Dosen pengempuh :
Ns. Rahmat H. Djalil S.kep M.Kes
Dengan menyebut nama Allah SWT, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“INKONTINENSIA URIN”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar permbuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya sangat berharap makalah ini kiranya dapat menjadi bahan untuk
saling mengisi bagi para mahasiswa.
Manado 13.07.2022
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. latar belakang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Inkontinensia urin
B. Etilogi Inkontinensia Urine
C. Patofisiologi Inkontinensia Urine
D. Manifestasi Klinis
E. Pemeriksaan Diagnostik Inkontinensia Urine
F. Penatalaksanaan Medik Inkontinensia Urine
G. Komplikasi Inkontinensia Urin
BAB III ASKEP TEORI
A. Pengkajian
B. Diagnosa
C. Intervensi
D. Implementasi
E. Evaluasi
F. Pathway
BAB IV ASKEP KASUS
A. Pengkajian
B. Diagnosa keperawatan keperawatan
C. Intervensi keperawatan – Rasional
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan menahan air kencing.
Gangguan inilebih sering terjadi pada wanita yang pernah melahirkan dari pada
yang belum pernah melahirkan (nulipara). Diduga disebabkan oleh perubahan
otot dan fasiadi dasar panggul. Kebanyakan penderita inkontinensia telah
menderita desensusdinding depan vagina disertai sisto-uretrokel. Tetapi kadang-
kadang dijumpai penderita dengan prolapsus total uterus dan vagina dengan
kontinensia urineyang baik.
D. Manifestasi Klinis
Gejala yang terjadi pada inkontinensia urine antara lain :
1) Sering BerkemihMerupakan gejala urinasi yang terjadi lebih sering dari
normal bila di bandingkan dengan pola yang lazim di miliki seseorang
atau lebih seringdari normal yang umumnya di terima, yaitu setiap 3-6
jam sekali.
2) FrekuensiBerkemih amat sering, dengan jumlah lebih dari 8 kali dalam
waktu 24 jam.
3) NokturiaMalam hari sering bangun lebih dari satu kali untuk berkemih.
4) UrgensiKeinginan yang kuat dan tiba-tiba untuk berkemih walaupun
penderita belum lama sudah berkemih dan kandung kemih belum terisi
penuhseperti keadaan normal.
5) Urge InkontinensiaDorongan yang kuat sekali unuk berkemih dan tidak
dapat ditahansehingga kadang-kadang sebelum sampai ke toilet urine
telah keluarlebih dulu.
3) Laboratorium
Elektrolit, ureum, creatinin, glukosa, dan kalsium serum dikaji
untukmenentukan fungsi ginjal dan kondisi yang menyebabkan poliuria.
Menurut National Women’s Health Report, diagnosis dan terapi
inkontinensia urine dapat ditegakkan oleh sejumlah pemberi
pelayanankesehatan, termasuk dokter pada pelayanan primer, perawat,
geriatris, gerontologis, urologis, ginekologis, pedriatris, neurologis,
fisioterapis, perawat kontinensia, dan psikolog. Pemberi pelayanan primer
dapat mendiagnosis inkontinensia urine dengan pemeriksaan riwayat
medisyang lengkap dan menggunakan tabel penilaian gejala.Tes yang
biasanya dilakukan adalah urinealisa (tes urine untukmenetukan apakah
gejalanya disebabkan oleh inkontinensia urine, atau masalah lain, seperti
infeksi saluran kemih atau batu kandung kemih).Bila urinealisa normal,
seorang pemberi pelayanan primer dapat menentukan untuk mengobati
pasien atau merujuknya untuk pemeriksaangejala lebih lanjut.
