengan bentuk yang tidak efektif. Ada korelasi genetik yang kuat pada tipe
diabetes ini dan proses terjadinya berkaitan erat dengan obesitas. Anak dengan diabetes tipe 2
dilaporkan memiliki riwayat penyakit kardiovaskular dalam keluarga dan atau sindrom metabolik.

c. DM Tipe spesifik lainnya

Berupa defek genetik pada fungsi sel-B, defek genetik pada kerja insulin, penyakit pada
kelenjar eksokrin pankreas, endokrinopati, ditimbulkan oleh obat-obatan atau zat kimia, infeksi,
bentuk immune-mediated diabetes yang langka. Kadang-kadang sindrom genetik lain yang disertai
diabetes.

d. Diabetes gestasional

Bentuk diabetes yang terjadi selama kehamilan. Kebanyakan tapi tidak

semuanya, akan sembuh setelah melahirkan.

e. Diabetes insipidus

Adalah jenis diabetes langka yang disebabkan oleh gangguan hormon yang
mengakibatkan ketidakseimbangan air dalam tubuh. Orang yang mengalami kondisi ini akan terus
merasa kehausan walau sudah banyak minum air. Tidak hanya itu, kondisi ini juga menyebabkan
seseorang lebih sering buang air kecil dalam jumlah yang sangat banyak. Anda mungkin mengira
kalau diabetes insipidus adalah jenis lain dari penyakit diabetes mellitus. Faktanya, walau sama-sama
memiliki nama diabetes, kondisi ini tidak berhubungan sama sekali dengan penyakit diabetes
mellitus.

Diabetes melitus disebabkan karena masalah insulin dan kadar gula darah yang
tinggi sedangkan diabetes insipidus dipengaruhi kerja ginjal Anda mengolah urin. Jadi, keduanya
tidak berhubungan. Hormon antiduretik pada tubuh adalah merupakan masalah utama diabetes
insipidus. Jadi begini, keseimbangan cairan di dalam tubuh Anda akan tetap terjaga karena adanya
hormon antidiuretik (ADH), atau dikenal juga sebagai vasopresin. Hormon ini diproduksi oleh
kelenjar hipotalamus otak, dengan salah satu tugasnya berperan untuk membantu ginjal dalam
menyerap dan mengeluarkan cairan tubuh. Sayangnya, ketika seseorang mengalami kondisi ini,
hormon vasopresin di dalam tubuhnya mengalami masalah sehingga ginjal tidak bekerja
sebagaimana mestinya. Inilah yang membuat pengidap diabetes insipidus sering kali merasa haus
terus-terus walau sudah minum banyak air. Asupan cairan yang berlebih ini membuat orang dengan
kondisi ini juga akan lebih sering untuk buang air kecil

5.9 Kebutuhan zat gizi pada penderita penyakit Diabetes Mellitus.

51
Pada masyarakat dianjurkan untuk menerapkan pola makan yang sehat supaya terhindar
dari DM terutama DM tipe 2 dengan cara mengonsumsi makanan secara seimbang terutama
mengonsumsi lemak dan karbohidrat cukup serta meningkatkan konsumsi serat, selain melakukan
aktifitas fisik atau olah raga secara teratur. Terkait dengan makanan yang dikonsumsi, sejumlah
faktor mempengaruhi respon glikemia terhadap makanan. Faktor tersebut meliputi jumlah
karbohidrat, jenis gula, sifat pati, cara memasak dan mengolah makanan serta bentuk makanannya,
disamping komponen pangan lainnya. Pasien DM tipe 2 umumnya (60-70%) memiliki berat badan
yang berlebih atau obes, dan frekuensi berat badan lebih tingkat sedang meningkat beberapa tahun
terakhir juga terjadi pada pasien DM tipe 1, khususnya yang mendapatkan terapi insulin secara
intensif. Semua pasien ini dianjurkan untuk menurunkan asupan energi dan meningkatkan
pengeluaran energi. Beberapa bukti menunjukkan bahwa penurunan berat badan bahkan tingkat
sedang (5-10% dari berat badan basal) dapat memperbaiki glukosa darah, menurunkan resistensi
insulin dan faktor risiko kardiovaskuler, seperti tekanan darah dan lemak tidak abnormal yang sering
ditemukan pada penderita pasien. Pada pasien DM tipe 2 dengan berat badan yang normal,
pergantian sebagian karbohidrat dengan lemak tak jenuh tunggal (MUFA) akan mengurangi kenaikan
gula darah setelah makan dan kadar trigliserida dalam darah.

a. Asupan Karbohidrat dan Serat

Efek karbohidrat pada kadar gula darah sangatlah kompleks. Sumber-sumber gula yang
dimurnikan (refinedsugar) akan diserap lebih cepat dibandingkan dengan karbohidrat yang berasal
dari pati atau makanan berserat seperti sereal atau buah atau dari jenis karbohidrat kompleks.
Namun perlu diperhatikan efek glikemia yang cukup besar variabilitasnya di antara berbagai
makanan yang komposisinya tampak sama. Melalui Indeks Glikemik (IG) dapat ditentukan kuantitas
glikemia dalam makanan. Makanan dengan IG tinggi akan menyebabkan kenaikan kadar glukosa
darah lebih cepat. Oleh karena itu dianjurkan bagi pasien penderita DM agar memilih makanan
dengan IG rendah. Diet rendah IG akan memperbaiki kadar glukosa darah pada penderita DM tipe 1
dan 2. Studi metaanalisis pada 14 studi (randomized controlled trials) yang melibatkan 356 penderita
DM ditemukan bahwa dengan diet rendah IG memperbaiki kadar glukosa darah jangka pendek dan
panjang, yang direfleksikan melalui penurunan secara signifikan kadar fruktosamine dan hemoglobin
A1C. Makanan dengan IG rendah adalah antara lain whole grain, buah-buahan, sayuran dan kacang-
kacangan yang juga termasuk dalam makanan kaya serat. Makanan berserat akan memberikan serat
pangan, vitamin dan mineral serta substansi lain yang penting bagi kesehatan. Dengan mengonsumsi
serat dalam jumlah yang cukup dapat memberikan manfaat metabolic berupa pengendalian gula
darah, hiper-insulinemia dan kadar lipid plasma atau faktor resiko kardiovaskuler. Jumlah serat yang
dianjurkan untuk dikonsumsi bagi penderita DM sama dengan jumlah serat yang dianjurkan pada
masyarakat umum, yaitu 15-20 gram/1000 kkal setiap harinya dari berbagai bahan makanan sumber
serat, terutama serat larut. Hartanti (2004) menemukan asupan serat sebagian besar penderita
diabetes mellitus tipe 2 masih kurang dari angka kecukupan serat 25 gram/hari dan asupan serat
makanan berkontribusi.

b. Asupan Lemak

Tujuan diet yang utama dalam kaitannya dengan lemak makanan pada penyandang DM
adalah membatasi asupan lemak jenuh dan kolesterol dari makanan. Lemak jenuh merupakan
determinan diet yang penting untuk menentukan kadar LDL-kolesterol di dalam plasma. Aspek

52
paling penting yang berhubungan dengan komposisi diet adalah konsumsi lemak jenuh <10% dari
total energi atau bahkan <8% bagi pasien dengan risiko kardiovaskuler tinggi. Adanya rekomendasi
kuat, yaitu tingginya risiko menderita penyakit kardiovaskuler pada pasien diabetes dan kenyataan
bahwa asupan lemak jenuh memberikan efek terhadap metabolisme lemak (meningkatkan
kolesterol LDL), resistensi insulin dan tekanan darah. Penyandang DM tampaknya lebih sensitif
terhadap kolesterol dalam makanan ketimbang populasi yang bukan DM. Asupan kolesterol
sebaiknya juga dikurangi, yaitu <300 mg per hari bagi semua penderita diabetes dan <250mg/per
hari bagi individu yang mengalami peningkatan kolesterol LDL. Juga dianjurkan untuk mengurangi
asupan asam lemak tak jenuh trans (asam lemak yang terbentuk ketika minyak nabati menjalani
hidrogenasi) karena jenis lemak ini memberikan efek yang merugikan pada kadar LDL-kolesterol
plasma. Makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi yang perlu dibatasi adalah terutama dari
daging, makanan laut {seafood), produk susu, seperti keju dan es krim. Selain itu perlu membatasi
konsumsi makanan penganan (snacks), margarin, makanan yang dipanggang atau dibakar dan
makanan olahan yang banyak mengandung lemak trans.

c. AsupanVitamin C

Selain zat gizi makro, zat gizi mikro juga berperan terhadap penyakit DM. Salah satu zat gizi
mikro tersebut adalah vitamin C. Pada bagian asupan zat gizi mikro ini khusus membahas tentang
vitamin C karena beberapa penelitian menunjukkan peran vitamin tersebut terkait dengan fungsinya
sebagai antioksidan, yaitu menurunkan resistensi insulin melalui perbaikan fungsi endothelial dan
menurunkan stress oksidatif sehingga mencegah berkembangnya kejadian diabetes tipe 2. 12 Upaya
dalam merawat penderita DM melalui suplementasi antioksidan atau makanan kaya dengan
antioksidan akan memberikan manfaat dalam memperkuat enzim pertahanan dan menurunkan
peroksidasi lipid. Hasil penelitian Afkhami-Ardekani dan Shojaoddiny-Ardekani (2007) pada pasien
diabetes ditemukan, suplementasi 500 mg vitamin C, yaitu 2 kali sehari selama 4 bulan dapat
menurunkan plasma Low Density Lipoprotein (LDL), total kolesterol, trigliserida dan insulin secara
signifikan. Vitamin C terutama yang bersumber dari bahan makanan alami, yaitu sayur-sayuran dan
buah-buahan apabila dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan akan memberikan manfaat dalam
mencegah terjadinya penyakit degeneratif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Azrimaidaliza, Melva
Diana dan Ramadani (2010) menunjukkan bahwa asupan vitamin C berpengaruh pada penurunan
kadar gula darah pada orang dewasa di Kota Padang Panjang. Pola yang ditunjukkan adalah semakin
meningkat asupan vitamin C (asupan makanan yang mengandung vitamin C dari sumber alami) maka
semakin menurunkan kadar gula. Dari hasil penelitian Azrimaidaliza, Melva Diana dan Ramadani
(2010) diketahui orang dewasa di Kota Padang Panjang banyak mengonsumsi sayur-sayuran seperti
bayam, daun singkong dan tomat serta buah-buahan seperti pepaya,jeruk dan mangga. Menurut
Almatsier (2001), sayur-sayuran seperti bayam, daun singkong dan tomat serta buah-buahan seperti
pepaya, jeruk dan mangga merupakan beberapa makanan sumber vitamin C yang baik dikonsumsi.
Selain zat gizi yang sudah disebutkan sebelumnya, bagi penderita diabetes dianjurkan untuk
membatasi konsumsi garam, yaitu <6 gram.

