Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

WANITA DENGAN GANGGUAN SISTEM


UROGINEKOLOGI

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah kesehatan reproduksi


Pengampu Ibu Rila rindi A, S.ST. M. Kes

Oleh :
Kelompok 1

ALFIA LIBRIESTI VISCA 21153020102


ALVIN PRATIWI 21153020103
SUKARNO 21153020106
AYU SHINTA SEPTIA 21153020107
CHINTIA RIZKI PRATIWI 21153020108
DEASY LUSYANA 21153020110
DWI YULIANTI 21153020112
ESSI MEGASARI 21153020113
FARID NUR AINI 21153020114
FATIMATUS SAHROH 21153020115
FATMAWATI 21153020117
FIRDAUSI NUZULA 21153020118
HABIBAH 21153020119
HOIRIYAH 21153020120
IKA PUTRI UTAMI
Indah
Ita
Juwairiyah
Kurrota
Noer asyia
Nur fadilah
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN
STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
2021-2022

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan
bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “wanita dengan
gangguan sistem uroginekologi”.
Bersama ini perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya dengan hati yang tulus kepada:
1. Dr. H. Mustofa Haris, S.Kep., M.Kep, selaku Ketua Yayasan STIKES Ngudia
Husada Madura.
2. Lely Vida Apriyanti, selaku Ketua Prodi D IV Kebidanan STIKES Ngudia
Husada Madura.
3. Ibu Rila rindi A, S.ST. M. Kes selaku dosen mata kuliah Kesehatan Reproduksi
Lanjutan.
4. Teman-teman yang sudah membantu penulisan makalah ini
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna tetapi kami berharap
makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi profesi kebidanan.

Bangkalan, november 2022

Penulis,
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………….… i


Daftar Isi ……………………………………………………………………… ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………… 1
1.3 Tujuan ……………………………………………………………. 1
1.3.1 Tujuan Umum ……………………………………………… 1
1.3.2 Tujuan Khusus ………………………………………………. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………... 3
BAB 3 PENUTUP …………………………………………………………… 10
A. Kesimpulan …………………………………………………………….. 10
B. Saran …………………………………………………………………. 10
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………... iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem urogenital merupakan sistem yang terdiri dari sistem urinarius dan
sistem genitalia. Dimana sistem urinarius dibagi menjadi traktus urinarius
bagian atas dan bagian bawah. Traktus urinarius bagian atas terdiri dari ginjal,
pelvis renalis dan ureter, sedangkan traktus urinarius bagian bawah terdiri dari
vesika urinaria dan uretra. Untuk sistem genitalia eksterna pada pria dan wanita
berbeda, pada pria terdiri dari penis, testis dan skrotum; sedangkan wanita
berupa vagina, uterus dan ovarium. Infeksi saluran urogenital umumnya
disebabkan oleh bakteri Escherichia coli. Dapat pula disebabkan oleh Proteus,
Klebsiella, dan Staphylococcus.
Adapun gangguan urogenital yang dialami wanita seperti prolaps organ
pelvis, overactive bladder, inkontinensia urine dan alvi, serta gangguan
senggama.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah pengertian dari sistem urogenital ?
b. Apakah macam gangguan sistem urogenital ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun penulis membuat makalah ini agar para bidan mengetahui
gangguan yang terjadi pada sistem urogenital.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui Pengertian dari sistem urogenital
b. Mengetahui dan menjelaskan macam gangguan sistem urogenital