2. Penatalaksanaan Nonfarmakologis
Pada umumnya terapi inkontinensia urine adalah dengan cara
operasi.Akan tetapi pada kasus ringan ataupun sedang, bisa dicoba
dengan terapi konservatif. Latihan otot dasar panggul adalah terapi non
operatif yang paling populer, selain itu juga dipakai obat-obatan, stimulasi
dan pemakaian alat mekanis.
a) Latihan Otot Dasar Pinggul (Pelvic Floor Exercises) Kontinensia
dipengaruhi oleh aktifitas otot lurik uretra dan dasar pelvis.
Fisioterapi meningkatkan efektifitas otot ini. Otot dasar panggul
membantu penutupan uretra pada keadaan yangmembutuhkan
ketahanan uretra misalnya pada waktu batuk. Jugadapat
mengangkat sambungan urethrovesikal ke dalam daerah
yangditransmisi tekanan abdomen dan berkontraksi secara reflek
dengan peningkatan tekanan intra abdominal, perubahan posisi
dan pengisian kandug kemih. Pada inkompeten sfingter uretra,
terdapat hilangnya transmisi tekanan abdominal pada uretra
proksimal. Fisioterapi membantu meningkatkan tonus dan
kekuatan otot lurikuretra dan periuretra. Pada kandung kemih
neurogrik, latihan kandung kemih (bladder training) telah
menunjukan hasil yangefektif. Latihan kandung kemih adalah
upaya melatih kandung kemih dengan cara konservatif, sehingga
secara fungsional kandung kemih tersebut kembali normal dari
keadaannya yang abnormal.
b) Bladder Training Melakukan latihan menahan kemih
(memperpanjang interval waktu berkemih) dengan teknik relaksasi
dan distraksi sehingga frekwensi berkemih 6-7 x/hari. Lansia
diharapkan dapat menahan keinginanuntuk berkemih bila belum
waktunya.
3. Penatalaksanaan Farmakologik
a) Alfa Adrenergik Agonis
Otot leher vesika dan uretra proksimal megandung alfa
adrenoseptoryang menghasilkan kontraksi otot polos dan
peningkatan tekanan penutupan uretra obat aktif agonis alfa-
reseptor bisa menghasilkantipe stmulasi ini dengan efek samping
relatif ringan.
b) Efedrin
Efek langsung merangsang alfa sebaik beta-adrenoseptor dan juga
melepaskan noradrenalin dari saraf terminal obat ini juga
dilaporkan efektif pada inkotinensia stres. Efek samping
meningkatkan tekanandarah, kecemasan dan insomnia oleh karena
stimulasi SSP.
c) Phenylpropanololamine
PPA (Phenylpropanololamine) efek stimulasi perifer
sebandingdengan efedrin, akan tetapi dengan efek CNS yang
terkecil. PPAadalah komponen utama obat influensa dalam
kombinasi dengan anti histamin dan anti hikholinergik. Dosis 50
mg dua kali sehari. Efeksamping minimal. Didapatkan 59 %
penderita inkontinensia stress mengalami perbaikan
A. Pengkajian
a. Identitas klien
meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,alamat, suku bangsa,
tanggal, jam MRS, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Berapakah frekuensi inkonteninsianya, apakah ada sesuatu yang mendahului inkonteninsia
(stres, ketakutan, tertawa, gerakan), masukan cairan,usia/kondisi fisik, kekuatan dorongan/aliran
jumlah cairan berkenaan dengan waktu miksi. Apakah ada penggunaan diuretik, terasa ingin
berkemih sebelum terjadi inkontenin, apakah terjadi ketidakmampuan.
2) Riwayat kesehatan dahulu.
Apakah klien pernah mengalami penyakit serupa sebelumnya, riwayaturinasi dan catatan
eliminasi klien, apakah pernah terjadi trauma/cedera genitourinarius, pembedahan ginjal, infeksi
saluran kemih dan apakahdirawat dirumah sakit
3) Riwayat kesehatan keluarga.
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit serupa dengan klien dan
apakah ada riwayat penyakit bawaan atau keturunan, penyakit ginjal bawaan/bukan bawaan.
c. Pemeriksaan fisik
1) keadaan umum
klien tampak lemas dan tanda tanda Vital terjadi peningkatan karena respondari terjadinya
inkontinensia.