5.10 Jenis Diet Pada Penyakit Diabetes Mellitus.

53
Peningkatan kadar gula darah pada pengidap diabetes dapat berisiko terhadap kesehatan
seperti kelelahan, pusing, kerusakan saraf, penyakit jantung, hingga mengalami kebutaan bahkan
kesadaran menurun.

Penderita diabetes perlu hati-hati saat Anda akan menyantap makanan. Bagi yang mengidap
diabetes biasanya akan diberi terapi melalui pola makan teratur atau disebut terapi nutrisi medis.
Terapi ini dimaksudkan untuk selalu mengonsumsi makanan bergizi, rendah lemak dan kalori
sehingga bisa mengontrol kadar gula darah.

a. Berikut ini contoh pilihan makanan untuk penderita diabetes :

1) Makanan yang terbuat dari biji-bijian utuh atau karbohidrat kompleks seperti nasi merah,
kentang panggang, oatmeal, roti dan sereal dari biji-bijian utuh.

2) Daging tanpa lemak yang dikukus, direbus, dipanggang, dan dibakar.

3) Sayur-sayuran yang diproses dengan cara direbus, dikukus, dipanggang atau dikonsumsi
mentah.Sayuran yang baik dikonsumsi untuk penderita diabetes di antaranya brokoli dan bayam.

4) Buah-buahan segar. Jika Anda ingin menjadikannya jus, sebaiknya jangan ditambah gula.

5) Kacang-kacangan, termasuk kacang kedelai dalam bentuk tahu yang dikukus, dimasak untuk
sup dan ditumis.

6) Popcorn tawar.

7) Produk olahan susu rendah lemak dan telur.

8) Ikan seperti tuna, salmon, sarden dan makarel. Namun, hindari ikan dengan kadar merkuri
tinggi seperti ikan tongkol.

b. Makanan yang harus dihindari

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, belum puas rasanya jika menu hidangan tidak
dilengkapi nasi putih. Padahal, bagi penderita diabetes, jenis makanan pokok ini harus dihindari
karena mengandung kadar gula yang tinggi dibanding sumber karbohidrat lain.

Selain nasi putih,ada beberapa jenis makanan lain yang harus dihindari jika ingin kadar gula
darah tetap terjaga yaitu :

1) Roti tawar putih.

2) Makanan yang terbuat dari tepung terigu.

3) Sayuran yang dimasak dengan tambahan garam, keju, mentega, dan saus dalam jumlah
banyak.

4) Buah-buahan kaleng yang mengandung banyak gula.

5) Sayuran kaleng yang mengandung garam tinggi.

6) Daging berlemak.

54
7) Produk susu tinggi lemak.

8) Hati, ampela, dan organ dalam hewan lainnya.

9) Makanan yang digoreng seperti ayam goreng, ikan goreng, pisang goreng, dan kentang
goreng.

10) Popcorn kaya rasa.

11) Kulit ayam.

Dianjurkan Anda mengonsumsi makanan buatan sendiri. Dengan begitu Anda bisa
memantau bahan baku dan tambahan apa saja yang akan masuk ke tubuh. Selain jeli dalam memilih
makanan untuk penderita diabetes, Anda juga disarankan untuk rutin mengecek kadar gula darah.

Jenis tes gula darah beragam seperti tes gula darah puasa, tes gula darah acak, tes
hemogblobin A1c, dan tes toleransi glukosa oral. Konsultasikan ke dokter, tes gula darah jenis apa
yang cocok dengan kondisi anda beserta takaran makanan yang pas bagi tubuh anda.

SUMBER

Snehalatha, Chamukuttan dan Ramachandran, Ambady. 2009. Diabetes mellitus dalam gizi
kesehatan masyarakat. Editor : Michael J Gibney, et al. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

file:///C:/Users/acer/Downloads/86-177-1-SM%20(1).pdf

KEGIATAN BELAJAR VI

MENCEGAH DAN MENANGANI “ KEKURANGAN VITAMIN, ANEMIA DAN CACINGAN, KEKURANGAN


KALORI PROTEIN, GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM ”

6.1 Definisi Protein

Protein adalah zat makanan berupa asam-asam amino yang berfungsi sebagai
pembangun dan pengatur bagi tubuh. Protein mengandung unsur karbon, hidrogen, oksigen dan

55
nitrogen yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein juga mengandung posfor,
belerang serta beberapa protein memiliki unsur logam seperti besi dan tembaga (Budianto, 2009).

Setiap sel yang hidup tersusun oleh protein.Protein merupakan bahan pembangun tubuh yang
utama.Protein tersusun atas senyawa organic yang mengandung unsur-unsur karbon, hydrogen,
oksigen, dan nitrogen.Unsur nitrogen (N) adalah ciri protein yang membedakan dari karbohidrat dan
lemak. Protein merupakan bahan baku sel dan jaringan karena merupakan komponen penting dari
otot, kulit, dan tulang.

a. Macam Protein

Bahan sumber protein umumnya digunakan sebagai lauk-pauk. Protein dibedakan menjadi dua,
yaitu:

1. Protein hewani: daging, ikan, telur, hati, dan susu

2. Protein nabati: tempe, tahu, dan kacang-kacangan.

b. Fungsi Protein

Fungsi protein bagi tubuh manusia antara lain:

1. Zat pembangun atau pembentukan sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak

2. Bahan pembentuk hormon atau antibodi enzim

3. Pengaturan proses dalam tubuh

4. Zat tenaga

5. Transportasi (Hb dalam darah)

6. Pembekuan darah dan mempengaruhi keturunan.

c. Contoh Penyakit Akibat Kekurangan atau Kelebihan Protein

Kekurangan protein berlarut-larut pada bayi dan anak disebut Kwashiorkor dengan tanda-tanda:

1. Rambut merah jagung, mudah rontok, dan jarang

2. Mata cekung takut sinar dapat juga hermolopis/ Xeropthalamie

3. Inelastis pada lengan, pantat dan paha, kadang-kadang terlihat bengkak

4. Bila menangis tidak kedengaran suaranya.

Protein sangat dibutuhkan tubuh sebagai zat pembangun, dan selain itu protein juga berpengaruh
terhadap kadar kolesterol darah. (Kartini Sukardji, 2003)

6.1.1 Penyakit Utama Akibat Kekurangan Protein

1. Marasmus

56
Anak-anak dan bayi rentan terhadap kekurangan protein. Marasmus adalah kurangnya nutrisi
penting yang parah. Marasmus adalah penyakit fatal yang menyebabkan penurunan berat badan,
dan dehidrasi. Anak terlihat kurus kering dengan rambut kemerahan.

2. Kwashiorkor

Kurangnya protein dan karbohidrat seperti beras, ubi jalar, dan pisang menyebabkan kwashiorkor.
Ini adalah penyakit gizi buruk yang sering terjadi pada anak agak besar.

Gejala kwashiorkor termasuk perut bengkak karena retensi cairan, kulit mudah mengalami borok
yang tak kunjung sembuh. Ini juga memiliki gejala umum untuk marasmus seperti mudah marah,
diare, kelelahan , pertum buhan terbatas dan gangguan perkembangan kognitif serta kesehatan
mental.

3. Cachexia

Cachexia adalah penyakit yang menyebabkan melemahnya otot rangka akibat kekurangan protein.
Hal ini terkait dengan penyakit kronis seperti AIDS, kanker, gagal ginjal kronis, penyakit paru
obstruktif kronik dan rheumatoid arthritis.

Hal ini menyebabkan penurunan berat badan dan juga bisa mengakibatkan kematian. Asupan
protein yang kurang sering terjadi pada pasien yang menderita kanker kolon, lambung, hati,
pankreas dan saluran empedu.

6.1.2 Penyakit Kekurangan Protein Khusus

1. Kekurangan Protein C

Seseorang yang mengalami kondisi ini kebanyakan disebabkan olehpenyakit keturunan yang
mempengaruhi produksi antikoagulan alami tubuh. Hal ini menyebabkan pembekuan darahyang
abnormal (trombosis) khususnya di vena.

2. Kekurangan protein S

juga mempengaruhi produksi antikoagulan alami. Namun penyebabnya dapat menjadi genetik atau
diperoleh melalui kekurangan vitamin K.

3. Kekurangan Alpha-1 antitrypsin

satu jenis sindrom kekurangan protein, menyebabkan kesulitan bernafas , mengi, masalah
penglihatan dan kelemahan.

4. Kekurangan protein trifungsional mitokondria

menyebabkan gula darah rendah, kelemahan jantung dan masalah hati, otot mengencil dan lemah
serta bayi akan kesulitan dalam menyusu.

6.1.3 Penyakit Akibat Kekurangan Protein Asam Amino Esensial

57
Protein tersusun dari asam amino. Ada 22 asam amino yang telah ditemukan dalam jaringan tubuh
manusia. Banyak dari asam amino dapat disintesis sendiri oleh tubuh kita (asam amino non-
esensial).

Namun sembilan dari mereka adalah asam amino penting (asam amino esensial) yang harus
didapatkan dari luar tubuh (makanan) karena tubuh kita tidak dapat mensintesisnya.
Ketidakcukupan setiap jenis asam amino esensialini juga dapat menyebabkan fungsi abnormal dan
berbahaya bagi tubuh.

Bahkan asam amino non esensial juga diperlukan sebagai pelengkap dalam membangun protein.
Berikut ini 9 asam amino esensial dan efek buruk akibat kekurangan zat protein ini:

a. Histidin.

Kekurangan L-histidin dalam sumber makanan dapat menyebabkan gejala


seperti anemia, menurunkan produksi histamin, menurunkan penyerapan zinc, dan menurunkan
respon imun atau kekebalan tubuh.

b. Isoleusin.

Apabila tubuh kekurangan Isoleusin dari sumber makanan, maka dapat menyebabkan gejala
seperti sakit kepala, pusing, kelemahan, depresi, kebingungan dan mudah marah.

c. Leusin.

