Anda di halaman 1dari 20

Konsep dan Prinsip Kebutuhan Eliminasi Urinasi

&
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Eliminasi Urinasi

OLEH :

NAMA NIM

Glory Pasca Rini Paulus 213213327


Ni Luh Ayu Febriyanthi 213213321
Komang Budi Kartika Sari Dewi 213213331
Desak Made Dwi Sukma Prabayanthi 213213329
Ni Putu Cahaya Bulandari 213213332
Ni Putu Indah Saraswati Budhi Pratiwi 213213338
Dewa Ayu Dwi Pertiwi 213213342
I Pande Wayan Bagus Murdana Yasa 213213355
A.A Gede Oka Sakha Upadana 213213330

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


WIRA MEDIKA BALI
TAHUN 2021

1
DAFTAR ISI
BAB I ......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 3
1.3 Tujuan ........................................................................................................................ 3
BAB II ....................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 4
Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan ............................................................................... 4
1.1.1 Pengertian Sistem Perkemihan......................................................................... 4
1.1.2 Susunan Sistem Perkemihan............................................................................. 4
1.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine ................................................. 5
1.1.4 Perubahan Dalam Urinasi Baik Berupa Normal dan Abnormal .................. 5
1.1.5 Diversi Urine....................................................................................................... 7
BAB III...................................................................................................................................... 8
KESIMPULAN ........................................................................................................................ 8
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Eliminasi Urine ............................. 9

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Eliminasi urine merupakan salah satu dari proses metabolic tubuh. Zat-zat yang tidak
dibutuhkan, dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal, dan pencernaan. Paru-paru
secara primer mengeluarkan karbondioksida, kulit menegluarkan air dan natrium atau
keringat, ginjal merupakan bagian tubuh yang utama untuk mengekresikan kelebihan
cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hydrogen dan asam. Eliminasi secara urine normal
bergantung pada satu pemasukan cairan dan sirkulasi volume darah, jika salah satunya
menurun, pengeluaran urine juga akan menurun.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana anatomi fisiologi terkait dengan kebutuhan eliminasi urinasi ?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi urinasi ?
3. Bagaimana perubahan dalam urinasi baik berupa normal dan abnormal ?
4. Apa yang dimaksud dengan diversi urine ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui masalah dan faktor apa saja yang mempengaruhi proses eliminasi
seseorang terutama pada pasien dengan gangguan eliminasi.
2. Untuk mengetahui mekanisme eliminasi urine
3. Untuk mengetahui gangguan-gangguan dalam kebutuhan eliminasi urine
4. Untuk mengetahui pengkajian terhadap gangguan kebutuhan eliminasi urine
5. Untuk mengetahui tindakan pemenuhan kebutuhan eliminasi urien pasien
6. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan terhadap gangguan eliminasi urine

3
BAB II

PEMBAHASAN

Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan


1.1.1 Pengertian Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan adalah suatu system dimana ada terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan tubuh.
1.1.2 Susunan Sistem Perkemihan
A. Ginjal
Ada dua buah ginjal di dalam tubuh yaitu kanan dan kiri. Masing-masing
berada di kedua sisi tulang belakang, dibawah tulang iga. Ginjal mempunyai
panjang 11,25 cm dan lebar 5-7cm dan memiliki tebal 2,5cm. Berat ginjal
laki-laki dewasa 150-170gram, dan pada wanita dewasa 115-155 gram.
Ginjal terdiri dari beberapa bagian yaitu ;
1. Kulit ginjal (korteks)
Kulit ginjal terdapat tempat penyaringan darah yang biasa banyak
mengandung kapiler-kapiler darah yang tersusun bergumpal-gumpal
yang disebut glomerulus.
2. Sumsum Ginjal (mendula)
Sumsum ginjal terdiri dari beberapa badan yang berbentuk pyramid
renal. Satu pyramid dengan jaringan korteks didalam nya disebut
lobus ginjal. Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang
disebut kolumna renal.
3. Rongga Ginjal (Perlvis Renalis)
Pelvis merupakan yjyng ureter yang berpangkal pada ginjal,
berbentuk corong lebar
B. Ureter
Terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke
kandung kemih (vesika urinaria) dengan panjang 25-30 cm. ureter sebagian
terletak didalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2. Lapisan tengah otot polos
3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic setiap 5
menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung
kemih (vesika urinaria).

