Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“PENGELOLAAN PASIEN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN


ELIMINASI PATOLOGIS SISTEM PENCERNAAN DAN
PERKEMIHAN”

Dosen Pembimbing : VM. Endang SP. Rahayu, S.Kp.,M.Pd

Disususn Oleh

Kelompok 2 Keperawatan Medikal Bedah I

1. I Putu Arya Punia Atmaja (01/P07120221050)


2. Kadek Ayu Willie Mirah Maheswari (04/P07120221053)
3. Ni Kadek Elsa Pratiwi (15/P07120221064)
4. Ni Komang Lisa Kastari (18/P07120221067)
5. Ni Made Rahayuni (29/P07120221078)
6. Ni Nyoman Santi Pratiwi (32/P07120221081)
7. Ni Wayan Ayu Lestari Handayani (43/P07120221092)
8. Ni Wayan Sri Wartini (46/P07120221095)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya lah kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Pengelolaan Pasien dengan Gangguan Kebutuhan Eliminasi Patologis Sistem
Pencernaan dan Perkemihan” dengan tepat waktu. Semoga dengan terselesaikannya
makalah ini dapat menambah pengetahuan atau wawasan setiap orang.

Kelompok kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan


dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami harapkan guna kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan
terimakasih kepada Bapak I made Mertha, S.Kp.,M.Kep yang mengampu mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah I, serta Ibu VM. Endang SP. Rahayu,
S.Kp.,M.Pd selaku dosen pada materi hari ini dan kepada semua pihak yang ikut
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terimakasih
kepada semua pihak

Denpasar, 30 Agustus 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2. 1. Anamnesa Gangguan Kebutuhan Eliminasi Patologis Sistem
Pencernaan Dan Perkemihan.................................................................... 3
2. 2. Pemeriksaan Fisik Pasien Gangguan Kebutuhan Eliminasi Pasien
Gangguan Eliminasi Patologis Sistem Pencernaan dan Perkemihan ..... 11
2. 3. Pemeriksaan Diagnostic pada Pasien Gangguan Kebutuhan Eliminasi
Patologis Sistem Pencernaan dan Perkemihan ....................................... 13
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 15
3.2 Saran....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... iv

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa
urin atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila
kandung kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses
eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
Eliminasi merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus di penuhi
oleh setiap manusia. Kebutuhan dasar manusia terbagi menjadi 14 kebutuhan
dasar, menyatakan bahwa kebutuhan eliminasi terdapat pada urutan ke tiga.
Apabila sistem perkemihan tidak dapat berfungsi dengan baik, sebenarnya
semua organ akhirnya akan terpengaruh. Secara umum gangguan pada ginjal
mempengaruhi eliminasi. Sehingga mengakibatkan masalah kebutuhan
eliminasi urine, antara lain : retensi urine, inkontinensia urine, enuresis, dan
ureterotomi. Masalah kebutuhan eliminasi urine sering terjadi pada pasien –
pasien rumah sakit yang terpasang kateter tetap.
Saluran gastrointestinal adalah sebuah rentetan saluran membran
mukosa. Tujuan organ ini adalah untuk mengabsorpsi cairan dan nutrisi,
menyiapkan makanan untuk absorpsi dan digunakan oleh sel-sel tubuh, dan
merupakan tempat feses sementara. Volume dari cairan yang diabsorpsi oleh
gastrointestinal banyak, membuat keseimbangan cairan sebagai fungsi utama
dari sistem gastrointestinal. Pada pencernaan cairan dan makanan saluran
gastrointestinal juga banyak mendapat sekresi dari organ-organ seperti kandung
empedu dan pankreas. Penyakit yang serius dapat mengganggu absorpsi dan
sekresi yang normal dari saluran gastrointestinal, disebabkan karena
ketidakseimbangan cairan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1.2 1. Bagimana anamnesa gangguan kebutuhan eliminasi patologis sistem
pencernaan dan perkemihan?

