Anda di halaman 1dari 39

KONSEP TENTANG

GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN PADA LANSIA

Di Susun Oleh Kelompok 1 :


Diva Sandyra
Fernando
Fira Afdila
Iga Nur Mala
Nurul Hendriani
Oriza Sativa
Reviola Agustin
Sri Ayu Novia
Putri Rahmawati
Welqi Viranti Putri

Dosen Pembimbing :
Yaslina, M. Kep, Ns. Sp. Kep. Kom

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Perintis Indonesia

TA : 2021 / 2022
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur hanyalah bagi allah karena atas limpahan rahmat dan hidayah kepada penyusun
sehingga mampu menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah gerontik dengan judul makalah
GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN PADA LANSIA Ucapan terima kasih penyusun
sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
terselesaikan, penyusun menyadari sepenuhnya atas keterbatasan ilmu maupun dari segi
penyampaian yang menjadikan makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kritik
dan saran yang sangat membangun diperlukan dari semua pihak untuk sempurnanya makalah
ini sehingga dapat melengkapi ilmu pengetahuan yang senantiasa berkembang.

Bukittinggi, 18 Oktober 2021

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2


DAFTAR ISI........................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 4
C. Tujuan............................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 6
A. Pengertian Eliminasi Urine .............................................................................. 6
B. Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Urine Pada Lansia ............................. 6
C. Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan ............................................................. 7
D. Gangguan Dalam Eliminasi Urine .................................................................. 8
E. Konsep Inkontensia Urine ............................................................................... 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 16
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 16
B. Saran ................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin yang tidak terkendali pada waktu yang
tidak terkendali dan tanpa melihat frekuensi maupun jumlahnya yang mana keadaan
ini dapat menyebabkan masalah fisik, emosional, sosial, dan higienis bagi
penderitanya (Martin & Frey, 2005). Inkontinensia urin merupakan masalah
kesehatan yang sangat sering terjadi pada wanita terutama usia lanjut, namun secara
keseluruhan inkontinensia dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan, baik anak-
anak, dewasa maupun orang tua. Inkontinensia urin juga jarang dikeluhkan oleh
pasien atau keluarga karena dianggap sesuatu yang biasa, malui atau tabu untuk
diceritakan pada orang lain maupun pada dokter, dianggap sesuatu yang wajar tidak
perlu diobati. Inkontinensia urin sendiri bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan
gejala yang menimbulkan gangguan kesehatan, sosial, psikologi serta dapat
menurunkan kualitas hidup (Soetojo, 2009).
Menurut Depkes (2008), secara alamiah, proses penuaan mengakibatkan kemunduran
fisik dan mental. Kemunduran fisik salah satunya mengakibatkan terjadinya
inkontinensia urin. Inkontinensia urin sering kali menyebabkan keluarga frustasi,
bukan depresi. Bau yang tidak sedap dan perasaan kotor, tentu akan menimbulkan
masalah sosial dan psikologis. Hal ini dapat menyebabkan kualitas hidup dan kualitas
tidur terganggu.
B. Rumusan Masalah
Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin yang tidak terkendali pada waktu yang
tidak dikehendaki dan tanpa melihat frekuensi maupun jumlahnya yang mana keadaan
ini dapat menyebabkan masalah fisik, emosional, sosial dan higienis bagi
penderitanya. Hal ini sering terjadi pada lansia tetapi inkontinensia urin ini dapat
terjadi pada semua golongan umur.
Kualitas tidur dan kualitas hidup seseorang bisa menurun ketika mengalami
inkontinensia urin. Kualitas tidur terganggu karena banyak faktor yang
mempengaruhinya. Pada lansia yang mengalami inkontinensia urin, misalnya tidak
nyaman dengan tidurnya karena merasa basah, sering terbangun pada malam hari
yang disebabkan oleh inkontinensia urin. Tidak hanya kualitas tidur yang terganggu
4
tetapi juga kualitas hidup lansia tersebut juga terganggu, misalnya, dia merasa takut
bersosialisasi dengan teman atau masyarakat karena dia merasa bau yang diakibatkan
oleh inkontinensia urin.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan inkontinensia urin dengan kualitas tidur dan kualitas hidup
lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik responden (jenis kelamin, umur, pendidikan,
penyakit penyerta)
b. Mendeskripsikan inkontinensia urin lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang
Gading
c. Mendeskripsikan kualitas tidur lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang
Gading
d. Mendeskripsikan kualitas hidup lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang
Gading
e. Menganalisis hubungan inkontinensia urin dengan kualitas tidur
f. Menganalisis hubungan inkontinensia urin dengan kualitas hidup

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Eliminasi Urine


Sistem perkemihan atau sistem urinaria adalah suatu sistem tubuh tempat terjadinya
proses filtrasi atau penyaringan darah sehingga darah terbebas dari zat-zat yang tidak
digunakan lagi oleh tubuh. Selain itu pada sistem ini juga terjadi proses penyerapan
zatzat yang masih dipergunakan lagi oleh tubuh. Zat-zat yang sudah tidak
dipergunakan lagi oleh tubuh akan larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine/ air
kemih ( Prabowo dan Pranata, 2014).
B. Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Urine Pada Lansia
Menurut Bennita W. Vaughans (2013) faktor yang mempengaruhi eliminasi urin :
1. Usia dan Tahap Perkembangan
Pada lansia mengalami penurunan fungsi perkemihan yang berakibat pada
inkontinensia dan meningkatnya risiko infeksi saluran perkemihan (ISP).
2. Makanan dan Asupan Cairan
Makanan yang kaya akan kandungan air dan kafein dapat meningkatkan buang air
kecil, dan sebaliknya makanan yang mempunyai kadar sodium tinggi
menyebabkan penurunan keluaran urine. Selain itu jumlah intake cairan juga
mempengaruhi jumlah dan frekuensi eliminasi urine, sebaliknya kurangnya intake
cairan berakibat pada menurunya eliminasi dan frekuensi urine.
3. Faktor Psikososial
Keadaan emosi seseorang dan juga ekspektasi sosiokultural dapat mengganggu
eliminasi urine.Stres dan kecemasan dapat memicu desakan intens untuk buang air
kecil atau mempunyai efek berlawanan dengan mencegah relaksasi 21 otot dan
saluran yang bertanggung jawab untuk mengosongkan kandung kemih.
4. Gangguan Kesehatan
Gangguan status kesehatan seseorang dapat memengaruhi eliminasi urine.Faktor
yang mempengaruhi diantaranya kehilangan cairan, gangguan struktural (tumor,
hipertropi, prostat, stenosis ureter atau uretra), berkurangnya kekencangan otot
abdominal dan parineal, hipotensi, diabetus mellitus, dan luka syaraf.