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Sistem urogenital atau sistem genitourinari adalah sistem organ dari sistem
reproduksi dan sistem kemih. Keduanya dikelompokkan bersama karena
kedekatannya satu sama lain, memiliki asal embriologis yang sama dan Juga, karena
kedekatannya, sistem kadang-kadang dicitrakan bersama.
Gangguan pada sistem urogenital termasuk serangkaian gangguan mulai dari
yang asimptomatik hingga yang memanifestasikan serangkaian tanda dan gejala.
Penyebab gangguan ini termasuk kelainan bawaan, penyakit menular, trauma, atau
kondisi yang melibatkan struktur urin.
2.2 macam gangguan urogenital pada wanita
2.2.1 prolaps organ pelvis
2.2.2 overactive bladder
2.2.3 inkontensia urine dan alvi
A. inkontinensia urine
1. Definisi
Inkontinensia urin merupakan eliminasi urin dari kandung kemih yang tidak
terkendali atau terjadi diluar keinginan. Jika Inkontinensia urin terjadi akibat
kelainan inflamasi ( sistitis ), mungkin sifatnya hanya sementara. Namun, jika
kejadian ini timbul karena kelainan neurologi yang serius ( paraplegia ),
kemungkinan besar sifatnya akan permanent (Brunner & Suddarth, 2002. hal:
1471). Variasi dari inkontinensia urin meliputi keluar hanya beberapa tetes urin
saja, sampai benar-benar banyak, bahkan terkadang juga disertai inkontinensia
alvi (disertai pengeluaran feses). Inkontinensia urine lebih sering terjadi pada
wanita yang sudah pernah melahirkan daripada yang belum pernah melahirkan
(nulipara).
Hal ini terjadi karena adanya perubahan otot dan fasia di dasar panggul. Ada
beberapa jenis inkontinensia urine, yaitu :
a. Inkontinensia Urgensi Pelepasan urine yang tidak terkontrol sebentar setelah
ada peringatan ingin melakukan urinasi. Disebabkan oleh aktivitas otot
destrusor yang berlebihan atau kontraksi kandung kemih yang tidak
terkontrol.
b. Inkontinensia Tekanan Pelepasan urine yang tidak terkontrol selama aktivitas
yang meningkatkan tekanan dalam lubang intra abdominal. Batuk, bersin,
tertawa dan mengangkat beban berat adalah aktivitas yang dapat
menyebabkan inkontinensia urine.
c. Inkontinensia Aliran Yang Berlebihan ( Over Flow Inkontinensia ) Terjadi
jika retensi menyebabkan kandung kemih terlalu penuh dan sebagian terlepas
secara tidak terkontrol, hal ini pada umumnya disebabkan oleh neurogenik
bladder atau obstruksi bagian luar kandung kemih. (Charlene J.Reeves at all)
2. ETIOLOGI dan FAKTOR RESIKO
Etiologi umum yang terjadi pada pasien incontinence adalah :
a. Gejala infeksi saluran kemih Serangan bakteri memicu infeksi lokal yang
mengiritasi mukosa kandung kemih dan menyebabkan dorongan kuat untuk
buang air kecil. Kemudian mendesak pengeluaran urin, yang mungkin satu-
satunya tanda peringatan dari infeksi saluran kemih, juga dapat disertai
dengan frekuensi kencing, disuria, dan urin berbau busuk
b. Atrofi vaginitis Atrofi atau peradangan pada vagina akibat penurunan yang
signifikan dari kadar estrogen; kurangnya estrogen dapat menyebabkan
penurunan kekuatan otototot dasar panggul. atrofi mukosa vagina juga
menyebabkan ketidak nyamanan vagina, rasa terbakar, gatal, dan terkait
dispareunia
c. Efek samping obat Polifarwasi dan penggunaan α-adrenergik, neuroleptik,
benzodiazepines, bethanechol, cisapride, diuretik, antikolinergik, agen anti-
Parkinsonian, βblocker, disopyramides, angiotensin-converting enzyme
inhibitor, narcoleptics, atau obat psikotropika dapat memperburuk
inkontinensia, efek sedatif dan benzodiazepin dapat mengganggu
kemampuan pasien untuk mengendalikan fungsi kandung kemih, sehingga
urge incontinence iatrogenik Diuretik dan meningkatkan Volume kemih
konsumsi cairan cepat dan berpotensi memperburuk gejala inkontinensia
urin.
d. Konsumsi kopi dan alkohol Kopi menyebabkan kedua efek diuretik dan efek
iritasi independen, sehingga mengisi kandung kemih yang cepat dan
keinginan yang mendesak dan tidak sukarela untuk buang air kecil. Alkohol,
ketika dikonsumsi dalam jumlah yang lebih besar, juga dapat menumpulkan
kemampuan kognitif pasien untuk mengenali dorongan untuk buang air
kecil, sehingga inkontinensia.
e. Inkontinensia urin biasanya berhubungan dengan penyakit fisik yang
mendasari, termasuk disfungsi kandung kemih, melemah dasar panggul atau
otot kandung kemih, penyakit neurologis, operasi panggul sebelumnya, atau
obstruksi saluran kemih.
f. Hypoestrogenic states, penuaan, dan kelainan jaringan ikat dapat
