Anda di halaman 1dari 27

Makalah

Konsep Dasar Keperawatan


Eliminasi Urine

Disusun Oleh :

1. Dessy Eka Safitri 1130019101


2. Permata Izza Maghfira 1130019080
3. Febi Ariska Putri 1130019120
4. Alfriedo Arinda Dwipa 1130019111
5. Anisah Muzdahiroh 1130019062
6. Bella Irianti 1130019112

Dosen Pembimbing :
Lono Wijayanti, S.Kep.Ns.M.Kep

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA’SURABAYA


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
S1KEPERAWATAN
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Eliminasi Urine” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang eliminasiurine.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehinnga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 7 Mei 2020

Penulis kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3 Tujuan.......................................................................................... 2

BAB II KONSEP MASALAH


2.1 Definisi Eliminasi Urine.............................................................. 3
2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Urine ............................. 3
2.3 Pemeriksaan Penunjang............................................................... 4
2.4 Komplikasi .................................................................................. 6
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN DAN KASUS
3.1 Analisa Data ................................................................................ 7
3.2 Intervensi ..................................................................................... 19
3.3 Implementasi ............................................................................... 20
3.4 Evaluasi ....................................................................................... 21
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.................................................................................. 22
4.2 Saran ............................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 23

iv
BAB1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Eliminasi urine adalah merupakan salah satu proses metabolik tubuh zat
yang tidak dibutuhkan dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan
pencernaan. Paru-paru secara primer mengeluarkan karbon dioksida sebuah
bentuk gas yang dibentuk selama metabolisme jaringan. Hampir semua
karbondioksida dibawa jaringan ke paru-paru oleh sistem vena dan
diekskresikan melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan natrium/keringat.
Ginjal merupakan bagian tubuh yang primer paling utama. Untuk
mengekskresikan kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hidrogen, dan
asam.

Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu: kandung kemi secara
progresif terisi penuh sampai di dindingnya meningkat diatas nilai ambang
yang kemudian mencentuskan langkah kedua yaitu timbul reflek saraf yang
disebut reflek miksi (reflek kemih) yang berusaha mengosongkan kandung
kemih atau jika ini gagal setidaknya menimbulkan keinginan untuk berkemih.
Meskipun reflek miksi merupakan reflek autonomik medula spinalis, reflek ini
juga bisa dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang
otak.

Eliminasi urine secara normal bergantung pada satu pemasukan cairan dan
sirkulasi darah, jika salah satunya menurun pengeluaran urine akan menurun.
Pengeluaran urine juga berubah pada orang yang mengidap penyakit ginjal,
yang memengaruhi kuantitas urine dan kandungan produk sampah didalam
urine.

1
1.2 RumusanMasalah

1. Bagaimana definisi Eliminasi urine?

2. Apa saja penyebab Eliminasi urine?

3. Apa saja tanda dan gejala Eliminasi urine?

4. Bagaimana proses evaluasi keperawatan Eliminasiurine?

1.3 Tujuan

1. TujuanUmum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui faktor dan masalah apa saja
yang memengaruhi proses Eliminasi urine pada seseorang terutama pada pasien.

2. TujuanKhusus
1. Untuk mengetahui definisi dari gangguan eliminasi urine padapasien
2. Untuk mengetahui penyebab utama dari gangguan eliminasiurine
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari gangguan eliminasiurine
4. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan terhadap gangguan eliminasiurin

2
BAB II

KONSEP MASALAH
2.1 Definisi
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa
urine atau alvi (buang air besar). Kebutuhan eliminasi terdiri dari atas dua, yakni
eliminasi urine (kebutuhan buang air kecil) dan eliminasi alvi (kebutuhan buang
air besar). Eliminasi urine normalnya adalah proses pengeluaran cairan. Proses
pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine
seperti ginjal, ureter, bladder, dan uretra. Ginjal memindahkan air dari darah
dalam bentuk urine. Ureter mengalirkan urine ke bladder. Dalam bladder urine
ditampung sampai mencapai batas tertentu yang kemudian dikeluarkan
melaluiuretra.

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Urine


1. Diet dan Asupan (intake)

Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output
urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk.
Selain itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine.

2. Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi


dalam kaitannya terhadap tersedianva fasilitas toilet.

3. StresPsikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan
berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan
berkemih dan jumlah urine yangdiproduksi.

3
4. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk
fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan
kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot
didapatkan dengan beraktivitas.