2) Pemeriksaan Sistema
a) B1 (breathing)
kaji pernapasan adanya gangguan pada pola nafas, sianosis karena suplaioksigen menurun.
kaji ekspansi dada, adakah kelainan pada perkusi.
b) B2 (blood)
Peningkatan tekanan darah, biasanya pasien bingung dan gelisahc
c) B3 (brain)
Kesadaran biasanya sadar penuh
d) B4 (bladder)
1) Inspeksi:
Periksa warna, bau, banyaknya urine biasanya bau menyengat karenaadanya aktifitas
mikroorganisme (bakteri) dalam kandung kemih serta disertai keluarnya darah
apabila ada lesi pada bladder, pembesaran daerah supra pubik lesi pada meatus
uretra,banyak kencing dan nyeri saat berkemih menandakan disuria akibat dari
infeksi, apakah klien terpasang kateter sebelumnya.
2.) Palpasi :
Rasa nyeri di dapat pada daerah supra pubik / pelvis, seperti rasa terbakar di urera
luar sewaktu kencing /dapat juga di luar waktu kencing.
e) B5 (bowel)
Bising usus adakah peningkatan atau penurunan, Adanya nyeri tekan abdomen, adanya
ketidak normalan perkusi, adanya ketidak normalan palpasi pada ginjal.
f) B6 (bone)
Pemeriksaan kekuatan otot dan membandingkannya dengan ekstremitasyang lain, adakah
nyeri pada persendian.
B. Diagnosa
1. Gangguan pola tidur
2. Defisit perawatan diri
3. Inkontinensia urin berlebiihan
4. Resiko gangguan Intregritas Kulit
C. Intervensi
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
HASIL
1 Gangguan pola tidur Pola tidur Dukungan Tidur
Setekah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 3x24 jam - Identifikasi pola aktifias tidur
gangguan pola tidur membaik - Identifikasi faktor penganggu
dengan K.H : tidur
1. Keluhan sulit tidur - Identifikasi obat tidur yang di
2. Keluhan tidak puas tidur kosumsi
3. Keluhan sering terjaga
2 Defisit perawatan diri Perawatan diri Dukungan perawatan diri :
Setelah di lakukan tindakan BAB/BAK
keperawatan selama 3x24jam Observasi :
defisit perawatan diri meningkat - Identifikasi kebiasaan
dengan K.H BAK/BAB sesuai usia
- Monitor intergritas kulit
pasien
Terapeutik :
- Dukung penggunaan
toilet/commodel/pispot/urinal
secara koonsisten
- Jaga privasi selama eliminasi
- Latih BAB/BAK sesuai
jadwal
Edukasi :
- Anjurkan BAB/BAK secara
rutin
- Anjurkan ke kamar
mandi/toilet
3 Inkontinensia urin Kontinensia urin Kateterisasi urine
berlebihan Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 3x24 jam - Periksa kondisi pasien
inkontinensia urin berlebihan (dsstensi kandung kemih,
meningkat dengan K.H inkontinensia urin, refleks
1. Kemampuan berkemih berkemih)
2. Nokturia Tweapeutik :
3. Residu volume urin - Siapkan peralatan, bahan
setelah berkemih bahan dan ruangan tindakan
4. Distensi kandung kemih - Siapkan pasien, bebaskan
5. Frekuensi berkemiih pakaian bawah dan posisikan
dorsel rekumblen (untuk
wanita dan supine (untuk
pria)
- Pasang sarung tangan
- Sambungkan kateter urin
dengan urine bag
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemasangan kateter urin
- Anjurkan menarik nafas saat
insersi selang kateter
4 Resiko gangguan Intergritas Kulit Dan jaringan Perawatan intergritas kulit
Intregritas Kulit Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 3x24 jam - Identifikasi gangguan
Resiko gangguan intergritas intergritas kulit
kulit meningkat dengan K.H Terapeutik :
1. Elastisitas - Ubah posisi tiap 2 jam tirah
2. Kerusakan lapisan kulit baring
3. Sensasi - Lakukan pemijatan pada area
penonjolan tulang
Edukasi :
- Anjurkan minum air yang
cukup
D. Implementasi
tujuan dari evaluasi adalah ntuk mengetahui sejauh mana perawat dapat
diberikat.