menyebabkan penurunan kekuatan otot-otot dasar panggul
g. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan inkontinensia kronis meliputi: Gejala
sisa kehamilan dan masa nifas
h. Penyebab inkontinensia stress Inkontinensia stres terjadi ketika tekanan di
dalam kandung kemih terisi air kencing lebih bsar dari kekuatan uretra untuk
tetap tertutup. Uretra anda mungkin tidak dapat tetap menutup jika:
- Otot panggul anda lemah ataurusak
- Sfingter uretra anda rusak setiap tekanan ekstra mendadak pada kandung
kemih, seperti ertawa atau bersin, dapat menyebabkan urin yang keluar
dari uretra.
- Hilangnya kekuatan dalam uretra disebabkan oleh: Kerusakan saraf saat
melahirkan, Meningkatkan tekanan pada perut anda, Kurangnya hormon
estrogen pada wanita, Konsumsi obat tertentu
i. Penyebab urge incontinence Kebutuhan buang air kecil dapat disebabkan
oleh masalah dengan otot detrusor pada dinding kandung kemih. Otot-otot
detrusor rileks untuk memungkinkan kandung kemih untuk mengisi dengan
air kencing, dan kontraksi ketika ingin pergi ke toilet untuk membiarkan urin
keluar. Kadang-kadang kontraksi otot detrusor yang terlalu sering,
menciptakan kebutuhan mendesak untuk pergi ke toilet. Hal Ini disebut
detrusor overactivity. Alasan kontraksi otot detrusor terlalu sering mungkin
tidak jelas, tetapi kemungkinan penyebabnya termasuk:
- kondisi neurologis yang mempengaruhi otak dan sumsum tulang
belakang, seperti penyakit Parkinson atau multiple sclerosis
- kondisi yang mempengaruhi saluran kemih bawah (uretra dan kandung
kemih), seperti infeksi saluran kemih (ISK) atau tumor di dalam kandung
kemih
- terlalu banyak minum alkohol atau kafein
- sembelit
- obat tertentu
Beberapa kemungkinan penyebab akan menyebabkan inkontinensia urin
jangka pendek, yang lain dapat menyebabkan masalah jangka panjang.
Jika penyebabnya dapat diobati, hal ini dapat menyembuhkan
inkontinensia.
j. Penyebab inkontinensia overflow Inkontinensia overflow
juga disebut retensi urin kronis, sering disebabkan oleh penyumbatan atau
obstruksi kandung kemih. Kandung kemih mungkin mengisi seperti biasa, tapi karena
terhalang atau tersumbat tidak akan dapat mengosongkan sepenuhnya, bahkan akan
terasa nyeri jika dipaksakan. Pada saat yang sama, tekanan dari urin yang masih
dalam kandung kemih membangun obstruksi yang baru, sehingga dinding uretra sisi
lain akan terjadi kebocoran.Obstruksi disebabkan oleh: batu kandung kemih dan
sembelit
Inkontinensia overflow juga bisa disebabkan oleh otot-otot detrusor tidak
sepenuhnya berkontraksi, yang berarti bahwa kandung kemih Anda tidak benarbenar
kosong ketika Anda pergi ke toilet. Akibatnya, kandung kemih menjadi melar. Otot
detrusor Anda mungkin tidak sepenuhnya kontraksi jika:
- ada kerusakan pada saraf Anda, misalnya sebagai akibat dari operasi untuk
bagian dari usus atau cedera tulang belakang
- Anda mengambil obat-obatan tertentu (lihat di etiologi umum di atas)
k. Penyebab inkontinensia Total
Jumlah inkontinensia terjadi ketika kandung kemih tidak dapat menyimpan
urin sama sekali. Hal ini dapat mengakibatkan intensitas aliran baik melewati jumlah
besar urin terus-menerus, atau buang air kadang-kadang dengan sering bocor. Jumlah
inkontinensia dapat disebabkan oleh:
- masalah dengan kandung kemih sejak lahir
- cedera pada tulang belakang, yang dapat mengganggu sinyal saraf antara
otak dan kandung kemih, fistula kandung kemih, yang merupakan lubang
seperti terowongan kecil yang dapat terbentuk antara kandung kemih dan
daerah terdekat, seperti vigina, dalam wanita
3. KLASIFIKASI
a. Inkontinensia stres
Adanya tekanan di alam abdomen, seperti bersin, dapat menyebabkan
kebocoran urine dari kandung kemih serta tidak terdapat aktivitas kandung
kemih. Tipe inkontinensia ini sering diderita wanita yang mempunyai banyak
anak. pencegahan penyakit ini dilakukan dengan cara mengajarkan ibu
melakukan latihan dasar pelviks. Latihan ini bertujuan untuk mengtkan otot
rangka pada dasar pelviks sehingga membentuk fungsi sfingter eksternal padda
kandung kemih.
b. Inkontinensia mendesak (urge incontinence)
Berkemih dapat dilakukan, etapi orang biasanya berkemih sebelum sampai ke
toilet. Mereka tidak merasakan adanya tanda berkemih. Kondisi ini terjadi
karena kandung kemih seseorang berkontraksi tanpa didahului oleh keinginan
untuk berkemih.Kehilangan sensasi untuk berkemih ini disebabkan oleh adanya
perununan fungsi pesyarafan yang mengatur perkemihan.

