A. Latar Belakang
Inkontinensia urine merupakan pengeluaran urine secara tidak sadar, sering
pada orang tua dan menyebabkan meningkatnya resiko infeksi saluran kemih, masalah
psikologis, dan isolasi sosial. Inkontinensia cenderung tidak dilaporkan, karena
penderita merasa malu dan juga menganggap tidak ada yang dapat menolong nya dari
penelitian pada populasi lanjut usia dari masyarakat, didapatkan 75% dari pria dan 12%
dari wanita diatas 70 tahun mengalami inkontinensia urine. Sedangkan mereka yang
dirawat di psikogeriatri 15-50% menderita inkontinensia urine. Inkontinensia dibagi
menjadi inkontinensia akut, dan inkontinensia kronik.
Inkontinensia akut atau transien bersifat tiba-tiba, biasanya berhubungan
dengan kondisi pengobatan atau pembedahan. Penyebab inkontinensia akut antara lain
mobilitas terbatas, pecal impaction, delirium, infeksi saluran kemih, DM tak terkontrol,
hiperkalsemia pengobatan anti kolinergik/beta adrenergik/alpha loker, diuretic,
psikotropic, narkotik atau alkohol.
Inkontinensia kronik atau persisten dibagi menjadi stress inkontinensia, urge
inkontinensia, overflow inkontinensia dan fungsional dan fungsional inkontinensia.
Stress inkontinensia biasa terjadi pada lansia wanita. Terjadi akibat peningkatan yang
tiba-tiba pada tekanan intraabdmomen akibat adanya kelemahan otot-otot disekitar
uretra karena kehamilan. Kelahiran pervagina, trauma pembedahan, obesitas dan batuk
kronik. Pada pria stress inkontinensia tidak biasa terjadi tetapi dapat terjadi apabila ada
pembedahan prostate dan terapi radiasi. Urgeinkontinensia pada lansia biasanya
dihubungkan dengan ketidakseimbangan otot detrusor/hiperrefleksia akibat dari
cystitis, urethritis, tumor, batu, juga stroke, dementia dan penyakit parkinson
digubungkan dengan nocturia. Overflow inkontinensia ditandai dengan keluhan sering
miksi dengan volume urine sedikit, sulit memulai miksi dan merasa tidak puas.
Biasanya terjadi pada neuropati diabetic injury tulang belakang, hipertropi prostat dan
multiple sklerosis.
Dari data-data tersebut, maka kami kelompok pada kesempatan kali ini
membahas tentang masalah pada lansia dengan inkontinensia urin
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari asuhan keperawatan ini adalah :
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang Asuhan Keperawatan Gerontik dengan
Gangguan Sistem Perkemihan : Inkontinensia Urin
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan gambaran tentang Konsep Dasar Medis dalam Asuhan
Keperawatan Pada Anak dengan Asuhan Keperawatan Gerontik dengan
Gangguan Sistem Perkemihan : Inkontinensia Urin
1
b. Memberikan gambaran tentang Konsep Dasar Keperawatan meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan.
c. Asuhan Keperawatan kepada Ny. M dengan Gangguan Sistem
Perkemihan : Inkontinensia Urin
C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam asuhan keperawatan ini menggunakan
metode deskriptif yaitu berdasarkan :
1. Studi Kepustakaan, dilakukan dalam mempelajari dan mengutip dari buku-buku
sumber bacaan yang berkaitan dengan Labiopalatoskisis.
2. Studi Internet, dilakukan untuk mengambil gambar-gambar dan mengutip materi
dari sumber internet yang terpercaya, yang berkaitan dengan Asuhan Keperawatan
Pada Anak dengan Labiopalatoskisis.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penulisan asuhan keperawatan ini terdiri dari 5 bab
yang berdasarkan sistematika sebagai berikut : Bab I pendahuluan, meliputi latar
belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II,
tinjauan teoritis, meliputi konsep dasar medik, yang terdiri dari definisi, klasifikasi,
anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala,pemeriksaan diagnositk,
penatalaksanaan medik, dan komplikasi. Kemudian konsep dasar keperawatan, yang
terdiri dari, pengkajian, diagnosa, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi.
Bab III berisi pembahasan kasus, yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
rencana keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi. Kemudian Bab IV
penutup, meliputi kesimpulan dan saran.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2. Klasifikasi
1) Inkontinensia Stress
Akibat adanya tekanan didalam abdomen, seperti bersin, atau selama
latihan, menyebabkan kebocoran urine dari kandung kemih. Tidak terdapat
aktivitas kandung kemih. Tipe inkontinensia urine ini sering diderita wanita
yang mempunyai banyak anak.
2) Inkontinensia Mendesak (urge incontinence)
Berkemih dapat dilakukan, tetapi orang biasanya berkemih sebelum
sampai ke toilet. Mereka tidak merasakan adanya tanda untuk berkemih.
Kondisi ini terjadi karena kandung kemih seseorang berkontraksi tanpa
didahului oleh keinginan untuk berkemih.
Kehilangan sensasi untuk berkemih ini disebabkan oleh adanya
penurunan fungsi persarafan yang mengatur perkemihan.
3) Inkontinensia Overflow
Seseorang yang menderita inkontinensia overflow akan mengeluh
bahwa urinenya mengalir terus menerus. Hal ini disebabkan karena obstruksi
saluran kemih seperti pada pembesaran prostat atau konstipasi. Untuk
pembesaran prostat yang menyebabkan inkontinensia dibutuhkan tindakan
pembedahan. Dan untuk konstipasinya relatif mudah diatasi.
