Anda di halaman 1dari 10

MAKAL

GANGGUAN GANGGUAN DALAM SISTEM ELIMINASI URINE

DI SUSUN OLEH :

NAMA: SEROJA RUMLUAN


NIM: PO7120219087
TINGKAT: I B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN TUAL
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadierat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang Berjudul ‘’ Masalah Masalah Kebutuhan Eliminasi
Urine’’makalah ini di buat untuk mengetahui masalah masalah yang terdapat di
dalamnya , dalam penulisan makalah ini penulis sering kali menemui sedikit
kesulitan dalam mencari sumber data, namun dengan berjalanya waktu serta
dorongan dari pihak keluarga dan teman teman sebagai penyemangat alhamdulillah
penulis dapat menyelesaikan makalah ini , dengan mengetahui tentang masalah
masalah eliminasi urine penulis dapat menambah ilmu tentang masalah masalah
eliminasi urine semoga makalah ini bisa memberikan hasil yang baik dan menjadi
sumber bacaan sebagai ilmu yang bermanfaat.

LANGGUR/03/April/2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

1.1. Latar belakang............................................................................................1

1.2. Rumusan masalah......................................................................................2

1.3. Tujuan penulisan.........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................3

2.1.Pengertian gangguan eliminasi urin............................................................3

2.2. gangguan gangguan eliminasi urin.............................................................4

BAB III PENUTUP...................................................................................................5

3.1.Kesimpulan...................................................................................................5

3.2.Saran............................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urine merupakan
salah satu keluhan utama dari demikian banyak masalah geriatrik yang
sering dijumpai di masyarakat dan praktek sehari-hari. Pada kenyataannya,
gangguan eliminasi urin bukanlah sebuah penyakit dan bukan merupakan
konsekuensi normal yang terjadi pada usila, namun merupakan keluhan atau
gejala yang dapat timbul sebagai akibat dari berbagai keadaan atau penyakit.
Menjadi lanjut usia tidak selalu menyebabkan gangguan eliminasi urin, tetapi
beberapa perubahan yang berkaitan dengan proses lanjut usia dan keadaan
patologik tertentu pada usia lanjut dapat mendukung terjadinya gangguan ini
(Brocklehurst dkk., cit Nursalam, 2006). Gangguan eliminasi urin ini lazim
disebut “inkontinensia urin”.
Inkontinensia urin merupakan gangguan proses pemenuhan kebutuhan
eliminasi urin, dimana pengeluaran urin (air kemih) di luar kendali atau tanpa
disadari baik jumlah maupun frekuensinya (Kane dkk., cit Nursalam, 2006).
Hampir seperlima lanjut usia mengalami gangguan ini, yang umumnya
berkaitan dengan dimensia (Doktertetanus, 2007). Orang-orang yang
mengalami inkontinensia urin biasanya mengalami ketidaknyamanan karena
tidak dapat menahan keluarnya urine atau tidak dapat menahan rasa
“kepingin 2 pipis” sehingga sering mengompol dicelana atau ketika terjadi
peningkatan tekanan intra-abdomen secara tiba-tiba seperti batuk, bersin,
tertawa terbahakbahak maka akan keluar cairan urin yang tidak tertahan,
hanya saja tingkat keparahannya berbeda-beda. Tetapi mereka jarang
mengonsultasikan hal ini kepada dokter karena merasa malu, dan
menganggap inkontinensia urin tidak dapat diobati, sehingga keadaan ini
mengakibatkan berbagai masalah yaitu masalah kesehatan atau medis,
masalah sosial, psikologis, dan emosi bagi penderita dan keluarganya
(Sinaga. E, 2004).
Sebagian besar inkontinensia urin dikeluhkan oleh seseorang yang
telah lanjut usia atau memasuki masa menepouse, atau bahkan sebelumnya.
Diperkirakan lebih dari 25 persen orang yang berusia di atas 60 tahun
menderita inkontinensia urin. Tetapi pada dasarnya inkontinensia dapat
diderita oleh siapa saja di segala usia, mulai dari anak-anak (nocturnal
eneuresis), dewasa sampai usia lanjut, baik laki-laki maupun perempuan,
dengan status sosial yang berbeda-beda. Namun, kecenderungan terjadi
pada perempuan dua kali lipat lebih besar dibandingkan pada laki-laki,
karena perempuan memiliki predisposisi terjadinya degenerasi dan fibrosis
pada otot kandung kemih dan dinding kandung kemih sebagai akibat dari
proses melahirkan atau riwayat ginekologis, obesitas, dan perubahan post
menopause, sehingga mengurangi fungsi tonus otot sfingter eksterna
maupun interna, serta otot dasar pelvic (Vapnek, J., Leipzig, R., & Edelberg,
H., 2001).
Sementara kecenderungan pada lanjut usia juga jauh lebih besar
dibandingkan pada orang-orang yang masih berusia muda. Karena semakin
3 tua usia, otot-otot yang berperan menahan keluarnya cairan urin dari
kandung kemih atau kantung urine menjadi semakin lemah, sehingga tidak
dapat menahan keluarnya urine. Hal ini berkaitan dengan seringnya usia
lanjut menghadapi keadaan medis yang mempengaruhi fungsi saluran
kemih, perubahan status volume dan pengeluaran urine. Itu sebabnya makin
lanjut usia makin besar kecenderungan untuk menderita inkontinensia urin
(Setiati, 2001).
Inkontinensia urin dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, antara
lain lemahnya otot-otot sfingter (otot-otot yang berperan mengendalikan
pembukaan kandung kemih atau kantung urin), baik karena usia lanjut
maupun karena sebab-sebab lain misalnya karena cedera atau trauma saat
melahirkan, hamil dan terlalu sering melahirkan, penurunan estrogen pada
wanita pasca menopause, overaktivitas otot-otot kandung kemih,
pembesaran prostat, infeksi vaginal atau saluran urine, efek obat-obat
tertentu, konstipasi, gangguan persyarafan, stroke, multiple sclerosis,
kegemukan, dan kelainan neurologi yang secara keseluruhan berhubungan
dengan kelainan dasar panggul (Junizaf, 2007). Di dalam masyarakat angka
kejadian inkontinensia urin bervariasi antara satu negara dengan negara
lainnya. Laporan WHO menyebutkan bahwa sekitar 200 juta penduduk di
seluruh dunia mengalami inkontinensia urin, tetapi angka yang sebenarnya
tidak diketahui karena banyak kasus yang tidak dilaporkan (Syafiudin. N. M.
S, 2001). Hanya kurang dari 40% penderita inkontinensia urin yang mencari
pertolongan karena masalah ini dianggap sebagai suatu hal yang
memalukan, merupakan hal yang wajar dari proses menua, penyakit yang
sudah tidak dapat diobati, atau bahkan dokter menganggap sebagai suatu
masalah kesehatan yang tidak serius dan tidak perlu diobati (Setiati dan
Wanarany, 2001).