c. Inkontinensia overflow
Seseorang yang menderita inkontinensia overflow akan mengeluh bahwa
urinenya mengalir terus menerus. Hal ini disebabkn karena obstruksi pada
saluran kemih seperti pada pembesaran prostat atau konstipasi.Untuk
pembesaran prostat yang menyebabkan inkontinensiadibutuhkan tindakan
pembedahan dan untuk konstipasinya relatif mudah diatasi.
d. Inkontinensia refleks
Ini terjadi karena kondisi sistem saraf pusat yag terganggu seperti pada
demensia. Dalam hal ini, pengosongan kandung kemih dipengaruhi refleks yang
dirangsang oleh pengisian. Kemampuan rasa ingin berkemih dan berhenti
berkemih tidak ada.
e. Inkontinensia fungsional
Pada klien ini mempunyai kandung kemih dan saluran urine yang utuh dan
tidak mengalami kerusakan persyarafan yang secara langsung memengaruhi
sistem perkemihan tersebut. Kondisi ini muncul akibat beberapa
ketidakmampuan lain yang mengurangi kemampuanya untuk mempertahankan
kontinensia. Contohnya, seseoang yang mempunyi keterbatasan gerak atau
berada di kursi rda, mungkin tidak mampu pergi ke toilet atau berpindah ke dan
dari toilet duduk. seseorang yang menderita ini masih mampu untuk
mempertahankan kontinensia dengan bantuan dan masih mempunyai keinginan
kontinensia. Klien perlu diberi kesempatan untuk berkemih (Siti.R
maryam,dkk.2008).
4. MANIFESTASI KLINIS
a. Inkontinensia urgensi Ketidakmampuan menahan keluanya urin denagn
gambaran seringnya terburu – buru untuk berkemih. Kontraksi otot detrusor
yang tidak terkontrol menyebabkan kebocoran urine, kandungan kemih yang
hiperaktif, atau ketidaksetabilan detrusor, Disfungsi neurologis, Sistisis,
Obstruksi pintu keluar kandung kemih
b. Inkontenesia stress Keluarnya urine selama batuk, mengedan, dan sebagainya.
Urine keluar tanpa kontraksi detrusor, Tonus otot panggul yang buruk,
Defisiensi sfreingter uretra, congenital atau didapat, Kelebihan berat badan
c. Inkontenensia kombinasi Kombinasi poin a dan b diatas.
d. Inkontinensia overflow
Urine menetes saat kandung kemih penuh
- Disfungsi neutrologis
- Penyakit endokrin
- Penurunan kelenturan dinding kandung keih
- Obstruksi pintu keluar kandung kemih
e. Enuresis noktural
10 % anak usia 5 tahun dan 5 % anak usia 10 tahun mengompol selama tidur.
Mengompol pada anak yang tua merupakan sesuatu yang abnormal dan
menunjukan adsanya kandung kemih yang tidak setabil.
f. Gejala infeksi urine (frekuensi, disuria, nukturia), obstruksi (pancaran lemah,
menetes), trauma(termasuk pembedahan, misalnya reseksi abdominoperineal),
fistula (menetes terus – menerus ), penyakit neurologis (disfungsi seksual atau
usus besar) atau penyakit sistemik (miasalnya diabetes) dapat menunjukkan
penyakit yang mendasari.
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Kultur
Urine Untuk menyingkirkan infeksi
b. IVU
Untuk menilai saluran bagian atas dan obstruksi atau fistula
c. Sistoskopi
jika dicurigai terdapat batu atau neoplasma kandung kemih
d. Pemeriksan speculum vagina ±sistogram jika dicurigai terdapat fistula
vesilovagina. (Piere A. Grace & Neil R. Borley. 2007)