4) Inkontinensia Refleks
Ini terjadi karena kondisi sistem saraf pusat yang terganggu, seperti
demensia. Dalam hal ini, pengosongan kandung kemih dipengaruhi refleks yang
dirangsangoleh pengisian. Kemampuan rasa ingin berkemih dan berhenti
berkemih tidak ada. Penatalaksanaannya dengan permintaan untuk miksi secara
teratur setiap jam atau dengan menggunakan diapers ukuran dewasa.
5) Inkontinensia fungsional
Pada klien ini mempunyai kandung kemih dan saluran urine yang utuh
dan tidak mengalami kerusakan persarafan yang secara langsung
3
mempengaruhi sistem perkemihan tersebut. Kondisi ini muncul akibat
ketidakmampuan lain yang mengurangi kemampuannya untuk
mempertahankan kontinensia.
3. Etiologi
Etiologi inkontinensia urine menurut (Soeparman & Waspadji Sarwono, 2001) :
a. Poliuria, noktoria
b. Gagal jantung
c. Faktor usia : lebih banyak ditemukan pada usia > 50 tahun.
d. Lebih banyak terjadi pada lansia wanita dari pada pria hal ini disebabkan oleh:
1) Penurunan produksi esterogen menyebabkan atropi jaringan uretra dan efek
akibat dilahirkan dapat mengakibatkan penurunan otot-otot dasar panggul.
2) Perokok, minum alkohol.
3) Obesitas.
4) Infeksi saluran kemih (ISK)
4. Anatomi Fisiologi
1) Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa untuk mengalirkan urine dari ginjal ke
kandung kemih (vesika urinaria), panjangnya sekitar 25 cm dengan
penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan
sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari 3 lapisan :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos (smooth muscle)
c. Lapisan sebelah dalam (lapisan mukosa)
2) Vesika urinaria (kandung kemih)
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon
karet, terletak dibelakang simfisis pubis didalam rongga panggul. Bentuk
4
kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat dan
berhubungan dengan ligamentum vesika umbikalis medius.
3) Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung
kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar dari tubuh. Pada laki-
laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat kemudian
menembus lapisan fibrosa ke bangian penis. Uretra pada wanita terletak
dibelakang simfisis pubis, berjalan mirirng sedikit kearah atas, panjangnya
sekitar 3-4 cm.
5. Patofisiologi
Inkontinensia urine dapat terjadi dengan berbagai manifestasi, antara lain:
a. Perubahan yang terkait dengan usia pada sistem perkemihan vesika urinaria
(kandung kemih). Kapasitas kandung kemih yang normal sekitar 300-600 ml.
Dengan sensasi keinginan untuk berkemih diantara 150-350 ml. Berkemih
dapat ditundas 1-2 jam sejak keinginan berkemih dirasakan. Ketika keinginan
berkemih atau miksi terjadi pada otot detrusor kontrasi dan sfingter internal
dan sfingter ekternal relaksasi, yang yang membuka uretra. Pada orang dewasa
muda hampir semua urine dikeluarkan dengan proses ini. Pada lansia tidak
semua urine dikeluarkan, tetapi residu urine 50 ml atau kurang dianggap
adekuat. Jumlah yang lebih dari 100 ml mengidentifikasi adanya retensi urine.
Perubahan yang lainnya pada proses penuaan adalah terjadinya kontraksi
kandung kemih tanpa disadari. Wanita lansia, terjadi penurunan produksi
estrogen menyebabkan atrofi jaringan uretra dan efek akibat melahirkan
mengakibatkan penurunan pada otot-otot dasar ( Stanley M & Beare G Patricia,
2006 ).
b. Fungsi otot besar yang terganggu dan mengakibatkan kontraksi kandung
kemih. Terjadi hambatan pengeluaran urine dengan pelebaran kandung kemih,
urine banyak dalam kandung kemih sampai kapasitas berlebihan. Fungsi
sfingter yang terganggu menyebabkan kandung kemih bocor bila batuk atau
bersin .
5
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Urinalisis digunakan untuk melihat apakah ada bakteri, darah dan glukosa dalam
urine.
b. Uroflowmetry digunakan untuk mengevaluasi pola berkemih dan menunjukkan
obstruksi pintu bawah kandung kemih dengan mengukur laju aliran ketika pasien
berkemih.
c. Cysometry digunakan untuk mengkaji fungsi neuromuskular kandung kemih
dengan mengukur efisiensi refleks otot detrusor, tekanan dan kapasitas
intravesikal, dan reaksi kandung kemih terhadap rangsangan panas.
d. Urografi eksretorik, disebut juga pielografi intravena, digunakan untuk
mengevaluasi struktur dan fungsi ginjal, ureter, dan kandung kemih.
e. Voiding cystourethrography digunakan untuk mendeteksi ketidaknormalan
kandung kemih dan uretra serta mengkaji hipertrofi lobus prostat, struktur uretra,
dan tahap gangguan uretra prostatik stenosis (pada pria).
f. Urterografi retrograde, digunakan hampir secara eksklusif pada pria, membantu
diagnosis struktur dan obstruksi orifisium uretra.
g. Elektromiografi sfingter eksternal mengukur aktivitas listrik sfingter urinarus
eksternal.
h. Pemeriksaan rektum pada pasien pria dapat menunjukkan pembesaran prostat
atau nyeri, kemungkinan menandakan hipertfrofi prostat jinak atau infeksi.
Pemeriksaan tersebut juga dapat menunjukkan impaksi yang mungkin dapat
mentebabkan inkontinensia.
i. Kateterisasi residu pascakemih digunakan untuk menentukan luasnya
pengosongan kandung kemih dan jumlah urine yang tersisa dalam kandung
kemih.