1.2. Rumusan Masalah


- Apa pengertian gangguan eliminasi urine
- Apa saja masalah masalah pada sistem eliminasi urine

1.3. Tujuan penulisan


- Untuk mengetahui pengertian gangguan eliminasi urine
- Untuk mengetahui Gangguan gangguan pada sistem eliminasi urine
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian gangguan Kebutuhan Dasar Eliminasi Urine Gangguan Eliminasi
Urine
adalah keadaan dimana seorang individumengalami atau berisiko
mengalami disfungsi eliminasi urine. Biasanya orangyang mengalami
gangguan eliminasi urine akan dilakukan kateterisasi urine,yaitu tindakan
memasukan selang kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra dengan
tujuan mengeluarkan urine.
Beberapa gangguan eliminasi urine yang dialami oleh lansia,salah
satunya adalah batu ginjal (urolitiasis). Urolitiasis merujuk pada adanya batu n
um,batu dapat Bmenyebabkan obstruksi,infeksi,atau edema pada saluran
perkemihan.Kira-kira 75% dari semua batu yang terbentuk terdiri dari kalsium.
Kidney Stone (batu ginjal),juga dikenal sebagai renal calculi, terjadi di
dalam ginjal.Batu dapat juga membentuk di tempat lain di dalam saluran
kencing.Pasien tidak merasakan gejala batu ginjal apapun sampai batu
bergerak sepanjang saluran gin jal kearah kandung kemih. Ada Kristal
didalam urin,Aliran urin yang lambat memberi waktu bagi kristal untuk
membentuk batu.Kristal mungkin dibentuk dari, oksalat, fosfat kalsium
urat,asam urat, dan magnesium.Medikasi seperti diuretik dapat
meningkatkan resiko pembentukan risiko pembentukan batu ginjal pada
pasien.
Konsep dasar eliminasi urin normalnya adalah pengeluaran
cairan.Proses pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ
eliminasi urine Universitas Sumatera Utara 8 seperti ginjal, ureter, bladder,
dan uretra.Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine.ureter
mengalirkan urine ke bladder.Dalam bladder urine ditampung sampai
mencapai batas tertentu sampai batas yang kemudian dikeluarkan melaui
uretra.Air sisa metabolisme dalam darah difiltrasi oleh ginjal.Darah mengalir
sampai ke ginjal melalui arteri renal yang merupakan cabang dari aorta
abdomen. Kira-kira darah akan masuk ke ginjal 20-25% dari kardiak output.
Dalam glomerulus ginjal difiltrasi airdan zat-zat lain seperti glukosa, asam
amino, urea, kreatinin, dan elektrolit. Glomerulus akan memfiltarasi kira-kira
125ml/menit. Tidak semua hasil filtrasi akan dikeluarkan sebagai urine, tetapi
sebagian dari zat berupa glukosa, asam amino, uric acid , sodium,dan
pottasium kembali ke plasma. Pengeluaran urine tergantung intake
cairan.Pada orang dewasa normalpengeluaran urine kira-kira 1500-
1600ml/hari, atau 60ml/ menit. Jika pengeluaran urine kurang dari 30ml/menit
kemungkinan terjadi gagal ginjal.(Potter & Perry,2007)
2.2. Gangguan gangguan Pada Sistem Eliminasi Urine
a. Retensiurine
Adalah kondisi tertahanya urine di kandung kemih akibat terganggunya
proses pengosongan kandung kemih sehingga kandung kemih menjadi
b. renggang. Kondisi ini antara lain di sebabkan oleh obstuksi (misal: hipertofi
prostat), pembedahan , otot fingter yang kuat , peningkatan tekanan uretra
akibat otot detrusor yang lemah.
c. Inkontinesia urine
bAdalah kondisi ketika dorongan berkemih tidak mampu dikontrol oleh
sfingter eksternal . sifatnya bisa menyeluruh (inkontinesia persial) ada dua
jenis inkontinesia yaitun :
- Inkontinesia stres