Kekurangan protein asam amino Leusin dalam diet menunjukkan gejala yang mirip dengan
hipoglikemia. Gejala termasuk sakit kepala, pusing, kelemahan, kurangnya stabilitas mental,
disorientasi, mudah marah dan depresi.

d. Lysine.

Akibat kekurangan protein asam amino Leusin, seseorang dapat menunjukkan gejala seperti mudah
marah, pusing, kelelahan, anemia, mood swing, rambut rontok dan pertumbuhan terhambat.

e. Metionin.

Asam amino Metionin juga tak kalah penting, karena kekurangan zat ini dalam diet dapat
menyebabkan penurunan sintesis sistein, yang melindungi sel-sel hati dari kerusakan. Peningkatan
peroksidasi lipid, depresi, dan peningkatan risiko aterosklerosis.

f. Fenilalanin.

Manifestasi klinis akibat kekurangan fenilalanin diantarany; kebingungan, kelesuan, kekurangan


energi, retensi cairan, depresi, lesi kulit,penurunan kewaspadaan, kerusakan hati, masalah memori ,
pertumbuhan yang lambat dan kurang nafsu makan.

g. Treonin.

Gejala kekurangan treonin termasuk lekas marah, mood swing, impulsif dan masalah memori.
Ketidakmampuan yang berkaitan dengan fungsi otak.

58
h. Tryptophan.

Kelangkaan makanan triptofan dapat menyebabkan rendahnya tingkat serotonin. Kadar serotonin
yang rendah berhub ungan dengan depresi, kecemasan, panik, mudah marah, perubahan suasana
hati, sabar, impulsif, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, peningkatan berat badan, mengidam
makanan, agresivitas dan insomnia.

i. Valin.

Akibat kekurangan protein valin dalam diet dapat mempengaruhi proses penyelubungan myelin
saraf. Ketidakmampuan untuk metabolisme leusin, isoleusin, dan valine menyebabkan penyakit
Maple syrup urine disease (MSUD). Urin dari orang-orang yang terkena penyakit ini berbau seperti
sirup maple.

 Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk cara mengatasi kekurangan protein, seperti
berikut:

1) Konsumsi Daging Putih

Bagi beberapa kalangan belum terlalu familiar dengan sebutan daging putih.Daging putih merupakan
salah satu golongan daging berwarna putih yang umumnya berasal dari beragam jenis unggas,
seperti ayam, bebek, kalkun, dan sebagainya.Jenis daging putih ini memiliki kandungan protein yang
dibutuhkan oleh tubuh, terutama kandungan vitamin B3 atau biasa disebut niacin.Niacin ini
berperan dalam menjaga kesehatan kulit secara optimal selayaknya fungsi dari protein itu sendiri
bagi jaringan tubuh.

2) Konsumsi Daging Merah

Daging merah menunjukkan daging yang memiliki penampang berwarna merah.Umumnya daging
merah ini dihasilkan dari jenis hewan ternak yang memiliki ukuran lebih besar, seperti sapi, kambing,
kerbau, dan sebagainya. Dengan mengonsumsi jenis daging yang satu ini kebutuhan tubuh akan
protein dapat tepenuhi dan perkembangan otot tubuh pun akan terstimulasi lebih maksimal.
Kandungan zat besi, fosfor, dan selenium dari golongan jenis daging merah juga dapat menjadi nilai
tambah dalam rangka pemenuhan kebutuhan tubuh akan ragam nutrisi berimbang.

3) Konsumsi Ikan Laut

Sebagai alternatif lain, mengonsumsi makanan yang berbahan dasar dari ikan laut sangat dianjurkan.
Hal ini disebabkan pada saat seseorang mengonsumsi ikan laut, selain mendapatkan asupan protein,
tubuh pun akan menerima asupan zat gizi lain seperti lemak dan beragam mineral penting. Selain
itu, keutamaan dari mengonsumsi ikan laut adalah kandungan asam amino esensial yang paling
menyerupai dengan asam amino esensial yang terdapat dalam tubuh. Oleh karena itu, konsumsi ikan
laut ini sangat disarankan di segala usia, bahkan pada anak balita maupun lanjut usia (lansia) karena
tekstur dagingnya yang lembut serta ragam zat gizi yang terkandung di dalamnya akan senantiasa
membuat sistem pencernaan tetap merasa nyaman. Hal ini tidak diperoleh dari jenis daging lain
yang terkesan memiliki kandungan efek yang lebih berat pada saluran pencernaan manusia.

4) Konsumsi Putih Telur

59
Kandungan protein tertinggi ada pada bagian putih telur.Dengan demikian, bagi seseorang yang
sedang membentuk otot tubuh maka usahakan untuk mengonsumsi putih telur dalam takaran yang
sesuai sebelum memulai untuk berolahraga.Hal ini disebabkan kandungan protein dalam putih telur
lebih efektif dalam membentuk otot yang diinginkan.Selain itu, putih telur ini diketahui memiliki
kandungan yang lebih sehat dibandingkan dengan bagian kuning telur.

5) Konsumsi Seafood

Bagi seseorang yang sedang melakukan program diet dan takut untuk mengonsumsi karbohidrat
karena akan merusak program diet maka disarankan untuk mengonsumsi seafood yang kaya akan
protein yang dapat menggantikan asupan karbohidrat. Hal ini dikarenakan seafood terkenal akan
kandungan proteinnya yang tinggi.

6) Konsumsi Susu

Jika manusia kekurangan protein maka tulang mereka akan bermasalah. Susu mengandung protein
yang cukup banyak, kira-kira terdapat 8 gram protein dalam tiap cangkir.Susu menjadi favorit setiap
orang karena dapat disajikan tanpa butuh waktu lama. Susu akan sangat baik dikonsumsi oleh anak-
anak dalam membantu pertumbuhan tulang, sedangkan untuk orang dewasa susu dapat menjadi
salah satu cara mencegah tulang keropos atau biasa disebut osteoporosis dikarenakan usia dan
beebrapa faktor risiko lainnya.

7) Konsumsi Keju

Keju dapat menjadi alternatif asupan nutrisi protein bagi seseorang yang tidak terlalu suka minum
susu. Selain itu, keju juga dapat menjadi alternatif lain dari cara mengkonsumsi susu karena pada
dasarnya keju adalah susu yang sudah difermentasi. Selain memgandung protein, keju juga diketahui
banyak mengandung Vitamin B dan lemak.

8) Konsumsi Sayuran Hijau

Dewasa ini menjadi vegetarian menjadi sangat populer Hal ini tidak mengherankan karena informasi
gaya hidup sehat telah banyak diketahui oleh masyarakat. Bagi seorang vegetarian tidak perlu kuatir
akan kekurangan sumber makanan protein karena dengan mengonsumsi sayuran, khusunya sayuran
hijau seperti sawi, bayam, dan brokoli maka asupan protein tetap terpenuhi. Selain itu, kandungan
kalsium dalam sayuran hijau juga sangat baik untuk pertumbuhan tulang dan gigi, seperti fungsi dari
protein itu sendiri.Rasa kenyang pun dapat diperoleh hanya dengan mengonsumsi satu porsi
sayuran hijau karena sudah memenuhi kalori yang dibutuhkan oleh tubuh.

9) Konsumsi Kedelai

Kedelai merupakan salah satu sumber protein hebat yang dapat diolah menjadi berbagai makanan
yang lezat seperti tempe, tahu, dan sari kedelai. Kedelai adalah sumber protein nabati yang sangat
baik. Seperti yang telah disinggung di atas, jika di dalam tubuh terdapat cukup protein, maka
metabolisme dalam tubuh akan lancar. Dengan demikian, protein dalam kedelai dapat membantu
menjaga kesehatan sel dalm tubuh. Kedelai juga kaya akan kalsium sehingga baik untuk dikonsumsi
dalam mencapai pertumbuhan tulang yang baik.

60
6.2 Anemia

6.2.1 Pengertian Anemia

Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau
jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal.
Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal eritrosit, kuantitas hemoglobin, dan
volume packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml darah.

6.2.2 Penyabab Atau Etiologi Anemia

1. Perdarahan

2. Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B12, dan asam folat. (Barbara C. Long, 1996 )

3.Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema, dll.

4.Kelainan darah

5.Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah. (Arif Mansjoer, 2001)

 Klasifikasi

Secara patofisiologi anemia terdiri dari :

1. Penurunan produksi : anemia defisiensi, anemia aplastik.

2. Peningkatan penghancuran : anemia karena perdarahan, anemia hemolitik

 Secara umum anemia dikelompokan menjadi :

1. Anemia mikrositik hipokrom

A. Anemia defisiensi besi

Untuk membuat sel darah merah diperlukan zat besi (Fe).Kebutuhan Fe sekitar 20 mg/hari,
dan hanya kira-kira 2 mg yang diserap.Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar 2-4 mg, kira-kira 50
mg/kg BB pada pria dan 35 mg/kg BB pada wanita.Anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan
kronik. Di Indonesia banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang (ankilostomiasis), inipun tidak
akan menyebabkan anemia bila tidak disertai malnutrisi. Anemia jenis ini dapat pula disebabkan
karena :

• Diet yang tidak mencukupi

• Absorpsi yang menurun

• Kebutuhan yang meningkat pada wanita hamil dan menyusui

• Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah

• Hemoglobinuria

61
• Penyimpanan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru.

B. Anemia penyakit kronik

Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with reticuloendothelial siderosis.
Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi seperti infeksi ginjal, paru ( abses,
empiema, dll ).

2. Anemia makrositik

a. Anemia Pernisiosa

Anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik karena
gangguan absorsi yang merupakan penyakit herediter autoimun maupun faktor ekstrinsik karena
kekurangan asupan vitamin B12.

b. Anemia defisiensi asam folat

Anemia ini umumnya berhubungan dengan malnutrisi, namun penurunan absorpsi


asam folat jarang ditemukan karena absorpsi terjadi di seluruh saluran cerna. Asam folat terdapat
dalam daging, susu, dan daun – daun yang hijau.

3. Anemia karena perdarahan

a) Perdarahan akut

Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, sedangkan penurunan kadar Hb
baru terjadi beberapa hari kemudian.

b) Perdarahan kronik

Pengeluaran darah biasanya sedikit – sedikit sehingga tidak diketahui pasien. Penyebab yang sering
antara lain ulkus peptikum, menometroragi, perdarahan saluran cerna, dan epistaksis.

4. Anemia hemolitik

Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah ( normal 120 hari ), baik sementara
atau terus menerus. Anemia ini disebabkan karena kelainan membran, kelainan glikolisis, kelainan
enzim, ganguan sistem imun, infeksi, hipersplenisme, dan luka bakar.Biasanya pasien ikterus dan
splenomegali.