e. Uji uro dinamik Kegagalan dalam menentukan etiologi dan diagnose
inkontinensia urin terjadi pada 50% kasus yang mendasarkan pada anamnesa
dan pemeriksaan fisik saja sehingga perlu dilakukan pemeriksaan urodinamik
sebagai uji tambahan Urodinamik didefinisikan sebaga suatu pengujian faktor
normal dan abnormal padaproses pengisian, transport dan pengosongan urin
pada kandung kemih dan uretra dengan menggunakan metode tertentu.
f. Q-tip test Tes ini dilakukan dengan menginsersikan sebuah cotton swab (Q-
tip) yang steril kedalam uretra wanita lalu kekandung kemih. Secara perlahan
tarik kembali hingga leher dari Q-tip berada di leherkandungkemih. Pasien
lalu diminta untuk melakukan Valsavamanuver atau mengkontraksikan otot
abdominalnya. Perubahansudut Q-tip diukur dan dipergunakan sebagai ukuran
laksiti dasarpanggul. Bila sudut yang terjadi lebih dari 35 derajat dengan
melakukan hal tersebut maka hal tersebut mengindikasikan adanya
hipermobilitas uretra (tipe II stress incontinence). Akan tetapi karena laksiti
mempunyai nilai yang kecil dalam menentukan penyebab inkontinensia, maka
kegunaan tes ini untuk diagnostic menjadi sangat terbatas. (Vitriana. 2002)
g. Marshall test (Marshall -Bonney test) Jika pemeriksa mendeteksi keluarnya
urin bersamaan dengan adanya kontraksi otot abdomen, maka uji ini dapat
dilakukan untuk mengetahui apakah kebocoran dapat dicegah dengan cara
menstabilisasi dasar kandung kemih sehingga mencegah herniasime lalu
diafragma urogenital atau tidak. Dilakukan dengan meletakkan dua jari (jari
ke dua dan ketiga) di fornices lateral vagina (leher kandung kemih) dan
meminta pasien untuk batuk. Kandung kemih saat 10 itu haruslah penuh. Dua
jari pada leher kandung kemih itu bertindak sebagai penyokong uretra
proksimal selama Valsavamanuver.
Diagnosa hipermobilitas uretra dapat ditegakkan jika tidak terjadi kebocoran, akan
tetapi nilai diagnose ini menjadi terbatas karena pada usia stenosis vaginal merupakan
hal yang umum terjadi dan false positive dapat timbul bila kurang tepat meletakkan
jari saat pemeriksaan. Bila pemeriksa meletakkan jarinya kurang lateral maka
bukannya menstabilisasi outlet kandung kemih akan tetapi menutup outlet sehingga
akan mencegah kebocoran. Karena sifatnya yang tidak spesifik ataun sensitive itulah
maka tes ini menjadi jarang dipergunakan dan bukan merupakan standar pemeriksaan
(Vitriana. 2002).
h. Pad test Merupakan penilaian semi objektif untuk mengetahui apakah cairan
yang keluar adalah urin, seberapa banyak keluarnya urin dan dapat digunakan
untuk memantau keberhasilan terapi inkontinensia. Bermanfaat sebagai tambah
anamnesa pasien dan pemeriksaan fisik. Intravesical methylene blue, oral
Pyridium, or Urised dapat dipergunakan sebagai zat pewarna. Jika pembalut
mengalami perubahan warna maka cairan yang keluar adalah urin. Pad test ini
dapat dilakukan selama 1 jam atau 24 jam. Pad kemudian ditimbang (1g=1ml)
untukmenilaiberapabanyakurin yang keluar. (Vitriana. 2002)
i. Standing pelvic examination Pemeriksaan ini dilakukan jika pemeriksaan pelvis