8. Penatalaksanaan Medik
a. Terapi obat disesuaikan dengan penyebab inkontinensia. Antibiotik diresepkan jika
inkontinensia akibat dari inflamasi yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Obat
antikolinergik digunakan untuk memperbaiki fungsi kandung kemih dan mengobati
spasme kandung kemih jika dicurigai ada ketidakstabilan pada otot destrusor. Obat
antispasmodik diresepkan untuk hiperrefleksia detrusor aktivitas otot polos
kandung kemih. Estrogen baik dalam bentuk oral, topikal, maupun supositoria,
digunakan jika ada vaginitis atrofik. Inkontinensia stress kadang dapat diterapi
dengan obat antidepresan.
b. Terapi perilaku meliputi latihan berkemih, latihan kebiasaan dan waktu berkemih,
penyegeraan berkemih, dan latihan otot panggul (latihan kegel). Pendekatan yang
dipilih disesuaikan dengan masalah pasien yang mendasari. Latihan kebiasaan dan
latihan berkemih sangat sesuai untuk pasien yang mengalami inkontinensia urgensi.
Latihan otot panggul sangat baik digunakan oleh pasien dengan fungsi kognitif yang
utuh yang mengalami inkontinensia stress. Intervensi perilaku umumnya tidak
dipilih untuk pasien yang mengalami inkontinensia sekunder akibat overflow.
Teknik tambahan, seperti umpan biologis dan rangsangan listrik, berfungsi sebagai
6
tambahan pada terapi perilaku.Latihan kebiasaan, bermanfaat bagi pasien yang
mengalami demensia atau kerusakan kognitif, mencakup menjaga jadwal berkemih
yang tetap, biasanya setiap 2 sampai 4 jam.
c. Spiral dapat diresepkan bagi pasien wanita yang mengalami kelainan anatomi
seperti prolaps uterus berat atau relaksasi pelvik. Spiral tersebut dapat dipakai
secara internal, seperti diafragma kontrasepsi, dan menstabilkan dasar kandung
kemih serta uretra, yang mencegah inkontinensia selama ketegangan fisik.
d. Toileting terjadwal
e. Penggunaan pads
f. Indwelling kateter, jika retensi urine tidak dapat dikoreksi secara
medis/pembedahan dan untuk kenyamanan klien terakhir.
9. Komplikasi
a. Infeksi saluran kemih.
7
B. Konsep Dasar Medik
1. Pengkajian
Adapun data-data yang akan di kumpulkan dikaji pada asuhan keperawatan
klien dengan diagnosa medis inkontinensia urine :
a. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama/kepercayaan, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, diagnosa medis
b. Keluhan utama
Pada kelayan inkontinensia urine keluhan-keluhan yang ada adalah nokturia,
urgence, disuria, poliuria, oliguri, dan strategi
c. Riwayat penyakit sekarang
Memuat tentang perjalanan penyakit sekarang sejak timbul keluhan, usaha yang
telah dilakukan untuk mengatasi keluhan
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya penyakit yang berhubungan dengan ISK ( infeksi saluran kemih ) yang
berulang, penyakit kronis yang pernah di derita
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada penyakit keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita
penyakit inkontinensia urine, adakah anggota keluarga yang menderita DM,
hipertensi
f. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang digunakan adalah B1-B6 :
1) B1 (breathing)
Kaji adanya pernafasan adanya gangguan pada palo nafas, sianosis karena
suplai oksigen menurun. Kaji ekspansi dada, adakah kelainan pada perkusi
2) B2 (blood)
Terjadi peningkatan tekanan darah, biasanya pasien bingung dan gelisah
3) B3 (brain)
Kesadaran biasanya sadar penuh
4) B4 (bladder)
Inspeksi : periksa warna, bau, banyaknya urine biasanya bau menyengat
karena adanya aktifitas mikroorganisme (bakteri) dalam kandung kemih
serta disertai keluhan keluarnya darah apabila ada lesi pada bladder,
pembesaran daerah supra pubik lesi pada neatus uretra, banyak kencing dan
nyeri saat berkemih mendadah disurea akibat dari infeksi, apakah klien
terpasang kateter sebelumnya.
Palpasi : rasa nyeri disapat pada daerah supra pubik atau pelvis, seperti rasa
terbakar di uretra luar sewaktu kencing atau dapat juga diluar waktu
kencing.
5) B5 (bowel)
Bising usus adalah peningkatan atau penurunan, adanya nyeri tekan
abdomen, adanya ketidaknormalan perkusi, adanya ketidaknormalan
palpasi pada ginjal.
6) B6 (bone)
Pemeriksaan kekuatan otot dan membandingkan dengan ekstremitas yang
lain, adakah nyeri pada persendian.
8
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan tidak adanya sensasi untuk
berkemih dan kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kantung
kemih.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter dalam waktu yang
lama.
c. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan irigasi kontras oleh urine
d. Resiko kekurangan volume tubuh berhubungan dengan intake yang adekuat
3. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan tidak adanya sensasi untuk
berkemih dan kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kandung
kemih.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien akan bisa
melaporkan suatu pengurangan / penghilangan inkontinesia.
Kriteria Hasil :
Klien dapat menjelaskan penyebab inkontinesia dan rasional penatalaksaan.
Intervensi :
1) Kaji kebiasaan pola berkemih dan gunakan catatan berkemih sehari.
Rasional : Berkemih yang sering dapat mengurangi dorongan beri distensi
kandung kemih
2) Ajarkan untuk membatasi masukan cairan selama malam hari
Rasional : Pembatasan cairan pada malam hari dapat mencegah terjadinya
enurasis
3) Bila masih terjadi inkontinesia kurangi waktu antara berkemih yang telah
direncanakan
Rasional : Kapasitas kandung kemih mungkin tidak cukup untuk
menampung volume urine sehingga diperlukan untuk lebih sering
berkemih.
4) Instruksikan klien batuk dalam posisi litotomi, jika tidak ada kebocoran,
ulangi dengan posisi klien membentuk sudut 45, lanjutkan dengan klien
berdiri jika tidak ada kebocoran yang lebih dulu.
