Anda di halaman 1dari 14

PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI

Pemenuhan Kebutuhan eliminasi terdiri atas dua yakni eliminasi urine (kebutuhan buang air kecil) dan
eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar).

Sistem Tubuh yang Berperan dalam Eliminasi Urine


sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya eliminasi urine adalah ginjal, u reter, kandung kemih dan
uretra, yang memiliki peran masing-masing, diantaranya:

1. Ginjal
Ginjal merupakan organ retroperitoneal (di belakang selaput perut) yang terdiri atas ginjal sebelah
kanan dan kiri tulang punggung. Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi clan volume cairan dalam,
tubuh. Ginjal juga menyaring bagian dari darah untuk dibuang dalam bentuk urine sebagai zat sisa
yang tidak diperlukan oleh tubuh. Bagian ginjal terdiri atas nefron, yang merupakan unit dari struktur
ginjal yang berjumlah kurang lebih satu juta nefron. Melalui nefron, urine disalurkan ke dalam bagian
pelvis ginjal kemudian disalurkan melalui ureter ke kandung kemih.

2. Kandung kemih (bladder, buli-buli)


Bladder merupakan sebuah kantong yang terdiri atas otot halus yang berfungsi sebagai penampung air
seni (urine). Dalam kandung kemih terdapat lapisan jaringan otot yang memanjang di tengah dan
melingkar disebut sebagai detrusor dan berfungsi untuk mengeluarkan urine. Pada dasar kandung
kemih terdapat lapisan tengah jaringan otot yang berbentuk lingkaran bagian dalam atau disebut sebagai
otot lingkar yang berfungsi juga saluran antara kandung kemih dan uretra, sehingga uretra dapat
menyalurkan urine dari kandung kemih ke luar tubuh.
Penyaluran rangsangan ke kandung kemih dan rangsangan motoris otot lingkar bagian dalam
diatur oleh sistem simpatis. Akibat dari ragsangan ini, otot lingkar menjadi kendor dan terjadi kontraksi
sfingter bagian dalam sehingga urine tetap tinggal dalam kandung kemih. Sistem parasimpatis
menyalurkan rangsangan motoris kandung kemih dan dengan penghalang ke bagian dalam otot lingkar.
Rangsangan ini dapat menyebabkan terjadinya kontraksi otot detrusor dan kendurnya sfingter.

3. Uretra
merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagianluar. Fungsi uretra pada wanita
mempunyai fungsi berbeda dengan yang terdapat pada pria. Pada pria, uretra digunakan tempat
pengaliran urine dan sebagai sistem reproduksi berukuran panjang 13,7-16,2 cm dan terdiri atas tiga
bagian yaitu prostat, selaput (membran) dan bagian, yang berongga (ruang). Pada wanita, uretra memiliki
panjang 3,7-6,2 cm dan hanya untuk berfungsi menyalurkan urine ke bagian luar tubuh.
Saluran perkemihan dilapisi membran mukosa, dimulai dari meatus uretra hingga ginjal. Meskipun
mikroorganisme secara normal tidak ada yang bisa melewati uretra bagian bawah, namun membran
mukosa ini pada keadaan patologis yang terns menerus akan menjadikannya sebagai media yang baik
untuk pertumbuhan beberapa patogen.

Gambar Sistem Perkemihan


Sumber Pearce, EC, 2000

Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi 1


Lihat blog tentang materi perkuliahan kesehatan di http://www.materi-kesehatan.blogspot.com
email: materikesehatan@gmail.com
PROSES BERKEMIH
Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Vesika urinaria dapat
menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria berisi kurang lebih 250-450 cc (pada orang dewasa) dan. 200-
250 cc (pada anak-anak).
Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat menimbulkan rangsangan
pada saraf-saraf di dinding vesika urinaria. Kemudian rangsangan tersebut diteruskan melalui medulla
spinalis ke pusat pengontrol berkemih yang terdapat di korteks' serebral. Selanjutnya otak memberikan
impuls/rangsangan melalui medulla spinalis ke neuromotoris di daerah sakral. kemudian terjadi koneksasi
otot detrusor dan relaksasi otot sfingter internal.
Urine dilepaskan dari vesika urinaria, tetapi masih tertahan sfingter eksternal. Jika waktu dan tempat
memungkinkan akan menyebabkan relaksasi sfingter eksternal dan kemungkinan dikeluarkan (berkemih).