6
5. Intervensi Medis dan Bedah
Beberapa antidepresan, antihistamin dan narkotika menyebabkan retensi urine.
Medikasi lain seperti diuretik, meningkatkan keluaran urine. Prosedur bedah
reproduktif, intestinal, dan urinaria dapat meningkatkan retensi urine selama
periode pasca operasi.Selain itu, medikasi yang digunakan untuk mengontrol rasa
sakit (narkotika dan anestetik) dapat mengganggu kontraktilitas otot perkemihan
dan filtrasi glomerulus, sehingga menurunkan keluaran urine.
C. Anatomi Fisiologi Sistim Perkemihan
1. Ginjal
Menurut Eko Prabowo dan Andi Eka Pranata (2014) ginjal adalah sepasang organ
retroperineal yang integral dengan homeostatis tubuh dalam mempertahankan
keseimbangan, termasuk keseimbangan fisika dan kimia.Urine berasal dari darah
yang dibawa arteri renalis masuk ke dalam ginjal, darah ini terdiri dari bagian
yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah. Ada 3 tahap pembentukan
urine:
a. Filtrasi
Proses filtrasi terjadi di glomerulus. Proses ini terjadi karena permukaan
aferen lebih besar dari permukaan eferen maka terjadi penyerapan darah.
Sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein
karena protein memiliki ukuran molekul yang lebih besar sehingga tidak
tersaring oleh glomerulus.Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai
bowman yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat dan
lain-lain, yang diteruskan ke tubulus ginjal.
b. Reabsorpsi
Reabsorpsi yaitu penyerapan kembali sebagian besar bahan-bahan yang masih
berguna oleh tubuh, diantaranya adalah glukosa, natrium, klorida, fosfat, dan
ion bikarbonat.Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal oblogator
reabsorpsi terjadi pada tubulus atas.Sedangkan pada tubulus ginjal bagian
bawah terjadi kembali penyerapan natrium dan ion bikarbonat. Bila diperlukan
akan diserap kembali ke dalam tubulus bagian bawah. Penyerapannya terjadi
secara aktif dikenal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada
papilla renalis. Hormone yang ikut berperan dalam proses reabsorbsi adalah
anti diuretic hormone (ADH).
7
c. Sekresi
Sisanya penyerapan urine kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan ke
piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke vesikaurinaria.
2. Ureter
Merupakan perpanjangan dari tubular yang terdiri dari 2 saluran pipa berotot,
masing-masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria),
panjangnya ±25-30 cm, dengan penampang ±0,5 cm. ureter sebagian terletak
dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis. Lapisan
dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic tiap 10 detik yang akan
mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria). Gerakan
peristaltik mendorong urine melalui ureter yang diekskresikan oleh ginjal dan
disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam
kandung kemih (Prabowo dan Pranata, 2014).
3. Vesika Urinaria
Vesika urinaria (kandung kemih) dapat mengembang dan mengempis seperti
balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul.
Kapasitas normal kandung kemih adalah sekitar 700-800 ml, namun keinginan
alami untuk berkemih sudah muncul apa bila jumlah urine di dalam kandung
kemih mencapai sekitar 300 ml (Prabowo dan Pranata, 2014).
4. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemih keluar (Prabowo dan Pranata, 2014).
D. Gangguan dalam Eliminasi Urine
1. Retensi Urine
Retensi urine adalah ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih,
terjadi karena satu atau dua alasan.Apakah seseorang tidak dapat merasakan
bahwa kandung kemih sudah penuh atau terjadi ketidakmampuan untuk cukup
merelaksasikan saluran uretra agar kandung kemih benar-benar kosong. Jika
retensi urine tidak diperbaiki, akan menyebabkan hilangnya ketegangan kandung
kemih, infeksi saluran kemih, dan kerusakan ginjal akibat aliran balik urine
(Vaughans, 2013).

8
2. Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine adalah ketidaknyamanan untuk mengontrol pengosongan
kandung kemih. Seorang pasien yang mempunyai inkontinensia urine tidak akan
mengungkapkan pada dokter karena malu. Selain itu, individu dapat berhenti
beraktivitas yang melibatkan interaksi denganorang karena takut rembesan dan
bau urine akan diketahui orang lain. Pasien yang mengalami inkontinensia kronis
juga akan mengalami kerusakan kulit (Vaughans, 2013).
3. nfeksi Saluran Kemih
Infeksi inimpaling sering mempengaruhi saluran perkemihan bawah karena
mikroorganisme mempunyai akses lebih mudah ke struktur saluran bawah melalui
uretra (Vaughans, 2013).
E. Konsep Inkontinensia Urine
1. Definisi
Berbagai macam perubahan terjadi pada lansia, salah satunya pada sistem
perkemihan yaitu berupa penurunan tonus otot vagina dan otot pintu saluran
kemih atau uretra yang disebabkan oleh penurunan hormon esterogen, sehingga
menyebabkan terjadinya inkontinensia urin, otot–otot menjadi lemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi Buang Air
Kecil (BAK) meningkat dan tidak dapat dikontrol. Pola berkemih yang tidak
normal ini disebut dengan inkontinensia urin (Maryam et al, 2008: 55-57; Karjoyo
et al, 2017: 2).Inkontinensia urin didefinisikan sebagai semua jenis gangguan
dimana urin hilang secara tidak terkontrol.Inkontinensia urin adalah masalah dan
gangguan umum diantara pasien geriatri. Diperkirakan bahwa 25-35% dari
seluruh orang tua akan mengalami inkontinensia urin selama kejadian seumur
hidup (Onat, 2014).
Inkontinensia urin berdasarkan International Continence Society (ICS)
didefinisikan sebagai kehilangan yang tidak disengaja urin yang dapat ditunjukkan
secara objektif dan masalah sosial dan higienis.Inkontinensia urin adalah masalah
medis yang umum terjadi terlihat pada pasien yang menua, terutama pada wanita.
Masalah ini berdampak serius pada fisik (gangguan tidur dan hubungan seksual),
psikologis (kesedihan, depresi, rasa malu), dan kesejahteraan sosial (stigma sosial,
isolasi sosial ) (Chairul Rijal dan Surahman Hakim, 2014).