5. Tingkat Perkembangan

Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola


berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki
mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun dengan usia
kemampuan dalam mengontrol buang air kecil.
6. Kebiasaan Seseorang

Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan untuk


berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.
7. Pengobatan

Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya


peningkatan atau penurunan proses perkemihan. Misalnya pemberian diuretik
dapat meningkatkan jumlah urine, sedangkan pemberian obat antikolinergik
dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.
2.3 PemeriksaanPenunjang
1. Pielogram Intravena

Memvisoalisasi duktus dan pelvis renalis serta memperlihatkan ureter,


kandung kemih dan uretra. Prosedur ini tidak bersifat invasif. Klien perlu
menerima injeksi pewarna radiopaq secara intra vena.
2. Computerized Axial Tomography

Merupakan prosedur sinar X terkomputerisasi yang digunakan untuk


memperoleh gambaran terperinci mengenai struktur bidang tertentu dalam
tubuh. Scaner temografik adalah sebuah mesin besar yang berisi komputer
khusus serta sistem pendeteksi sinar X yang berfungsi secara simultan untuk
memfoto struktur internal berupa potongan lintang transfersal yang tipis.
4
3. Ultra Sonografi

Merupakan alat diagnostik yang noninvasif yang berharga dalam mengkaji


gangguan perkemihan. Alat ini menggunakan gelombang suara yang tidak
dapat didengar, berfrekuensi tinggi, yang memantul dari struktur jaringan.
4. Prosedur Invasif

a. Sistoscopy

Sistocopy terlihat seperti kateter urine. Walaupun tidak fleksibel tapi


ukurannya lebih besar sistoscpy diinsersi melalui uretra klien. Instrumen
ini memiliki selubung plastik atau karet. Sebuah obturator yang membuat
skop tetap kaku selama insersi. Sebuah teleskop untuk melihat kantung
kemih dan uretra, dan sebuah saluran untuk menginsersi kateter atau
isntrumen bedah khusus.
b. Biopsi Ginjal.
Menentukan sifat, luas, dan progronosis ginjal. Prosedur ini dilakukan
dengan mengambil irisan jaringan korteks ginjal untuk diperiksa dengan
tekhnik mikroskopik yang canggih. Prosedur ini dapat dilakukan dengan
metode perkutan (tertutup) atau pembedahan(terbuka).
c. Angiography(arteriogram)

Merupakan prosedur radiografi invasif yang mengefaluasi sistem arteri


ginjal. Digunakan untuk memeriksa arteri ginjal utama atau cabangnya
untuk mendeteksi adanya penyempitan atau okulasi dan untuk
mengefaluasi adanya massa (cnth: neoplasma ataukista)

5. Sitoure Terogram Pengosongan (voldingcystoureterogram)

Pengisian kandung kemih dengan zat kontras melalui kateter. Diambil foto
saluran kemih bagian bawah sebelum, selama dan sesudah mengosongkan
kandung kemih. Kegunaannya untuk mencari adanya kelainan uretra (misal,
stenosis) dan untuk menentukan apakah terdapat refleks fesikoreta.

5
6. Arterio gram Ginjal

Memasukan kateter melalui arteri femonilis dan aorta abdominis sampai melalui
arteria renalis. Zat kontras disuntikan pada tempat ini, dan akan mengalir dalam
arteri renalis dan kedalam cabang-cabangnya.
Indikasi:

a. Melihat stenosis renalis yang menyebabkan kasushiperrtensi

b. Mendapatkan gambaran pembuluh darahsuatuneoplasma

c. Mendapatkan gambaran dan suplai dan pengaliran darah ke daerah korteks, untuk

pengetahuan pielonefritis kronik.

d. Menetapkan struktur suplai darah ginjal dari donor sebelum melakukan tranplantasi

ginjal.

7. Pemeriksaan Urine

Hal yang dikaji adalah warna,kejernihan, dan bau urine. Untuk melihat kejanggalan
dilakukan pemeriksaan protein, glukosa, dll.

8. Tes Darah

Hal yang di kaji BUN,bersih kreatinin, nitrogen non protein, sistoskopi,


intravenus,pyelogram.

