PENDAHULUAN
1
Inkontinenensia urine adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan
frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan atau
sosial. Variasi dari inkontinensia urine meliputi dari kadang-kadang keluar hanya
berupa tetes urine saja, sampai benar- benar banyak, bahkan disertai inkontinensial
alvi.
Dampak negatif dari Inkontinensia Urine adalah dijahui orang lain karena
berbau pesing, minder, tidak percaya diri, timbul infeksi didaerah kemaluan,
pemborosan uang untuk pemeliharaan kesehatan, tidak bisa beraktifitas dengan baik
sehingga pendapatan menurun, akhirnya dapat menurunkan kualitas hidupnya.
Berbagai cara untuk mengurangi masalah Inkonotinensia urine adalah :
megajarkan cara Latihan Bledder Training tujuannya adalah untuk memperpanjang
jarak berkemih yang terkedali dengan tehnik relaksasi atau distraksi (mengalihkan
pikiran dari keinginan berkemih) sehingga kelayan dapat menahan atau
menghambat keinginan berkemih, megajarkan Latihan Kandung Kemih tujuannya
adalah untuk menghidari terjadinya distensi berlebih. dan selain itu kita juga bisa
mengajarkan Latihan Kegel tujuannya adalah untuk mengkontraksikan otot dasar
panggul dengan cara seolah-olah sedang menahan keluarnya flatus atau feses.
Rumusan Masalah
1
Defenisi Inkotinensia Urin
2
Etiologi Inkotinensia Urin
3
Klasifikasi Inkotinensia Urin
4
Patofisiologi Inkotinensia Urin
5
Manifestasi Klinis Inkotinensia Urin
6
Faktor Resiko Inkontinensia Urin
7
Diagnosis Inkotinensia Urin
8
Penatalaksanaan Inkotinensia Urin
9
Pencegahan Inkotinensia Urin
Tujuan Pembahasan
UISU |Makalah Inkontinensia Urin 2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Skenario
INKONTINENSIA URIN
Seorang laki-laki usia 79 tahun dibawa ke puskesmas dengan keluhan selalu buang
air kecil sedikit sedikit tanpa disadarinya. Keadaan ini sudah dialaminya sejak 2
tahun yang lalu. Selama ini penderita berjalan tidak stabil, karena keluhan pada
lututnya yang sering sakit dan bengkak.
RPT : DM dan Stroke
Pembahasan Learning Objective
2
1
Inkontinensia Urin
Defenisi
Inkontinensia Urine (IU) atau yang lebih dikenal dengan beser sebagai bahasa
awam merupakan salah satu keluhan utama pada penderita lanjut usia.
Inkontinensia urine adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan
frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan
dan sosial. Variasi dari inkontinensia urin meliputi keluar hanya beberapa
tetes urin saja, sampai benar-benar banyak, bahkan terkadang juga disertai
inkontinensia alvi (disertai pengeluaran feses).
pada tempatnya.
Inkontinensia urine adalah eliminasi urine dari kandung kemih tidak
terkendali atau terjadi diluar keinginan.
Etiologi
UISU |Makalah Inkontinensia Urin 4
Klasifikasi
1. Inkontinensia Urin Akut (Transien)
Inkontinensia urin transien memiliki onset mendadak, biasanya
dihubungkan dengan penggunaan obat-obatan atau penyakit akut.
Pasien delirium mungkin tidak sadar saat mengompol sehingga
berkemih tidak pada tempatnya. Bila delirium teratasi maka inkontinensia
urin umumnya juga akan teratasi. Setiap kondisi yang menghambat mobilisasi
UISU |Makalah Inkontinensia Urin 6
Tidak
terkendalinya
aliran
urin
akibat
meningkatnya
tekanan
multiple,
yang
menyebabkan
berkurang
atau
tidak
Memerlukan
identifikasi
semua
komponen
tidak
terkendalinya
Patofisiologi
a. Patofisologi inkontinensia secara umum
Perubahan yang terkait dengan usia pada sistem Perkemihan Vesika
Urinaria (Kandung Kemih). Kapasitas kandung kemih yang normal sekitar
300-600 ml. Dengan sensasi keinginan untuk berkemih diantara 150-350
ml. Berkemih dapat ditunda 1-2 jam sejak keinginan berkemih dirasakan.
Ketika keinginan berkemih atau miksi terjadi pada otot detrusor kontrasi
dan sfingter internal dan sfingter ekternal relaksasi,yang membuka uretra.