gagal untuk menampakkan keluarnya urinataujikadidugaterdapatprolaps organ.
Jikatampakprolaps pelvis, dorong organ yang prolapskeatasdenganpessaryatau
gauze kemudianulangi cough stress test dalamposisiberdiri. (Vitriana. 2002)
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Penatalaksanaan menurut Grace. A Pierce, 2006 (Ilmu Bedah. Edisi 3.
Jakarta : Erlangga)
- Inkontinensia urgensi
 Terapi medikamentosa
Modifikasi asupan cairan, hindari kafein, obati setiap penyebab (infeksi,
tumor, batu), latihan berkemih, antikolinergik/relaksan otot polos
(oksibutin, tolterdin).
 Terapi pembedahan Sistoskopi (cystoscopy) adalah prosedur
pemeriksaan dengan sebuah tabung fleksibel berlensa yang dimasukkan
melalui uretra ke dalam kandung kemih dan kemudian untuk mempelajari
kelainan dalam kandung kemih dan saluran kemih bawah. Alatnya disebut
sistoskop.
- Inkontinensia Stres
 Terapi medikamentosa Latihan otot – otot dasar panggul, estrogen untuk
vaginitis atrofik
 Terapi Pembedahan Uretropeksi retroubik atau endoskopik, perbaikan
vagina, sfinger buatan.
- Inkontinensia overflow
 Jika terdapat obstruksi Obati penyebab obstruksi, misalnya TURP.
 Jika tidak terdapat obstruksi Drainase jangka pendek dengan kateter
untuk memungkinkan otot detrusor pulih dari peregangan berlebihan,
kemudian penggunaan stimulan otot detrusor jangka pendek (bethanekol ;
distigmin). Jika semuanya gagal, katerisasi interminten yang dilakukan
sendiri (inkontensia overflow neurogenik).
b. Penatalaksanaan INKONTINENSIA
Pada umumnya terapi inkontinensia urine adalah dengan cara operasi. Akan
tetapi pada kasus ringan ataupun sedang, bisa dicoba dengan terapi
konservatif. Latihan otot dasar panggul adalah terapi non operatif yang paling
populer, selain itu juga dipakai obat-obatan, stimulasi dan pemakaian alat
mekanis.
- Latihan otot dasar panggul
Kontinensia dipengaruhi oleh aktifitas otot lurik urethra dan dasar pelvis.
Fisioterapi meningkatkan efektifitas otot ini. Otot dasar panggul membantu
penutupan urethra pada keadaan yang membutuhkan ketahanan urethra
misalnya pada waktu batuk. Juga dapat mengangkat sambungan
urethrovesikal kedalam daerah yang ditransmisi tekanan abdomen dan
berkontraksi secara reflek dengan peningkatan tekanan intraabdominal,
perubahan posisi dan pengisian kandug kemih. Pada inkompeten sfingter
uretra, terdapat hilangnya transmisi tekanan abdominal pada uretra proksimal.
Fisio terapi membantu meningkatkan tonus dan kekuatan otot lurik uretra dan
periuretra. Pada kandung kemih neurogrik, latihan kandung kemih bladder
training) telah menunjukan hasil yang efektif. Latihan kandung kemih adalah
upaya melatih kandung kemih dengan cara konservatif, sehingga secara
fungsional kandung kemih tersebut kembali normal dari keadaannya yang
abnormal. Langkah-langkah LKK(Latihan kandung kecing) :
Tentukan tipe kandung kemih neurogenik
Tiap waktu miksi dimulai dengan stimulasi :
o Tipe UMN : Menepuk paha dalam, menarik rambut daerah
pubis,masukkan jari pada rektum.
o Tipe LMN : Metode Crade atau manuver valsava.
- Obat-obatan