Rasional : Untuk membantu dan melatih pengosongan kandung kemih.
5) Pantau pemasukan dan pengeluaran, pastikan klien mendapat masukan
cairan 2000 ml, kecuali harus dibatasi.
Rasional : Dehidrasi optimal diperlukan untuk mencegah ISK dan batu
ginjal
6) Kolaborasi dengan dokter dalam mengkaji efek medikasi dan tentukan
kemungkinan perubahan obat, dosis/ jadwal pemberian obat untuk
menurunkan frekuensi inkontinensia.
9
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat
berkemih dengan nyaman.
Kriteria Hasil :
Urine jernih, urinalisis dalam batas normal, kultur urine menunjukan tidak
adanya bakteri.
Intervensi :
1) Berikan perawatan perineal dengan air sabun setiap shift. Jika pasien
inkontinensia, cuci daerah perineal segera mungkin.
Rasional : Untuk mencegah kontaminasi uretra .
2) Jika dipasang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2x sehari
(Merupakan bagian dari waktu mandi pagi dan pada waktu akan tidur) dan
setelah buang air besar.
Rasional : Kateter memberikan jalan pada bakteri untuk memasuki
kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan.
3) Ikuti kewaspadaan umum (Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
langsung, pemakaian sarung tangan), bila kontak dengan cairan tubuh atau
darah yang terjadi (Memberikan perawatan perineal, pengosongan kantung
drainase urine, penampungan spesimen urine). Pertahankan teknik aseptik
bila melakukan kateterisasi, bila mengambil contoh urine dari kateter
Indwelling.
Rasional : Untuk mencegah kontaminasi silang
4) Kecuali dikontra indikasikan, ubah posisi pasien setiap 2 jam dan anjurkan
masukan sekurang-kurangnya 2400ml / hari. Bantu melakukan ambulasi
sesuai dengan kebutuhan .
Rasional : Untuk mencegah stasis urine.
5) Lakukan tindakan untuk memelihara asam urine.
a) Tingkatkan masukan sari buah berri .
b) Berikan obat-obat, untuk meningkatkan asam urine.
c) R : Asam urine menghalangi tumbuhnya kuman . Karena jumlah sari
buah berri diperlukan untuk mencapai dan memelihara keasaman
urine. Peningkatan masukan cairan sari buah dapat berpengaruh dalam
pengobatan infeksi saluran kemih.
c. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan irigasi kontras oleh urine
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kerusakan
integritas kulit teratasi.
Kriteria hasil:
1) Jumlah bakteri <100.000/ml
2) Kulit periostomal penuh
3) Suhu 37c
4) Urine jernih dengan sendimen minimal.
Intervensi
1) Pantau penampilan kulit periostomal setiap 8 jam
Rasional : untuk mengindetifikasi kemajuan atau penyimpanan dari hasil
yang diharapkan
2) Ganti wafer stomehesif setiap minggu atau bila bocor terdefekasi. Yakinkan
kulit bersih dan kering sebelum memasang wafer yang baru. Potong lubang
wafer kira-kira setengah inci lebih besar dan diameter stoma untuk
menjamin ketepatan ukuran kantung yang benar-benar menutupi kulit
10
periastomal. Kosongkan kantung urostomi bila telah seperempat sampai
setengah penuh.
Rasional : peningkatan berat urine dapat merusak segel
periostomal,memungkinkan kebocoran urin. Pemajanan menetap pada kulit
periostomal terhadap asam urin dapat menyebabkan kerusakan kulit dan
peningkatan resiko infeksi.
4. Implementasi
Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan radiasi daripada rencana
tindakan keperawatan yang telah diterapkan. Meliputi tindakan independent,
dependent, dan interpendent. Pada pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan,
validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan
memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data. (Susan Martin, 1998).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil akhir dari proses keperawatan dilakukan untuk
mengetahui sampai dimana keberhasilan tindakan yang diberikan sehingga dapat
menemukan intervensi yang akan dilanjutkan. (Susan Martin, 1998)
C. Patoflowdiagram
11
BAB III
12
PAPARAN KASUS
A. Karakteristik Demografi
1. Identitas Diri
Nama : Ny. M
Tempat/tanggal Lahir : Ngabang, 17 Juli 1956
Jenis Kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan Terakhir : Sekolah Rakyat
Diagnosa Medik : Inkontinensia Urine
Alamat : Jln. Merdeka No.5
4. Aktivitas Rekreasi
Hobi : Tidak Ada
Berpergian/wisata : Tidak Pernah
Keanggotaan organisasi : Tidak tergabung
Lain-lain :-
5. Riwayat Keluarga
a. Saudara Kandung
No Nama Keadaan Saat Ini Keterangan
1 Tn. E Sehat, tinggal bersama anak sulungnya
2 Tn. I Sehat, tinggal bersama anak bungsunya
13
a. Frekuensi makan : 3 kali sehari
b. Nafsu makan : ada
c. Jenis makanan : nasi, sayur-sayuran dan lauk pauk
d. Kebiasaan sebelum makan : berdoa terlebih dahulu
e. Maknan yang tidak disukai : ada, masakan yang berbau laut
f. Alergi terhadap makanan : tidak ada
g. Pantang makan : tidak ada
h. Keluhan yang berhubungan : tidak ada
dengan makan
2. Eliminasi
a. BAK
1) Frekuensi dan waktu : 15-18x sehari
2) Kebiasaan BAK dalam : ya, ada
malam hari
Keluhan yag berhubungan : tidak bisa menahan keluarnya urine jika terasa
dengan BAK ingin BAK
b. BAB
1) Frekuensi dan waktu : 2x sehari
2) Konsistensi : lembek, berwarna kuning
3) Keluhan yang berhubu- : tidak ada
ngan dengan BAB
4) Pengalaman memakai : tidak pernah
Laxantif/Pencahar
3. Personal Higiene
a. Mandi
1) Frekuensi dan waktu : 2x/sehari, pagi dan sore hari
mandi
2) Pemakaian sabun : ya
(Ya/Tidak)
b. Oral Higiene
1) Frekuensi dan waktu : 2x sehari, sehabis mandi dan sebelum tidur
gosok gigi
2) Menggunakan pasta gigi : ya
c. Cuci Rambut
1) Frekuensi : 3x seminggu
2) Penggunaan shampo : ya
(Ya/Tidak)
d. Kuku dan Tangan
1) Frekuensi gunting kuku : 2x dalam sebulan
2) Kebiasaan mencuci : ya.