1
1.2 2. Bagaimana pemeriksaan fisik pasien gangguan kebutuhan eliminasi
pasien gangguan eliminasi patologis sistem pencernaan?
1.2 3. Bagaimana pemeriksaan diagnostic pada pasien gangguan kebutuhan
eliminasi patologis sistem pencernaan?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, dapat disimpulkan tujuan
penulisan sebagai berikut.
1.3 1. Bagimana anamnesa gangguan kebutuhan eliminasi patologis sistem
pencernaan dan perkemihan?
1.3 2. Bagaimana pemeriksaan fisik pasien gangguan kebutuhan eliminasi
pasien gangguan eliminasi patologis sistem pencernaan?
1.3 3. Bagaimana pemeriksaan diagnostic pada pasien gangguan kebutuhan
eliminasi patologis sistem pencernaan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1. Anamnesa Gangguan Kebutuhan Eliminasi Patologis Sistem


Pencernaan Dan Perkemihan
Anamnesa merupakan suatu wawancara kepada klien yang
ditujukan untuk mengetahui secara dini penyakit yang kemungkinan
diderita oleh klien. Anamnesa merupakan suatu proses pengumpulan
data/informasi yang sistematik tentang klien termasuk kekuatan dan
kelemahan klien. Tujuan wawancara adalah mendapatkan informasi yang
diperlukan dalam mengidentifikasi dan merencanakan tindakan
keperawatan dan memberikan kesempatan kepada perawat untuk mulai
mengembangkan hubungan saling percaya dengan pasien.
a. Anamnesa Gangguan Kebutuhan Eliminasi Patologis Sistem
Pencernaan
1. Identitas Pasien
Terdiri dari nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, agama, pekerjaan
dan alamat tempat tinggal.
2. Keluhan Utama
Alasan utama mengapa pasien datang ke rumah sakit. Keluhan utama
pada pasien gangguan kebutuhan eliminasi patologis sistem pencernaan
secara umum yaitu:
1. Adanya rasa nyeri
Keluhan nyeri dari pasien sering menjadi keluhan utama dari pasien
untuk meminta pertolongan kesehatan yang bersumber dari masalah
saluran gastrointestinal dan organ aksesori. Dalam mengkaji nyeri
perawat dapat melakukan pendekatan pqrst sehingga pengkajian
dapat lebih komprehensif.
2. Ketidaknyamanan abdomen
Ketidaknyamanan pada abdomen secara lazim berhubungan
dengan gangguan saraf lambung dan gangguan saluran
gastrointestinal.

3
3. Diare
Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi feses. Diare
dapat terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap dalam
feses yaitu disebut diare osmotik atau karena iritasi saluran cerna.
4. Konstipasi
Konstipasi didefinisikan sebagai defekasi yang sulit atau jarang.
Frekuensi defekasi berbeda-beda setiap orang sehingga definisi ini
bersifat subjektif dan dianggap sebagai penurunan relative. Jumlah
buang air besar pada seseorang defekasi dapat menjadi sulit apabila
apabila feses mengeras dan kompak. Hal ini terjadi apabila individu
mengalami dehidrasi atau apabila tindakan bab ditunda sehingga
memungkinkan lebih banyak air yang terserap keluar sewaktu feses
berada di usus besar, diet berserat tinggi mempertahankan
kelembaban feses dengan cara menarik air secara osmosis ke dalam
feses dan dengan merangsang peristaltik kolon melalui pegangan
3. Riwayat penyakit dahulu
Hal yang perlu dikaji adalah sebagai berikut
➢ Apakah pernah sebelumnya terjadi gejala yang sama?
Untuk mengetahui apakah gejala konstipasi pernah diderita
sebelumnya
➢ Adakah riwayat kanker?
Untuk mengetahui apakah pasien pernah atau punya penyakit kanker
khususnya kanker intestinal sebelumnya memungkinkan diagnosis
kearah obstruksi saluran cerna bagian bawah oleh kanker
➢ Adakah riwayat penyakit parkinson (tremor, kaku, masalah dalam
berjalan)
Pada penderita penyakit parkinson salah satu manifestasi klinik nya
adalah konstipasi
➢ Adakah riwayat kecelakaan yang mengenai otak atau tulang
belakang