2.4 Komplikasi
Benign prostatic hyperplasia akan mengakibatkan obstruksi saluran kemih yang
menimbulkan komplikasi berupa:
1. Insufisiensirenal
2. Infeksi saluran kemihrekuren
3. Hematuriamakro
4. Batubuli
5. Uremia
6. Gagalginjal

6
7. Hidronefrosis

Pasien benign prostatic hyperplasia dengan komplikasi, terutama


hematuria, harus dirujuk ke dokter spesialis urologi. Prognosis pada benign
prostatichyperplasia umumnya baik. Pasien-pasien dengan lower urinary
tract symptoms (LUTS) berkepanjangan dapat berisiko mengalami
glaukoma (10%) serta disfungsi ereksi dan ejakulasi. Pilihan terapi yang
tepat sesuai kondisi klinis pasien sangat penting dalam menentukan
progresifitas benign prostatic hyperplasia. Sebanyak 10% pasien dengan
benign prostatic hyperplasia juga dapat mengalami kekambuhan meskipun
telah dilakukan reseksiprostat

7
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN DASAR

Nama Mahasiswa : Kelompok 2 RS :RSI Jenursari


NIM : Ruangan :Safa marwa
Tanggal : 1 mei 2020 Jam :08.00 WIB
Pengkajian

IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. A Register Medik : 321xxx
Usia : 50 Tahun Tanggal MRS : 30 april 2020
Jenis Kelamin : Laki-Laki Diagnosa Medik : Inkontinensia urine
Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan :Pegawai Negeri
Pendidikan : S1
Alamat : Wonokromo

A. STATUS KESEHATAN SAAT INI


1. Keluhanutama : Px merasakan nyeri saatBAk
2. Lamakeluhan : Merasakan kesajitan 3 hari yanglalu
3. Kualitaskeluhan : nyeri tertusuk tusuk, hilangtimbul
4. Faktorpencetus : Px merasakan nyeri ketika menggerakkan daerah

abdomen
5. Faktorpemberat : minum dengan skalabanyak.
6. Upayayangdilakukan : Menahan rasanyeri

8
B. RIWAYATKESEHATAN
1. Riwayat kesehatansekarang
Px mengeluh nyeri jika BAK, adanya desakan berkemih, BAK tidak tuntas,
kandung kemihnya terasa penuh, urine menetes.
2. Riwayat kesehatandahulu
Tidak ada riwayat.
Alergi : Tidak adaAlergi
Imunisasi : imunisasi lengkap
Merokok/alkohol : Tidak merokok
3. Riwayat kesehatankeluarga
Tidak ada riwayat.
4. Genogram

C. BASIC PROMOTING PHYSIOLOGY OFHEALTH


1. Aktivitas danlatihan
Kemampuan ambulasi dan activity daily living
Rumah Rumah sakit
Makan/minum 3x / sehari 2x / sehari
Mandi 2x / sehari 1 kali mandi
Berpakaian/berdandan bersih Bersih
Toileting 2x / sehari 2x / sehari
Mobilitas di tempat tidur Tidak pernah 1x / sehari

9
Berpindah sering jarang
Berjalan sering jarang
Naik tangga Tidak pernah Tidak pernah

Rumah Rumah sakit


Pekerjaan Tidak bekerja Tidak bekerja
Olah raga rutin Setiap pagi jarang
Alat bantu jalan Tidak pernah Tidak pernah
Kemampuan melakukan mampu Mampu
ROM

2. Istirahattidur
Lamatidur : 4jam
Tidur siang :Ya √ Tidak
Kesulitan tidurdiRS :Tidak √Ya,alasan:Menahan nyeri
Kesulitantidur :
 Menjelangtidur
√ Mudah terbangun
 Tidak segar saatbangun
3. Keamanan dannyeri
Nyeri : paliatif,
provokatif, kandungkemih terasa penuh
Quality : kayak ditusuk-tusukjarum
Region :Hypogastric
Scale : skala6-7
Time : saatBAK

10
4. Nutrisi
Frekuensimakan : 3x /sehari
BB/TB/IMT : 70 kg /164 cm / 26,0 (obesitas1)
BB 1bulanterakhir : √ tetap turun meningkat
Jenis makanan : makananbiasa
Pantangan/alergi : tidak ada pantangan/alergi
Nafsu makan :baik √kurang baik
Masalah pencernaan :  mual  muntah  stomatitis  nyeri
√ tidak ada masalah
Riwayatoperasi/trauma : tidak ada riwyatoperasi
Diet RS : habis  ½ porsi  ¾ porsi  tidak habis
Kebutuhan pemenuhan makan √mandiri tergantung  dengan bantuan
5. Cairan, elektrolit, dan asambasa
Frekuensiminum : 5x /hari
Konsumsiair/hari : 1,5 liter /hari
Turgorkulit :baik
SupportIVline :Ya Tidak
Jenis: -Dosis:-
6. Oksigenasi
Sesak napas :Ya  Tidak
Frekuensi : 20/menit
Kapanterjadinya : tidak ada masalah
Faktorpencetus : tidak ada masalah
Faktorpemberat : tidak ada masalah
Batuk :Ya Tidak
Sputum :Ya Tidak