Komposisi Urine:
1. Air (96 %).
2. Larutan (4 %).
a. Larutan organik:
Urea, ammonia, kreatin, dan asam urat
b. Larutan anorganik
Natrium (sodium), klorida, kalium (potasium), sulfat, magnesium, fosfor Natrium klorida merupakan
garam anorganik yang paling banyak.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI URINE


1. Diet dan Asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output urine (jumlah urine).
Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk, Selain itu, minum kopi juga dapat
meningkatkan pembentukan urine.

2. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih


Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih, dapat menyebabkan urine banyak tertahan di
dalam vesika urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah pengeluaran urine.

3. Gaya Hidup
Perubahan gaga hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam kaitannya terhadap
tersedianya fasilitas toilet.

4. Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena
meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.

5. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sfingter. Hilangnya
tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan
tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.

6. Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi polo berkemih. Hal tersebut dapat
ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil.
Namun denganbertambahnya usia kemampuan dalam mengontrol buang air kecil meningkat.

7. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus

8. Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur pada
masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tcmpat tertentu.

9. Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di toilet, biasanya mengalami kesulitan untuk berkemih
dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.

Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi 2


Lihat blog tentang materi perkuliahan kesehatan di http://www.materi-kesehatan.blogspot.com
email: materikesehatan@gmail.com
10. Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah otot kandung kemih,
otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi pengontrolan pengeluaran urine.

11. Pembedahan
Efek pembedahan dapat menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat menyebabkan penurunan jumlah
produksi urine karena dampak dari pemberian obat anestesi.

12. Pengobatan
Pembcriantindakanpengobatandapatberdampakpadaterjadinyapeningkatan atau penurunan proses
perkemihan. Misalnya pemberian diuretik dapat meningkatkan jumlah urine, sedangkan pemberian obat
antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.

13. Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan diagnostik ini juga dapat memengaruhi kebutuhan eliminasi urine, khususnya prosedur-
prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti IVP (intro venus
pyelogram), yang dapat
membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi urine. Sclain itu tindakan sistoskopi dapat
menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.

GANGGUAN/MASALAH KEBUTUHAN ELIMINASI URINE


1. Retensi Urine
Merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk
mengosongkan kandung kemih, sehingga menyebabkan distensi vesika urinaria, atau merupakan
keadaan ketika scscorang mengalami pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap. Dalam keadaan
distensi, vesika urinaria dapat menampung urine sebanyak 3000-4000 ml urine.
Tanda klinis retensi:
a. Ketidaknyamanan daerah pubis.
b. Distensi vesika urinaria
c. Ketidaksanggupan untuk berkemih.
d. Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (25-50 ml).
e. Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikcluarkan dengan asupannya.
f. Mcningkat keresahan dan keinginan berkemih.
g. Adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih.
Penyebab:
a. Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria.
b. Trauma sumsum tulang belakang.
c. Tekanan uretra yang tinggi disebabkan oleh otot detrusor yang lemah
d. Sfingter yang kuat.
e. Sumbatan (striktur uretra, pembesaran kelenjar prostat).

2. Inkontinensia Urine
Adalah ketidakmampuan otot sfingter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi
urine. Secara umum penyebab dari inkontinensia urine adalah: proses penuaan (aging process),
pembesaran kelenjar prostat, penurunan kesadaran, penggunaan obat narkotik dan sedatif.

3. Enuresis
Enuresis merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan tidak mampu
mengontrol spingter eksterna enuresis biasanya tcrjadi pada anak atau orang jompo. Umumnya terjadi
pada malam hari (nocturnal enuresis).
Faktor penyebab enuresis
a. Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari normal.
b. Anak-anak yang tidurnya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi kcinginan
bcrkemih tidak diketahui, yang mengakibatkan terlambatnya bangun tidur untuk ke
kamar mandi.
c. Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak dapat menampung urines
dalam jumlah besar.
d. Suasana cmosional yang tidak menycnangkan di rumah (misalnya persaingan
dengan saudara kandung atau cekcok dengan orangtua).
e. Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan mengatasi kebiasaannya
tanpa dibantu untuk mcndidiknya.
f. Infeksi saluran kcmih atau perubahan fisik atau neurologic sistem perkemihan.
Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi 3
Lihat blog tentang materi perkuliahan kesehatan di http://www.materi-kesehatan.blogspot.com
email: materikesehatan@gmail.com
g. Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral.Anak yang takut jalan gclap
untuk ke kamar mandi.