4
Kecelakaan yang mencederai otak atau sumsum tulang belakang
dapat mengakibatkan gangguan neurologis yang salah satunya dapat
mengakibatkan konstipasi
➢ Adakah riwayat operasi abdomen
Untuk mengidentifikasi gejala ileus paralitik salah satu komplikasi
pasca bedah abdomen
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji riwayat keluarga tentang kanker kolon colitis, penyakit kantung
empedu atau sindrom absorpsi seperti intoleransi laktosa dan sariawan
seliak. Selain itu juga dapat mengkaji apakah ada riwayat keganasan
usus yang dapat diturunkan dalam keluarga.
5. Riwayat defekasi
Hal yang perlu dikaji:
a. Pola defekasi : frekuensi, perubahan pola
b. Perilaku defekasi: penggunaan laksatif, cara mempertahankan pola,
tempat yang biasa digunakan
c. Deskripsi feses: warna, bau, dan tekstur, jumlah
d. Diet : makanan yang memengaruhi defekasi, makanan yang biasa
dimakan, makanan yang dihindari,dan pola makan yang teratur atau
tidak
e. Cairan: jumlah dan jenis makanan per hari
f. Aktivitas: kegiatan sehari-hari
g. Penggunaan medikasi: obat-obatan yang memengaruhi defekasi
h. Stres: stres berkepanjangan atau pendek, koping untuk menghadapi
atau bagaimana menerima
i. Pembedahan atau penyakit menetap
b. Anamnesa Gangguan Kebutuhan Eliminasi Patologis Sistem
Perkemihan
1. Identitas Pasien
Terdiri dari nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, agama, pekerjaan
dan alamat tempat tinggal.
2. Keluhan Utama

5
Alasan utama mengapa pasien datang ke rumah sakit. Keluhan utama
pada pasien gangguan kebutuhan eliminasi patologis sistem perkemihan
secara umum yaitu:
1. Adanya rasa nyeri: kaji lokasi, karakter, durasi dan hubungannya
dengan urinasi, faktor-faktor yang memicu rasa nyeri dan yang
meringankannya
➢ Nyeri Ginjal
Nyeri ginjal terjadi akibat peregangan kapsul ginjal. Peregangan
kapsul ini dapat terjadi pada pielonefritis akut yang
menimbulkan edema pada obstruksi saluran kemih yang menjadi
penyebab hidronefrosis atau pada tumor ginjal
➢ Nyeri Kolik
Nyeri kolik terjadi pada spasmus otot polos ureter karena
gerakan peristaltik yang terhambat oleh batu bekuan darah atau
corpus alienum lain. Nyeri ini sangat sakit namun hilang timbul
bergantung dari gerakan peristaltik ureter. Nyeri tersebut dapat
dirasakan pertama-tama di daerah sudut kosto-vertebral
kemudian menjalar ke dinding depan abnomen, ke regio inguinal
hingga ke daerah kemaluan. Sering nyeri ini diikuti keluhan pada
sistem pencernaan seperti mual dan muntah
➢ Nyeri Vesika
Nyeri vesika dirasakan pada daerah suprasimfisis. Nyeri terjadi
akibat over distensi vesika urinaria yang mengalami retensi urine
atau terdapatnya inflamasi pada buli-buli. Nyeri muncul apabila
buli-buli terisi penuh dan nyeri akan berkurang pada saat selesai
miksi. Stranguria adalah keadaan dimana pasien merasakan
nyeri sangat hebat seperti ditusuk-tusuk pada akhir miksi dan
kadang disertai hematuria
➢ Nyeri Prostat
Nyeri prostat disebabkan karena inflamasi yang mengakibatkan
edema kelenjar prostat dan distensi kapsul prostat. Lokasi nyeri
sulit ditentukan, namun umumnya dirasakan pada abdomen

6
bawah inguinal ,perineal, lumbosacral atau nyeri rectum. Nyeri
prostat ini sering diikuti keluhan miksi seperti frekuensi, disuria
dan bahkan retensi urin
2. Adanya Keluhan Miksi
Keluhan iritasi,obstruksi,inkontinensia dan enuresis merupakan
keluhan yang dirasakan oleh pasien pada saat miksi.untuk keluhan
iritasi meliputi urgensi,polakisuria,nokturia dan disuria sedangkan
keluhan obstruksi meliputi hesitansi,harus mengenjan saat
miksi,pancaran urine melemah,intermitensi dan menetes serta masih
terasa ada sisa urin sehabis miksi.keluhan iritasi dan obstruksi
dikenal sebagai lower urinary tract syndrome.
➢ Gejala iritasi
Urgensi merupakan suatu rasa yang sangat ingin kencing hingga
membuat kita terasa sakit,akibat hiperiritabilitas dan
hiperaktivitas buli-buli sehingga inflamasi,terdapat benda asing
di dalam buli-buli nerogen. Polaksuria merupakan frekuensi
berkemih yang lebih dari normal dimana ini keluhan yang sering
ditemukan pada pasien urologi. Hal ini dapat dikarenakan
produksi urin yang berlebihan atau kapasitas buli buli yang
menurun. Nokturia merupakan polasuria yang terjadi pada
malam hari. Pada malam hari,produksi urin meningkat pada
pasien pasien gagal jantung kongestif dan edema perifer karena
berada pada posisi supinasi.
➢ Gejala obstruksi
Pengeluaran urin mengikuti normalnya relaksasi sfingter uretra
eksterna. Jika terdapat obstruksi intravesika,awal keluarnya urin
menjadi lebih lama dan sering pasien harus mengenjan untuk
memulai miksi.Sesudah urin keluar seringkali pancarannya
lemah dan tidak jauh sampai urine jatuh dekat kaki pasien. Pada
saat pertengahan miksi seringkali berhenti dan kemudian
memancar lagi, ini disebut dengan intermiten dan miksi diakhiri
dengan perasaan masih terasa ada sisa urin di dalam buli-buli