Nyeridada :Ya Tidak

11
7. Eliminasi
Eliminasi alvi
Frekuensi :1x\ hari
Warna/konsistensi : kecokelatan/ lunak
Penggunaanpencahar :Ya Tidak
Gangguaneliminasi :  konstipasi  diare inkontinensia bowel

tidak ada masalah


Kebutuhan pemenuhan eliminasi alvi: mandiri tergantung dengan bantuan
Eliminasi urine
Frekuensi : 2-3x / sehrai
Warna/darah :kuning gelap / berdarah
Riwayatpenyakit : penyakit ginjal trauma
Penggunaankateter :Ya Tidak
Kebutuhan pemenuhan eliminasi uri: mandiri tergantung denganbantuan
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Px merasa nyeri jika BAK, adanya desakan berkemih, kandung kemih terasa
penuh, urine menetes, didapatkan adanya distensi kandung kemih.
2. Tanda vital, tinggi badan, beratbadan
Suhu :36°C

axilla rectal oral


Nadi : 80kali/menit
teratur  tidak teratur  kuat lemah
RR : 20kali/menit 
normal  cyanosis cheynestoke kusmaul
teratur  tidakteratur
TD : 120/80mmHg

12
3. Sistem tubuh
B1(Breathing)
Hidung : Simetris, bersih, sputum (-), sumbatan (-), sinus (-)
Trakea : Peradangan (-), infeksi (-), sumbatan(-)
 nyeri dyspnea orthopnea cyanosis
batukdarah  napasdangkal retraksidada sputum
 trakeostomi  respirator tidak ada masalah
Suara napas tambahan
 wheezing lokasi :-
 ronchi lokasi :-
 rales lokasi :-
 crackles lokasi :-
Bentukdada
simetris  tidak simetris  lainnya,-

B2 (Bleeding)
 nyeri dada  pusing  sakit kepala
 kram kaki  palpitasi  clubbing finger

Suara jantung
normal
 lainnya,

Edema
palpebra anasarka  ekstremitasatas ascites
 ekstremitas bawah tidak ada
 lainnya,
Capillary RefillTime = <2detik

13
B3 (Brain)

composmentis apatis  somnolen spoor

 koma gelisah
Glasgow Coma Scale
E=4 V=5 M =6 Nilai total = 15
Mata :
Sklera putih  icterus  merah pendarahan
Konjungtiva pucat merah muda
Pupil isokor  anisokor  miosis  midriasis
Leher :
Suara jelas, medial normal, pembesaran kelenjar getah bening (-),
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Refleks (spesifik) :Tidak ada masalah.
Persepsi sensori
Pendengaran :
Kiri : kurang baik
Kanan :baik
Penciuman : baik
Pengecapan manis asin pahit
Penglihatan :
Kiri :baik
Kanan :baik
Perabaan panas  dingin  tekan

B4 (Bladder)
Produksi urine : 450 ml/hari Frekuensi : 2-3 kali/hari
Warna :kuning kecoklatan Bau : anyeng-anyengan
 oliguria  poliuri dysuria hematuria nocturia

14
nyeri kateter menetes panas sering

 inkotinen retensi  cystotomi  tidak ada masalah

 alatbantu,
Lainnya,

B5 (Bowel)
Mulutdantenggorokan :
Bentuk bibir simetri, gigi bersih, gusi berdarah (-), lidah bersih,
peradangan (-), mampu menelan
Abdomen(IAPP) : bising usus (+), benjolan (-), nyeri tekan (-),
perabaan massa (-), hepar (-), asietas(-)

Rectum :
Benjolan (-), Infeksi (-), berfungsi dengan baik
BAB : 1 kali/1hari Konsistensi :lunak
 diare konstipasi feses berdarah  tidak terasa
 lavementkesulitan  melena colostomy
 wasir pencahar  tidak ada masalah
 alat bantu,
 diet khusus,

B6 (Bone)
Kemampuanpergerakansendi bebas terbatas
Parese :ya tidak
Paralise :ya tidak
Kekuatanotot :baik
Extremitasatas :  patah tulang  peradangan  perlukaan tidak
ada kelainan
Lokasi,