9
2. Etiologi Inkontinensia Urine Berdasarkan Klasifikasi
a. Inkontinensia Urgensi
Inkontinensia urgensi adalah keluarnya urin tanpa disadari disertai dengan
keinginan untuk miksi yang kuat dan tibatiba.Inkontinensia urgensi
disebabkan oleh destrusor yang overaktif, karena hiperrefleksia,
ketidakstabilan, atau hipertonia, yang menyebabkan peninggian tekanan
intravesikal.Hiperrefleksia dan ketidakstabilan detrusor mempunyai
mekanisme yang mirip dalam mengeluarkan urin yaitu kontraksi detrusor
yang tidak terkendali dan tidak terinhibisi.Hipertonia detrusor
menyebabkan keluarnya urin pada kandung kemih yang tidak dapat
meregang (noncompliant) (Abrahams, dkk, 2013).
b. Inkontinensia Overflow
Inkontinensia overflow adalah keluarnya urin secara tidak disadari dengan
kandung kemih yang mengalami overdistensi.Inkontinensia overflow
disebabkan oleh hipertonia detrusor dan arefleksia yang menyebabkan
retensi urin kronis akibat hilangnya kontraksi detrusor yang disadari untuk
mengevakuasi kandung kemih. Selain itu obstruksi jalan keluar juga
menjadi penyebab inkontinensia overflow karena dapat menyebabkan
retensi urin dan menimbulkan inkontinensia overflow melalui mekanisme
yang serupa dengan yang terjadi pada hipotonia atau arefleksia detrusor
(Abrahams, dkk, 2013).
c. Inkontinensia Stres
Inkontinensia stres adalah keluarnya urin secara tidak disadari selama
pengeluaran tenaga fisik (saat aktif).Volume urin yang keluar bervariasi
dari beberapa tetes sampai jumlah yang massif.Pasien biasanya tidak
punya keluhan urologik lainnya.Pada wanita penyebabnya adalah disfungsi
sfingter, karena kekenduran muskulofasial pelvis dan penurunan resistensi
uretra.Riwayat kehamilan yang disertai inkontinensia urine biasanyaa
berpengaruh pada kekenduran pelvis dan inkontinensia stress. Selain itu
dapat pula disebabkan oleh trauma pada uretra proksimal setelah reseksi
atau insisi, akan menimbulkan devaskularisasi pada uretra, uretritis
atropik, serta paralisis sfingter eksternal.

10
Pada pria biasanya disebabkan karena uretra membranosa yang defektif
atau tidak lentur yang disebabkan arena traima pelvis atau prostatektomi
radikal. Paralisis atau kerusakan sfingter eksternal juga dapat
menyebabkan inkontinensia karena penurunan resistensi uretra secara total
(Abrahams, dkk, 2013).
d. Inkontinensia Fungsional
Inkontinensia fungsional yaitu inkontinensia urin yang terlibat pada pasien
dengan fungsi kandung kemih dan uretra yang normal.Inkontinensia
fungsional disebabkan oleh ketidakmampuan untuk memahami perlunya
miksi atau untuk mengomunikasikan sesuai urgensi atau desakan
miksi.Selain itu, Inkontinensia fungsional juga disebabkan oleh faktor-
faktor selain dari disfungsi sistem urinaria.Struktur sistem urinaria utuh
dan fungsinya normal, tetapi faktor eksternal mengganggu
kontinensia.Demensia, gangguan psikologis lain, kelemahan fisik atau
imobilitas, dan hambatan lingkungan seperti jarak kamar mandi yang jauh
adalah salah satu faktor penyebabnya (Abrahams, dkk, 2013).
e. Inkontinensia Kompleks
Inkontinensia kompleks merupakan inkontinensia sekunder karena
gabungan inkontinensa urgensi dan inkontinensia stress.Gangguan ini
menonjol pada lansia terutama wanita. Inkontinensia kompleks biasanya
disebabkan karena pasien tersebut mempunyai inkontinensia stress yang
ringan atau sedang dan berlangsung lama dengan inkontinensia urgensi
pada mula timbul yang lebih lambat (Abrahams, dkk, 2013).
3. Manifestasi Klinis
a. Inkontinensia Urgensi
Menurut Abrahams, dkk (2013):
1) Waktu miksi tidak dapat diperkirakan
2) Beberapa kasus tidak ada tanda peringatan
3) Biasanya disertai keluhan miksi lainnya, paling sering frekuensi setiap 2
jam atau kurang, nokturia, dan perasaan yang mengganggu di suprapubik.
4) Disuria jika terjadi infeksi saluran kemih atau peradangan pada kandung
kemih atau uretra.