C. Vesika Urinaria (kandung kemih)

4
Kandung kemih terletak di belakang simfisis pubis dan di dalam rungga
panggul. Kandung kemih berbentuk seperti kerucut yang dikelilingi oleh
otot yang kuat, berhubungan dengan ligamentum vesika umbikalis medius.
D. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih
yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.

1.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine

1. Diet dan Asupan (intake)


Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output
urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk
dan dapat meningkatkan pembentukan urine.
2. Respon Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan
urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran
vesika urinaria dan jumlah urine.
3. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi
dalam kaitannya terhadap tersedianya fasilitas toilet.
4. Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan
berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan
berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.
5. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk
fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan
kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot
didapatkan dengan beraktivitas.
6. Tingkat Perkembangan
Hal ini dapat ditemukan pada anak, yang lebih mengalami kesulitan untuk
mengontrol buang air kecil. Berbeda dengan usia kemampuan dalam
mengontrol buang air kecil.
7. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus

1.1.4 Perubahan Dalam Urinasi Baik Berupa Normal dan Abnormal


• Warna Urine
Air kencing yang sehat berwarna jernih hingga kuning muda. Semakin
banyak air yang minum, semakin jernih pula warna urine yang
terbentuk. Sebaliknya, kurang minum air putih akan membuat urine

5
berwarna kuning pekat hingga oranye. Di luar rentang warna tersebut,
urine juga dapat berubah warna menjadi merah, hijau, biru, hingga
cokelat gelap. Berikut berbagai warna urine dan penyebabnya yang bisa
juga berhubungan dengan penyakit kantung kemih.
a. Kuning pekat
Penyebab paling umum dari warna urine kuning pekat adalah
dehidrasi.
b. Merah muda atau merah
Urine biasanya menjadi merah karena bercampur darah, tapi
penyebabnya belum tentu serius.
c. Oranye
Warna oranye pada urine kerap berasal dari konsumsi obat
antiradang phenazopyridine dan sulfasalazine, obat pencahar,
serta obat kemoterapi.
d. Cokelat gelap
Urine berwarna cokelat gelap umumnya merupakan tanda
dehidrasi parah.
e. Biru atau hijau
Warna biru atau hijau pada urine bisa berasal dari zat pewarna
makanan atau pewarna dalam tes fungsi ginjal dan kandung
kemih.

• Jumlah Urine

Seseorang yang sehat bisa buang air kecil sebanyak 6-8 kali dalam
sehari. Frekuensi buang ari kecil sebanyak 4-10 kali dalam 24 jam
masih terbilang normal asalkan tidak mengganggu kegiatan sehari-hari.
Sementara itu, banyaknya urine yang dikeluarkan dalam sehari
berkisar antara 400 sampai 2.000 mL, dengan asupan cairan normal
sekitar 2 liter per hari. Ini merupakan rentang rata-rata dan setiap orang
mungkin memiliki volume urine keluar yang berbeda.

• Bau Pada Urine

Wajar jika semua urine menimbulkan bau yang kurang sedap, sebab
dalam air seni terkandung berbagai zat buangan hasil metabolisme
tubuh. Salah satu zat yang paling berpengaruh dalam membuat urine
berbau adalah amonia. Pola makan dan asupan cairan juga turut
memengaruhi bau urin. Jika bau urine berubah sementara, ini dapat
disebabkan oleh sesuatu yang di makan sebelumnya. Berikut bau yang
tidak biasa dari urine

a. Menyengat seperti ammonia

Jika tiba-tiba kencing berbau yang menyengat dan berwarna


kuning pekat, itu tandanya mengalami dehidrasi.

b. Amis

6
Urine berbau amis tidaklah normal dan dapat menandakan
masalah kesehatan, terlebih jika terus terjadi dalam waktu yang
lama.

c. Manis

Beberapa gangguan kesehatan, obat-obatan, dan suplemen dapat


mengubah bau urine menjadi manis. Yang paling umum adalah
kelebihan gula darah dalam urine akibat diabetes yang tidak
terkontrol.