tangan pakai sabun
14
b. Tidur siang : 1 jam sehari
c. Keluhan yang berhubungan : tidur terganggu sering ke WC karna mau
Dengan tidur kencing
15
C. Status kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan utama selama 1 tahun terakhir
Ny.M mengatakan 1 tahun terakhir sering mengeluh nyeri saat berkemih, kalau
bersin atau batuk kencing keluar secara tiba-tiba, nokturia.
b. Gejala yang dirasakan
Kencing dalam sehari 1-18x/hari
c. Faktor pencetus
Dimensia, ISK
d. Timbulnya keluhan
( ) Mendadak (V) Bertahap
e. Waktu mulai timbulnya keluhan
Satu tahun
f. Upaya mengatasi
1) Pergi ke RS/klinik pengobatan/dokter praktik
3. Pengkajian/pemeriksaan Fisik
(Observasi, pengukuran, auskultasi, perkusi dan palpasi)
a. Keadaan umum (TTV) : TD 180/140 mmHg, Nadi 80x/menit
Pernapasan 18x/menit, Suhu 36oC
b. BB/TB : 45 Kg, 150 cm
c. Rambut : bersih, berwarna putih, tidak ada ketombe
d. Mata : simetris, konjungtiva anemis, palpebrae
gelap, sclera anikterik
e. Telinga : bersih, tidak ada benda asing
f. Mulut, gigi dan bibir : bersih, tidak berbau, gusi tidak ada
peradangan, tidak ada karies, tidak ada gigi
palsu, lidah bersih, mampu untuk mnegunyah
keras
g. Dada : bentuk dada simetris, getaran dinding kiri dan
kanan sama, tidak ada suara tambahan,
payudara mneyusut, tidak teraba massa, tidak
16
ada suara tambahan
h. Abdomen : datar, tidak ada bendungan vena pada
abdomen, tidaka da striae, kendung kemih
teraba keras, tidak ada mengalami usus buntu,
tidak ada pembesaran limfe
i. Kulit : tekstur kulit terhilat kendur, keriput, tugor
kulit jelek, terdapat ruam dan kemerahan
disekitar genetalia
j. Ekstremitas atas : tonus otot baik, kekuatan otot tangan
kiri kanan sama yaitu pada skala 5
k. Ekstremitas bawah : kekuatan otot kaki kiri dan kanan sama yaitu
pada skala 5, tidak ada nyeri persendian, tidak
terjadi osteoporosis, dan tidak ada kelainan
tulang
Resume
Ny.M datang ke RS. B diantar keluarga. Keluarga mengatakan Ny.M sering kencing
tanpa disadari (ngompol). Klien sendiri mengatakan tidak bisa menahan jika sudah terasa
ingin BAK. Frekuensi berkemih tiap hari 15-18x/hari. Klien juga mengatakan saat dia
bersin, membungkuk, batuk tiba-tiba keluar sedikit air kencing. Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan data TB dan BB Ny.M adalah 150cm, 45 kg, TD 180/140 mmHg, Nadi
80x/menit, repirasi 18x/menit dan suhu 36,5oC, output 2100cc. Terdapat Terdapat distendi
kandung kemih. Kegiatan sehari-hari Ny.M adalah menjadi guru mnegaji, akan tteapi
semenjak ia sering mengompol kegiatan menjadi terganggu.
17
1. Masalah Kesehatan Kronis
No Keluhan kesehatan atau gejala yang Selalu Sering Jarang T.Pernah
dirasakan klien dalam waktu 3 bulan (3) (2) (1) (0)
terakhir berkaitan dengan fungsi-fungsi
A Fungsi Penglihatan
1. Penglihatan Kabur 0
2. Mata berair 0
3. Nyeri pada mata 0
B Fungsi pendengaran
4. Pendengaran berkurang 0
5. Telinga berdenging 0
C Fungsi Paru (Pernapasan)
6. Batuk lama disertai keringat 0
malam
7. Sesak napas 0
8. Berdahak/sputum 0
D Fungsi Jantung
9. Jantung berdebar-debar 0
10. Cepat lelah 0
11. Nyeri dada 0
E Fungsi pencernaan
12. Mual muntah 0
13. Nyeri ulu hati 0
14. Makan dan minum banyak 0
(berlebihan)
15. Perubahan kebiasaan buang air 0
besar (mencret atau sembelit)
F Fungsi pergerakan
16. Nyeri kaki saat berjalan 0
17. Nyeri pinggang atau tulang 0
belakang
18. Nyeri persendian/bengkak 0
18
G Fungsi persyarafan
19. Lumpuh/kelemahan pada kaki 0
atau tangan
20. Kehilangan rasa 0
21. Gemetar atau tremor 0
22. Nyeri/pegal pada daerah tekuk 0
H Fungsi saluran perkemihan
23. Buang air kecil banyak 2
24. Sering buang air kecil pada 2
malam hari
25. Tidak mamapu mengontrol 2
pengeluaran urine kemih
(mengompol)
Jumlah 6
Analisa hasil : Skor < 25 : tidak ada masalah kesehatan kronis sampai dengan masalah
kesetahan kronis ringan
2. FUNGSI KOGNITIF
No Item pertanyaan Benar Salah
1 Jam berapa sekarang ?
Jawab :
2 Tahun berapa sekarang ?
Jawab :
3 Kapan Bapak/Ibu lahir?
Jawab :
4 Berapa umur Bapak/Ibu sekarang?
Jawab :
5 Dimana alamatt Bapak/Ibu sekarang ?
Jawab :
6 Berapa jumlah anggota keluara yang tinggal bersama
Bapak/Ibu?