5. Anemia aplastik

Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah.Penyebabnya bisa
kongenital, idiopatik, kemoterapi , radioterapi, toksin, dll.

6.2.3 Manifestasi Klinis

Gejala-gejala umum yang sering dijumpai pada pasien anemia antara lain : pucat, lemah, cepat
lelah, keringat dingin, takikardi, hypotensi, palpitasi. (Barbara C. Long, 1996).Takipnea (saat latihan

62
fisik), perubahan kulit dan mukosa (pada anemia defisiensi Fe). Anorexia, diare, ikterik sering
dijumpai pada pasien anemia pernisiosa (Arif Mansjoer, 2001)

6.2.4 Pencegahan Anemia

Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Namun, Anda dapat membantu menghindari anemia
kekurangan zat besi dan anemia kekurangan vitamin dengan makan yang sehat, variasi makanan,
termasuk:

1. Besi. Sumber terbaik zat besi adalah daging sapi dan daging lainnya. Makanan lain yang kaya
zat besi, termasuk kacang-kacangan, lentil, sereal kaya zat besi, sayuran berdaun hijau tua, buah
kering, selai kacang dan kacang-kacangan.

2. Folat. Gizi ini, dan bentuk sintetik, asam folat, dapat ditemukan di jus jeruk dan buah-
buahan, pisang, sayuran berdaun hijau tua, kacang polong dan dibentengi roti, sereal dan pasta.

3. Vitamin B-12. Vitamin ini banyak dalam daging dan produk susu.

4. Vitamin C. Makanan yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, melon dan beri, membantu
meningkatkan penyerapan zat besi.

Makan banyak makanan yang mengandung zat besi sangat penting bagi orang-orang yang
memiliki kebutuhan besi yang tinggi, seperti anak-anak - besi yang diperlukan selama ledakan
pertumbuhan - dan perempuan hamil dan menstruasi.

6.2.5 Penanggulangan Anemia

Tindakan penting yang dilakukan untuk mencegah kekurangan besi antara lain :

1. Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar besi yang cukup secara
rutin pada usia remaja.

2. Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging, ikan, unggas, makanan laut
disertai minum sari buah yang mengandung vitamin C (asam askorbat) untuk meningkatkan absorbsi
besi dan menghindari atau mengurangi minum kopi, teh, teh es, minuman ringan yang mengandung
karbonat dan minum susu pada saat makan.

3. Suplementasi besi. Merupakan cara untuk menanggulangi ADB di daerah dengan prevalensi
tinggi. Pemberian suplementasi besi pada remaja dosis 1 mg/KgBB/hari.

4. Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak diberi bersama susu,
kopi, teh, minuman ringan yang mengandung karbonat, multivitamin yang mengandung phosphate
dan kalsium.

5. Skrining anemia. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih merupakan pilihan untuk
skrining anemia defisiensi besi .

6.2.6 Pengobatan Anemia

Pengobatan anemia tergantung pada penyebabnya:

63
1. Anemia kekurangan zat besi. Bentuk anemia ini diobati dengan suplemen zat besi, yang
mungkin Anda harus minum selama beberapa bulan atau lebih. Jika penyebab kekurangan zat besi
kehilangan darah - selain dari haid - sumber perdarahan harus diketahui dan dihentikan. Hal ini
mungkin melibatkan operasi.

2. Anemia kekurangan vitamin. Anemia pernisiosa diobati dengan suntikan - yang seringkali
suntikan seumur hidup - vitamin B-12. Anemia karena kekurangan asam folat diobati dengan
suplemen asam folat.

3. Anemia penyakit kronis. Tidak ada pengobatan khusus untuk anemia jenis ini. Suplemen zat
besi dan vitamin umumnya tidak membantu jenis anemia ini . Namun, jika gejala menjadi parah,
transfusi darah atau suntikan eritropoietin sintetis, hormon yang biasanya dihasilkan oleh ginjal,
dapat membantu merangsang produksi sel darah merah dan mengurangi kelelahan.

4. Aplastic anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup transfusi darah untuk
meningkatkan kadar sel darah merah. Anda mungkin memerlukan transplantasi sumsum tulang jika
sumsum tulang Anda berpenyakit dan tidak dapat membuat sel-sel darah sehat. Anda mungkin perlu
obat penekan kekebalan tubuh untuk mengurangi sistem kekebalan tubuh Anda dan memberikan
kesempatan sumsum tulang ditransplantasikan berespon untuk mulai berfungsi lagi.

5. Anemia terkait dengan penyakit sumsum tulang. Pengobatan berbagai penyakit dapat
berkisar dari obat yang sederhana hingga kemoterapi untuk transplantasi sumsum tulang.

6. Anemias hemolitik. Mengelola anemia hemolitik termasuk menghindari obat-obatan


tertentu, mengobati infeksi terkait dan menggunakan obat-obatan yang menekan sistem kekebalan
Anda, yang dapat menyerang sel-sel darah merah. Pengobatan singkat dengan steroid, obat penekan
kekebalan atau gamma globulin dapat membantu menekan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-
sel darah merah.

7. Sickle cell anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup pemberian oksigen, obat
menghilangkan rasa sakit, baik oral dan cairan infus untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah
komplikasi. Dokter juga biasanya menggunakan transfusi darah, suplemen asam folat dan antibiotik.
Sebuah obat kanker yang disebut hidroksiurea (Droxia, Hydrea) juga digunakan untuk mengobati
anemia sel sabit pada orang dewasa.

6.3 Kekurangan Vitamin A

Kekurangan Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar di seluruh dunia terutama
negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama pada masa pertumbuhan (balita).
Kekurangan vitamin A dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan epitelisme sel-
sel kulit. Kekurangan vitamin A dapat terjadi karena beberapa sebab antara lain konsumsi makanan
yang tidak cukup mengandung vitamin A atau provitamin A untuk jangka waktu yang lama, bayi yang
tidak diberikan ASI eksklusif, menu tidak seimbang (kurang mengandung lemak, protein, zink atau
zat gizi lainnya) yang diperlukan untuk penyerapan vitamin A dan penggunaan vitamin A dalam
tubuh, adanya gangguan penyerapan vitamin A dan provitamin A seperti pada penyakit-penyakit
antara lain diare kronik, KEP dan lain-lain sehingga kebutuhan vitamin A meningkat, adanya

64
kerusakan hati yang menyebabkan gangguan pembentukan retinol binding protein (RBP) dan pre-
albumin yang penting untuk penyerapan vitamin. Masalah gizi adalah gangguan pada beberapa segi
kesejahteraan perorangan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan
akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Sedang yang dimaksudkan dengan zat gizi adalah zat
kimia yang terdapat dalam makanan yang diperlukan manusia untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan. Sampai saat ini dikenal berbagai macam zat gizi yang digolongkan menjadi dua yaitu zat
gizi makro (zat gizi sumber energi seperti karbohidrat, lemak dan protein) serta zat gzizi mikro
seperti vitamin dan mineral (Soekirman 2000)

KVA merupakan suatu kondisi dimana mulai timbulnya gejala kekurangan konsumsi vitamin A.
Defisiensi vitamin A dapat merupakan kekurangan primer akibat kurang konsumsi. KVA dapat pula
disebut kekurangan sekunder apabila disebabkan oleh gangguan penyerapan dan penggunaan
vitamin A dalam tubuh, kebutuhan yang meningkat, atau karena gangguan pada konversi karoten
menjadi vitamin A. KVA sekunder dapat terjadi pada penderita KEP, penyakit hati, alfa dan beta
lipoproteinemia, atau gangguan absorpsi karena kekurangan asam empedu.

KVA menghalangi fungsi sel-sel kelenjar yang mengeluarkan mukus dan digantikan oleh sel-sel epitel
bersisik dan kering. Kulit menjadi kering, kasar, dan luka sukar sembuh. Membran mukosa tidak
dapat mengeluarkan cairan secara sempuna sehingga mudah terserang infeksi. Lapisan sel yang
menutupi trakea dan paru-paru mengalami keratinisasi, tidak mengeluarkan lendir, sehingga mudah
dimasuki mikroorganisme dan menyebabkan infeksi. Bila infeksi ini terjadi pada permukaan dinding
usus akan menyebabkan diare. Perubahan pada permukaan saluran kemih dan kelamin dapat
menimbulkan infeksi pada ginjal, kantung kemih, dan vagina. Perubahan ini dapat juga
meningkatkan endapan kalsium yang dapat menyebabkan batu ginjal dan gangguan kantung kemih.
Perubahan pada permukaan saluran kemih dan kelamin dapat menimbulkan infeksi pada ginjal dan
kantong kemih. Pada anak-anak dapat menyebabkan komplikasi pada campak yang dapat
mengakibatkan kematian.

6.3.1 Pengertian Dan Metabolisme Zat

1. Pengertian Vitamin A

Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat di perlukan oleh tubuh yang
berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh
(meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan penyakit
infeksi lain). (Puspitorini, 2008) Vitamin A adalah salah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh
yang berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan kesehatan mata. (Gsianturi,
2004).

KVA merupakan suatu kondisi dimana mulai timbulnya gejala kekurangan konsumsi vitamin A.
Defisiensi vitamin A dapat merupakan kekurangan primer akibat kurang konsumsi. KVA dapat pula
disebut kekurangan sekunder apabila disebabkan oleh gangguan penyerapan dan penggunaan
vitamin A dalam tubuh, kebutuhan yang meningkat, atau karena gangguan pada konversi karoten
menjadi vitamin A. KVA sekunder dapat terjadi pada penderita KEP, penyakit hati, alfa dan beta
lipoproteinemia, atau gangguan absorpsi karena kekurangan asam empedu.

2. Metabolisme Zat Gizi Vitamin A

65
Vitamin A mempunyai provitamin yaitu karoten. Pada sayuran vitamin A terdapat sebagai
provitamin dalam bentuk pigmen berwarna kuning ß karoten, yang terdiri atas dua molekul retinal
yang dihubungkan pada ujung aldehid rantai karbonnya.Tetapi karena ß karoten tidak mengalami
metabolisme yang efisien ,maka ß karoten mempunyai efektifitas sebagai sumber vitamin A hanya
seper sepuluh retinal.