• Frekuensi
Jumlah berkemih dalam sehari. Frekwensi yang tinggi dijumpai pada
keadaan stress atau hamil
• Urgensi
Perasaan seseorang untuk berkemih, takut mengalami inkontenensia
jika tidak berkemih
• Disuria
Rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih. (ISK, trauma, striktur uretra)
• Poliuria
Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal tanpa adanya
peningkatan asupan cairan.
• Urinaria Supresi
Berhentinya produksi urine secara mendadak, secara normal urine
diproduksi oleh ginjal secara terus menerus pada kecepatan 60-
120ml/jam.

1.1.5 Diversi Urine


Diversi urinarius adalah stoma urinarius untuk mengalihkan aliran urin
dari ginjal secara langsung ke permukaan abdomen dilakukan karena beberapa
alasan. ( Potter & Perry ). Diversi urinarius merupakan suatu metode yang
dilakukan untuk mengalihkan aliran urin dari kandung kemih ketempat keluar
yang baru, yang biasanya melalui lubang yang dibuat lewat pembedahan pada
kulit (stoma). (smelzer bare).
Jadi, diversi urine merupakan suatu prosedur untuk mengalirkan aliran
urin karena beberapa alasanmisalnya kanker kendung kemih, trauma pada suatu
lubang pada abdomen dengan beberapa metode.

7
BAB III

KESIMPULAN

Sistem perkemihan atau sistem urinaria adalah suatu system dimana ada
terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang
tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan
tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan tubuh larut dalam air dan dikeluarkan
berupa urine. Sistem urine terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
Gangguan kebutuhan eliminasi urine adalah retensi urine, inkontinensia, dan
enuresis. Dan tindakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah pengumpulan
urine untuk bahan pemeriksaan. Diversi urine merupakan suatu prosedur untuk
mengalirkan aliran urin karena beberapa alasanmisalnya kanker kendung
kemih, trauma pada suatu lubang pada abdomen dengan beberapa metode.

8
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Eliminasi Urine

A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik,
mental, social dan lingkungan (Dermawan, 2012).
1. Pengumpulan data
a) Identitas
1) Identitas pasien : meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, alamat, tempat tinggal, no RM,
tanggal MRS, tanggal pengkajian, diagnosa medis.
2) Identitas Penanggung Jawab : meliputi nama, umur, hubungan dengan
pasien, pekerjaan, alamat.
b) Status kesehatan :
1) Status kesehatan saat ini :
a. Keluhan utama (saat MRS dan saat ini) :
- MRS : keluhan yang membuat klien datang ke masuk Rumah Sakit
(meliputi disuria, sering berkemih, inkontinensia, nokturia, retensi)
- Saat ini : semua keluhan yang sedang diderita klien saat pengkajian,
 Adanya rasa nyeri (kaji PQRST) misal nyeri gagal ginjal, nyeri
kolik, nyeri vesika, nyeri prostat, nyeri testis atau epididimis,
nyeri penis.
 Adanya keluhan meliputi keluhan iritasi (urgensi, polakisuria,
nokturia, disuria, obstruksi, inkontinensia, hematuria,
pneumaturia, hematospermia, pancaran urin melemah,
internitensi, dan menetes serta masih terasa ada sisa urine
sehabis miksi.
b. Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Merupakan tahapan yang penting karena melalui kegiatan ini akan
diperoleh gambaran secara kronologis mengenai mulai pertama keluhan
dirasakan dan hal-hal yang terkait termasuk lokasi, durasi, hubungannya
dengan fungsi fisiologis maupun pengobatan yang pernah dialami.