Jawab :
7 Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama
Bapak/Ibu?
Jawab :
8 Tahun berapa Hari Kemerdekaan Indonesia?
Jawab :
9 Siapa nama presiden Republik Indonesia ?
Jawab :
10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1 !
Jawab :
Jumlah benar 6
Analisa hasil :
Jumlah skor = 6 berarti ada ganggguan
3. STATUS FUNGSIONAL
No Aktivitas Mandiri Tergantung
(Nilai 1) (0)
1 Mandi dikamar mandi (menggosok, membersihkan, dan 1
mengeringkan badan).
19
2 Menyiapkan pakaian, membuka, dan mengenakannya. 1
3 Memakan makanan yang telah disiapkan 1
4 Memelihara kebersihan diri unruk penampilan diri 1
(menyisir rambut, menggosok gigi, mencukur kumis).
5 Bunag air besar di WC (membersihakan dan 1
mnegeringkan daerah bokong).
6 Dapat mnegontrol pengeluaran feses (tinja). 1
7 Buang air kecil di kaamr mandi (membersihkan dan 1
mnegeringkan daerah kemaluan)
8 Dapat mengontrol pengeluaran air kemih. 0
9 Berjalan dilingkungan tempat tinggal atau keluar 1
ruangan tanpa alat bantu, seperti tongkat.
10 Menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan yang 1
dianut.
11 Melakukan pekerjaan rumah, seperti : merapikan tempat 1
tidur, mencuci pakaian, memasak, dan membersihkan
ruangan.
12 Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau kebutuhan 1
keluarga.
13 Mengelola keuangan (menyimpan dan menggunakan 0
uang sendiri).
14 Menggunakan sarana transportasi umum untuk 0
berpergian.
15 Menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan aturan 1
(takaran obat dan waktu minum obat tepat)
16 Merencanakan danmengambil keputusan unutk 0
kepeentingan keluarga dalam hal penggunaan uang,
aktivitas sosial yang dilakukan dan kebutuhan akan
pelayanan kesehatan.
17 Melakukan aktivitas diwaktu luang (kegiatan 1
keagamaan, sosial, rekreasi, olahraga dan menyalurkan
hobi)
Jumlah Poin Mandiri 13
Analisa hasil :
Jumlah skor 13, disimpulkan bahwa klien dapat mandiri
4. STATUS PSIKOLOGIS
No Apakah Bapak/Ibu dalma satu minggu terakhir ? Ya Tidak
1 Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani? ya
2 Banyak meninggalkan kesenangan/minat dan aktivitas anda? tidak
3 Merasa bahwa kehidupan anda hampa? tidak
4 Sering merasa bosan? tidak
5 Penuh pengharapan akan masa depan? ya
6 Mempunyai semangat yang baik setiap waktu? ya
7 Diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak tepat diungkapkan? tidak
8 Merasa bahagia disebagian besar waktu? tidak
9 Merasa takut sesuatu yang terjadi pada Anda? tidak
10 Sering kali merasa tidak berdaya? tidak
11 Sering merasa gelisah dan gugup? tidak
20
12 Memilih tinggal dirumah daripada pergi melakukan sesuatu ya
yang bermanfaat?
13 Sering kali merasa khawatir akan masa depan? tidak
14 Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan daya ingat ya
dibandingkan orang lain?
15 Berfikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan sekarang? ya
16 Sering kali merasa merana? tidak
17 Merasa kurang bahagia? tidak
18 Sangat khawatir terhadap masa lalu? tidak
19 Merasakan bahwa hidup ini sangat menggairahkan? ya
20 Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang baru? tidak
21 Merasa dalam keadaan penuh semangat? ya
22 Berfikir bahwa keadaan penuh semangat? tidak
23 Berfikir abhwa banyak orang yang lebih baik daripada anda? tidak
24 Sering kali menjadi kesal dengan hal yang sepele? tidak
25 Sering kali merasa ingin menangis? Tidak
26 Merasa sulit untuk berkonsentrasi? ya
27 Menikmati tidur? tidak
No Apakah Bapak/Ibu dalam satu minggu terakhir:
28 Memilih menghindar dari perkumpulan sosial? tidak
29 Mudah mengambil keputusan? tidak
30 Mempunyai pikiran yang jernih? Ya
Jumlah item yang terganggu
Analisa Hasil :
Jumlah terganggu sebanyak 3. Jadi kesimpulannya Status psikologis dalam rentang
normal.
21
A. ANALISA DATA
22
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO Tanggal/
Diganosa Keperawatan Paraf
DP waktu
I Gangguan Eliminasi Urine b.d kehilangan kemampuan
untuk menghambat kontraksi kandung kemih ditandai oleh
:
DS: keluarga mengatakan NY.M seing kencing tanpa
disadari (ngompol). Sebelumnya Ny.M ada riwayat
hipertensi 2 tahun lalu dan mengonsumsi obat diuretik.
Klien juga mengatakan saat dia bersin, membungkuk,
batuk tiba-tiba keluar sedikit kencing.