11
b. Inkontinensia Overflow
Pada inkontinensia overflow biasanya ditandai oleh keluarnya urine secara
tetap dalam jumlah yang kecil, baik secara berkala maupun terus-menerus
(dribbling incontinence) dengan disertai adanya kandung kemih yang
terdistensi. Inkontinensia overflow (inkontinensia paradoksikal) dapat
menyerupai inkontinensia urgensi yaitu akan sering berkemih (frekuensi) dan
keluarnya sejumlah kecil urine secara sering, biasanya terjadi pada siang
maupun malam hari (Abrahams, dkk, 2013).
c. Inkontinensia Stres
Inkontinensia biasanya berkurang atau menghilang pada malam hari saat
pasien di tempat tidur, sebaliknya pada siang hari saat pasien aktif akan terjadi
inkontinensia. Inkontinensia stres terjadi bersamaan dengan pengerahan tenaga
fisik, seperti batuk atau mengangkat barang (Abrahams, dkk, 2013).
d. Inkontinensia Fungsional
Sejumlah besar cairan dkeluarkan, dengan pengosongan kandung kemih yang
sempurna dan pada situasi dan lingkungan yang tidak sesuai.Keluarnya urin
ini ada yang disadari ada yang tidak disadari(Abrahams, dkk, 2013).
e. Inkontinensia Kompleks
Gangguan ini menonjol pada lansia terutama wanita. Keluhan yang timbul
mungkin adalah inkontinensia stress atau inkontinensia urgensi murni, tetapi
gejala yang biasa dari keduanya dapat ditemukan pada riwayat penyakit.
Biasanya pasien mempunyai inkontinensia stress yang ringan atau sedang dan
berlangsung lama, dengan inkontinensia urgrnsi pada mula timbul yang lebih
lambat (Abrahams, dkk, 2013).
4. Faktor yang mempengaruhi terhadap perkembangan inkontinensia
a. Faktor Psikologis
Faktor psikologis mencakup depresi dan apabila yang dapat memperberat
kondisi, sehingga sulit untuk mengatasi masalah kea rah normal.Beberapa
kondisi psikiatri dan kerusakan otak organic seperti demansia juga dapat
menyebabkan inkontinensia.
b. Faktor Anatomis dan Fisiologi
Faktor anatomi dan fisiologi dapat mencakup kerusakan saeaf spinal yang
menghancurkan mekanisme normal untuk berkemih dan rasa ingin
12
menghentikannya.Penglihatan yang kurang jelas, infeksi saluran
perkemihan, dan medikasi tertentu seperti deuretik juga berhubungan
dengan inkontinensia.Wanita yang melahirkan serta laki-laki dengan
gangguan poda prostat cenderung mengalami kerusakan kandung kemih
akibat trauma atau pembedahan (Maryam, Siti, dkk, 2010).
5. Patofisiologi
Keluarnya urin tanpa kontrol terjadi bila tekanan intravesikal sama atau lebih
tinggi dari tekanan intrauretra maksimal. Keadaan ini dapat ditimbulkan oleh
peninggian tekanan intravesikal, penurunan tekanan intrsuretra, atau kombinasi
keduanya.Dalam menganalisis inkontinensia urine, harus mencari dahulu adanya
disfungsi uretra atau disfungsi sfingter atau keduanya.Disfungsi detrusor dapat
dikategorikan sebagai aktivitas lebih (overactivity), yang mungkin disebabkan
oleh hiperrefleksia atau hipertonia, atau aktivitas yang kurang (under activity),
yang mungkin disebabkan oleh arefleksia atau hiporefleksia atau hipotonia
(Abrahams, dkk, 2013).
Hiperrefleksia detrusor ditandai oleh kontraksi detrusor yang tidak dapat
terkendali yang disebabkan oleh hilangnya inhibisi kortikal, biasanya sering
terlihat pada pasien dengan gangguan serebrovaskular, kerusakan medulla
spinalis, pasien Parkinson, tumor otak, dan sklerosis multipel.Kandung kemih
yang tidak stabil menggambarkan kontraksi detrusor yang tidak terkendali tanpa
adanya lesi neurologik yang dapat ditunjukkan.Keadaan ini dicurigai mempunyai
asal intrinsik, kemungkinan dari ketidakstabilan detrusor sebagai akibat dari
pembesaran prostat atau gangguan lokal lainnya (Abrahams, dkk, 2013).
Hipertonia detrusor adalah keadaan yang berasal dari otot yang menyebabkan
detrusor yang tidak mengalah. Keadaan ini paling sering:
1) Sebagai akibat dari drainase kateter indwelling jangka panjang dengan disertai
sistitis kronis,
2) Sistitis interstitial sekunder, sistitis akibat radiasi, atau sistitis akibat
siklofosfamid, atau
3) Sekunder akibat karsinoma kandung kemih.
Pada keadaan tersebut kandung kemih yang kecil dan berkontraksi tidak dapat
meluas dan mengaakomodasi urine dengan tekanan intravesikal yang rendah.

13
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi seperti urinalisis, USG, dan
urodinamik.Pemeriksaan urinalisis dapat menilai adanya infeksi saluran kemih
(ISK), proteinuria, hematuria atau glikosuria (PERKINA 2018).
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Totok Suryantoko (2015):
1) Latihan Pelvis
Latihan pelvis kegel dianjurkan untuk yang mengalami inkontinensia
stress.Meningkatkan tonus otot dasar panggul dan meningkatkan ambang
berkemih yang mengakibatkan urgensi. Otot-otot yang terlibat dapat
diidentifikasi dengan cara memberitahukan pasien untuk menghentikan
aliran urine pada pertengahan pancaran untuk menguatkan pintu keluar
kandung kemih. Otot-otot yang digunakan untuk melakukan hal ini adalah
otot-otot yang akan diperkuat
2) Maneuver Crede
Maneuver crede melibatkan penggunaan tekanan diatas region suprapubik
untuk secara manual menekan kandung kemih selama berkemih.Disini
pasien berkemih, kemudian berkemih lagi beberapa menit kemudian
dengan menggunakan maneuver crede.Metode ini digunakan untuk
inkontinensia akibat aliran yang berlebihan (overflow).
3) Bladder training adalah penanganan tradisional untuk inkontinensia
urgensi.Bladder training meliputi berkemih dengan jadwal yang telah
ditentukan sebelumnya atau dengan pengaturan waktu setiap 30-40 menit
tanpa memperhatikan kebutuhan.Jika urgensi untuk berkemih muncul
lebih cepat, pasien disarankan untuk menahan urine sampai waktu yang
telah dijadwalkan.Interval berkemih diperpanjang secara bertahap apabila
sudah mampu mengontrol BAK.
4) Toileting Secara Terjadwal
Penjadwalan atau toileting langsung digunakan untuk pasien yang
mengalami gangguan kognitif.Pasien dibawa ke toilet atau ditempatkan
pada sebuah pispot setiap 2 jam.Pengkajian awal tentang frekuensi dan
waktu episode inkontinensia diikuti dengan toileting berdasarkan pola
inkontinensia individu dapat meningkatkan keberhasilan.Pasien yang
14
mampu untuk berespon dapat ditanya secara teratur tentang keinginan
berkemih.
5) Penggunaan Alat-Alat Eksternal
Alat-alat eksternal termasuk unit pengumpulan urine seperti kateter yang
dihubungkan dengan kantong rungkai, celana inkontinensia, dan urinal jika
fasilitas toilet tidak dapat dicapai oleh pasien.
6) Kateterisasi Secara Intermiten
Kateterisasi lurus yangintermiten lebih disarankan daripada kateter
menetap.Intervensi ini mungkin diperlukan untuk mereka yang mengalami
inkontinensia karena aliran yang berlebih atau inkontinensia
fungsional.Dalam pemasangan kateter ini perlu perhatian untuk hal
kebersihan dan penyimpanan karena terdapat bahaya infeksi nosokomial.
7) Modifikasi Lingkungan
Modifikasi lingkungan biasanya digunakan untuk mereka yang gangguan
mobilitas atau defisit neurologis. Pengkajian individual mengindikasi apa
yang diperlukan pasien tersebut. Contohnya peletakan toilet dan atau
penampung air kemih diletakkan dekat dengan tempat tidur.
8) Pengobatan
Pengobatan diberikan berdasarkan diagnosis spesifik.Andrenergik agonis
dan ekstrogen dapat membantu mengatasi inkontinensia stress.Relaksan
kandung kemih, antidepresan trisiklik dan anti kolinergik meningkatkan
kandung kemih sehingga dapat mengatasi inkontinensia urgensi.Penelitian
terbaru menunjukkan bahwa dalam mengatasi inkontinensia pada lansia,
oksibutinin yang dikombinasikan dengan bladder training lebih efektif dari
pada hanya bladder training saja.
9) Pembedahan
Pembedahan yang dilakukan adalah prostektomi untuk pria dan perbaikan
dasar panggul, sistokel, atau retoksi untuk wanita.
10) Diet
Modifikasi diet ini adalah penjadwalan asupan cairan.Asupan cairan
setelah makan malam perlu dikurangi.Minuman dan minuman yang dapat
menstimulasi kandung kemih juga perlu dihindari, misalnya kopi, teh,
alkohol, serta cokelat.
15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak
terkendali dan tanpa melihat frekuensi maupun jumlahnya yang mana keadaan ini dapat
menyebabkan masalah fisik, emosional, sosial, dan higienis bagi penderitanya (Martin
& Frey, 2005).
Inkontinensia urin merupakan masalah kesehatan yang sangat sering terjadi pada
wanita terutama usia lanjut, namun secara keseluruhan inkontinensia dapat terjadi pada
laki-laki maupun perempuan, baik anak-anak, dewasa maupun orang tua.
Inkontinensia urin juga jarang dikeluhkan oleh pasien atau keluarga karena dianggap
sesuatu yang biasa, malui atau tabu untuk diceritakan pada orang lain maupun pada
dokter, dianggap sesuatu yang wajar tidak perlu diobati. Inkontinensia urin sendiri
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan gejala yang menimbulkan gangguan
kesehatan, sosial, psikologi serta dapat menurunkan kualitas hidup (Soetojo, 2009).
Sistem perkemihan atau sistem urinaria adalah suatu sistem tubuh tempat terjadinya
proses filtrasi atau penyaringan darah sehingga darah terbebas dari zat-zat yang tidak
digunakan lagi oleh tubuh. Selain itu pada sistem ini juga terjadi proses penyerapan
zatzat yang masih dipergunakan lagi oleh tubuh. Zat-zat yang sudah tidak dipergunakan
lagi oleh tubuh akan larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine/ air kemih ( Prabowo
dan Pranata, 2014).

