Anda di halaman 1dari 12

INKONTINENSIA URIN

OLEH:

NAMA KELOMPOK :

 CUT DWY OKTAVIONA


 LIDYA FADIYAH ANARSI
 RANTIKA ARIN DITA
 HARI SETIAWAN

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM I / BB PEMATANG SIANTAR

TA. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan rahmatNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “INKONTINENSIA

URIN ”. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada bimbingan dari ibu dosen/ pengajar

yakni Ibu Nabila Siregar, S.kep ., M.Kep karena adanya tugas ini dapat menambah wawasan

kami.

Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah

Farmakologi Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan makalah ini

dengan memberikan gambaran secara deskriktif agar mudah di pahami.

Namun penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka

dari pada itu penyusun memohon saran dan arahan yang sifatnya membangun guna

kesempurnaan makalah ini dimasa akan dating dan penyusun brharap makalah ini bermanfaat

bagi semua pihak.

Penulis November 2022


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Latar Belakang inkontinensia urin merupakan eliminasi urin dari kandung kemih yang
tidak terkendali atau terjadi diluar keinginan. Jika Inkontinensia urin terjadi akibatkelainan
inflamasi (sistitis), mungkin sifatnya hanya sementara. Namun, jikakejadian ini timbul karena
kelainan neurologi yang serius (paraplegia), kemungkinan besar sifatnya akan permanent
(Brunner & Suddarth, 2002. hal: 1471).

Penyebab inkontinensia urine antara lain terkait dengan gangguan disaluran kemih
bagian bawah, efek obat-obatan, serta produksi urin yang meningkat(keinginan sering ke
kamar mandi). Gangguan saluran kemih bagian bawah bisakarena infeksi. Jika terjadi infeksi
saluran kemih, maka tatalaksananya adalah terapi antibiotika. Apabila vaginitis atau uretritis
atrofi penyebabnya, maka dilakukantertapi estrogen topical. Terapi perilaku harus dilakukan
jika pasien baru menjalani prostatektomi. Dan, bila terjadi impaksi feses, maka harus
dihilangkan misalnyadengan makanan kaya serat, mobilitas, asupan cairan yang adekuat,
atau jika perlu penggunaan laksatif.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud inkontinensia urin


2. Apa saja yang menyebabkan inkontinensia urin
3. Bagaimana tata laksana yang dapat dilakukan berdasarkan jenis inkontinensia
4. Ada beberapa pemeriksaan yang dilakukan ketika pasien dicurigai mengalami
inkontinensia urine

C.Tujuan Penulisan

adapun tujuan penulisan dari asuhan keperawatan ini adalah :

 Tujuan khusus

memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan erontik dengan gangguan sistem


perkemihan Inkontinensia
 .Tujuan umum
1. memberikan gambaran tentang konsep dasar medis dalam asuhan keperawatan
pada anak dengan asuhan keperawatan gerontik dengan gangguan sistem
perkemihan Inkontinensia .
2. Memberikan gambaran tentang konsep dasar keperawatan meliputi pengkajian
, diagnosa keperawatan, perencanaan.
3. asuhan keperawatan dengan gangguan sistem perkemihan Inkontinensia urin.
BAB II

A.Konsep medis

a. definisi

Inkontinesia urin didefinisikan oleh international countinence society sebagai


kehilangan kontrol berkemih secara involunter yang mewakili masalah higienis dan sosial
pada setiap individu. Inkontinensia urin adalah sebuah gejala (symptom) yang dilaporkan
pasien,namun dapat juga sebagai suatu tanda (sign) yang ditemukan pada saat dillakukan
pemeriksaan dapat juga berbentuk suatu gangguan.

Permasalahan inkontinesia urin merupakan masalah yang cukup kompleks yang dapat
berimbas ke ekonomi dan sosial .Prevalensi inkontinensia urin menigkat seiring dengan
peningkatan usia.