DO : Hasil observasi : TD 180/140 mmHg, Nadi
80x/menit, repirasi 18x/menit dan suhu 36,5oC
II Gangguan fungsi kognitif berhubungan dengan Proses
degenerasi ditandai oleh :
DS: klien mengatakan tidak mengingat umurnya, kapan
dia lahir, dan tidak tahau tahun berapa dia lahir
DO: analisis hasil fungsi kognitif berjumlah 6,
dikategorikan bahwa fungsi kognitifnya ada gangguan
III Resiko Jatuh berhubungan dengan Modifikasi lingkungan,
yang ditandai oleh :
DS : Klien sendiri mengatakan tidak bisa menahan jika
sudah terasa ingin BAK. Klien juga mengatakan frekuensi
berkemih tiap ahri 15-18x/hari. Klien juga mengatakan,
sring bolak-nalik WC.
DO : Skor status fungsional hasil analisisnya berjumlah 13
dikategorikan bahwa pasien mandiri. WC terpisah dari
kamar, jaraknya sekitar 10 meter.
IV Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Nokturia pada
malam hari
DS : Klien mengatakan tidurnya tergaggu karna sering
kencing pada malam hari
DO : conjungtiva anemis, palpebrae gelap, sering menguap
23
RENCANA KEPERAWATAN
NO Diagnosa Rencana
Tujuan Kriteria Hasil Rasional Paraf
DP keperawatan Keperawatan
1 Gangguan Setelah 1. Kandung 1. Kaji kebiasaan 1. Berkemih yang
Eliminasi dilakuka kemih pola berkemih sering dapat
Urine b.d n kosong dan gunakan mengurangi
kehilangan tindakan secara catatatn dorongan dan
kemampuan keperwat penuh berkemih beri distensi
untuk an 2. Intake sehari kandung kemih
menghambat selama cairan
kontraksi 3x24 dalam 2. Pembatasan
kandung jam, rentang cairan pada
kemih klien normal 2. Ajarkan unutk malam hari
ditandai oleh : mampu 3. Balance membatasi dapat
DS: keluarga mengont cairan masukan mencegah
mengatakan rol seimbang cairan pada terjadniya
NY.M seing eliminasi 4. Keluhan malam hari enurasis
kencing tanpa urine tidak bisa
disadari menahan
(ngompol). kencing
Klien sendiri berkurang 3. Ajarkan teknik 3. Unutk
mengatakan 5. Keluhan unutk membantu dan
tidak bisa nyeri di mencetuskan melatih
menahan jika daerah refleks pengosongan
sudah terasa perut berkemih kandung kemih
ingin BAK. hilang (ransangan
klien juga pacantus
mengatakan dengan
frekuensi penepukan
berkemih tiap supra pubik) 4. Hidrasi
ahri 15- optimal
18x/hari. 4. Berikan diperlukan
Sebelumnya penjelasan unutk menegah
Ny.M ada tentang ISK dan batu
riwayat penitngnya ginjal
hipertensi 2 hidrasi
tahun lalu dan optimal,
mengonsumsi sedikitnya
obat diuretik. 2000cc/hari
Klien juga bila tidak ada 5. Kapasitas
mengatakan kontra indikasi kandung kemih
saat dia mungkin tidak
bersin, 5. Bila masih cukup untuk
membungkuk terjadi menumpang
, batuk tiba- inkontinensia volume urine
tiba keluar kurangi waktu sehingga
antara diperlukan
24
sedikit berkemih yang untuk lebih
kencing. telah sering
DO : Klien direncaakan berkemih
tampak
terpasang 6. Kolaborasi 6. Menurunkan
kateter dengan dokter frekuensi
indweling, dalam inkontinensia
terdapat mengkaji efek
distensi medikasi dan
kandung tentukan
kemih. kemungkinan
perubahan
obat,
dosis/jadwal
pemberian
obat
2 Gangguan Setelah 1. Fungsi 1. Ingatkan
fungsi dilakuka kognitif kembali hal-
kognitif n bernilai hal yang lupa,
berhubungan tindakan 10 seperti bak,
dengan keperaw 2. Klien bisa bab, tempat
Proses atan menginga 2. Ingatkan hari,
degenerasi selama t tanggal tanggal, bulan
ditandai oleh : 3x24 lahirm dan tahun,
DS: klien jam, umurnya, serta ingatkan
mengatakan fungsi tahun untuk
tidak kognitif kemerdek mencoret
mengingat tidak aan dan kalender
umurnya, mengala menghitu 3. Buat catatan
kapan dia mi ng. unutk nomor
lahir, dan ganggua telepon
tidak tahau n penting
tahun berapa 4. Meltih
dia lahir mengingat dan
DO: analisis memperlihatka
hasil fungsi n album pada
kognitif orang-oran
berjumlah 6, yang dikenal
dikategorikan 5. Memperkenal
bahwa fungsi kan keluarga
kognitifnya kembali di
ada gangguan ajak
berkomunikasi
Mencatat
seriap pesan,
siapkan obat
pada tempat
yang sudah
ada lebelnya\
25
3 Resiko Jatuh Setalah 1. Jatuh 1. Kaji 1. Mengetahui
berhubungan dilakuka tidak tingkat tingkat
dengan n terjadi kemampua kemampuan
Modifikasi tindakan 2. Modifikas n pasien pasien dalam
lingkungan, keperaw i dalam beraktivitas
yang ditandai atan lingkunga melakukan
oleh : 3x24 n yang aktivitas
DS : Klien jam, baik sehari-hari
sendiri resiko
mengatakan jatuh 2. Kaji 2. Penglihatan
tidak bisa teratasi kemampua merupakan
menahan jika n pasien salah satu
sudah terasa dalam indikator
ingin BAK. melihat dalam
Klien juga terjadinya
mengatakan 3. Pasang jatuh
frekuensi pagar 3. Mencegah
berkemih tiap pengaman terjadinya
ahri 15- tempat resiko jatuh
18x/hari. tidur
Klien juga 4. Mencegah
mengatakan, 4. Jaga lantai terjadinya
sring bolak- jangan jatuh dan
balik WC. sampai fraktur
DO : Skor basah 5. Mencegah
status 5. WC, dibuat terjadinya
fungsional ada terpeleset
hasil pegangan 6. Meminimalisir
analisisnya terjadinya
berjumlah 13 6. Temani jatuh dan
dikategorikan pasien menghindari
bahwa pasien kalau lantai yang
mandiri. WC berjalan licin
terpisah dari 7. Memudahkan
kamar, klien untuk
jaraknya 7. Tempat mencapai
sekitar 10 tidur lebih lantai.