 Alfa Adrenergik Agonis
Otot leher vesika dan uretha proksimal megandung alfa
adrenoseptor yang menghasilkan kontraksi otot polos dan
peningkatan tekanan penutupan urethra obat aktif agonis alfa-
reseptor bisa menghasilkan tipe stmulasi ini dengan efek samping
relatif ringan.
 Efedrin
Efek langsung merangsang alfa sebaik beta-adrenoseptor dan juga
melepaskan noradrenalin dari saraf terminal obat ini juga
dilaporkan efektif pada inkotinensia stres.Efek samping
menigkatkan tekanan darah, kecemasan dan insomnia oleh karena
stimulasi SSP
 Phenylpropanololamine
PPA (Phenylpropanololamine) efek stimulasi perifer sebanding
dengan efedrin, akan tetapi dengan efek CNS yang terkecil. PPA
adalah komponen utama obat influensa dalam kombinasi dengan
antihistamin dan anthikholinergik. Dosis 50 mg dua kali sehari.
Efek samping minimal. Didapatkan 59 % penderita inkontinensia
stres mengalami perbaikan.
 Estrogen
Penggunaannya masih kontroversi. Beberapa penelitian
menunjukkan efek meningkatkan transmisi tekanan intra
abdominal pada uretra dengan estrogen dosis tinggi oral dan
intravaginal. Estrogen biasanya diberikan setelah tindakan bedah
pada inkontinensia dengan tujuan untuk memperbaiki vaskularisasi
dan penyembuhan jaringan urogential, walaupun belum ada data
yang akurat.
- Stimulasi Elektrik Metode ini paling sedikit diterima dalam terapi
walaupun sudah rutin digunakan selama 2 dekade. Prinsip stimulasi
elektrik adalah menghasilkan kontraksi otot lurik uretra dan parauretra
dengan memakai implant/nonimplant (anal atau vaginal) elektrode untuk
meningkatkan tekanan uretra. Aplikasi stimulasi dengan kekuatan rendah
selama beberapa jam per hari selama beberapa bulan. Terdapat 64 %
perbaikan penderita dengan cara implant, tapi metode ini tidak populer
karena sering terjadi efek mekanis dan morbiditas karena infeksi. Sedang
stimulasi non-implant terdiri dari generator mini yang digerakkan dengan
baterai dan dapat dibawa dalam pakaian penderita dan dihubungkan
dengan elektrode anal/vaginal. Bentuk elektrode vaginal : ring, Hodge
pessary, silindris.
- Alat Mekanis
 Tampon (Tampon dapat membantu pada inkontinensia stres
terutama bila kebocoran hanya terjadi intermitten misal pada
waktu latihan. Penggunaan terus menerus dapat menyebabkan
vagina kering atau luka).
 Edward Spring (Dipasang intravagina. Terdapat 70 % perbaikan
pada penderita dg inkontinensia stres dengan pengobatan 5 bulan.
Kerugian terjadi ulserasi vagina).
 Bonnas’s Device (Terbuat dari bahan lateks yang dapat ditiup. Bila
ditiup dapat mengangkat sambungan urethrovesikal dan urethra
proksimal).
c. Penanganan operatif
Penatalaksanaan stres inkontinensia urine secara operatif dapat dilakukan
dengan beberapa cara meliputi :
- Kolporafi anterior
- Uretropeksi retropubik
- Prosedur jarum
- Prosedur sling pu
- Periuretral bulking agent
- Tension vaginal tape (TVT)
Tindakan operatif sangat membutuhkan informed consent yang cermat
dan baik pada penderita dan keluarganya karena angka kegagalan maupun
rekurensi tindakan ini tetap ada.
B. inkontenesia alvi
1. Definisi