Walaupun inkontinensia urin bukan merupakan kondisi yang mengancam jiwa,kondisi ini
dapat memengaruhi kualitas hidup karena sangat memengaruhi aktivitas sehari-
hari,hubungan interpesonal dan seksual,kesehatan psikologis,serta interkasi sosial.

Secara klinis,inkontinensia urin dibedakan menjadi dua,yaitu akut dan persisten.

Inkontinensia urin akut adalah inkontinensia urin yang onsetnya tiba-tiba,biasanya berkaitan
dengan penyakit akut atau masalah iatrogenik,dan bersifat sementara sehingga dapat sembuh
bila masalah penyakit atau obat-obatan yang mendasarinya dapat diatasi.

Inkontinensia urine persisten adalah yang tidak terkait dengan penyakit akut dan bersifat
menetap.

Selain itu,inkontinensia urin dibagi menjadi lima tipe sebagai berikut,Stress


incontinence (tekanan),yaitu ditandai dengan keluarnya urine diluar kehendak terkait dengan
meningkatnya tekanan abdomen yang terjadi ketika bersin,batuk,atau tekanan fisik lainnya.
Urge incontinence (desakan),ditandai dengan keluarnya urin diluar kehendak yang diawali
oleh ddesakan bekemih. Mixed incontinence (campuran),ditandai dengan keluarnya urin
diluar kehendak yang diawali desakan kemih dan juga berkaitan dengan bersin,batuk,atau
tekanan fisik lainnya.Overflow incontinence (luapan) disebabkan karena luapan urine yang
berkaitan oleh sumbatan infravesika atau kelemahan otot detrusor kandung kemih.
Continuous incontinence (terus-menerus), keluarnya urin diliuar kehendak secara terus-
menerus.

Urge incontinence merupakan salah satu gejala utama dalam suatu sindrom klinis
yang dikenal dengan overaktive bladder (OAB). OAB ditandai dengan desakan kuat untuk
berkemih (urgensi) dengan inkontinensia urin desakan (OAB basah) atau tanpa inkontinensia
urin (OAB kering),biasanya disertai dengan sering berkemih disiang (frekuensi) maupun
malam hari (nokturia).

b. etiologi

Inkontinensia urin berbeda-beda tergantung pada jenis inkontinensia yang


terjadi ,misalnya inkontinensia stress, inkontinensia urgensi, inkontinensia overflow, dan
inkontinensia fungsional.

Secara umum inkontinensia terjadi akibat kelainan struktur atau kelainan sistem saraf
yang mengatur miksi. Inkontinensia stress merupakan jenis inkontinensia yang paling sering
terjadi.

c. patofosiologi

Inkontinensia urin tipe stres disebabkan oleh tekanan luar dari kandung kemih yang
melebihi tekanan penutupan sifingter uretra. Otot-otot detrusor vesika menjadi tidak aktif
atau tidak berkontraksi.

Pada kebanyakan kasus,relakasi pelvis menyebabkan leher kandung kemih menjadi


hipermobil sehingga pada saat terjadi peningkatan tekanan intra-abdominal,dalam waktu
yang singkat akan diteruskan ke kandung kemih dan uretra. Hal ini akan meningkatkan
tekanan intravesika dan intrauretra,selanjutnya menyebabkan terjadinya inkontinensia urine.

Pada kondisi normal,tekanan intra-abdominal akan ditransmisi ke kandung kemih dan uretra
secara bersamaan. Namun demikian,pada saat terjadi atoni atau kerusakan disaraf pudendal
setelah persalinan pervaginan,leher kandung kemih akan berada dibawah otot levator ani dan
menyebabkan hilangnya angulus uretrovesika.Tekanan intra-abdominal hanya akan
distransmisi ke kandung kemih dan mengurangi tekanan penutupan uretra sehingga terjadi
inkontinensia.
Sokongan uretra merupakan bagian integral dari kontinensia. Sokongan ini berasal
dari ligmen sepanjang aspek lateral uretra yang disebut ligmen pubouretra,vagina dan
kondensasi fasia lateral,fasia tendinous arkus panggul, dan levator ani.Dengan hilangnya
sokongan pada uretra,dan ketidakmampuan untuk mengatasi peningkatan tekanan kandung
kemih. Dengan demikian,kontinensia hilang.