A. Pengkajian
I. Identitas klien dan penanggung jawab
a) Identitas klien
Nama : Ny. W
Tempat
Tanggal lahir : Solo, 12 Mei 1956
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan
Terakhir : SMP
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jalan Merdeka No. 5
d) Riwayat psikologi
Klien merasa malu jika keluar rumah karena sering mengompol
dan bau kencingnya sangat menyengat.
e) Riwayat kehamilan
Klien memiliki 2 orang anak dan tidal pernah mengalami
keguguran
Keterangan :
0: Mandiri
1: Dibantu sebagian
2: Dibantu orang lain
3: Dibantu orang lain dan peralatan
4: Ketergantungan / tidak mampu
2) Saat sakit
- Klien mengatakan merasa malu jika keluar rumah karena
seringmengompol dan bau kencingnya sangat menyengat
g) Pola hubungan peran
1) Sebelum sakit
- Klien mengatakan bisa berkumpul berbincang dengan keluarga
dan tetangganya dan menjahit.
2) Saat sakit
- Klien mengatakan merasa malu untuk berkumpul berbincang
dengan tetanggannya dan sudah tidak bisa menjahit lagi.
h) Pola nilai dan keyakinan
1) Sebelum sakit
- Klien mengatakan bahwa ia beribadah 5 waktu sehari.
2) Saat sakit
- Klien mengatakan dapat beribadah 5 waktu sehari dan
berdoameminta kesembuhan oleh ALLAH untuk sabar dan
pasrah akankesembuhannya.
IV. Pengkajian fisik
a) Kepala dan leher
1. Rambut
- Inspeksi
Rambut klien tampak bersih, berwarna hitam dan putih dan
potongan rambut pendek.
- Palpasi
Rambut klien tampak bersih, lembut dan tidak ada nyeritekan.
2. Mata
- Inspeksi
Bentuk mata simetris antara kanan dan kiri dan konjungtiva
pucat pandangan kabur dan berkunang-kunang.
- Palpasi
Tidak ada pembengkakan pada mata
3. Telinga
- Inspeksi
Bentuk dan posisi telinga simetris, tidak ada cairan yangkeluar
seperti nanah atau darah.
- Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada telinga.
4. Hidung
- Inspeksi
Bentuk dan posisi hidung simetris, tidak ada pendarahan dan
tanda- tanda infeksi.
- Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada hidung
5. Mulut
- Inspeksi
Bentuk mulut simetris, lidahnya berwarna putih dan mukosa
bibir kering.
- Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada bagian bibir
6. Leher
- Nspeksi
Pada leher terlihat normal dengan gerakan ke kanan dan kekiri.
- Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada leher.
7. Dada
- Inspeksi
Bentuk dada simetris antara kanan dan kiri.
- Palpasi
Tidak ada benjolan dan nyeri tekan.
- Perkusi
Tidak ada masalah.
- Auskultrasi
Bunyi jantung normal.
8. Jantung
- Inspeksi
Jantung tidak nampak dari luar.
- Palpasi
Terjadi palpitasi jantung.
- Perkusi
Tidak dilakukan pemeriksaan.
- Aukultrasi
Detak jantung takikardi 90x/menit.
9. Abdomen
- Inspeksi
Tampak simetris, tidak nampak lesi, bersih.
- Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak ada pembesaran
hepar
- Perkusi
Tidak flatulen.
- Auskultrasi
Terdengar suara bising usus
10. Inguinal dan genetalia
- Inspeksi
Tidak tampak adanya pembengkakan.
- Palpasi
Tidak ada nyeri tekan.