9
Untuk mendapat gambaran lebih nyata mengenai keluhan tersebut perlu
diberikan penjelasan lebih rinci meliputi dimensi:
- Lokasi : tempat keluhan tersebut dirasakan dan penjalarannya
- Kualitas : bagaimana jenis dan sifat keluhan
- Kuantitas : seberapa hebatnya keluhan tersebut
- Onset : sejak kapan keluhan tersebut dirasakan
- Durasi : lama dan perkembangan keluhan
- Hubungan keluhan dengan aktifitas fisiologis : aktifitas yang
memperberat atau meringankan keluhan.
- Fenomena lain : gejala atau tanda lain yang muncul bersamaan atau
menyertai keluhan tersebut.
- Sikap penderita terhadap keluhan : apakah penderita sebelumnya
pernah mengalami kejadian seperti yang dirasakan sekarang, dan
upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya.
- Respon terhadap pengobatan : bagaimana respon terhadap
pengobatan yang telah diberikan sebelumnya

c. Status kesehatan masa lalu :


1. Penyakit yang pernah dialami
2. Riwayat dirawat di Rumah sakit (kapan, alasan, dan berapa lama)
3. Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan)
4. Kebiasaan atau gaya hidup (penggunaan obat, konsumsi alkohol,
merokok)

d. Riwayat penyakit keluarga (genogram dan keterangan berupa data


subjektif)
- Kaji adanya riwayat penyakit ginjal atau kandung kemih dalam
keluarga
- Kaji adanya masalah eliminasi yang dikaitkan dengan kebiasaan
keluarga

10
c) Pola Kebutuhan Dasar (Data Bio-Psiko-Sosial-Kultural-Spiritual)
1. Pola Nutrisi
Bagaimana kebiasaan makan, minum sehari- hari, jenis makanan apa saja
yang sering di konsumsi, makanan yang paling disukai, frekwensi
makanannya.
2. Pola Eliminasi
Pola eliminasi kaji tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya, ragu
ragu, menetes, jumlah pasien harus bangun pada malam hari untuk berkemih
(nokturia), kekuatan system perkemihan. Tanyakan pada pasien apakah
mengedan untuk mulai atau mempertahankan aliran kemih. Pasien ditanya
tentang defikasi, apakah ada kesulitan seperti konstipasi akibat dari prostrusi
prostat kedalam rectum.
3. Pola Personal Hygiene
Kebiasaan dalam pola hidup bersih, mandi, menggunakan sabun atau tidak,
menyikat gigi.
4. Pola Istirahat dan Tidur
Kebiasaan istirahat tidur berapa jam ? Kebiasaan – kebiasaan sebelum tidur
apa saja yang dilakukan?
5. Pola Aktivitas dan Latihan
Kegiatan sehari-hari, olaraga yang sering dilakukan, aktivitas diluar
kegiatan olaraga, misalnya mengurusi urusan adat di kampung dan
sekitarnya.
6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Kebiasaan merokok, mengkonsumsi minum-minuman keras,
ketergantungan dengan obat-obatan ( narkoba ).
7. Hubungan Peran
Hubungan dengan keluarga harmonis, dengan tetangga, temanteman sekitar
lingkungan rumah, aktif dalam kegiatan adat ?
8. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Pandangan terhadap image diri pribadi, kecintaan terhadap keluarga,
kebersamaan dengan keluarga.

11
9. Pola Nilai Kepercayaan
Kepercayaan terhadapTuhan Yang Maha Esa, keyakinan terhadap agama
yang dianut, mengerjakan perintah agama yang di anut dan patuh terhadap
perintah dan larangan-Nya.
10. Pola Reproduksi dan Seksual
Hubungan dengan keluarga harmonis, bahagia, hubungan dengan keluarga
besarnya dan lingkungan sekitar.

d) Riwayat pengkajian nyeri


P : Provokatus paliatif : Apa yang menyebabkan gejala? Apa yang bias
memperberat ? apa yang bisa mengurangi ?
Q : QuaLity-quantity: Bagaimana gejala dirasakan, sejauh mana gejala
dirasakan
R : Region – radiasi: Dimana gejala dirasakan ? apakah menyebar?
S : Skala – severity: Seberapakah tingkat keparahan dirasakan? Pada skala
berapa ?
T : Time: Kapan gejala mulai timbul? Seberapa sering gejala dirasakan? tiba-
tiba atau bertahap ? seberapa lama gejala dirasakan?

e) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara biacara, tinggi badan, berat
badan dan tand tanda vital
b. Pemeriksaan head to toe
1. Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala mesochepal. Dengan teknik inspeksi dan palpasi
2. Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan edema periorbital dan konjungtiva apakah anemis.
3. Pemeriksaan Hidung
Adanya pernapasan cuping hidung jika klien sesak napas.
4. Pemeriksaan Telinga
Fungsi pendengaran, kebersihan telinga, ada tidaknya keluaran.