Pada orang dewasa muda hampir semua urine dikeluarkan dengan proses
ini. Pada lansia tidak semua urine dikeluarkan, tetapi residu urine 50 ml
atau kurang dianggap adekuat. Jumlah yang lebih dari 100 ml
mengindikasikan adanya retensi urine.
Terjadinya pengisian kandung kemih sehingga meningkatkan tekanan
didalam kandung kemih. Otot-otot detrusor ( lapisan yang ke tiga dari
kandung kemih) memberikan respon dengan relaksasi agar dapat
memperbesar volume daya tamping. Bila titik daya tampung telah tercapai,
biasanya 150-200 ml urin akan merangsang stimulus yang ditransmisikan
lewat serabut reflek eferen ke lengkungan pusat reflek untuk mikturisasi.
Tipe 2
c. Urgency Inkontinensia
Tindakan otot kandung kemih yang tidak disadari dapat terjadi karena
kerusakan saraf pada kandung kemih ke nervus sistem (spinal cord dan
SSP) atau otot. Sinyal saraf yang abnormal mungkin disebabkan karena
spasme pada kandung kemih
d. Overflow Inkontinensia
Terjadi jika karena kandung kemih tidak dapat mengosongkan dengan
baik karena itu masih ada sisa urin di dalam kandung kemih. Otot
kandung kemih yang lemah atau sumbatan uretra dapat menyebabkan
inkontinensia urin tipe ini.
Manifestasi Klinis
UISU |Makalah Inkontinensia Urin 11
Faktor Resiko
1. Kondisi kesehatan secara umum/ riwayat keluarga yang menderita DM
2. Bertambahnya usia yang membuat kapasitas kandung kemih menurun
3. Merokok dan sering terpapar asap rokok
4. Bronkitis yang membuat orang sering batuk
5. Trauma atau cedera kandung kemih atau uretra
6. Stoke, Parkinson disease
7. Batu pada kandung kemih
8. Konstipasi
9. Konsumsi alkohol
10. Konsumsi cafein atau minuman bersoda terlalu banyak
11. Penggunaan obat diuretic, antidepresan, sedative, narcotic dan obat obat diet
Diagnosis
1. Anamnesa
Pada inkontinensia urin pasien datang dengan keluhan sering tidak dapat
menahan kencing sehingga sering kencing dicelana sebelum sampai dikamar
mandi. Pasien juga kadang mengatakansaat tertawa terbahak, tanpa sadar urin
keluar dengan sendirinya.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Abdomen
Mengenali adanya kandung kemih yang penuh (fullblast), rasa nyeri,
massa, atau riwayat pembedahan.
b. Pemeriksaan genitalia
Kondisi kulit dan abnormalitas anatomis
c. Pemeriksaan rectum (rectal touche)
Mendapatkan adanya obstipasi atau skibala, dan evaluasi tonus sfingter,
sensasi perineal, dan refleks bulbocavernosus, Nodul prostat.
d. Pemeriksaan Pelvis
UISU |Makalah Inkontinensia Urin 12
1.
Tes urodinamik untuk mengetahui anatomi dan fungsi saluran kemih bagian
bawah
3. Tes tekanan urethra mengukur tekanan di dalam urethra saat istirahat
4.
Imaging tes atau pemotretan terhadap saluran perkemihan bagian atas dan
bawah.
UISU |Makalah Inkontinensia Urin 13
5.
Laboratorium
Penatalaksanaan
1. Mengurangi faktor resiko
2. Mempertahankan homeostasis
3. Mengontrol Inkontinensia urin
Dilakukan dengan mengoreksi penyebab yang mendasari timbulnya
inkontinensia urin, seperti hiperplasia prostat, infeksi saluran kemih, diuretik,
gula darah tinggi, dan lain-lain.
Adapun terapi yang dapat dilakukan adalah :
a. melakukan latihan menahan kemih (memperpanjang interval waktu
berkemih) dengan teknik relaksasi dan distraksi sehingga frekuensi
UISU |Makalah Inkontinensia Urin 14
Gerakan seolah-olah memotong feses pada saat kita buang air besar
dilakukan 10 kali.
Hal ini dilakukan agar otot dasar panggul menjadi lebih kuat dan urethra
dapat tertutup dengan baik.
4. Untuk masing-masing tipe dari inkontinensia ada beberapa hal khusus yang
dianjurkan misalnya :
a. Inkontinensia tipe stress
o Latihan otot-otot dasar panggul
UISU |Makalah Inkontinensia Urin 15
6. Terapi pembedahan
Terapi ini dapat dipertimbangkan pada inkontinensia tipe stress dan urgensi, bila
terapi non farmakologis dan farmakologis tidak berhasil. Inkontinensia tipe
overflow umumnya memerlukan tindakan pembedahan untuk menghilangkan
retensi urin. Terapi ini dilakukan terhadap tumor, batu, divertikulum, hiperplasia
prostat, dan prolaps pelvik (pada wanita).