11. Ekstrimitas
- Inspeksi
Bagian atas dan bawah tampak simetris, tidak ada deformitas,
pergerakan normal.
- Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada ekstrimitas atas dan bawah.
B. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah keperawatan
1 DS : Kegagalan Kekurangan volume
Klien mengatakan mekanisme regulasi cairan
mengurangi minum.
Klien mengatakan sering
merasa haus.
DO :
Membran mukosa kering.
Turgor kulitkering
TTV :
TD : 160/90mmHg.
N : 90x/menit.
RR :19x/menit.
S : 37°C.
BB 71kg
Frekuensi minum4-5 gelas
dalam sehari.
2 DS : Gangguan fungsi Inkontinensiaurinarius
Klien mengatakan kencing kognisi fungsional
sebanyaklebih dari 10 kali
dalam sehari.
Klien mengatakan bahwa
dirinya tidak bisa menahan
kencing untuk sampai
ketoilet
DO :
Klien sering mengompol
3 DS : Gangguan turgor kulit Kerusakan integritas
Klien mengatakan perih di kulit
daerah perinealnya.
DO :
Tampakkemerahan di area
perineal.
Turgor kulitkering.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanismeregulasi.
2. Inkontinensia urinarius fungsional berhubungan dengan gangguan fungsikognitif.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan irigasi kontras oleh urine.
D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Kekurangan volume Setelah dilakukan asuhan - Jaga intake/asupan yanga
cairan berhubungan keperawatan selama 1x24 kurat dan catat output
dengan kegagalan jam klien mampu - Monitor status hidrasi
mekanismeregulasi menunjukan hidrasi yang (misalnya : membran mukosa
adekuat, dengan kriteria : lembab,denyutnadi adekuat,
1. Keseimbanganintake dan dan tekanan darah ortostatik
outputdalam 24 jam. - Monitor tanda tanda vital
2. Turgor kulit elastis. pasien
3. Kelembapanmembran - Monitor makanan/cairan
mukosa. yang dikonsumsi dan hitung
4. TTV stabil asupan kalori harian
- Distribusikan asupancairan
salama 24 jam
2 Inkontinensia Setelah dilakukan asuhan - Jaga privasi klien saat
urinarius fungsional keperawatan selama 1x24 berkemih
berhubungan jam klien mampu - Modifikasi pakaian dan
dengan gangguan mengontrol pola berkemih, lingkungan untuk
fungsikognitif dengan kriteria : mempermudah akses ketoilet.
1. Klien dapatmerespon - Batasi intake cairan 2-3 jam
saatkandung kemih penuh sebelum tidur
dengan tepatwaktu. - Instruksikan klien untuk
minum minimal 1500 cc air
per hari
3 Kerusakan integritas Setelah dilakukan asuhan - Bantu pasien membersihkan
kulit berhubungan keperawatan selama 1x24 perineum
dengan irigasi jam klien mampu - Jaga agar area perineum
kontras oleh urine menunjukan perbaikan tetap kering
keadaan turgor dan - Bersihkan area perineum
mempertahankan keutuhan secara teratur
kulit, dengan kriteria : - Berikan posisi yang nyaman
1. Kulit perianal tetaputuh. - Berikan lotion perlindungan
2. Urin jernih dengan yang tepat (misalnya : zink
sedimen minimal. oksida, petrolatum).
E. Implementasi Dan Evaluasi
Tanggal/ No. Implementasi Evaluasi
Hari Dx
23-09-19(07.00 1 1. Menjaga intake/asupan yang S:
s/d14.00WIB) akurat dan catat output. - Klien mengatakan
- Respon : mengurangi minum.
Klien mengatakan masih - Klien mengatakansering
sering merasakan haus karena merasa haus.
intake dibatasi.
O:
2. Memonitor status hidrasi - Membran mukosakering.
(misalnya : membran mukosa - Turgor kulit kering.-
lembab, denyut nadi adekuat, TTV :
dan tekanan darah ortostatik. TD : 160/90mmHg
- Respon : N : 90x/menit.