15
Tulang belakang :normal
Warna kulit :ikterik cyanosis pucat
 kemerahan  pigmentasi
Akral :hangat panas
 dinginbasah  dinginkering
Turgor : Baik cukup buruk/menurun

Sistem Endokrin
Terapi hormon : tidak melakukan terapi hormon
Karakteristik seks sekunder:normal
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik :
 perubahan ukuran kepala, tangan, kaki pada saat dewasa
 kekeringan kulit atau rambut
 exopthalmus polidipsi
 goiter poliphagi
 hipoglikemia poliuria
 intoleranpanas  postural hipotensi
 intoleran dingin kelemahan
Sistem Reproduksi
Laki – laki
Bentuk normal  tidaknormal,

Kebersihan bersih kotor,

16
Perempuan
Payudara simetris  asimetris benjolan,
Bentuk normal tidaknormal,
Keputihan tidak ya,
Siklus haid = hari  teratur  tidakteratur
E. PSIKOSOSIAL SPIRITUAL
1. Sosiali nteraksi
kenal  tidak kenal  lainnya, _
Dukungan keluarga
aktif kurang  tidak ada
Dukungan kelompok/teman/masyarakat
aktif kurang  tidak ada
Reaksi saat interaksi
 tidak kooperatif  bermusuhan  mudah tersinggung defensif
 curiga kontakmata lainnya,
Konflik yang terjadi
peran nilai lainnya,
2. Spiritual
Konsep tentang penguasaan kehidupan

Allah Tuhan Dewa Lainnya,


Sumber kekuatan/harapan saatsakit
Allah Tuhan Dewa Lainnya,
Ritual agama yang bermakna saatini
shalat  bacakitabsuci Lainnya,
Sarana/peralatan/orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritualagama
lewatibadah  rohaniawan Lainnya,

17
Upaya kesehatan yang bertentangan dengan keyakinan agama

makanan tindakan obat lainnya,


Keyakinan bahwa Tuhan akan menolong dalam menghadapi situasi saatini
ya tidak
Keyakinan bahwa penyakit dapat disembuhkan

ya tidak
Persepsi terhadap penyebab penyakit
hukuman  cobaan peringatan lainnya,
F. PEMERIKSAANPENUNJANG
Laboratorium
-
Rontgen
-
USG
-
EKG
-
G. TERAPIMEDIK
- pemberian obat peredanyeri
- mengedukasi pasien untuk tidak menahan BAK dan memberi tahu keluarga
untuk mengingatkan Px untuk tidak menahanBAK

Diagnosa Keperawatan
Inkontinensia urine berlebih berhubungan dengan penurunan obstruksi jalan
keluar urine ditandai dengan nyeri pada saat BAK (dysuria), ada desakan
berkemih, BAK tidak tuntas, kandung kemih terasa penuh, dan urine menetes,
menurut dokter Tn. A menderita BPH (benigna prostat hipertropi).

18
ANALISA DATA
Nama klien : Tn.A No. Register : 321xxx
Umur : 50 tahun Diagnosa Medis : inkontinensia urine
Ruang Rawat : Safa warwa Alamat : wonokromo
TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
1 Mei 2020 DS : Obstruksi jalan keluar urine Inkontinensia
- pasien mengatakan BAK nya urine
tidak tuntas, kandung kemih berlebih
terasa penuh, dan urine
menetes
- pasien mengatakan nyeri saat
BAK

DO:
- TTV :
TD : 120/80
S: 36°c
N: 80x/m
RR: 20x/m
- Adanya distensi kandung
kemih
- menderita BPH

19
Intervensi

NO Diagnosa Luaran Intervensi

1. Kategori : L.04034 I.04154


Fisiologis
Sub kategori: Eliminasi urine Manajemen inkontinensia urine
Eliminasi
D.0043 Setelah dilakukan intervensi Tindakan
Inkontinensia urine berlebih keperawatan selama 1x24 jam,
berhubungan dengan obstruksi diharapkanstatus inkontinensia Observasi:
jalan keluar urine ditandai urin berlebih membaik dengan
deengan: kriteria hasil: - Identifikasi
1. Gejala dan tanda mayor: penyebab
Subjektif: a. Desakan beekemih (urgensi) inkontinensia urine
1. pasien mengatakan dari 2 (cukup meningkat) - Identifikasi perasaandan
menjadi 4 (cukup menurun) persepsi terhadap
BAK nya tidak tuntas,
Inkontinensia urine
kandung kemih terasa b.urine menetes (dribbling)
dari 2 (ckup menungkat) Terapeutik:
penuh, dan urine
menjadi 4 (cukup menurun)
menetes - Sediakan pakaian
c. berkemih tidak tuntas dari 2 dan lingkungan yang
2. pasien mengatakan mendukung progrsm
(cukup meningkat) menjadi 4
nyeri saat BAK (cukup menurun) inkontinensiaurine
- Ambil sampel urine
Objektif : d. disuria dari 2 (cukup untuk pemeriksaan
1. Distensi kandung meningkat) menjadi 4 (cukup urine lengkap atau
kemih menurun)
kultur.
2. Menderita BPH Edukasi:
2. Gejala dan tanda minor
Subjektif: - - Menjelaskan definisi,
Objektif : -
jenis dan penyebab
inkontinesia urine.
- Diskusikan
program
inkontinensia urine
Kolaborasi:

Kolaborasi dengan medis


dan fisioterapis untuk
mengatasi inkontinensia
urine

20
Implementasi

Tgl & Jam Implementasi Paraf

1 Mei 2020 1. Melakukan pemeriksaanTTV Respon:


08.00 TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
S : 36ºC
2. Melakukan pemasangan kateter

Respon: Pasien tampak nyaman saat pertama kali


pemasangan kateter

09.30 3. Melakukan pemeriksaan urodinamik


dengan tujuan menilai funsi dan kondisi
saluran kemih bagian baawah.
4. Menjelaskan tanda dan penyebab
inkontinensia urine.
Respon: pasien dapat memahami tanda
dan penyebab inkontinensia urine

11.00 5. Mengambil sampel urine dari


kateterdengan tujuan untuk menilai
gejalapenyakit

13.00 6. Memonitoringkateter

7. Menganjurkan klien untuk minum secukupnya

8. Memonitoring residu urine

21
Evaluasi
S = klien mengatakan rasa nyeri saat BAK sedikit
berkurang.

O = pasien mengalami penurunan desakan saat


berkemih.

Dalam pemeriksaan TTV dalam batas normal

TD : 120 / 80 mmHg

N : 80 kali / menit

Rr : 22 kali / menit Suhu : 36°c


A = masalah keperawatan teratasI sebagian.
P = memonitoring selama 8 jam.

22
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah penulis membahas bab (bab I sampai bab III ) secara keseluruhan
mengenai asuhan keperawatan pada tn.A dengan gangguan eliminasi urine yaitu
di tandai dengan nyeri saat BAK, dari segi pengkajian maupun kasus maka dalam
Bab ini penulis dapat menarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :

Pada tahap pengkajian eliminasi urine pada tn.A merupakan bagian dari
kebutuhan fisiologis dan bertujuan untuk mengeluarkan bahan sisa. Dimana
system tubuh yang berperan terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal,
kandung kemih dan uretra. Factor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine
yaitu : diet dan asupan, respon keinginan awal untuk berkemih,gaya hidup,stress
psikologi, tingkat aktivitas, tingkat perkembangan, kondisi penyakit,
sosiokultural, kebiasan sesorang, tonus otot, pembedahan, dan pengobatan.

4.2 Saran

Sesuai dengan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran sebagai berikut :

a. Untuk pasien tn.A dan keluarga meningkatkan agar tn.A memperbanyak


minum airputih
b. Untuk perawat di ruangan safa marwa diharapkan melakukan asuhan
keperawatan dan komentasi yang lebih akurat dan lengkap sesuai dengan
keadaan tn.A agar bisa memdapatkan gambaran yang lebih menyeluruh
tentang kondisi Tn.A serta tindakan yang telah di lakukan kepadaTn.A
c. Mahasiswa diharuskan untuk lebih memahami teori asuhan keperawatan
kepada Tn.A gangguan eliminasi urine yang di tandai nyeri saat BAK
sehinggga mampu melaksakan asuhan keperawatan pada Tn.A gangguan
eliminasi urine

23
DAFTAR PUSTAKA

DPP PPNI. (2017). Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. JakartaSelatan:


Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat NasionalIndonesia.

DPP PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. JakartaSelatan:


Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat NasionalIndonesia.

DPP PPNI. (2019). Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Fitria Dewi.(2016). Sistem Eliminasi Urine. https://www.academia.eduDiakses pada


tanggal 7 Desember 2020, Jam 21.50

Dr. Josephine Darmawan. (2017). Prognosis Dan Komplikasi Benign Prostatic


Hyperplasia. https://www.alomedika.com/penyakit/urologi/Diakses pada
tanggal 7 Mei 2020, Jam 22.18

24

Anda mungkin juga menyukai