SURABAYA
Oleh
2019.01.020
2021
1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.L DENGAN DIAGNOSA MEDIS BPH
SUARABAYA
Oleh:
YUSTINA S MANUTAMASA
2019.01.020
SURABAYA
202
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha Esa . yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. adapun judul makala yang kita mabil yaitu”Asuhan keperawatan
pada Tn. M dengan diagnosa Medis BPH diruang Poli urologi William Booth
Surabaya.
Tujuan dari penulisan makalah Asuhan Keperawatan ini adalah sebagai salah
satu syarat
3
Surabaya 12 juli 2021
Penulis
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi
tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah
pada gastrointestinal dan bagian tubuh lain. Karena fungsi usus tergantung pada
keseimbangan beberapa factor, pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing
orang berbeda. Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk
memelihara kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan sakit dapat menghindari
mereka sesuai dengan program yang teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai
kemampuan fisik untuk mengunakan fasilitas toilet yang normal ;lingkungan
rumah bisa menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan mobilitas,
perubahan kebutuhan peralatan kamar mandi. Untuk menangani maslah
eliminasi yang normal dan factor-faktor yang mempengaruhi eliminasi.
6
3. Mampu merencanakan intervensi apa saja yang dilakukan untuk
masalah keperawatan pada pasien dengan gangguan eliminasi urin
4. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan
masalah gangguan eliminasi urin
5. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan
masalah keperawatan gangguan eliminasi urin
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN
a) Ginjal
b) Ureter
c) Kandung kemih
d) Uretra
2.3 Etiologi
c) Psikologis
Pada keadaan cemas dan stress akan meningkatkan stimulasi berkemih.
d) Kebiasaan keseseorang
Misalnya seseorang hanya bisa berkemih di toilet, sehingga ia tidak dapat
berkemih dengan menggunakan pot urine.
8
e) Tonus otot
Eliminasi urine memerlukan tonus otot bladder, otot abdomen, dan pelvis
untuk berkontraksi. Jika ada gangguan tonus, dorongan otot untuk
berkemih juga akan berkurang.
f) Intake cairan dan makanan
Alkohol menghambat Anti Diuretik Hormon (ADH) untuk meningkatkan
pembuangan urine. Kopi, teh, coklat, cola (mengandung kafein) dapat
meningkatkan pembuangan dan ekskresi urine.
g) Kondisi penyakit
Pada pasien yang demam akan terjadi penurunan produksi urine karena
banyak cairan yang dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan iritasi
organ kemih menimbulkan retensi urine.
h) Pembedahan
Penggunaan anestesi menurunkan filtrasi glomerulus sehingga produksi
urine akan menurun.
i) Pengobatan
Penggunaan diuretic meningkatkan output urine, antikolinergik, dan
antihipertensi menimbulkan retensi urine
j) Pemeriksaan diagnostik
Intravenus pyelogram di mana pasien dibatasi intake sebelum prosedur
untuk mengurangi output urine. Cystocospy dapat menimbulkan edema
local pada uretra, spasme pada spinter bladder sehingga dapat
menimbukan urine.
k) Gangguan eliminasi urin
l) aktivitas
9
2.4 Patofisiologi
10
Selama fase pengosongan kandung kemih, hambatan pada aliran
parasimpatis sakral dihentikan dan timbul kontraksi otot detrusor.
Hambatan aliran simpatis pada kandung kemih menimbulkan relaksasi
pada otot uretra trigonal dan proksimal. Impuls berjalan sepanjang nervus
pudendus untuk merelaksasikan otot halus dan skelet dari sphincter
eksterna. Hasilnya keluarnya urine dengan resistensi saluran yang minimal.
Pasien post operasi dan post partum merupakan bagian yang terbanyak
menyebabkan retensi urine akut. Fenomena ini terjadi akibat dari trauma
kandung kemih dan edema sekunder akibat tindakan pembedahan atau
obstetri, epidural anestesi, obat-obat narkotik, peregangan atau trauma saraf
pelvik, hematoma pelvik, nyeri insisi episiotomi atau abdominal,
khususnya pada pasien yang mengosongkan kandung kemihnya dengan
manuver Valsalva. Retensi urine pos operasi biasanya membaik sejalan
dengan waktu dan drainase kandung kemih yang adekuat.
11
2.5 Patway
Terjadi pengisapan
kandung kemih
Tekanan dalam
kandung kemih
Otot detrukso
relaksasi
Folume daya
tamping
membesar
Distimulus lewat
serabut reflexks
eferen
Terjadi inkontensia
urin
12
2.6 Manifestasi klinis
8. Retensi Urine
2.7 Penatalaksanaan
Cara kerja :
Jelaskan prosedur pada klien
Cuci tangan
Pasang sampiran
Pasang alas urinal di bawah glutea
Lepas pakaian bawah pasien
Letakkan urinal dibawah bokong (untuk wanita) atau diantara
kegua paha dengan ujung penis masuk ke lubang urinal (untuk
pria)
Anjurkan pasien untuk berkemih
Setelah selesai bersihkan dengn tissue kamar mandi
Rapikan alat
13
Cuci tangan, catat prosedur warna dan jumlah urine
2. Cara kerja pemasangan kateter perkemihan pria
jelaskan prosedur
cuci tangan
pasang sampiran
pasang perlak
gunakan sarung tangan steril
pasang duk steril
tangan kiri memengang penis lalu ditarik ke pangkalnya dan
bersihkan dengan kapas sublimat
kateter diberi peminyak pelumas atau jeli pada ujungnya. Lalu
masukan perlahan (17.5-20)dan sambil anjurkan pasien
menarik nafas
jika tertahan tidak boleh dipaksakan
setelah kateter masuk, isi balon dengan cairan
aquades/sejenisnya untuk kateter menetap,dan bila intermiten
tarik kembali sambil pasien diminta menarik nafas
sambung kateter dengan katung penampung dan ffiksasi kea rah
atas paha
rapikan alat
cuci tangan setelah prosedur dilakukan
catat prosedur dan respon pasien.