7
dengan masih keluar tetesan urin. Apabila buli buli tidak mampu
lagi mengosongkan isinya ini akan terasa nyeri.
➢ Inkontinensia urine
Ketidak mampuan seseorang untuk menahan urin yang keluar
dari buli buli baik disadari ataupun tidak disadari merupakan
pengertian dari inkontinensia urin.macam macam inkontinensia
yaitu inkontinensia true(urin selalu keluar), inkontinensia stress
(tekanan abdomen meningkat), inkontinensia paradoksa(buli-
buli penuh)
➢ Hematuria
Hematuria merupakan didapatkannya darah atau sel darah merah
didalam urin. Hematuria disebabkan oleh berbagai kelainan pada
saluran kemih, mulai dari infeksi hingga keganasan. Porsi
hematuria perlu diperhatikan apakah terjadi pada awal miksi
(hematuria inisial) semua proses miksi (hematuria total) atau
akhir miksi (hematuria terminal).
➢ Pneumaturia
Pneumaturia merupakan tercampurnya kemih dengan udara.
terjadi karena adanya fistula antara buli buli dengan usus,atau
terdapat proses fermentasi glukosa menjadi gas karbondioksida
di dalam urin, contohnya pada pasien diabetes mellitus.
➢ Hematospermia
Hematospermia merupakan adanya darah di ejakulat,yang
seringkali ditemukan pada pasien usia 30-40 tahun.
Hematospermia disebabkan oleh kelainan pada prostat dan
vesikula seminalis. Adapun hematospermia sekunder yang
disebabkan oleh paksa biopsi prostat,adanya infeksi vesikula
seminalis atau prostat,atau oleh karsinoma prostat.
➢ Cloudy urine
Cloudy urin merupakan urin yang berwarna keruh dan berbau
busuk akibat adanya infeksi saluran kemih. Factor factor Cloudy
urine yaitu sebagai berikut.

8
3. Adanya perubahan pola eliminasi (Proses Berkemih).
Kaji frekuensi, urgensi, dan jumlah urine output, perubahan warna
urine dan adanya darah dalam urine.
Perubahan yang terjadi dalam proses berkemih yaitu
➢ Disuria: rasa nyeri atau sulit berkemih
➢ Inkontinensia: berkemih tanpa disengaja/disadari
➢ Sering berkemih: gejala urinasi yang terjadi lebih sering dari
normal
➢ Urgensi: keinginan yang kuat untuk berkemih
➢ Hesistensi: kesulitan untuk memulai berkemih
➢ Enuresis: berkemih tanpa disengaja saat tidur
➢ Nokturia: sering berkemih di malam hari
➢ Oliguria: pengeluaran urine yang sedikit antara 100-500 ml/hari
➢ Poliuria: jumlah urine yang banyak (3L/hari)
➢ Hematuria: ada darah dalam urine
Berikut adalah contoh pertanyaan yang dapat ditanyakan
berhubungan dengan perubahan proses eleminasi urin
➢ Apakah pasien merasa nyeri atau sulit untuk berkemih?
➢ Apakah pasien sering berkemih tanpa disengaja?
➢ Apakah pasien memiliki kesulitan saat awal dan akhir berkemih?
➢ Apakah pasien sering berkemih saat malam hari?
➢ Seberapa sering pasien berkemih dalam sehari?
➢ Apa warna dari urine pasien?
➢ Apakah pernah ada darah di urine pasien?
➢ Apakah pasien masih merasa penuh setelah berkemih?
4. Adanya gejala gastrointestinal.
Gejala gastrointestinal dapat berupa mual, muntah, diare dan ileus
paralitik. Gangguan ini dapat terjadi pada berbagai keadaan urologi
karena traktus intestinal dan urinarius memiliki persarafan otonom
serta sensorik yang sama dan hubungan anatomis ginjal kanan dan
kolon, duodenum, kaput pancreas, duktus kolektivus, hati dan
kandung kemih.