Faktor utama yang menyebabkan inkontinensia tipe overflow ialah pengosongan


kandung kemih yang tidak sempurna akibat gangguan kontraksi dari detrusor atau abstruksi
pada outlet kandung kemih. Gangguan kontraksi detrusor sering dihubungkan dengan
penyakit diabetes meletus dan tumor pada lumbosakral. Pada kebanyakan kasus,kedua
neuropati sensoris dan motori terganggu.

d. manifestasi klinis

Diantara lain :

 Stress incontinence

Stress incontinence disebabkan oleh kandung kemih yang mengalami tekanan ekstra.
Misalnya, saat seseorang batuk keras, bersin, tertawa, mengangkat barang berat, dan
berolahraga berat.

Jumlah urine yang keluar pada stress incontinence biasanya sedikit. Namun bila isi kandung
kemih penuh, air seni yang keluar bisa saja banyak.

 Urge incontinence

Urge incontinence terjadi ketika seseorang merasakan dorongan buang air kecil yang kuat
dan tiba-tiba, tapi tidak bisa menahannya sebelum sampai ke toilet.
Dorongan buang air kecil tersebut dapat dipicu oleh perubahan posisi tubuh, mendengar suara
aliran air, atau mengalami orgasme dalam hubungan seks.

Jenis inkontinensia urine ini termasuk dalam kumpulan gejala yang disebut overactive
bladder symptoms. Pada kondisi ini, otot kandung kemih menjadi lebih aktif.

Salah satu gejala overactive bladder symptoms adalah keinginan buang air kecil yang sering,
termasuk beberapa kali saat tidur malam.

 Mixed incontinence

Kondisi ini muncul saat seseorang mengalami gejala inkontinensia urine, baik jenis stress
incontinence maupun urge incontinence.

 Overflow incontinence

Inkontinensia urine ini juga disebut retensi urine kronis. Air seni yang tertampung dalam
kandung kemih tidak dapat dikosongkan secara total ketika seseorang buang air kecil,
sehingga memicu pembengkakan kandung kemih.

 Total incontinence

Inkontinensia urine ini merupakan jenis yang berat dan berlangsung terus-menerus.
Gejalanya berupa sering buang air kecil dalam jumlah sangat banyak (bahkan saat tidur
malam). Penderita juga bisa buang air kecil hanya sesekali dalam jumlah sangat banyak dan
diselingi sedikit mengompol di antara frekuensi ini.

e. komplikasi inkontinensia urine

Jika tidak diatasi dengan benar, inkontinensia urine dapat menyebabkan komplikasi berupa:

 Masalah kulit, seperti ruam, infeksi, dan luka di kulit akibat sering basah terkena air
seni
 Infeksi saluran kemih yang sering kambuh
 Pengaruh negatif pada kehidupan sosial maupun pekerjaan pasien
f. penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan inkontinensia urine sangat tergantung pada jenis dan penyebab


inkontinensia yang dialami. Penatalaksanaan etiologi merupakan hal yang pertama kali
dilakukan karena pada beberapa kasus, inkontinensia urine dapat membaik ketika etiologi
pendasarnya telah teratasi.