Ester retinal yang terlarut dalam lemak makanan akan terdispersi di dalam getah empedu dan
dihidrolisis di dalam lumen intestinum diikuti oleh penyerapan langsung ke dalam epitel intestinal. ß
– Karoten yang dikomsumsi mungkin dipecah lewat reaksi oksidasi oleh enzim ß – karoten
dioksigenase . Pemecahan ini menggunakan oksigen molekuler, digalakkan dengan adanya garam-
garam empedu dan menghasilkan 2 molekul retinaldehid ( retinal ). Demikian pula ,di dalam mukosa
intestinal ,retinal direduksi menjadi retinal oleh enzim spesifik retinaldehid reduktase dengan
menggunakan NADPH.

Retinal dalam frahsi yang kecil teroksidasi menjadi asam retinoat . Sebagian besar retinal mengalami
esterifikasi dengan asam-asam lemak dan menyatu ke dalam kilomikron limfe yang masuk ke dalam
aliran darah.Bentuk ini kemudian diubah menjadi fragmen kilomikron yang diambil oleh hati
bersama-sama dengan kandungan retinolnya .

Di dalam hati, vitamin A disimpan dalam bentuk ester di dalam liposit, yang mungkin sebagai suatu
kompleks lipoglikoprotein.Untuk pengngkutan ke jaringan, vitamin A dihidrolisis dan retinal yang
terbentuk terikat dengan protein pengikat aporetinol ( RBP ).Holo- RBP yang dihasilkan diproses
dalam apparatus golgi dan disekresikan ke dalam plasma .Asam retinoat diangkut dalam plasma
dalam keadaan terikat dengan albumin.Begitu di dalam sel-sel ekstrahepatik , retinal terikat dengan
protein pengikat retinol seluler (CRBP) .Toksisitaas vitamin A terjadi setelah kapasitas RBP dilampaui
dan sel-sel tersebut terpapar pada retinal yang terikat.

Retinal dan retinal mengalami interkonversi dengan adanya enzim-enzim dehidrogenase atau
reduktase yang memerlukan NAD atau NADP di dalam banyak jaringan. Namun demikian, begitu
terbentuk dari retinal, asam retinoat tidak dapat diubah kembali menjadi retinal atau menjadi
retinal.Asam retinoat dapat mendukung pertumbuhan dan differensiasi, tetapi tidak dapat
menggantikan retinal dalam peranannya pada penglihatan atau pun retinal dalam dukungannya
pada system reproduksi.

Retinol setelah diambil oleh CRBP diangkut ke dalam sel dan terikat dengan protein nucleus,di dalam
nucleus inilah retinal terlibat dalam pengendalian ekspresi gen-gen tertentu, sehingga retinal bekerja
menyerupai hormon steroid. Retinal merupakan kompoenen pigmen visual rodopsin,yang mana
rodopsin terdapat dalam sel-sel batang retina yang bertanggung jawab atas penglihatan pada saat
cahaya kurang terang. 11 – sis – Retinal yaitu isomer all – transretinal,terikat secara spesifik pada
protein visual opsin hingga terbentuk rodopsin.Ketika terkena cahaya, rodopsin akan terurai serta
mambentuk all-trans retinal dan opsin. Reaksi ini disertai dengan perubahan bentuk yang
menimbulkan saluran ion kalsium dalam membran sel batang. Aliran masuk ion-ion kalsium yang
cepat akan memicu impuls syaraf sehingga memungkin cahaya masuk ke otak. Asam retinoat turut
serta dalam sintesis glikoprotein. Hal ini dapat dijelaskan bahwa asam retinoat bekerja dalam
menggalakkan pertumbuhan dan differensiasi jaringan.

66
Retinoid dan karotenoid memiliki aktivitas antikanker. Banyak penyakit kanker pada manusia timbul
dalam jaringan epitel yang tergantung pada retinoid untuk berdifferensiasi seluler yang normal .ß–
karoten merupakan zat antioksidan dan mungkin mempunyai peranan dalam menangkap radikal
bebas peroksi di dalam jaringan dengan tekanan parsial oksigen yang rendah. Kemampuan ß–
karoten bertindak sebagai antioksidan disebabkan oleh stabilisasi radikal bebas peroksida di dalam
struktur alkilnya yang terkonjugasi. Karena ß – karoten efektif pada konsentrasi oksigen yang
rendah, zat provitamin ini melengkapi sifat-sifat antioksidan yang dimiliki vitamin E yang efektif
dengan konsentrasi oksigen yang lebih tinggi.

Kekurangan atau defisiensi vitamin A disebabkan oleh malfungsi berbagai mekanisme seluler yang di
dalamnya turut berperan senyawa-senyawa retinoid. Defisiensi vitamin A terjadi gangguan
kemampuan penglihatan pada senja hari (buta senja). Ini terjadi karena ketika simpanan vitamin A
dalam hati hampir habis. Deplesi selanjutnya menimbulkan keratinisasi jaringan epitel mata, paru-
paru, traktus gastrointestinal dan genitourinarius, yang ditambah lagi dengan pengurangan sekresi
mucus. Kerusakan jaringan mata, yaitu seroftalmia akan menimbulkan kebutaan. Defisiensi vitamin A
terjadi terutama dengan dasar diet yang jelekdengan kekurangan komsumsi sayuran, buah yang
menjadi sumber provitamin A.

6.3.2 Kebutuhan Zat Gizi / Akg

Vitmain A ditemukan pada tahun 1913 oleh Mc. Collum dan Davis. Vitamin A adalah vitamin
antioksidan yang larut dalam minyak dan penting bagi penglihatan dan pertumbuhan tulang. Secara
luas vitamin A merupakan nama generic yang menyatakan semua retinoid dan precursor/
provitamin A/ karotenid yang mempunyai aktivitas biologic sebagai retinol. Retinol diserap dalam
bentuk prekursor.

Vitamin A adalah kristal alkohol yang dalam bentuk aslinya berwarna putih dan larut dalam lemak
atau pelarut lemak. Dalam makanan vitamin A biasanya terdapat dalam bentuk ester retenil, yaitu
terikat pada asam lemak rantai panjang. Rumus Kimia dari Vitamin A adalah C20H30O dan
mempunyai berat molekul 286.456 g/mol .

Halati (2006) menyatakan bahwa angka kecukupan gizi (AKG) anak balita sekitar 350 Retinol
Ekuivalen (RE). Angka ini dihitung dari kandungan vitamin A dalam makanan nabati atau hewani
yang dikonsumsi.

Sebagai gambaran, angka 350 RE terdapat pada tiga butir telur atau 250 gram bayam. Jadi seorang
anak balita memenuhi kecukupan gizi vitamin A jika ia mengonsumsi tiga telur atau 250 gram bayam
dalam sehari. Tapi, tentu saja, seorang anak akan bosan jika terus menerus diberi telur dan bayam,
apalagi dalam jumlah besar. Terdapat banyak sayuran dan buah yang mengandung vitamin A.
Sayuran dan buah yang mengandung AKG dalam jumlah besar, lebih dari 150 RE/100 gr, adalah
pepaya, bayam, kangkung, wortel, ubi jalar, mangga, dan sebagainya. Sementara sumber makanan
nabati dengan kandungan vitamin A lebih rendah, sekitar 1-60 RE/100 gr, terdapat pada jagung,
semangka, tomat, pisang, belimbing, dan sejenisnya. Untuk sumber makanan hewani, kandungan
vitamin A dalam jumlah besar terdapat pada telur, daging ayam dan hati. Sedangkan ikan, susu
segar, dan udang memiliki kandungan vitamin A tergolong kecil. Untuk lebih mudah mengingat jenis
makanan apa saja yang mengandung vitamin A. Jenis lainnya adalah makanan yang sudah
difortifikasi atau ditambah zat gizinya seperti jenis mie instan, biskuit, mentega dan susu instan.

67
6.3.3 Patologi Kekurangan Vitamin A

Dalam gejala klinis defisiensi vitamin A akan tampak bila cadangan vitamin A dalam hati dan organ-
organ tubuh lain sudah menurun dan kadar vitamin A dalam serum mencapai garis bawah yang
diperlukan untuk mensuplai kebutuhan metabolik mata. Deplesi vitamin A dalam tubuh merupakan
proses yang memakan waktu lama. Diawali dengan habisnya persediaan vitamin A di dalam hati,
menurunnya kadar vitamin A plasma (kelainan biokimia), kemudian terjadi disfungsi sel batang pada
retina (kelainan fungsional), dan akhirnya timbul perubahan jaringan epitel (kelainan antomis).
Penurunan vitamin A pada serum tidak menggambarkan defisiensi vitamin A dini, karena deplesi
telah terjadi jauh sebelumnya.

Vitamin A merupakan “body regulators” dan berhubungan erat dengan proses-proses metabolisme.
Secara umum fungsi tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu :

• Yang berhubungan dengan pengelihatan

• Yang tidak berhubugan dengan pengelihatan

Fungsi yang berhubungan dengan pengelihatan di jelaskan melalui mekanisme Rods (batang) yang
ada di retina yang sensitive terhadap cahaya dengan intensitas yang rendah, sedangkan Cones
(kerucut) untuk cahaya dengan intensitas yang tinggi dan untuk menagkap cahaya berwarna. Pigmen
yang sensitive terhadap cahaya dari Rods disebut sebagai Rhodopsin.

Ada dua macam sel reseptor pada retina, yaitu sel kerucut (sel konkus) dan sel batang (sel basilus).
Retina adalah kelompok prostetik pigmen fotosensitif dalam batang maupun kerucut, perbedaan
utama antara pigmen pengelihatan dalam batang (rhodopsin) dan dalam kerucut (iodopsin) adalah
protein alami yang terikat pada retina. Vitamin A berfungsi dalam pengelihatan normal pada cahaya
remang. Di dalam mata, retinol (bentuk vitamin A yang terdapat di dalam darah) dioksidasi menjadi
retinal. Retinal kemudian mengikat protein opsin dan membentuk rhodopsin (suatu pigmen
pengelihatan). Rhodopsin merupakan zat yang menerima rangsangan cahaya dan mengubah energi
cahaya menjadi energi biolistrik yang merangsang indra pengelihatan. Beta karoten efektif dalam
memperbaiki fotosensivitas pada penderita dengan protoporfiria erithopoetik.