Membran mukosa tampak RR : 19x/menit.
kering. S : 37°C.
Turgor kulit tidakelastis. BB 71 kg
- Frekuensi minum 4-5gelas
3. Memonitor tanda tanda vital dalam sehari.
pasien.
- Respon : A:
TD : 160/90 mmHg. - Masalah belum teratasi.
N : 90x/menit.
RR : 19x/menit. P:
S : 37°C. Intervensi dilanjutkan
- Menjagaintake/asupan yang
4. Berkolaborasi dengan akurat dan catatoutput.
keluarga untuk mengawasi - Memonitor statushidrasi
asupan cairan pasien (misalnya :membran mukosa
- Respon : Keluarga lembab,denyut nadi adekuat,
mengatakan pasien sering dan tekanan darah ortostatik.
mengeluh haus - Memonitor tanda tanda vital
pasien.
- Berkolaborasi dengan
keluarga untuk mengawasi
asupan cairan pasien
24-09-19(07.00 2 1. Menjaga privasi klien saat S:
s/d14.00WIB) berkemih. - Klien mengatakan frekuensi
- Respon : pipis masih10x dalam sehari.
Pasien tampak lebih nyaman - Klien mengatakan bahwa
saat sedang berkemih dan dirinya masih belum bisa
tidak merasa malu/terganggu menahan pipis untuk sampai
dengan orang di sekitar. ketoilet.
4. Menginstruksikan
klienuntuk minum
minimal1500 cc air per hari.-
- Respon : Klien
mengatakan/tampak tidak
mengalami dehidrasi karena
output berlebih
25-09-19(07.00 3 1. Membantu S:
s/d14.00WIB) pasienmembersihkan - Klien mengatakan perih pada
perineum. area perinealnya.
- Respon :
Pasien terlihatlebih nyaman O:
jika perenieumnya bersih - Terdapat lecet di area
. perineal.
2. Menjaga agar area perineum
tetap kering. A:
- Respon : - Masalah belum teratasi.
Pasien tampaksangat
memperhatikan perenieumnya P:
agar tidak lembab/basah. Intervensi dilanjutkan :
- Menjaga agar area perineum
3. Membersihkan area tetap kering.
perineum secara teratur. - Membersihkan area perineum
- Respon : secara teratur
Pasien tampak sering - Memberikan posisi yang
mengeluh perih saat sedang nyaman
dibersihkan
5.Memberikan lotion
perlindungan yang
tepat(misalnya : zink oksida,
petrolatum).
- Respon :
Pasien tampaktidak khawatir
lagidengan keadaan
pereniumnya setelahdiberikan
lotion.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Inkontinensia urine adalah ketidak mampuan menahan air
kencing.Inkontinensia urin merupakan salah satu manifestasi penyakit yang
seringditemukan pada pasien geriatri. Diperkirakan prevalensi
inkontinensia urin berkisar antara 15 – 30% usia lanjut di masyarakat dan
20-30% pasien geriatriyang dirawat di rumah sakit mengalami
inkontinensia urin, dan kemungkinan bertambah berat inkontinensia
urinnya 25-30% saat berumur 65-74 tahun.Inkontinensia urine bisa
disebabkan oleh karena komplikasi dari penyakitinfeksi saluran kemih,
kehilangan kontrol spinkter atau terjadinya perubahantekanan abdomen
secara tiba-tiba. inkontinensia urine dapat terjadi pada pasien dari berbagai
usia, kehilangan kontrol urinari merupakan masalah bagilanjut usia.
B. Saran
Kami selaku mahasiswa berharap dengan pembuatan paper dalam
bentukmakalah ini, dapat memberikan manfaat dalam proses belaja
mengajar. Dantetap mengharapkan bimbingan lebih dalam lagi dari para
Dosen pembimbing mengenai penyakit “Inkontenensia Urin”.