Terapi pembedahan pada stress inkontinensia dapat berupa :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Kolporafi anterior
Uretropeksi retropubik
Prosedur jarum
Prosedur sling pubovaginal
Periuretral bulking agent
Tension Vaginal Tape (TVT)
Tindakan operatif sangat membutuhkan inform consent yang cermat dan baik
pada penderita dan keluarganya karena angka kegagalan maupun rekurensi
tindakan ini tetap ada.
7.
Modalitas lain
a.
Pampers : dapat digunakan pada kondisi akut maupun pada kondisi dimana
Kateter : menetap tidak dianjurkan untuk digunakan secara rutin karena dapat
menyebabkan infeksi saluran kemih, dan juga terjadi pembentukan batu. Selain
kateter menetap, terdapat kateter sementara yang merupakan alat yang secara
rutin digunakan untuk mengosongkan kandung kemih. Teknik ini digunakan pada
pasien yang tidak dapat mengosongkan kandung kemih. Namun teknik ini juga
beresiko menimbulkan infeksi pada saluran kemih.
c.
Alat bantu toilet : Seperti urinal, komod dan bedpan yang digunakan oleh
orang usia lanjut yang tidak mampu bergerak dan menjalani tirah baring. Alat
UISU |Makalah Inkontinensia Urin 18
bantu tersebut akan menolong lansia terhindar dari jatuh serta membantu
memberikan kemandirian pada lansia dalam menggunakan toilet.
Pencegahan
1. Menjaga diri agar terhindar dari penyakit yang dapat menyebabkan
2.
3.
4.
5.
inkontinensia urin
Berhenti merokok dan jauhi asap rokok orang lain
Makan tinggi serat agar terhindar dari sembelit
Mengurangi konsumsi cafein dan minuman bersoda
Rajin berolahraga
6.
7.
8.
9.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Inkontinensia urine merupakan masalah kesehatan cukup sering dijumpai
pada lansia. Pada wanita lebih banyak dibandingkan laki-laki, terutama pada
wanita yang sudah tua, banyak anak, pernah mengalami operasi di daerah
panggul, yang menderita penyakit kencing manis atau penyakit saraf.
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan menahan air kencing.
Gangguan ini lebih sering terjadi pada wanita yang pernah melahirkan
daripada yang belum pernah melahirkan (nulipara). Diduga disebabkan oleh
perubahan otot dan fasia di dasar panggul. Kebanyakan penderita
inkontinensia telah menderita desensus dinding depan vagina disertai sistouretrokel. Tetapi kadang-kadang dijumpai penderita dengan prolapsus total
uterus dan vagina dengan kontinensia urine yang baik.
Empat penyebab pokok inkontinensia urin yaitu, gangguan urologik,
neurologis, fungsional/psikologis, dan iatrogenik/lingkungan. Ada pula
inkontinensia urin akut dan kronik (persisten). Inkontinensia akut terjadi
secara mendadak, biasanya berkaitan dengan kondisi sakit akut atau problem
iatrogenik yang menghilang jika kondisi akut tersebut teratasi atau problem
medikasi dihentikan. Inkontinensia urin persiten merujuk pada kondisi
inkontinensia yang tidak berkaitan dengan kondisi akut/iatrogenik dan
berlangsung lama.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik, dengan beberapa prosedur
diagnostik yang diperlukan mempunyai hasil yang baik untuk menegakkan
diagnosis gangguan ini. Jenis inkontinensia urin persisten yang utama yaitu:
stress inkontinensia, urgency inkontinensia, overflow inkontinensia, dan
UISU |Makalah Inkontinensia Urin 20
DAFTAR PUSTAKA
1. Martono, Hadi. 2011. Buku Ajar Boedhi Darmojo Geriatri. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
2. Purnomo, Basuki. 2009. Dasar Dasar Urologi Edisi ke IV. Jakarta : CV
Sagung Seto
3. Sudoyo, Aru, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V.
Jakarta: Interna Publishing
4. Universitas Sriwijaya. Inkontinensia Urin. URL http/:digilib.unsri.ac.id/
download/ inkontinensia%20urine.pdf.Diakses pada april 2014
5. Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25132/4/Chapter%2011.pdf
6. Pustaka.unpad.ac.id/.../Pustaka_Unpad_Inkontinensia_Urin.pdf.pdf
7. Keperawatan.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB%201-V_1.pdf