Mata membutuhkan waktu beradaptasi dan dapet melihat dari ruangan dengan cahaya terang ke
ruangan dengan cahaya remang-remang. Bila seseorang berpindah dari tempat terang ke tempat
gelap, akan terjadi regenerasi rhodopsin secara maksilmal. Rhodopsin sangat penting dalam
pengelihatan di tempat gelap. Kecepatan mata untuk beradaptasi, berhubungan langsung dengan
vitamin A yang tersedia di dalam darah untuk membentuk rhodopsin. Apabila kurang vitamin A,
rhodopsin tidak terbentuk dan akan memnyebabkan timbulnya tanda pertama kekurangan vitamin A
yaitu rabun senja.

Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan kelainan pada sel-sel epitel pada selaput lendir mata.
Kelainan tersebut karena terjadinya proses metaplasi sel-sel epitel, sehingga kelanjar tidak
memproduksi cairan yang dapat menyebabkan terjadinya kekeringan pada mata yang disebut
xerosis konjungtiva. Bila kondisi ini berlanjut akan terjadi yang disebut bercak bitot (Bitot Spot) yaitu
suatu bercak putih, berbentuk segi tiga di bagian temporal dan diliputi bahan seperti busa.

68
Defisiensi lebih lanjut menyebabkan xerosis kornea, yaitu kornea menjadi kering dan kehilangan
kejernihannya karena terjadi pengeringan pada selaput yang menutupi kornea. Pada stadium yang
lanjut, kornea menjadi lebih keruh, berbentuk infiltrat, berlaku pelepasan sel-sel epitel kornea, yang
berakibat pada pelunakan dan pecahnya kornea. Mata juga dapat terkena infeksi. Tahap terakhir
deri gejala mata yang terinfeksi adalah keratomalasia (kornea melunak dan dapat pecah), sehingga
menyebabkan kebutaan total.

Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan fungsi kekebalan tubuh menurun, sehingga mudah terkena
infeksi. Kekurangan vitamin A menyebabkan lapisan sel yang menutupi paru-paru tidak
mengeluarkan lendir, sehingga mudah dimasuki mikroorganisme, bakteri, dan virus yang dapat
menyebabkan infeksi. Jika hal ini terjadi pada permukaan dinding usus halus, akan menyebabkan
diare.

Vitamin A menpunyai peranan penting pada sintesis protein yaitu pembentukan RNA sehingga
berperan terhadap pertumbuha sel. Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel
epitel yang membentuk email gigi. Pada orang yang kekurangan vitamin A, pertumbuhan tulang
terhambat dan bentuk tulang tidak normal. Pada anak-anak yang kekurangan vitamin A, terjadi
kegagalan pertumbuhan.

Pada keadaan dimana terjadi defisiensi vitamin A akan terjadi gangguan mobilisasi zat besi dari
hepar, dengan akibat terjadi penurunan kadar feritin. Gangguan mobilisasi zat besi jugaakan
menyebabkan rendahnya kadar zat besi dalam plasma, dimana hal ini akan mengganggu proses
sintesis hemoglobin sehingga akan menyebabkan rendahnya kadar Hb dalam darah.

Defisiensi vitamin A kronis anemia serupa seperti yang dijumpai pada defisiensi besi, ditandai
dengan Mean Corpuscular Volume (MCV) dan Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration
(MCHC) rendah, terdapat anisositosis dan poikilositosis, kadar besi serum rendah tetapi cadangan
besi (ferritin) didalam hati dan sumsum tulang meningkat. KVA menghambat penggunaan kembali
besi untuk eritropoiesis, mengganggu pembentukan transferin dan mengganggu mobilisasi besi.

6.3.4 Gejala/Tanda-Tanda Kekurangan Vitamin A

KVA amerupakan kelainan sistemik yang dapat mempengaruhi jaringan epitel dari organ-organ
seluruh tubuh, termasuk paru-paru, usus, mata dan organ lain. Akan tetapi gambaran yang
karakteristik langsung terlihat pada mata.

Kelainan kulit pada umumnya tampak pada tungkai bawah bagian depan dan lengan atas bagian
belakang, kulit tampak kering dan bersisik seperti ikan. Kelainan ini selain disebabkan karena KVA
dapat juga disebabkan karena kekurangan asam lemak essensial, kurang vitamin golongan B atau
Kurang Energi Protein (KEP) tingkat berat atau gizi buruk.

Gejala klinis KVA pada mata akan timbul bila tubuh mengalami KVA yang telah berlangsung lama.
Gejala tersebut akan lebih cepat timbul bila anak menderita penyakit campak, diare, ISPA (infeksi
saluran pernafasan akut) dan penyakit infeksi lainnya.

 Tanda-tanda dan gejala klinis KVA pada mata menurut klasifikasi WHO / USAID UNICEF /
HKI / IVACG, 1996 sebagai berikut :

69
a) XN : Buta senja

b) XIA : Xerosis konjungtiva (kekeringan pada selaput lendir mata)

c) XIB : Xerosis konjungtiva disertai bercak bitot

d) X2 : Xerosis kornea (kekeringan pada selaput bening mata)

e) X3A : Keratomalasia atau ulserasi kornea (borok kornea) kurang dari 1/3 permukaan kornea

f) XS : Jaringan parut kornea (sikatriks / scar)

g) XF : Fundus xeroftalmia, dengan gambaran seperti “cendol”.

Mahdalia (2003) menyatakan bahwa tanda-tanda khas pada mata karena kekurangan vitamin A
dimulai dari rabun senja (XN) dimana penglihatan penderita akan menurun pada senja hari bahkan
tidak dapat melihat di lingkungan yang kurang cahaya. Pada tahap ini penglihatan akan membaik
dalam waktu 2-4 hari dengan pemberian kapsul vitamin A yang benar. Bila dibiarkan dapat
berkembang menjadi xerosis konjungtiva (X1A). Selaput lendir atau bagian putih bola mata tampak
kering, berkeriput, dan berubah warna menjadi kecoklatan dengan permukaan terlihat kasar dan
kusam. Xerosis konjungtiva akan membaik dalam 2-3 hari dan kelainan pada mata akan menghilang
dalam waktu 2 minggu dengan pemberian kapsul vitamin A yang benar. Bila tidak ditangani akan
tampak bercak putih seperti busa sabun atau keju yang disebut bercak Bitot (X1B) terutama di
daerah celah mata sisi luar. Pada keadaan berat akan tampak kekeringan pada seluruh permukaan
konjungtiva atau bagian putih mata, serta konjungtiva tampak menebal, berlipat-lipat dan berkerut-
kerut. Bila tidak segera diberi vitamin A, dapat terjadi kebutaan dalam waktu yang sangat cepat.
Tetapi dengan pemberian kapsul vitamin A yang benar dan dengan pengobatan yang benar bercak
bitot akan membaik dalam 2-3 hari dan kelainan pada mata akan menghilang dalam 2 minggu.

Tahap selanjutnya bila tidak ditangani akan terjadi xerosis kornea (X2) dimana kekeringan akan
berlanjut sampai kornea atau bagian hitam mata. Kornea tampak suram dan kering dan
permukaannya tampak kasar. Keadaan umum anak biasanya buruk dan mengalami gizi buruk,
menderita penyakit campak, ISPA, diare. Pemberian kapsul vitamin A dan pengobatan akan
menyebabkan keadaan kornea membaik setelah 2-5 hari dan kelainan mata sembuh setelah 2-3
minggu. Bila tahap ini berlanjut terus dan tidak segera diobati akan terjadi keratomalasia (X3A) atau
kornea melunak seperti bubur dan ulserasi kornea (X3B) atau perlukaan. Selain itu keadaan umum
penderita sangat buruk. Pada tahap ini kornea dapat pecah. Kebutaan yang terjadi bila sudah
mencapai tahap ini tidak bisa disembuhkan. Selanjutnya akan terjadi jaringan parut pada kornea
yang disebut xeropthalmia scars (XS) sehingga kornea mata tampak menjadi putih atau bola mata
tampak mengempis.

6.3.5 Akibat Kurang Vitamin A

a. Kurang vitamin A (KVA) pada anak-anak yang berada di daerah pengungsian dapat
menyebabkan mereka rentan terhadap penyakit infeksi, sehingga mudah sakit.

b. Anak yang menderita kurang vitamin A, bila terserang campak, diare atau penyakit infeksi
lain, penyakitnya tersebut akan bertambah parah dan dapat mengakibatkan kematian. Infeksi akan

70
menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi dan pada saat yang sama akan
mengikis habis simpanan vitamin A dalam tubuh.

c. Kekurangan vitamin A untuk jangka waktu lama juga akan mengakibatkan terjadinya
gangguan pada mata, dan bila anak tidak segera mendapat vitamin A akan mengakibatkan kebutaan.

d. Bayi-bayi yang tidak mendapat ASI mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita KVA,
karena ASI merupakan sumber vitamin A yang baik. (Gsianturi, 2004)

Kekurangan (defisiensi) Vitamin A terutama pada anak-anak balita. Tanda-tanda kekurangan terlihat
bila simpanan tubuh habis terpakai. Kekurangan vitamin A dapat merupakan kekurangan primer
akibat kurang konsumsi, atau kekurangan sekunder karena gangguan penyerapan dan
penggunaannya dalam tubuh, ataupun karena gangguan pada konversi karoten menjadi vitamin A.

6.3.6 Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Kurang Vitamin A

Arisman (2002) menyatakan bahwa KVA bisa timbul karena menurunnya cadangan vitamin A pada
hati dan organ-organ tubuh lain serta menurunnya kadar serum vitamin A dibawah garis yang
diperlukan untuk mensuplai kebutuhan metabolik bagi mata. Vitamin A diperlukan retina mata
untuk pembentukan rodopsin dan pemeliharaan diferensiasi jaringan epitel. Gangguan gizi kurang
vitamin A dijumpai pada anak-anak yang terkait dengan : kemiskinan, pendidikan rendah, kurangnya
asupan makanan sumber vitamin A dan pro vitamin A (karoten), bayi tidak diberi kolostrum dan
disapih lebih awal, pemberian makanan artifisial yang kurang vitamin A. Pada anak yang mengalami
kekurangan energi dan protein, kekurangan vitamin A terjadi selain karena kurangnya asupan
vitamin A itu sendiri juga karena penyimpanan dan transpor vitamin A pada tubuh yang terganggu.