meter. rendah,
sehingga
klien bisa 8. Meminimalisir
mencapai terjadinya
lantai jatuh
8. Berikan
peneranga
n yang
cukup
4 Gangguan Setelah 1. Freku 1. Ciptakan 1. Meningkatkan
Pola Tidur dilakuka ensi suasana kualitas tidur
berhubungan n tidur dan lansia
dengan tindakan pasien peneranga
26
Nokturia kan mala n yang
pada malam keperaw m hari cukup bagi
hari atan menin lansia 2. Memberikan
DS : Klien selama gkat tidur suasana yang
mengatakan 3x24 ja, 2. Pasien 2. Hindari tenang bagi
tidurnya kebutuha tampa penyebab lansia untuk
tergaggu n tidur k keributan istirahat
karna sering pasien tidak yang akan
kencing pada dalam meng menggang
malam hari rentang uap, gu tidur
DO : normal ocnju pasien
conjungtiva ngtiva seperti
anemis, anemi kebisingan
palpebrae s, musik
gelap, sering palpe 3. Meminimalka
menguap brae n keadaan
gelap 3. Kurangi sering
intake berkemih pada
cairan malam hari
yang
berlebihan
pada saat 4. Untuk
menjelang meningkatkan
tidur frekuensi
4. Jika perlu tidur, karena
tingkatkan dengan
aktivitas aktivitas maka
lansia akan membuat
pada siang pasien tidur
hari lebih nyenyak
seperti
berkebun 5. Menambah
pengetahuan
lansia tentang
pentingnya
5. Beritahu tidur
lansia
tentang
manfaat
istirahat
27
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
28
tampak mengerti dan akan dengan teman-
melakukannya teman.
Mengkaji aktivitas pasien - pasien
sehari-hari. Pasien mengatakan
mengatakan tadi pagi bangun, lampu - kamar
sholat, membereskan tempat saya cukup
tidur, berkebun, kemudian terang, kalau
mandi dan berkumpul dengan tidur saya lebih
teman-teman. senang
Mengkaji penerangan dikamar lampunya
pasien dan wc, pasien dihidupkan, di
mengatakan lampu kamar saya wc lampunya
cukup terang, kalau tidur saya kurang terang,
lebih senang lampunya lantainya agak
dihidupkan, di wc lampunya licin
kurang terang, lantainya agak - Pasien dapat
licin beristirahat
Menciptaka suasana yang dengan nyaman
tenang bagi lansia untuk - Pasien
istirahat. Pasien dapat mengatakan
beristirahat dengan nyaman sudah 6 kali
Mengkaji frekuensi kencing. kencing bolak-
Pasien mengatakan sudah 6 balik WC, tadi
kali kencing bolak-balik WC, hampir jatuh d
tadi hampir jatuh d wc karena wc karena lantai
lantai licin. licin.
,memberitahu lansia tentang O:
manfaat istirahat. Pasien - warna urine
tampak mngerti. putih
Menganjurkan klien untuk kekuningan,
meningkatkan aktivitas pasien jumlah + 200ml,
disiang hari. Pasien tampak keluarnya
mengerti. seperti air
Menganjurkan pasien untuk mancur,
membatasi minum pada biasanya keluar
malam hari, pasien tampak sebelum klien
mengerti. samapi ke wc.
Menganjurkan pasien unutk - wc karena lantai
memakai popok pada malam licin.
hari unutk mengurangi resiko - pasien belum
jatuh. Pasien tampak mengerti. dapat menulis
Menganjurkan pasien unutk angka dengan
sena kegel jika kendingnya urutan yang
sering. Pasien tampak benar.
mengerti A:
Menciptakan lingkungan yang - Diagnosa
tenang untuk lansia. Pasien I,II,III,IV belum
tampak bisa beristirahat teratasi
dengan nyaman.
29
P : melanjutkan ke
intervensi
selanjutnya
30
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Inkontinensia urine adalah pengeluaran urine dalam jumlah dan frekuensi yang
cukup banyak, sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan sosial (Kane,
dkk, 1989). Inkontinensia urine banyak terjadi pada lansia perempuan, karena sistem
anatomis dan oersonal higiene.
Pengkajian untuk lansia difokuskan pada poin-poin yang didalamnya berisi data
yang abnormal. Diagnosa yang diangkat mendekati KMB namun lebih spesifiknya
karena proses degeneratif, maka dari itu intervensi yang diberikan adalah intervensi
yang lebih mengarah ke lansia. Seperti senam kegel. Senam kegel berfungsi untuk
mempertahankan status berkemih.
B. Saran
Sumber buku diharapkan lebih banyak referensi lagi. Format pengkajian
referensinya harus sesuai. Kelompok menyadari bahwa makalah kami tidak sempurna
masih banyak kekurangan, maka kelompok membutuhkan kritik dan saran untuk
memperbaiki makalah kami kedepannya.
31
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, 2010. Meraat Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses Keperawatan Gerontik. Cetakan
Pertama. Jakarta : TIM
32