B. Saran
Dalam penulisan ini tentunya banyak kurang dan tentunya ada lebihnya juga, untuk itu
penulis atau penyusun mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca. Dengan
adanya makalah ini penulis mengaharapkan agar para pembaca bisa memahami apa
yang sudah dijelaskan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Brunner&Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 1.


Jakarta:EGC.Hidayah, a. Aziz Alimul.2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan (Edisi 2).
Jakarta:Salemba Medika.Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis.
Jakarta: Gramedia PustakaUtama.Stanley, Mickey dan Patricia G. Beare. 2007. Buku Ajar
Keperawatan Gerontik Edisi 2.Jakarta: EGCSyaifuddin. 2003. Anatomi Fisiologi Untuk
Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: EGC

17
FORMAT PENGKAJIAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

A. Pengkajian
Hari/ Tgl :Minggu, 17 Oktober 2021
Jam : 08.59 Wib
1. Identitas
a. Nama : Ny. R
b. Tempat /tgllahir :Bukittinggi, 18 September 1958
c. Umur : 70 th
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Status Perkawinan : Menikah
f. Agama : Islam
g. Suku : Caniago
2. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi
a. Pekerjaan saat ini : Ibu rumah tangga
b. Pekerjaan sebelumnya :tidak bekerja
c. Sumber pendapatan : Hasil sawah dan pekebunan
3. LingkunganTempat Tinggal
a. Kebersihan dan kerapianruangan :Ruangan bersih dan rapi
b. Penerapan dan sirkulasi udara :Sirkulasi udara baik
c. Keadaan kamar mandi dan WC : Kamar mandi bersih dan tidak berbau
d. Pembuangan air kotor :Pembuangan melalui selokan
e. Sumber air minum :Airminum yang digunakan air sumur di rebus
f. Pembuangan sampah :Tempat pembuangan sampah ada
g. Sumber pencemaran :Tidak ada sumber pencemaran / baik
h. Penata halaman : Halaman bersih dan rapi
i. Privasi : Baik
j. Resiko injuri : Tidak ada resiko injuri

4. Riwayat Kesehatan

18
a. Status Kesehatan saatini
1) Keluhan utama: Klien dating dengan keluarga ke RS dengan keluhan
sering keluar kencing tanpa disadari, kadang keluar pada saat ia tertawa
atau batuk. Nenek R mengatakan ia malas untuk melakukan kegiatan
keluar rumah karena adanya masalah dalam BAKnya. Nenek R sering
menanyakan tentang gangguan BAKnya. Klien mengatakan jarang minum
agar tidak mengompol. Klien mengatakan sering menahan haus
2) Gejala yang dirasakan :sering keluar kencing
3) Faktor pencetus :seringberkemih
4) Timbulnyakeluhan : ( √ ) Mendadak ( )Bertahap
5) Upaya mengatasi :mengurangi minum
6) Mengkomsumsi obat-obatan :tidak ada
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah diderita :pasien mengatakan tidak pernah mengalami
penyakit yang sama sebelumnya.
2) Riwayat alergi( obat, makanan, binatang, debudll ) : Tidak
adariwayatalergimakananatauobat
3) Riwayat kecelakaan : Tidak ada
4) Riwayat pernah dirawat di RS :Tidak Pernah
5) Riwayat pemakaian obat :Pasien tidak memiliki riwayat pengobatan
sebelumnya
c. Pola Fungsional
1. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan
Klien tidak tahu gangguan BAK yang sedang di alaminya, sering
menanyakannya tapi tidak paham dengan jawab yang ia dapat,
selamaterjadigangguan BAK klien hanya berusaha mengurangi minum
supaya tidak ngompol
2. Nutrisi metabolic
Ny R makan 3 x sehari dengan porsi 1 piring,jenis makanan yang sering
dimakan yaitu nasi, sayur, dan lauk, pasien minum kurang lebih 4 gelas
per hari air putih, semenjak pasien sering ngompol
3. Eliminasi