12
5. Pemeriksaan Gigi dan Mulut
Kebersihan gigi, pertumbuhan gigi, jumlah gigi yang tanggal, mukosa
bibir biasanya kering, pucat.
6. Pemeriksaan Leher
Adanya distensi vena jugularis karena edema seluruh tubuh dan
peningkatann kerja jantung.
7. Pemeriksaan Jantung
Mungkin ditemukan adanya bunyi jantung abnormal, kardiomegali.
8. Pemeriksaan Paru
pengembangan ekspansi paru sama atau tidak. Suara napas abnormal
9. Pemeriksaan Abdomen
Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien terlihat mual dan muntah.
Palpasi ginjal dilakukan untuk mengidentifikasi massa, pada beberapa
kasus dapat teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis.
10. Pemeriksaan Genitalia
Pada pola eliminasiurine terjadi perubahan akibat adanya hematuri,
retensi urine, dan sering miksi
11. Pemeriksaan Ekstremitas
Tidak ada hambatan pergerakan sendi pada saat jalan, duduk dan bangkit
dari posisi duduk, tidak ada deformitas dan fraktur.

13
B. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau
respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada resiko
masalah kesehatan atau pada proses kehidupan . Diagnosa keperawatan merupakan
bagian vital dalam menentukanasuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu
pasien mencapai kesehatan yang optimal (PPNI, 2016):
Diagnosa yang terkait pada asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan eliminasi
urine yaitu :
Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan, misal :

1. Penurunan kapasitas kandung kemih


2. Iritasi kandung kemih
3. Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung kemih
4. Efek tindakan medis dan diagnostik (mis. operasi ginjal , operasi saluran
kemih, anestesi, dan obat-obatan)
5. Kelemahan otot pelvis
6. Ketidakmampuan mengakses toilet (mis. imobilitas)
7. Hambatan lingkungan
8. Ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi
9. Outlet kandung kemih tidak lengkap (mis. anomali saluran kemih kongenital)
10. Imaturitas (pada anak usia < 3 tahun)

Ditandai dengan :

1. Desekan berkemih (urgensi)


2. Urine menetes (dribbling)
3. Sering buang air kecil
4. Nokturiaa
5. Mengompol
6. Enuresis
7. Distensi kandung kemih
8. Berkemih tidak tuntas (hesitancy)
9. Volume reidu urine meningkat

14
C. INTERVENSI
Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah perumusan tujuan,
tindakan dan penilaian rangkaian asuhan keperawatanpada pasien/klien
berdasarkan analisa pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan pasien
dapat diatasi (Nurarif & Kusuma, 2016)
Intervensi Keperawatan pada pasien dengan gangguan eliminasi urine :
SDKI : Gangguan Eiminasi Urine (D.0040)
SLKI : Eliminasi urine membaik (L.04034)
SIKI : Manajemen Eliminasi Urine (I.04152)
1. Observasi
▪ Identifkasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
▪ Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia urine
▪ Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsistensi, aroma, volume, dan warna)
2. Terapeutik (Nursing Treatment)
▪ Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
▪ Batasi asupan cairan, jika perlu
▪ Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur
3. Edukasi
▪ Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
▪ Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
▪ Anjurkan mengambil specimen urine midstream
▪ Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk berkemih
▪ Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot pinggul/berkemihan
▪ Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
▪ Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
4. Kolaborasi
▪ Kolaborasi pemberian obat suposituria uretra jika perlu

15
Intervensi keperawatan berdasarkan NANDA NIC-NOC
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi
Kriteria Hasil
Gangguan eliminasi NOC NIC
urin • Urinary elimination Urinary Retention Care