9
5. Pola nutrisi-metabolik
➢ Kaji jumlah dan jenis cairan yang biasa diminum pasien: kopi,
alcohol, minuman berkarbonat (minuman tersebut sering
memperburuk keadaan inflamasi sistem perkemihan)
➢ Kaji adanya dehidrasi: dapat berkontribusi terjadi infeksi saluran
kemih, pembentukan batu ginjal dan gagal ginjal
➢ Kaji jenis makanan yang sering dikonsumsi pasien, makanan
yang mengandung tinggi protein dapat menyebabkan
pembentukan batu saluran kemih sementara makanan pedas
dapat memperburuk keadaan inflamasi sistem perkemihan
➢ Kaji adanya anoreksia: mual dan muntah, keadaan tersebut dapat
mempengaruhi status cairan
➢ Kaji kebiasaan mengkonsumsi suplemen vitamin, mineral dan
terapi herbal
3. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat infeksi traktur urinarius:
➢ Terapi atau perawatan rumah sakit yang pernah dialami untuk
menangani indeki tractus urinarius, berapa lama di rawat,
➢ Adanya gejala panas atau menggigil
➢ Sistokopi sebelumnya, riwayat penggunaan kateter urine dan hasil-
hasil pemeriksaan diagnostic atau urinarius
Riwayat keadaan berikut ini:
➢ Hematuria, perubahan warna, atau volume urine
➢ Nokturia dan sejak kapan dimulainya
➢ Kelainan yang mempengaruhi fungsi ginjal atau tractus urinarius
➢ Adanya riwayat penyakit menular seksual
➢ Pernahkah menjalani terapi radiasi atay kemoterapi
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya riwayat penyakit ginjal atau kandung kemih dalam keluarga
serta kaji adanya masalah eliminasi yang dikaitkan dengan kebiasaan
keluarga.

10
2. 2. Pemeriksaan Fisik Pasien Gangguan Kebutuhan Eliminasi Pasien
Gangguan Eliminasi Patologis Sistem Pencernaan dan Perkemihan
➢ Pemeriksaan Fisik Pasien Gangguan Kebutuhan Eliminasi Pasien
Gangguan Eliminasi Patologis Sistem Pencernaan

1. Mulut
Pengkajian meliputi inspeksi gigi, lidah dan gusi klien. Gigi yang
buruk atau struktur gigi yang buruk mempengaruhi kemampuan
mengunyah.
2. Abdomen
- Perawat menginspeksi keempat kuadran abdomen untuk melihat
warna, bentuk kesimetrisan dan warna kulit. Inspeksi juga
mencakup memeriksa adanya masa, helombang peristaltic, jaringan
parut, pola pembuluh darah vena, stoma, dan lesi. Dalam kondisi
normal, gelombang peristaltic tidak terlihat. Namun, gelombang
peristaltic yang terlihat dapat merupakan tanda adanya obstruksi
usus.
- Perawat mengauskultasi abdomen dengan menggunakan stetoskop
untuk mengkaji bising usus di setiap kuadran. Bising usus normal
terjadi setipa 5 sampai 15 detik dan berlangsung selama ½ sampai
beberapa detik. Sambil mengauskultasi, perawat memperhatikan
karakter dan frekuensi bising usus. Peningkatan nada hentakan pada
bising usus atau bunyi “thinkling” (bunyi gemerincing) dapat
terdengar jika terjadi ditensi. Tidak adanya bising usus atau bising
hipoaktif (bising usus kurang dari lima kali per menit) terjadi jika
klien menderita ileus paralitik, seperti yang terjadi pada klien setelah
menjalani pembedahan abdomen. Bising usus yang bernada tinggi
dan hiperaktif (bising usus 35 kali atau lebih per menit) terjadi pada
obstruksi usus dan gangguan inflamasi.
- Perawat mempalpasi abdomen untuk melihat adanya masa atau area
nyeri tekan. Penting bagi klien untuk rileks. Ketegangan otot – otot
abdomen menggangu hasil palpasi organ atau masa yang berada di
bawah abdomen tersebut.