Terjadi saat tekanan intrabdomen meningkat dan menyebabkan kompresi
kandung kemih. Kondisi ini biasanya terjadi ketika seseorang batuk atau
tertawa , penyebabnya antara lain peningkatan intrabdomen , perubahan
degeneratif terkait usia , dan lain lain.
- Inkontinesa urgensi
Terjadi saat klien mengalami pemgeluaran urine involunter karena
desakan yang kuat dan tiba tibauntuk berkemih . penyebabnya antara
lain infeksi saluran kemih bagian bawah , spasme kandung kemih ,
overdistensi , penurunan kapasitas kandung kemih, peningkatan
konsumsi kafein atau alkohol, serta peningkatan konsentrasi urin
(taylor ,1989)
d. Enuresis (mengompol)
Adalah peristiwa berkemih yang tidak di sadari pada anak yang usianya
melampauibatas usia normal kontrol kandung kemih seharusnya tercapai .
enuresis lebih banyak terjadi pada anak anak di malam hari ( enureksis
nokturnal ). Faktor penyebabnya antara lainkapasitas kandung kemih yang
kurang dari normal , infeksi saluran kemih , konsumsi makanan yang banyak
mengandung garam dan mineral , takut keluar malam , dan gangguan pola
miksi.
e. Perubahan eliminasi urine
Adalah pengeluaran atau penghilangan , pengeluaran, penyisihan,dalam
bidang kesehatan.dalam bidang kesehatan eliminasi adalah proses
pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urine atau bowel ( feses ).
f. Frekuensi ( sering berkemih )
Adalah meningkatnya frekuensi berkemih tanpa disertai peningkatan asupan
cairan . kondisi ini biasanya terjadi pada wanita hamil ( tekanan rahim pada
kandung kemih ) , kondisi stres , dan infeksi saluran kemih .
g. Urgensi
Adalah perasaan yang sangat kuat untuk berkemih . ini biasa terjadi pada
anak anak karena kemampuan kontrol sfingter mereka yang lemah.
Gangguan ini biasanya muncul pada kondisi stres , psikolois dan iritasi
uretra.
h. Disuria
Adalah rasa nyeri dan kesulitan saat berkemih. Ini biasanya terjadi pada
kasus infeksi uretra, infeksi saluran kemih , dan trauma kandung kemih.

i. Polluria
Adalah produksi urine yang melebihi batas normal tanpa disertai asupan
cairan, kondisi ini dapat terjadi pada penderita diabetes , ketidakseimbangan
hormonal (misal :ADH )dan nefritis kronoik poliuria dapat menyebabkan
kehilangan cairan yang berlebihan yang mengara pada dehidrasi.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpula
Masalah Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urine merupakan
salah satu keluhan utama dari demikian banyak masalah geriatrik yang
sering dijumpai di masyarakat dan praktek sehari-hari. Pada kenyataannya,
gangguan eliminasi urin bukanlah sebuah penyakit dan bukan merupakan
konsekuensi normal yang terjadi pada usila, namun merupakan keluhan atau
gejala yang dapat timbul sebagai akibat dari berbagai keadaan atau penyakit.
Menjadi lanjut usia tidak selalu menyebabkan gangguan eliminasi urin, tetapi
beberapa perubahan yang berkaitan dengan proses lanjut usia dan keadaan
patologik tertentu pada usia lanjut dapat mendukung terjadinya gangguan ini
(Brocklehurst dkk., cit Nursalam, 2006). Gangguan eliminasi urin ini lazim
disebut “inkontinensia urin”.

3.2. saran
Jika kurang makalah ini kurang tepat penulis meminta agar di maklumi
semoga kedepanya bisa lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA
Syaiffudin . 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Keperawatan dan Kebidanan .
Jakarta : EGCS

Anda mungkin juga menyukai