Definisi : Disfungsi pada Urinary Contiunence ▪ Lakukan penilaian
eliminasi urine kemih yang
Kriteria Hasil : komprehensif
Batasan Karakteristik•: Kandung kemih kosong berfokus pada
• Disuria secara penuh inkontinensia
• Sering berkemih • Tidak ada residu urine > (misalnya, output
• Anyang-anyangan 100-200 cc urin, pola berkemih
• Inkontinensia • Intake cairan dalam kemih, fungsi
• Nokturia rentang normal kognitif, dan masalah
• Retensi • Bebas dari ISK kencing praeksisten)
• Dorongan • Tidak ada spasme ▪ Memantau
bladder penggunaan obat
Faktor Yang• Balance cairan dengan sifat
Berhubungan : seimbang antikolinergik atau
• Obstruksi anatomic properti alpha agonis
• Penyebab multiple • Memonitor efek dari
• Gangguan sensori obat-obatan yang
motorik diresepkan, seperti
• lnfeksi saluran kemih calcium channel
blockers dan
antikolinergik
▪ Menyediakan
penghapusan privasi
• Gunakan kekuatan
sugesti dengan
menjalankan air atau
disiram toilet
• Merangsang refleks
kandung kemih
dengan menerapkan
dingin untuk perut,
membelai tinggi
batin, atau air
• Sediakan waktu yang
cukup untuk
pengosongan
kandung kemih (10
menit)
• Gunakan spirit
wintergreen di pispot
atau urinal
• Menyediakan
manuver Crede, yang
diperlukan

16
• Gunakan double-
void teknik
• Masukkan kateter
kemih, sesuai
• Anjurkan pasien /
keluarga untuk
merekam output urin,
sesuai
• Instruksikan cara-
cara untuk
menghindari
konstipasi atau
impaksi tinja
• Memantau asupan
dan keluaran
• Memantau tingkat
distensi kandung
kemih dengan palpasi
dan perkusi
• Membantu dengan
toilet secara berkala
• Memasukkan pipa ke
dalam lubang tubuh
untuk sisa
• Menerapkan
kateterisasi
intermiten
• Merujuk ke spesialis
kontinensia kemih

17
D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Gordon, 1994, dalam (Potter & Perry, 2011)
Komponen tahap implementasi :
1. Tindakan keperawatan mandiri
2. Tindakan keperawatan kolaboratif
3. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan
keperawatan.

E. EVALUASI
Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh
keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses
menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri. (Ali, 2009)
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses
keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan
(Mubarak,dkk.,2011).
Evaluasi disusun menggunakan SOAP (Suprajitno dalam Wardani, 2013): dimana:
S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi keperawatan.
O: Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang objektif.
A: Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi data sesuai
dengan kriteria evaluasi, menggunakan penemuan dari evaluasi untuk membuat
keputusan dalam memberikan asuhan keperawatan. (Nurhayati, 2011)
Ada tiga alternative dalam menafsirkan hasil evaluasi yaitu :

18
a. Masalah teratasi Masalah teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan
tingkah laku dan perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.
b. Masalah sebagian teratasi Masalah sebagian teratasi apabila pasien
menunjukkan perubahan dan perkembangan kesehatan hanya sebagian dari
kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
c. Masalah belum teratasi Masalah belum teratasi, jika pasien sama sekali tindak
menunjukkan perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan atau bahkan
timbul masalah yang baru.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://budirahayu.ip-dynamic.com:81/sdki/d-0040-gangguan-eliminasi-urin/ diakses tanggal 28


September 2021

http://budirahayu.ip-dynamic.com:81/slki/2019/10/01/l-04034-eliminasi-urine/ diakses tanggal


29 September 2021

http://repository.uki.ac.id/2738/1/MODULDOKUMENTASIKEPERAWATAN.pdf diakses
tanggal 29 September 2021

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/6581/4/CHAPTER%20II.pdf diakses tanggal 29 September


2021

https://n2ncollection.com/asuhan-keperawatan-dengan-gangguan-eliminasi-urine-d-0040/
diakses tanggal 29 September 2021

Huda Nurarif, Amin dan Hardhi Kusuma. 2015. NANDA NIC-NOC JILID I EDISI REVISI.
Jogjakarta : MediAction

20

Anda mungkin juga menyukai