11
- Perkusi mendeteksi lesi, cairan, atau gas di dalam abdomen.
3. Rektum
Perawat menginspeksi daerah sekitar anus untuk melihat adanya
lesi, perubahan warna, inflamasi, dan hemoroid. Untuk memeriksa
rectum, perawat melakukan palpasi dengan hati–hati. Setelah
menggunakan sarung tangan sekali pakai, perawat mengoleskan
lubrikan ke jari jari telunjuk. Kemudian perawat meminta klien
mengedan dan saat klien melakukannya, perawat memasukkan jari
telunjuknya ke dalam sfingter anus yang sedang relaksasi menuju
umbilicus klien. Sfingter anus biasanya berkonstruksi mengelilingi jari
perawat. Perawat harus mempalpasi semua sisi dinding rectum klien
dengan metode tertentu untuk mengetahui adanya nodul atau tejstur
yang tidak teratur. Mukosa rectum normalnya lunak dan halus.
➢ Pemeriksaan Fisik Pasien Gangguan Kebutuhan Eliminasi Pasien
Gangguan Eliminasi Patologis Sistem Perkemihan
1. Abdomen
a) Inspeksi : amati abdomen untuk melihat bentuknya, kesimetrisan,
adanya distensi atau great peristaltic
b) Aukultasi : dengarkan bising usus, perhatikan intensitas, frekuensi,
dan kualitasnya
c) Perkusi : mengetahui adanya distensi berupa cairan, massa atau
udara, mulailah pada bagian kanan atas dan seterusnya
d) Palpasi : mengetahui konsistensi abdomen serta adanya nyeri tekan
atau massa di permukaan abdomen
2. Genetalia wanita
a) Inpeksi : amati daerah perineal untuk melihat adanya tanda-tanda
inplamasi nodul, lesi, adanya sekret dari meatus, keadaan antropi
jaringan vegina
3. Genetalia laki-laki
a) Inspeksi : amati untuk melihat adanya kebersihan, adanya lesi,
tenderness
b) Palpasi : rasakan adanya pembesaran skrotum

12
2. 3. Pemeriksaan Diagnostic pada Pasien Gangguan Kebutuhan Eliminasi
Patologis Sistem Pencernaan dan Perkemihan
➢ Pemeriksaan Diagnostic pada Pasien Gangguan Kebutuhan Eliminasi
Patologis Sistem Pencernaan
1. Kolonoskopi
Kolonoskopi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
terjadinya gangguan atau kelainan pada usus besar (kolon) dan rektum yang
sering menimbulkan gejala berupa sakit perut, darah pada tinja, diare kronis,
gangguan buang air besar atau gambaran abnormal di usus pada
pemeriksaan foto Rontgen dan CT scan.
2. Rontgen
Foto Rontgen adalah prosedur pemeriksaan dengan menggunakan radiasi
gelombang elektromagnetik guna menampilkan gambaran bagian dalam
tubuh. Gambaran dari benda padat seperti tulang atau besi ditampilkan
sebagai area berwarna putih, sedangkan udara yang terdapat pada paru-paru
akan tampak berwarna hitam, dan gambaran dari lemak atau otot
ditampilkan dengan warna abu-abu. Dalam beberapa jenis foto Rontgen,
digunakan tambahan zat pewarna (kontras) yang diminum atau disuntikkan,
misalnya iodine atau barium,untuk menghasilkan gambaranyang lebih
detail.
3. USG Abdomen
USG abdomen (abdominal Ultrasound) adalah prosedur yang digunakan
untuk memeriksa organ-organ dalam perut menggunakan sebuah transduser
USG (probe) yang ditempelkan erat pada kulit perut. Gelombang suara
energi tinggi dari transduser memantul pada jaringan dan membuat gema.
Gema ini dikirim ke komputer, yang membuat citra / gambar yang disebut
sonogram. Manfaat pemeriksaan USG Perut/Abdomen untuk mengetahui
kelainan di organ: Hati (hepatitis akut, kronis, tumor, kanker, perlemakan
hati, dsb), Empedu (batu, infeksi/kolesistitis), Pankreas (pankreatitis), Lien
(limpa), Ginjal (batu, infeksi) , Uterus ovarium (kandungan, tumor/kanker),
Prostat (tumor/kanker), Tumor Perut.
➢ Pemeriksaan Diagnostic pada Pasien Gangguan Kebutuhan
Eliminasi Patologis Sistem Perkemihan
1. Pemeriksaan Cystoscopy
13
Sistoskopi (cystoscopy) adalah pemeriksaan yang dilakukan dokter
untuk memeriksa bagian dalam kandung kemih dan uretra. Uretra
merupakan saluran yang menghubungkan kandung kemih dan
berfungsi sebagai tempat keluarnya urine (air kencing). Pemeriksaan
sistoskopi dilakukan dengan sebuah alat yang disebut sistoskop.
Sistoskop berbentuk tabung kecil lentur dengan lensa atau kamera
kecil pada bagian ujungnya. Alat ini dimasukkan secara perlahan
melalui uretra ke dalam kandung kemih. Sistoskop akan
memperlihatkan bagian dalam uretra dan kandung kemih yang tidak
jelas pada pemindaian x-ray. Pemeriksaan ini umumnya berguna
untuk mencari tahu penyebab perdarahan, sumbatan, atau kelainan
lainnya pada kandung kemih maupun jaringan di sekitarnya.
2. Pemeriksaan Ct-Scan dan MRI
Pemeriksaan ini untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi struktur
dan ukuran ginjal, adanya obstruksi ataupun masa, serta
mengevaluasi aliran darah, perfusi dan produksi urin.
3. Pemeriksaan BNO/IVP
BNO-IVP adalah teknik pemeriksaan radiologi untuk
menvisualisasikan sistem perkemihan dengan menggunakan media
kontras positif water soluble. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
memperlihatkan atau menilai adanya kelainan pada sistem
perkemihan melalui penyutikan bahan kontras ke dalam intra