Inkontinensia alvi (inkontinensia feses) adalah ketidakmampuan untuk mengontrol

buang air besar, menyebabkan tinja (feses) bocor tak terduga dari dubur. Inkonteinensia tinja

juga disebut inkontinensia usus. Inkontinensia tinja berkisar dari terjadi sesekali saat duduk

hingga sampai benar-benar kehilangan kendali.

2. Etiologi

Penyebab umum inkontinensia alvi termasuk  sembelit, diare, atau kerusakan saraf.

Inkontinensia tinja bisa terjadi karena sfingter anus yang lemah dikaitkan dengan penuaan

atau cedera pada saraf dan otot-otot rektum dan anus. Inkontinensia tinja bisa terjadi selama

serangan diare atau jika tinja yang keras terperangkap di rektum (impaksi tinja).

Inkontinensia tinja yang menetap bisa terjadi pada :


a. orang yang mengalami cedera anus atau urat saraf tulang belakang

b.  prolapsus rektum (penonjolan lapisan rektum melalui anus)

c. pikun

d. cedera neurologis pada kencing manis

e. tumor anus

f. cedera di panggul karena persalinan.

Penyebab utama timbulnya inkontinensia feses adalah masalah sembelit, penggunaan

pencahar yang berlebihan, gangguan saraf seperti demensia dan strok serta gangguan

kolorektum seperti diare, neuropati diabetik, dan kerusakan sfingter rektum. Penyebab

inkontinensia feses dapat dibagi dalam 4 kelompok adalah;

a. Inkontinensia Feses Akibat Konstipasi

Obstipasi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan sumbatan/impaksi dari masa

feses yang keras (skibala). Masa feses yang tidak dapat keluar ini akan menyumbat lumen

bawah dari anus dan menyebabkan perubahan dari besarnya sudut ano rektal. Kemampuan

sensor menumpul dan tidak dapat membedakan antara flatus, cairan atau feses. Akibatnya

feses yang cair akan merebes keluar.

Skibala yang terjadi dapat juga menyebabkan iritasi pada mukosa rektum dan terjadi

produksi cairan dan mukus, yang selanjutnya melalui sela-sela dari feses yang impaksi akan

keluar dan terjadi inkontinensia feses.

b. Inkontinensia Feses Simtomatik 

inkontinensia feses simtomatik dapat merupakan penampilan klinis dari macam-

macam kelainan patologis yang dapat menyebabkan diare. Keadaan ini mungkin dipermudah

dengan adanya perubahan berkaitan dengan bertambahnya usia dari proses kontrol yang

rumit pada fungsi sfingter terhadap feses yang cair, dan gangguan pada saluran anus bagian

atas dalam membedakan flatus dan feses yang cair. Penyebab yang paling umum dari diare
pada usia lanjut adalah obat-obatan antara lain yang mengandung unsur besi atau memang

akibat obat pencahar

c. Inkontinensia Feses Akibat Gangguan Kontrol Persyarafan Dari Proses Defekasi

(Inkontinensia Neurogenik)

Inkontinensia neurogenik terjadi akibat gangguan fungsi menghambat dari korteks

serebri saat terjadi regangan/distensi rektum. Proses normal dari defekasi melalui refleks

gastro-kolon . Beberapa menit setelah makanan sampai di lambung,akan menyebabkan

pergerakan feses dari kolon desenden ke arah rektum. Distensi rektum akan diikuti relaksasi

sfingter interna. Dan seperti halnya kandung kemih, tidak terjadi kontraksi intrinsik dari

rektum pada orang dewasa normal, karena adanya inhibisi atau hambatan dari pusat di

korteks serebri.

d. Inkontinensia Feses Akibat Hilangnya Refleks Anal

Inkontinensia feses terjadi akibat hilangnya refleks anal, disertai kelemahan otot-otot

seran lintang.

2.2.4 gangguan senggama

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem Urogenital adalah sistem terjadinya proses penyaringan darah dan

sistem perkemihan didalam tubuh manusia. Meliputi sistem urinaria dan reproduksi

manusia.Organ-organ yang terdapat dalam sistem urogenital wanita sendiri


meliputi :Ginjal, Ureter, Kandung Kemih, Uretra, Ovarium, , TubaFallopi, Uterus,

Vagina, Labia Mayora, Labia Minora, Himen dan Vestibulum

3.2 Saran
 Dengan adanya makalah ini tenaga Kesehatan khususnya bidan bisa
belajar tentang gangguan system urogenitalia serta cara mengatasinya sesuai
kewenangannya bidan.

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.undip.ac.id/44182/3/BAB_IIe.pdf
https://www.academia.edu/38506917/MAKALAH_UROGENITAL_REAL
https://www.scribd.com/doc/87441275/gangguan-sistem-perkemihan
http://lizanurviana.blog.com/2011/05/20/askep-lansia-dengan-inkontinensia-alvi/

Anda mungkin juga menyukai