19
- Sehat :pasien mengatakan biasanya BAB 1x sehari dengan konsistensi
lunak dan bewarna kuning kecoklatan
- Sakit :pasien mengatakan BAB 1x dengan konsistensi lunak dan
bewarna kuning kecoklatan BAK
- Sehat :pasien mengatakan BAK sebanyak 5-6 kali dalam sehari
berwarna kuning tidak pekat sekitar 1500 cc dalam sehari.
- Sakit :pasien BAK> 10 kali, lebihdari 1500-1600 ml dalam 24 jam
d. Pola Tidur dan Istirahat
- Sehat :pasien mengatakan biasanya tidur kurang lebih 7 jam dalam
sehari dan jarangtidur pada sianghari.
- Sakit :pasien mengatakan selama sakit sering bangun karena
mengompol
e. Pola Aktivitas dan Latihan
- Sehat :pasien mengatakan biasanya dapat melakukan aktivitas sehari-
harinya tanpa dibantu.
- Sakit :pasienmengatakan malas melakukan aktivitas keluar rumah
karena adanya gangguan BAK
4. PemeriksaanFisik
a. Keadaan umum : Compos mentis
b. Tanda-tandavital :
TD : 160/90 mmHg
ND : 90x/mnt
RR : 18X/mnt
S : 37ºC
c. Integumen
Kulit kering dan keriput
d. Kepala
Simetris dan tidakadabenjolan, warnarambutputih,
distribusirambutmerata
e. Mata
Konjungtivamerahmuda
Pupil : an isokor
f. Telinga
20
Bersih, tidakadaserumen
g. Mulut dan gigi
Gigi tanggal, Mulutkering, air liurmudahmengental, Bibirpecah-pecah
h. Leher
Tidak adapembesarankelenjartyroidataupembesaranlimpa nodi
i. Kardiovaskuler
Peningkatan TD
j. Abdomen
Bising usus (+), tidakadanyeritekan abdomen
k. Perkemihan
Inkontinensia urine, BAK .> 10 kali, Lebihdari 1500-1600 ml dalam
24 jam
l. Genetalia
Lembab, Kelemahanotot vagina dan uterus, pasienterpasangkateter
m. Ekstremitas
Kelemahan
n. System endokrin
Penurunanproduksihormon estrogen
5. FungsikognitifSPMSQ :
Status kognitif : mengetahui fungsi intelektual, dengan shart pottable
mental status questionare (SPMSQ)
a. Tanggal berapa hari ini? 11
b. Hari apa sekarang?Senin,
c. Apa nama tempat ini? Bukitttinggi
d. Dimana alamat anda? Bukittinggi, Rt/Rw: 01/02 No. 22\
e. Berapa umur anda? 63th
f. Kapan anda lahir ? 18 september 1958
g. Siapa presiden Indonesia sekarang? JOKOWI
h. Siapa presiden sebelumnya ? SBY
i. Siapa nama kecil ibu anda? Lupa
j. 20 - 3 berapa ? 18
Penilaian SPMSQ
Hasilnya : salah 2
21
Salah 0 – 3 : Fungsiintelektualutuh

6. Status fungsional (Katz Indeks ) :


Mandiri Tergant
Nilai ung
No Aktivitas
(1) Nilai
(0)
1. Mandi di kamar mandi ( Menggosok, membersihkan dan √
mengeringkan badan
2. Menyiapkan pakaian, membuka dan menggunakannya √
3. Memakan makanan yang disiapkan √
4. Memelihara kebersihan diri untuk penampilan diri ( Menyisir √
rambut, mencuci rambaut, menggosok gigi, mencukur kumis )
5. BAB di WC ( memberikan dan mengeringkan daerah bokong ) √
6. Dapat mengontrol pengeluaran feses √
7. Membuang air kecil di kamar mandi ( Membersihakan dan √
mengeringkan daerah kemaluan )
8. Dapat mengontrol pengeluaran kemih √
9. Berjalan di lingkungan tempat tinggal atau keluar rauangan √
tanpa alat bantu, seperti tongkat
10. Menjalankan agama sesuai agama dan kepercayaan yang di √
anut
11. Melakukan pekerjaan rumah seperti merapikan tempat tidur, √
mencuci pakaian, memasak dan membersihakn ruangan
12. Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau kebutuhan keluarga √
13. Mengelola keuangan ( menyimpan dan mengunakan uang √
sendiri )
14. Menggunakan sarana transportasi umum untuk berpergian √
15. Menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan aturan ( √
takaran obat dan waktu minum obat tepat )
16. Merencanakan dan mengambil keputusan untuk kepentingan √
keluarga dalam hal penggunaan uang, aktivitas sosialnyg
dilakukan dan kebutuhan akan pelayanan kesehatan
17. Melakukan aktivitas di waktu luang ( kegiatan keagamaan, √
sosial, rekreasi, olah raga dan menyalurkan hoi.
15
Jumlah

AnalisisHasil :

Point : 13 – 17 :Mandiri

MMSE

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
• Tahun
22
• Musim
• Tanggal
• Hari
• Bulan
2 Orietasi 5 5 Dimana sekarang kita berada
registrasi 3 3 • Negara
• Provinsi
• Kabupaten
Sebutkan 3 nama objek ( kursi , meja, kertas )
kemudian ditanyakan kepada klien, menjawab
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
3 Perhatian 5 5 Meminta klien berhitung mulai dari 100, kemudian
dan dikurangi 7 sampai 5 tingkat
kalkulasi 100, 93,......
4 Menging 3 3 Meminta klien untuk menyebutkan objek nomer 2
at 1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
5 Bahasa 9 9 Menyakan kepada klien tentang benda ( sambil
menunjuk bend tersebut )
1. Jendela
2. Jam dinding
Meminta klien untuk mengulangi kata berikut “
tidak ada jika, dan, atau, tetapi “
Klien menjawab dan, atau, tetapi
Minta klien untuk mengikuti perintah berikut yang
terdiri dari 3 langkah
Ambil bolpoin ditangan anda, ambil kertas, menulis
saya mau tidur
1. Ambil bolpoin
2. Ambil ketas
3. ................
4. Perintah klien untuk melakukan hal tersebut
5. Perintahkan pada klien untuk menulis atau
kalimat dan menyalin.
Total 30 30
Analis hasil :
Nilai 24 – 30 : Normal
1. Skala Depresi
NO Apakah Bapak / Ibu dalam satu minggu YA TIDAK
terakhir :

1. Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani ? V

23
2. Banyak meninggalkan kesenangan / minat dan V
aktivitas anda ?

3. Merasa bahwa kehidupan anda hampa ? V

4. Sering merasa bosan ? V

5. Penuh pengharapan akan masa depan ? V

6. Mempunyai semangat yang baik setiap waktu ? V

7. Diganggu oleh pikiran – pikiran yang tidak dapat V


diungkapan?

8. Merasa bahagia disebahagian besar waktu ? V

9. Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda ? V

10. Sering kali merasa tidak berdaya ? V

11. seringmerasagelisah dan gugup V


12. memilihtinggal di rumahdari pada V
pergimelakukansesuatu yang bermanfaat
13. Sering kali merasa kuatirakan masa depan ? V

14. Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan V


daya ingat dibandingkan orang lain ?

15. Berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan V


sekarang ?

24
16. Sering kali merasa merana ? V

17. Merasa kurang bahagia ? V

18. Sangat khawatir terhadap masa lalu ? V

19. Merasakan hidup ini sangat mengairahkan ? V

20. Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang V


baru?

21. Merasa dalam keadaan penuh semangat ? V

22. Berpikir bahwa keadaan anda tidak ada harapan ? V

23. Berpikir bahwa banyak orang lain yang lebihbaik V


dari pada anda ?