Kelompok umur yang terutama mudah mengalami kekurangan vitamin A adalah kelompok bayi usia
6-11 bulan dan kelompok anak balita usia 12-59 bulan (1-5 tahun). Sedangkan yang lebih berisiko
menderita kekurangan vitamin A adalah bayi berat lahir rendah kurang dari 2,5 kg, anak yang tidak
mendapat ASI eksklusif dan tidak diberi ASI sampai usia 2 tahun, anak yang tidak mendapat makanan
pendamping ASI yang cukup, baik mutu maupun jumlahnya, anak kurang gizi atau di bawah garis
merah pada KMS, anak yang menderita penyakit infeksi (campak, diare, TBC, pneumonia) dan
kecacingan, anak dari keluarga miskin, anak yang tinggal di dareah dengan sumber vitamin A yang
kurang, anak yang tidak pernah mendapat kapsul vitamin A dan imunisasi di posyandu maupun
puskesmas, serta anak yang kurang/jarang makan makanan sumber vitamin A.

Terjadinya kekurangan vitamin A berkaitan dengan berbagai faktor dalam hubungan yang kompleks
seperti halnya dengan masalah kekurangan kalori protein (KKP). Makanan yang rendah dalam
vitamin A biasanya juga rendah dalam protein, lemak dan hubungannya antara hal-hal ini
merupakan faktor penting dalam terjadinya kekurangan vitamin A. Kekurangan vitamin A bisa
disebabkan seorang anak kesulitan mengonsumsi vitamin A dalam jumlah yang banyak, kurangnya
pengetahuan orangtua tentang peran vitamin A dan kemiskinan. Sedangkan untuk mendapatkan
pangan yang difortifikasi bukan hal yang mudah bagi penduduk yang miskin. Karena, harga pangan
yang difortifikasi lebih mahal daripada pangan yang tidak difortifikasi. Beberapa penyakit yang
mempengaruhi kemampuan usus dalam menyerap lemak dan vitamin yang larut dalam lemak,
meningkatkan resiko terjadinya kekurangan vitamin

 Penyakit tersebut adalah:

71
a. Penyakit seliak,

b. Fibrosa kistik,

c. Penyumbatan saluran empedu.

Pembedahan pada usus atau pankreas juga akan memberikan efek kekurangan vitamin A. Bayi-bayi
yang tidak mendapat ASI mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita kekurangan vitamin A ,
karena ASI merupakan sumber vitamin A yang baik. Kekurangan vitamin A sekunder dapat terjadi
pada penderita Kurang Energi Protein (KEP), penyakit hati, gangguan absorpsi karena kekurangan
asam empedu. (Suhardjo, 2002) Penyebab lain KVA pada balita dikarenakan kurang makan sayuran
dan buah-buahan berwarna serta kurang makanan lain sumber vitamin A seperti : daun singkong,
bayam, tomat, kangkung, daun ubi jalar, wortel, daun pepaya, kecipir, daun sawi hijau, buncis, daun
katu, pepaya, mangga, jeruk, jambu biji, telur ikan dan hati. Akibatnya menurun daya tahan tubuh
terhadap serangan penyakit. (Depkes RI, 2005)

6.3.7 Pencegahan Kurang Vitamin A

Vitamin A dapat diperoleh dari ASI atau makanan yang berasal dari hewan (susu, hati, daging ayam,
telur) atau dari sayuran hijau serta buah bewarna merah atau kuning (mangga, pepaya). Dalam
keadaan darurat, dimana makanan sumber alami menjadi sangat terbatas, suplementasi kapsul
vitamin A menjadi sangat penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
(Gsianturi,2004)

Untuk mencegah kekurangan vitamin A, maka di adakan pemberian vitamin A dosis tinggi secara
rutin dua kali dalam satu tahun. Suplementasi vitamin A dosis tinggi yang dilakukan secara berkala
pada anak, dimaksudkan untuk menghimpun cadangan vitamin A dalam hati, agar tidak terjadi
kekurangan vitamin A dan akibat buruk yang ditimbulkannya seperti kebutaan dan kematian.
Cadangan vitamin A dalam hati ini dapat digunakan sewaktu-waktu bila diperlukan. (Puspitorini,
2008)

Menurut Soekirman (2000), cara pencegahan dan penanggulangan KVA dilakukan dengan dua
pendekatan. Pertama pendekatan “melalui makanan” atau food based intervention dan kedua
“tidak melalui makanan” atau non food based intervention.

 Intervensi KVA berbasis makanan

Penanggulangan vitamin A berbasis makanan adalah upaya peningkatan konsumsi vitamin A dari
makanan yang kaya akan vitamin A. Sebaliknya bila bahan makanan yang aslinya tidak mengandung
vitamin A bisa diperkaya dengan vitamin A melalui teknologi fortifikasi. Jenis pangan yang
mengandung vitaminA antara lain sayuran berwarna hijau, kuning atau merah, buah berwarna
kuning atau merah, serta sumber makanan hewani.

Ada perbendaan bentuk antara vitamin A yang terkandung dalam bahan makanan hewani dan
nabati. Bahan makanan hewani mengandung vitamin A dalam bentuk yang mempunyai aktivitas
yang disebut preformed vitamin A. sedangkan dalam bahan makanan nabati mengandung vitamin A
dalam bentuk pro-vitamin A atau prekursor vitamin A yang terdiri dari ikatan karoten. Sumber
vitamin A preformed yang dipekatkan biasa digunakan sebagai obat suplemen vitamin A

72
SUMBER

Alkhatiri, Saleh. 1996. Penuntun Hidup Sehat Menurut Ilmu Kesehatan Modern. Surabaya: Airlangga
University Perss.

Arisman. 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

KEGIATAN BELAJAR VII

MENERAPKAN PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN DIET PASIEN

7.1 Definisi

73
Nutrisi adalah proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui
proses degesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan zat-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta
menghasilkan energi.

7.2 Etiologi

Adapun gangguan atau masalah yang berhubungan dengan nutrisi yaitu:

a. Obesitas, peningkatan berat badan yang melebihi 20% batas normal berat badan seseorang.

b. Malnutrisi, masalah yang berhubungan dengan kekurangan gizi pada tingkat seluler atau
dapat dikatakan sebagai masalah asupan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh.

c. Kwashiorkor, masalah yang berhubungan dengan ketidak cukupnya asupan protein dalam
makanan yang masuk ke dalam tubuh.

d. Marasmus, masalah yang disebabkan oleh kekurangan asupan nutrisi dan kalori, terutama
kalori dari protein dan karbohidrat.

e. Anemia, masalah yang disebabkan oleh kekurangan zat besi untuk memproduksi sel darah
merah, yang membantu menyimpan dan membawa oksigen dalam darah ke jaringan tubuh.

7.3 Pemberian Nutrisi Enteral

Nutrisi enteral merupakan terapi pemberian nutrien lewat saluran cerna dengan menggunakan
selang/kateterkhusus (feeding tube). Cara pemberiannya bisa melalui jalur hidung-lambung
(nasogastric route) atau hidung-usus (nasoduodenal route). Pemberian nutrien juga bisa dilakukan
dengan cara bolus atau cara infus lewat pompa infus enternal. Di rumah sakit terdapat berbagai jenis
formula enternal yang digunakan untuk memenuhi berbagai ragam kebutuhan nutrisi pasien.
Pemberian nutrisi enteral yang tepat akan memberikan nutrien kepada pasien dalam bentuk yang
bisa digunakan oleh metabolisme tubuhnya tanpa menimbulkan gangguan saluran cerna seperti
kram usus atau diare.

Jenis makanan/nutrisi enteral diantaranya:

a. Makanan/nutrisi enteral formula blenderized: makanan yang diracik dan dibuat sendiri
dengan menggunakan blender. Konsistensi larutan, kandungan zat gizi, dan osmolaritas dapat
berubah setiap kali pembuatan dan dapat terkontaminasi.

b. Makanan/nutrisi enteral formula komersial: berupa bubuk yang siap dicairkan atau berupa
cairan yang dapat segera diberikan. Nilai gizinya sesuai kebutuhan, konsistensi dan osmolaritasnya
tetap serta tidak mudah terkontaminasi.

Indikasi dan kontraindikasi

74
Pemberian nutrisi enteral diperlukan pada penderita yang memerlukan asupan nutrien
dengan saluran cerna yang masih berfungsi, seperti pada penyakit HIV/AIDS( yang disertai
malnutrisi), penurunan kesadaran/koma, anoreksia pada infeksi yang berat. Keadaan
hipermetabolisme (luka bakar, trauma, infeksi HIV). Pemberian nutrisi enteral tidak boleh dilakukan
pada keadaan seperti perdarahan gastrointestinal yang berat, muntah yang persisten. Kadang-
kadang nutrisi enteral dilakukan bersama nutrisi parenteral jika diperlukan terapi nutrisi yang
intensif untuk mendapatkan asupan kalori dan protein yang tinggi.

a. enteral feeding (tube feeding) di klinik nutrisi

adalah suatu alat bantu medis yang digunakan untuk mengatasi masalah pemberian nutrisi pada
pasien yang mengalami kesulitan menelan ataupun menolak untuk makan. Enteral tube feeding
berperan dalam rehabilitasi jangka pendek dan penanganan nutrisi jangka panjang pada pasien
anak. Pasien anak yang menerima enteral tube feeding tetap harus dianjurkan untuk makan dan
minum melalui mulut. Tube feeding pada anak hanya digunakan pada kondisi:

 berbahaya untuk menelan dan aspirasi

 tidak mampu mengkonsumsi paling tidak 60% dari energi yang dibutuhkan melalui mulut

 waktu total feeding lebih dari 4jam/hari

 berat badan turun atau tidak naik selama 3 bulan.

Adapun komplikasi dari tabung gastrostomi yaitu kebocoran isi lambung di sekitar tabung ke dalam
rongga perut yang mengakibatkan peritonitis, jika tidak dirawat dengan baik akan menyebabkan
kematian. Syok septik kebocoran yang dapat menyebabkan iritasi kulit disekitar lokasi gastrostomi
atau stoma.

b. Formula Enteral

Pada prinsipnya, pemberian formula enteral dimulai dengan dosis rendah dan ditingkatkan
bertahap hingga mencapai dosis maksimum dalam waktu tertentu. Makanan enteral sebaiknya
mempunyai komposisi yang seimbang. Kalori non protein dari sumber karbohidrat bekisar 60-70%.
Sedangkan komposisi kalori non protein dari sumber lemak berkisar 30-40%. Pada formula juga perlu
ditambahkan serat. Serat akan mengurangi resiko diare dan konstipasi, serat juga membantu
fermentasi di usus besar sehingga SCFA yang menyediakan energi untuk memelihara integritas
dinding usus.