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa
urin atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila
kandung kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses
eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Anamnesa
merupakan suatu wawancara kepada klien yang ditujukan untuk mengetahui
secara dini penyakit yang kemungkinan diderita oleh klien. Anamnesa
merupakan suatu proses pengumpulan data/informasi yang sistematik tentang
klien termasuk kekuatan dan kelemahan klien. Dalam pemeriksaan fisik pasien
gangguan kebutuhan eliminasi pasien gangguan eliminasi patologis sistem
pencernaan, yang harus diperiksa yakni ada pemeriksaan mulut, abdomen,
rektum. Lalu dalam pemeriksaan fisik gangguan eliminasi paotologis sistem
perkemihan yakni abdomen, genetalia wanita/laki-laki. Pemeriksaan diagnostik
gangguan eliminasi patologis system pencernaan ada kolonoskopi, rontgen,
USG Abdomen. Lalu pada sistem perkemihannya ada pemeriksaan cystoscopy,
CT-scan dan MRI, dan BNO/IVP.
3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat menjadi suatu referensi, informasi,
acuan teori maupun wadah ilmu pengetahuan bagi rekan-rekan mahasiswa
keperawatan maupun kalangan umum untuk lebih mengetahui mengenai
Pengelolaan Pasien dengan Gangguan Kebutuhan Eliminasi Patologis Sistem
Pencernaan dan Perkemihan.Kami memohon maaf apabila terdapat banyak
kekurangan dalam makalah ini dan kami meminta kritik serta saran yang
membangun dari rekan-rekan yang membaca makalah ini agar kedepannya
penulis dapat membuat makalah lebih baik lagi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Nadya, Dila Arnela.2019. Karya Tulis Ilmiah Gambaran Gangguan Eliminasi


Fekal Pada Anak Dengan Hirschprug Disease Di Ruang Cendana 4 Irna I
RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta.Yogyakarta: Yayasan Keperawatan
Yogyakarta

dari http://repository.akperykyjogja.ac.id/90/1/KTI%20Dila%20Arnela.pdf

Nuari, Nian Afrian dan Dhina Widayanti. 2017. Gangguan Pada Sistem
Perkemihan & Penatalaksanaan Keperawatan. Yogyakarta: CV BUDI
UTAMA

Sinaga, R. (2021). Gangguan Pada Sistem Perkemihan. Diakses 27 Agustus 2022,


dari
https://www.researchgate.net/publication/353946767_Gangguan_pada_Sis
tem_Perkemihan

Siti Alfiyani Hasanah. 2020. Karya Tulis Ilmiah Eliminasi Urin. Karawang

Yusnitha, Erni dkk. 2020. Konsep Pemenuhan Eliminasi Fekal. Makassar


:Univeristas Hasanuddin.

iv

Anda mungkin juga menyukai