24. Sering kali merasa kesal dengan hal yang sepele ? V

25. Sering kali merasa ingin menangis ? V

26. Merasa sulit untuk berkosentrasi ? V

27. Menikmatitidur V
28. Memilih menghindar dari perkumpulan social ? V

29. Mudahmengambilkeputusan V
30. Mempunyaipikiran yang jernih V

Jumlah item yang terganggu 11

25
Score :

Tingkat depresi :sedang

ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1. Ds : Hambatan/obstruksi Gangguan Elimanasi
a. Ny.R mengeluh sering uretra inkoordinasi Urine
keluar kencing tanpa
disadari
b. Ny.R mengatakan kadang
keluar pada saat ia tertawa
dan batuk
c. Ny.R mengatakan malas
untuk melakukan kegiatan
keluar rumah karena adanya
masalah dalam BAKnya
Do :
Pasien sering ngompol
2. Ds : Intake dan output Resiko
a. Klien mengatakan jarang yang tidakadekuat Ketidakseimbangan
minum agar tidak Cairan
mengompol
b. Klien mengatakan sering
menahan haus
Do :
a. Jumlah urine lebihdari 1500-
1600 cc dalam 24 jam
b. Klien tampaklemas
c. Kulit klienkering
d. Mulut kering, air liur mudah
mengental, Bibir pecah-
pecah

26
3. Ds : Kurangnya terpapar Defisit pengetahuan
a. Ny.R mengatakan sering informasi
menanyakan tentang
gangguan BAKnya
Ds :
Pasientampakkebigungan

27
Luaranutama Luarantambahan Intervensiutama
DIAGNOSIS Gangguaneliminasi urine ( Eliminasi urine ( L.04034) (hal.24) 1) Kontinensia • Dukungan perawatan diri : BAB / BAK (
D.0040 ) (Cat :lihathal 157 ) urine ( L.04036) I.11349) (hal.37)
(hal.96 ) (hal. 53 ) • Menajemen eliminasi urin( I.04152
KATEGORI Fisiologis 2) Control gejala( )(hal.175 )
L.14127 ) (
SUB Eliminasi hal.55 ) (Cat.hal458 )
KATEGORI 3) Status
neurologis(
L.06053 )
(hal.120 )
4) Tingkat infeksi(
L.14137 ) (
hal.139)

28
Defenisi Disfungsieliminasiurin Pengosongankandungkemih yang lengkap • Pola kebiasaan Mengidentifikasi dan mengelola gangguanpola
buang air kecil eliminasi urine
• Kemampuan
untuk
mengendalikan
atau
mengurangi
perubahan
fungsifisik dan
emosi yang

29
dirasakan akibat
munculnya
masalah
Kesehatan
Ekspetasi : Ekspetasi :
Membaik Membaik
Meningkat
Penyebab KH : KH : Tindakan :
• Sensasiberkemihmembaik 1. Kemampuan Observasi :
1. Penurunan kapasitas
kandung kemih • Desakanberkemihmembaik( berkemih * Identifikasitanda dan
2. Iritasi kandung kemih
urgensi ) menurun meningkat gejalaretensiatauinkontinensia urine
3. Penurunan kemampuan
menyadari tanda-tanda • Distensikandungkemihmenurun 2. Residu volume * Identifikasi factor yang
gangguan kandung
kemih • Frekuensi BAK membaik urine setelah menyebabkanretensiatauinkontinensia urine
4. Efek tindakan medis dan • Karakteristik urine membaik berkemih * Monitor eliminasi urine
diagnostik (mis. operasi
menurun Terapeutik :
ginjal , operasi saluran
kemih, anestesi, dan 3. Distensi - Catat waktu-waktu dan haluaranberkemih
obat-obatan)
kandung kemih - Batasiasupancairan
5. Kelemahan otot pelvis
6. Ketidakmampuan menurun - Ambil sampel urine tengah
mengakses toilet (mis.
4. Frekuensi Edukasi :
imobilitas)
7. Hambatan lingkungan berkemih * Ajarkantanda dan gejalainfeksisalurankemih
8. Ketidakmampuan

30
mengkomunikasikan membaik * Ajarkanmengukurasaupancairan dan haluaran
kebutuhan eliminasi
5. Sensasi urine
9. Outlet kandung kemih
tidak lengkap (mis. berkemih * Ajarkanmengambil specimen urine
anomali saluran kemih
membaik midststream
kongenital)
10. Imaturitas (pada anak * Ajarkanmengenalitandaberkemih dan waktu
usia < 3 tahun)
yang tepatuntukberkemih
Gejala dan Tanda Mayor
* Ajarkanterapimodalitaspenguatanotot-
Subjektif
ototpanggul /berkemihan
• Desekan berkemih * Anjurkanminum
(Urgensi) yangcukup,jikatidakadakontraindikasi
• Urin menetas (dribbling)
• Sering buang air kecil * Anjurkanmengurangiminummenjelangtidur
• Nokturia Kolaborasi
• Mengompol
• Enuresis *
Objrktif Kolaborasipemberianobatsositoriauretra,jikaperlu

• Distensi kandung
kemih
• Berkemih tidak
tuntas (Hesitancy)
• Volume residu urin
meingkat
Gejala dan Tanda Minor :

31
Subjektif

(tidak tersedia)

Objektif

(tidak tersedia)

Kondisi Klinis Terkait

1. Infeksi ginjal dan


saluran kemih
2. Hiperglikemi
3. Trauma
4. Kanker
5. Cedera/tumor/infeksi
medula spinalis
6. Neuropati diabetikum
7. Neuropati alkoholik
8. Stroke
9. Parkinson
10. Skeloris multipel
11. Obat alpha adrenergik

Luaranutama Luarantambahan Intervensiutama Intervensipendukung


DIAGNOSIS Resiko Ketidak seimbangan Keseimbangan cairan( • Keseimbangan • Manajemmen cairan( I. 1. Identifikasiresik
Cairan( D.0036 ) ( hal.87 ) L.03020 ) (hal.41 ) elektrolit L.03021 ) 03098 ) (hal.159 ) (hal.120 )
Cat :lihathal 185 (hal.42 ) • Pemantauan cairan( I.03121 ) 2. Kateterisasi urin