Apabila inkontinensia urine tetap terjadi setelah etiologi diatasi, pilihan terapi
mencakup modalitas nonfarmakologi, farmakologi, dan pembedahan sesuai jenis
inkontinensia urine. Tata laksana yang dapat dilakukan berdasarkan jenis inkontinensia antara
lain:

 Inkontinensia stres: latihan otot pelvis, farmakoterapi, atau pembedahan


 Inkontinensia urgensi: modifikasi diet dan gaya hidup, menurunkan berat badan, terapi
perilaku, farmakoterapi, atau pembedahan

 Inkontinensia luapan: kateterisasi intermiten, tata laksana sesuai etiologi, latihan otot
pelvis

 Inkontinensia campuran: latihan otot pelvis, farmakoterapi, atau pembedahan, bladder


training
 Inkontinensia fungsional: tata laksana faktor etiologi yang mendasari

g. pemeriksaan diagnostik

Ada beberapa pemeriksaan yang dilakukan ketika pasien dicurigai mengalami


inkontinensia urine, salah satunya pemeriksaan bagian panggul. Ketahui pemeriksaan lain
untuk menunjang hasil kesehatan, seperti:

a. Tes Urine

Tes ini dilakukan untuk mendeteksi gangguan saluran kemih.

b. Pengukuran Jumlah Urine

Pengukuran jumlah urine untuk memastikan kondisi kandung kemih kosong setelah
pembuangan urine.

c. USG Saluran Kemih


Kelainan struktur kemih yang dialami perlu dilakukan USG pada bagian saluran kemih
untuk memastikan penyebab inkontinensia urine.

d. Sistoskopi

Sistoskopi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan bantuan alat agar kondisi kandung
kemih dapat dilihat lebih jelas.

e. Pemeriksaan Urodinamik

Pemeriksaan ini dilakukan dengan pemasangan selang kateter ke dalam kandung kemih
untuk memastikan kekuatan otot kandung kemih dalam menampung cairan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Inkontinesia urin didefinisikan oleh international countinence society sebagai kehilangan


kontrol berkemih secara involunter yang mewakili masalah higienis dan sosial pada setiap
individu. Permasalahan inkontinesia urin merupakan masalah yang cukup kompleks yang
dapat berimbas ke ekonomi dan sosial .Prevalensi inkontinensia urin menigkat seiring
dengan peningkatan usia. Secara klinis, inkontinensia urin dibedakan menjadi dua,yaitu akut
dan persisten. Inkontinensia urin akut adalah inkontinensia urin yang onsetnya tiba-
tiba,biasanya berkaitan dengan penyakit akut atau masalah iatrogenik,dan bersifat sementara
sehingga dapat sembuh bila masalah penyakit atau obat-obatan yang mendasarinya dapat
diatasi.

B.Saran

Kami selaku mahasiswa berharap dengan pembuatan paper dalam bentukmakalah ini, dapat
memberikan manfaat dalam proses belaja mengajar. Dantetap mengharapkan bimbingan lebih
dalam lagi dari para Dosen pembimbing mengenai penyakit “Inkontenensia Urin”
DAFTAR PUSTAKA

Berlowitz D. Pencegahan cedera kulit dan jaringan lunak akibat tekanan.


https://www.uptodate.com/contents/search. Diakses pada 10 Januari 2021..
DeMaagd G, Davenport T. Management of Urinary Incontinence. P&T. 2012;37.

Frawley J, dkk. Pemanfaatan layanan kesehatan komplementer dan konvensional di


antara wanita muda Australia dengan inkontinensia urin. Urologi. 2017;
doi:10.1016/j.urology.2016.07.060.

Greer JA, Arya LA, Smith AL. Inkontinensia Urin: Diagnosis dan Pengobatan pada
Lansia. Curr Transl Geriatr Exp Gerontol Rep. 2013;2:66–75.

Lucas M, Bedretdinova D, Berghams LC, dkk. Pedoman Inkontinensia Urin. Eur


Assoc Urol. 2015; 1–75

Lukacz E. Pengobatan inkontinensia urin pada wanita. Terbaru. 2019.


https://www.uptodate.com/contents/treatment-of-urinary-incontinence-in-women.

Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Urinary Incontinence

NHS. Diakses pada 2019. Urinary Incontinence

Anda mungkin juga menyukai