Pemberian dukungan nutrisi enteral dapat dilakukan dengan dua cara,yaitu bolus feeding dan
continuous drip feeding. Pemberian bolus feeding dapat dilakukan di rumah sakit maupun di rumah,
sementara pemberian nutrisi enteral dengan menggunakan continuous drip feeding diberikan pada
penderita yang dirawat di rumah sakit. Formula enteral yang disimpan dalam lemari es harus
dibiarkan pada suhu ruangan dahulu sebelum diberikan kepada pasien, pemanasan formula enteral
hingga mencapai suhu tubuh dapat mempermudah pertumbuhan bakteri, karena itu pemanasan
formula enteral tidak dianjurkan. Formula enteral dapat diberikan secara intermiten atau kontinu
selama periode 8-24 jam. Kecepatan pemberiannya dapat diatur dengan gravitasi (tetesan infus) dan
pompa khusus. Cara pemberian formula enteral ditentukan oleh tipe dan lokasi selang sonde.

75
• Bolus Feeding

Pemberian formula enteral dengan cara bolus feeding dapat dilakukan dengan menggunakan NGT,
dan diberikan secara terbagi setiap 3-4 jam sebanyak 250-350ml. Bolus feeding dengan formula
isotonik dapat dimulai dengan jumlah keseluruhan sesuai yang dibutuhkan sejak hari
pertama,sedangkan formula hipertonik dimulai setengah dari jumlah yang dibutuhkan pada hari
pertama. Pemberian formula enteral secara bolus feeding sebaiknya diberikan dengan tenang,
kurang lebih selama 15 menit, dan diikuti dengan pemberian air 25-60 ml untuk mencegah dehidrasi
hipertonik dan membilas sisa formula yang masih berada di feeding tube.Formula yang tersisa pada
sepanjang feeding tube dapat menyumbat feeding tube, sedangkan yang tersisa pada ujung feeding
tube dapat tersumbat akibat penggumpalan yang disebabkan oleh asam lambung dan protein
formula.model pemberian ini sering tidak ditolerir dengan baik dan menyebabkan sindrom dumping
yang bterdiri atas rasa mual, diare, glukosuria, distensi kram perut serta muntah, dan peningkatan
resiko terjadinya aspirasi.

• Continuous drip feeding

Pemberian formula enteral dengan cara continuous drip feeding dilakukan dengan menggunakan
infuse pump.Pemberian formula enteral dengan cara ini diberikan dengan kecepatan 20-40 ml/jam
dalam 8-12 jam pertama,ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan kemampuan toleransi
anak.Volume formula yang diberikan ditingkatkan 25 ml setiap 8-12 jam,dengan pemberian
maksimal 50-100 ml/jam selama 18-24 jam.Pemberian formula enteral dengan osmolaritas isotonik
(300 mOsm/kg air) dapat diberikan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan, sedangkan pemberian
formula hipertonis (500 mOsm/kg air) harus dimulai dengan memberikan setengah dari jumlah yang
dibutuhkan.Pada kasus pemberian formula yang tidak ditoleransi dengan baik, konsentrasi formula
yang diberikan dapat diturunkan terlebih dahulu dan selanjutnya kembali ditingkatkan secara
bertahap.

c. Alternatif Pemberian Rutin formula

Pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral tujuan dari pemberian
nutrisi secara enteral adalah untuk memberikan asupan nutrisi yang adekuat pada pasien yang
belum mampu menelan atau absorbsi fungsi nutrisinya terganggu.Pemberian nutrisi secara enteral
juga berperan menunjang pasien sebagai respons selama mengalami keradangan, trauma, proses
infeksi, pada sakit kritis dalam waktu yang lama.

Makanan enteral sebaiknya mempunyai komposisi yang seimbang.Kalori non protein dari sumber
karbohidrat berkisar 60-70%, bisa merupakan polisakarida, disakarida, maupun
monosakarida.Glukosa polimer merupakan karbohidrat yang lebih mudah diabsorbsi. Sedangkan
komposisi kalori non protein dari sumber lemak berkisar 30-40%.Protein diberikan dalam bentuk
polimerik (memerlukan enzim pancreas)atau peptide.

Alternatif alat yang digunakan :

• Selang Nasograstik

• Selang Nasoduodenal/Nasojejunal

76
• Selang dan set untuk gastrotomi atau jejunostomi.

7.4 Pemberian Nutrisi parental

Nutrisi parenteral (NP) merupakan salah satu alternatif dukungan nutrisi yang telah
terbukti dapat menunjang tumbuh kembang anak selama sakit. NP diindikasikan untuk anak sakit
yang tidak boleh atau tidak dapat mengkonsumsi makanan secara oral/enteral. Nutrisi parenteral
adalah pemberian nutrien dalam bentuk formula parenteral ke dalam pembuluh darah vena. Dengan
demikian, pemberian nutrisi parenteral memintas saluran cerna. Pemberian nutrisi parenteral total
dilakukan untuk pertama kalinya oleh Rhoads dan Dudrick dalam pertengahan tahun 1960-an.
Nutrisi parenteral diperlukan bagi pasien-pasien yang menghadapi resiko malnutrisi namun tidak
mampu atau tidak bo0leh mendapatkan kecukupan nutrien jika diberikan lewat mulut /saluran
cerna.

Indikasi dan kontraindikasi NP :

NP diberikan sebagai dukungan nutrisi bagi pasien yang tidak dapat mengkonsumsi atau
menyerap sejumlah makanan secara adekuat melalui traktus gastrointestinal selama paling sedikit 5-
7 hari. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah pasien yang karena sesuatu sebab atau keadaan
tidak dapat, tidak boleh atau tidak mau makan sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan bila
hanya mendapat masukan per oral. Nutrisi parenteral dapat dilakukan sebagai terapi suportif
( nutrisi enteral) namun tidak mampu mengkonsumsi cukup kalori serta nutrien lain guna memenuhi
kebutuhan gizinya.

Sedangkan kontraindikasi pemberian NP adalah pasien yang dapat mengkonsumsi nutrisi enteral
sesuai atau melebihi kebutuhan atau pemberian nutrisi. Nutrisi parenteral tidak boleh diberikan
pada krisis homodinamik seperti keadaan syok atau dehidrasi yang belum terkoreksi, keadaan
seperti kegagalan pernapasan yang membutuhkan bantuan respirator merupakan kontraindikasi
relatif mengingat metabolisme glukosa dapat menambah produksi CO2 yang memperberat keadaan
tersebut.

Formula parerental pemberian NP yang mengandung dekstrosa, asam amino, emulsim lipid dalam 1
wadah. Keuntungan formula ini adalah lebih nyaman, pemberian infus lipid dapat lebih lambat, di
samping lebih hemat karena penggunaan pompa dan pipa makanan menjadi berkurang. Lebih lanjut
emulsi lipid yang isotonus menjadikan campuran larutan lebih rendah osmolalitasnya. Tetapi
formula ini juga mempunyai kelemahan yaitu sulit memantau bila terjadi presipitasi pada larutan, di
samping itu penelitian menunjukkan bahwa formula ini lebih berisiko untuk terjadinya pertumbuhan
bakteri dibandingkan formula biasa.

Komplikasi pada nutrisi parenteral ada tiga, yaitu :

1. Komplikasi teknis, yang berkaitan dengan pemasangan kateter seperti pneumotorak,


penetrasi arteri subklavia, emboli udara dan tromboemboli.

2. Komplikasi infeksi, yang ditandai oleh demam, hipotensi, dan kemunduran keadaan umum.

77
3. Komplikasi metabolic, yang berkaitan dengan gangguan keseimbangan glukosa, asam basa,
dan elektrolit.

7.5 Dukungan Keluarga Pada Pemberian Makan

Setiap hari manusia selalu berhubungan dalam sebuah keluarga, jika ada salah satu
anggota kelurga yang bermasalah kesehatannya pasti akan mempengaruhi anggota keluarga yang
lain. Dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk terapi yang diperlukan karena melalui
keluarga berbagai masalah kesehatan bisa muncul sekaligus dapat diatasi (Friedman, 1998).
Dukungan dan fungsi keluarga dalam kehidupan lansia sangat penting karena setidaknya 85% lansia
membutuhkan dukungan dari keluarga (Stanhope 7 Lancaster, 2004). Manurut Baron & Byrne (2005)
keluarga dapat memberika empat dukungan yaitu:

a. Dukungan emosional, dimana keluarga memahami keluhan lansia dan memberikan saran
untuk memecahkan masalah

b. Dukungan informasional, keluarga sebagai pencari informasi tentang kebutuhan nutrisi


lansia dan memenuhi kebutuhan kesehatan keluarganya

c. Dukungan instrumental, keluarga memberikan bantuan kepada lansia baik berupa keuangan,
juga membantu pekerjaan rumah tangga dalam mempersiapkan makanan dan menyediakan
transportasi untuk membeli kebutuhan makanan lansia,

d. Dukungan penghargaan, keluarga mengapresiasi anggota keluarganya dan memberikan


umpan balik pada anggota keluarga yang mengevaluasi diri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga secara keseluruhan terhadap lansia
sebagian besar tinggi, dimana dukungan ini dibutuhkan lansia selama menjalani kehidupannya dan
lansia merasa diperhatikan dan dihargai. Bila dukungan keluarga tinggi, maka akan dapat
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian yang akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup
lansia. Pada usia lanjut menunjukkan bahwa asupan energi sangat mempengaruhi ketahanan tubuh.
Perubahan status gizi pada lanjut usia disebabkan oleh perubahan lingkungan dan status kesehatan
mereka. Keluarga berperan dalam pemenuhan gizi lanjut usia untuk kekebalan fisiknya, tetapi
sebagian keluarganya belum mengetahui gizi yang baik untuk lanjut usia. Tetapi Keluarga yang
pendapatanya terbatas akan membelanjakan uangnya untuk makan secukupnya tanpa
memperdulikan gizi dan mereka sekedar membeli makanan untuk mengenyangkan perutnya saja
(Darmojo, 2011). Keluarga hanya memberikan makanan seadanya tanpa memperdulikan gizi bagi
lanjut usia itu sendiri. Kurangnya pengetahuan mengenai gizi lanjut dan cara pengolahannya yang
baik menyebabkan kurangnya gizi pada lansia..

SUMBER

https://id.scribd.com/presentation/256556230/Nutrisi-Enteral-Nutrisi-Klinis

78
Hartono,Andry,terapi gizi dan diet rumah sakit / Andry,Hartono ; editor, Monica Ester.-Ed. 2-
Jakarta : EGC, 2006. (hal 202)

79

Anda mungkin juga menyukai