32
KATEGORI Fisiologis • Penyembuhanluka( (hal.238) (hal.129 )
L.14130 ) (hal.78) 3. Pemantauanelek
SUB Nutrisi / cairan • Status cairan ( Cat :lihathal 506 I.03122 ) (hal.2
KATEGORI L.03028 ) ( hal.107 ) 4. Pemantauantand
02060 ) (hal.248
5. Pencegahaninfe
(hal.278 )
Defenisi Berisiko mengalami Ekuilibriumantara • Kadar serum Mengidentifikasi dan mengelola • Menemukan da
penurunan, peningkatan atau volume cairan di elektrolitdalambatas keseimbangan cairan dan mencegah menganalisiske
pecepatan perpindahan cairan ruangintraseluler dan normal komplikasi akibat ketidak factor-faktorres
dari intravaskuler, interstisial ekstraseluler tubuh • Tingkat regenerasisel seimbangancairan dapatmenggang
atau intraseluler dan jaringan pada • Memasukansela
proses penutupanluka urine kedalamk
• Kondisi volume cairan
intravaskuler,
interstisiel , dan
/atauintraseluler
Ekspetasi : Ekspetasi :
Membaik • Meningkat
• Meningkat

33
• Membaik
Faktor resiko : KH: KH : 1. Observasi
o Monitor status hidrasi
• Asupan cairan • Kekuatan nadi
• Prosedur pembedahan ( mis, frek nadi,
mayor meningkat meningkat kekuatan nadi, akral,
• Trauma/perdarahan pengisian kapiler,
• Luka bakar • Haluaran urin • Turgor kulit kelembapan mukosa,
• Apheresis meningkat meningkat turgor kulit, tekanan
• Asites darah)
• Obstruksi intestinal • Kelembapan • Output urine o Monitor berat badan
• Peradangan pankreas mukosa meningkat harian
• Penyakit ginjal dan o Monitor hasil
kelenjar meningkat • Kosentrasi urine pemeriksaan
• Disfungsi intestinal • Dehidrasi menurun laboratorium (mis.
Hematokrit, Na, K,
Kondisiklinisterkait : menurun • Intake cairan membaik Cl, berat jenis urin ,
• BUN)
• Prosedur pembedahan Turgor kulit
o Monitor status
mayor membaik hemodinamik ( Mis.
• MAP, CVP, PCWP
• Penyakit ginjal dan Mata cekung
jika tersedia)
kelenjer membaik 2. Terapeutik
o Catat intake output
• Perdarahan dan hitung balans
• Luka bakar cairan dalam 24 jam
o Berikan asupan
cairan sesuai
kebutuhan
o Berikan cairan
intravena bila perlu

34
3. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian
diuretik, jika perlu

Luaranutama Luarantambahan Intervensiutama Intervensipendukung


DIAGNOSIS Defisit Pengetahuan Tingkat • Memori • Edukasi kesehatan 6. Identifikasiresiko
(D.0111) ( hal.246 ) Pengetahuan(L.12111) (I.14502 ) (hal.120 )
(L.09079) (hal.64 (I.12383) (Hal.65)
Perilaku (hal.146 ) ) Cat :lihathal 455 7. Kateterisasi urine (I.
KATEGORI (Cat :lihat hal 155) • Motivasi( 04148 ) (hal.129 )
Penyuluhan dan L.09080) (hal.67) 8. Pemantauan
SUB pembelajaran • Proses Informasi elektrolit( I.03122 )
KATEGORI (L.10100) (hal.97) (hal.240 )

• Tingkat 9. Pemantauan tanda

Agitasi(L.09092) vital ( I. 02060 )

(hal.131) (hal.248 )

• Tingkat 10. Pencegahan infeksi(

Kepatuhan(L.121 I.14539) (hal.278 )

10) (hal: 142)

Defenisi Ketiadaan atau kurangnya Kecukupan informasi • Kemampuan Mengajarkan pengelolaan • Menemukan dan
informasi kognitif yang kognitif yang berkaitan mengingat faktor resiko penyakit dan menganalisis
35
berkaitan dengan topik dengan topik tertentu beberapa perilaku hidup bersih kemungkinan factor-
tertentu informasi atau serta sehat faktor resiko yang
perilaku dapat mengganggu
• Keinginan internal kessehatan
individu untuk • Memasukan selang
melakukan kateter urine
tindakan/ perilaku kedalam kandung
positif kemih
• Kemampuan
untuk mencari,
mengoganisasi
dan menggunakan
informasi
• Manifestasi
fisiologis dan
perilaku akibat
stres atau pemicu
biokimia
• Perilaku individu
dan/atau pemberi

36
asuhan dalam
mengikuti rencana
perawatan/pengob
atan yang
disepakati dengan
tenaga kesehatan,
sehingga hasil
perawatan/
pengobatan efektif
Ekspetasi : Ekspetasi :
Meningkat • Meningkat
• Meningkat
• Membaik
• Menurun
Penyebab KH: KH : Observasi:
• Perilaku sesuai • Verbalisasi • Identifikasi kesiapan
• Keteratasan kognitif dan kemampuan
anjuran kemampuan menerima informasi
• Gangguan fungsi
meningkat mempelajari hal • Identifikasi faktor-
kognitif faktor yang dapat
• Verbalisasi baru meiningkat
• Kekeliruan mengikuti meningkatkan dan
minat dalam • Pikiran berfokus menurunkan motivasi
anjuran
perilaku perilaku
37
• Kurang terpapar belajar masa depan hidup bersih dan sehat
informasi • Kemampuan meningkat
Terapeutik:
• Kurang minat dalam menjelaskan • Memahami • Sediaakan materi dan
belajar pengetahuan kalimat meningkat media pendidikan
kesehatan
• Kurang mampu tentang suatu • Kegelisahan • Jadwalkan pendidikan
mengingat topik meningkat frustrasi menurun kesehatan sesuai
kesepakatan
• Ketidaktahuan • Kemampuan • Verbalisasi • Berikan kesempatan
menemukan sumber menggambarka kemauan untuk bertanya

informasi n pengalaman mematuhi Edukasi


sebelumnya program • Jelaskan faktor risiko
Gejala dan Tanda Mayor yang dapat
yang sesuai perawatan atau
mempengaruhi
Subjektif dengan topik pengobatan kesehatan
meningkat • Ajarkan perilaku
(tidak tersedia) hidup bersih dan sehat
• Ajarkan strategi yang
Objektif dapat digunakan
untuk meningkatkan
• Menunjukan perilaku perilaku hidup bersih
tidak sesuai anjuran dan sehat
• Menunjikan presepsi
yang keliru terhadap
masalah

38
Gejala dan Tanda Minor

• Menjalani
pemeriksaan yang
tepat
• Menunjikan perilaku
berlebihan (mis.
apatis, bermusuhan,
agitasi,histeria)

Kondisi Klinis terkait

• Kondisi klinis yang


baru dihadapi oleh
klien
• Penyakit akut
• Penyakit kronis

39

Anda mungkin juga menyukai