14
2.8 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a) Pengkajian
Riwayat keperawatan
pola perkemihan
frekuensi urin
gejala dari perubahan berkemih
faktor yang mempengaruhi berkemih
Pemeriksaan fisik
abdomen
genetalia wanita
genetalia laki-laki
Intake dan output cairan
Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam).
Kebiasaan minum di rumah.
intake, cairan infus, oral, makanan, NGT
Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui
ketidakseimbangan cairan
Output urine dari urinal, cateter bag, drainage ureterostomy,
sistostomi.
Karakteristik urine : warna, kejernihan, bau, kepekatan
15
b) Diagnosa Keperawatan
1. gangguan eliminasi urin b/d ketidak mampuan mengakses
toilet(mis. Imobilisasi) yang ditandai dengan
Data mayor:desakan berkemih .
Data minor(-) (D . 0040)
2. inkontensia urin stres b/d peningkatang tekanan intra abdomen
yang di tandai dengan
Data mayor: mengeluh keluar urin ≤50 ml tekanan abdomen
meningkat (mis. Saat berdiri,bersin.tertawa. berlari atau
mengangkat benda berat.
Data minor: pengeluaran urin tidak tuntas ( D.0046)
3. inkontensia urin fungsional b/d hambatan imobilisasi
berhubungan dengan
Data mayor: mengompol sebelum mencapai atau selama usaha
mencapai toilet
Data minor: mengompol di waktu pagi hari( D.0044)
c) Itervwensi keperwaatan
1. gangguan eliminasi urin b/d ketidak mampuan mengakses toilet(mis.
Imobilisasi)
Tujuan : setelah dilakukan keperawatan selama 3x 24 jm pasien di
harapkan mampu memenuhi kebutuhan dasar dengan kriterya hasil,
desakan berkemih (cukup menurun)
distensi kandung kemih(cukup menurun)
volume resude urine (cukup menurun)
Intervensi:Tindakan
Observasi:
identivikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
monitor tingkat kemandirian
16
identivikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri .berpakaian
berhias dan makan
Terapeutik
dampingi dalam melakukan perawatan diri secara konsisten
sediakan lingkungan yang terapeutik
damping dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
Edukasi :
anjurkan melakukan perawatan diri secara mandiri
2. inkontensia urin stres b/d peningkatann tekanan intra abdomen
Tujuan:setelah dilakukan perawatan pasien tidak lagi mengali
gangguan berkemih.
verbalisasi pengeluaran urin tidak tuntas (cukup menurun )
distensi kandung kemih (sedang)
nokturia(cukup menuru)
Intervensi;tindakan
monitor pengeluaran urin
Terapeutik:
berikan reinforcement positif selama melakukan latihan dengan
benar
Edukasi :
anjurkan berbaring
anjurkan tidak mengontraksi perut ,kaki dan bokong saat
melakukan latihan otot panggul
anjurkan menahbah durasi kontraksi –relaksasi 10 detik dengan
siklus 10-20 kali. Dilakukan 3-4 kali sehari.
anjurkan mengevaluasasi latihan yang dilakukan dengan cara
menghentikan urin sesaat BAK, seminggu sekali.
Kolaborasi :
kolaborasi rehabilitasi medic untuk mengukur kekuatan
kontraksi otot dalam panggul.
17
3. inkontensia urin fungsional b/d hambatan mobilitasi fisik
Tujuan:setelah dilakukan perawatan di harapkan pasien dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya dengan kriteria:
verbalisasi pengeluaran urin tidak tuntas (cukup menurun )
distensi kandung kemih (sedang)
nokturia(cukup menuru)
Intervensi:tindakan
monitor pengeluaran urin
Terapeutik:
berikan reinforcement positif selama melakukan latihan dengan benar
Edukasi :
anjurkan berbaring
anjurkan tidak mengontraksi perut ,kaki dan bokong saat
melakukan latihan otot panggul
anjurkan menahbah durasi kontraksi –relaksasi 10 detik dengan
siklus 10-20 kali. Dilakukan 3-4 kali sehari.
anjurkan mengevaluasasi latihan yang dilakukan dengan cara
menghentikan urin sesaat BAK, seminggu sekali
Kolaborasi :
kolaborasi rehabilitasi medic untuk mengukur kekuatan
kontraksi otot dalam panggul.
18
BAB III
19
BAB IV
PEMBAHASAN
PENGKAJIAN
20