4. Perubahan Pola Eliminasi Urine


Perubahan pola eliminasi urine merupakan kcadaan seseorang yang . mengalami gangguan pada
climinasi urine yang disebabkan olch obstruksi anatomic, kerusakan motorik sensorik, infeksi saluran
kemih. Perubahan pola eliminasi terdiri alas:
a. Frekuensi
Frekuensi merupakan banyaknya jumlah bcrkemih dalam sehari. Meningkatnya frekuensi bcrkemih
dikarenakan meningkatnya jumlah cairan yang masuk. Frekuensi yang tinggi tanpa suatu tekanan
asupan cairan dapat diakibatkan karena sistitis. Frekuensi tinggi dapat ditemukan juga pada
kcadaan sires atau hamil.

b. Urgensi
Adalah perasaan seseorang yang takut mengalami inkontinensia jika tidak bcrkemih. pada umumnya,
anak kecil memiliki kemampuan yang buruk dalam mengontrol sfingter eksternal. perasaan segera
ingin bcrkemih biasanya tcrjadi pada anak karena kcmampuan sfingter untuk mengontrol berkurang.
c. Disuria
Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam bcrkemih. Hal ini scring ditcmukan pada penyakit
infeksi saluran kemih, trauma, dan striktur uretra.
d. Poliuria
Poliuria merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besar olch ginjal, tanpa adanya
peningkatan asupan cairan. Hal ini biasanya dapat ditemukan pada penyakit diabetes melitus dan
penyakit ginjal kronis.
e. Urinaria supresi
Urinaria. supresi adalah berhentinya produksi urine secara mendadak. Secara normal urine
diproduksi oleh ginjal secara terus-menerus pada kecepatan 60-120 ml/jam.

TINDAKAN MENGATASI MASALAH ELIMINASI URINE Pengumpulan Urine untuk Bahan


Pemeriksaan
Mengingat tujuan pemeriksaan dengan bahan urine tersebut berbeda-beda, maka dalam pengambilan atau
pengumpulan urine juga clibeclakan sesuai dengan tujuannya. Di antara cara pengambilan urine tersebut
antara lain: pengambilan urine biasa, pengambilan urine steril, dan pengumpulan selama 24 jam.
1. Pengambilan urine biasa merupakan pengambilan urine dengan cara
mengeluarkan urine secara biasa yaitu buang air kecil. Pengambilan urine
biasa ini biasanya digunakan untuk pemeriksaan kadar gula dalam urine,
pemeriksaan kehamilan, dan lain-lain.
2. Pengambilan urine steril merupakan pengambilan urine dengan menggunakan
alat steril, dilakukan dengan cara kateterisasi atau fungsi suprapubis yang
bertujuan mengetahui adanya infeksi pada uretra, ginjal, atau saluran kemih
lainnya.
3. Pengambilan urine selama 24 jam merupakan pengambilan urine yang
clikumpulkan dalam waktu 24 jam, bertujuan untuk mengetahui jumlah urine
selama 24 jam dan mengukur berat jenis, asupan dan output, serta mengetahui
fungsi ginjal.

Alat:
1. Botol penampung bcscrta penutup.
2. Etiket khusus.

Prosedur Kerja (untuk pasien mampu buang air kecil sendiri):


1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Bagi pasien yang tidak mampu sendiri untuk buang air kecil maka bantu
untuk buang air kecil (lihat prosedur menolong buang air kecil), keluarkan
urine, setelah itu tampung ke dalam botol.
4. Bagi pasien yang mampu untuk buang air kecil sendiri anjurkan pasien untuk
buang air kecil biarkan urine yang pertama keluar dahulu, kemudian anjurkan
menampung urine ke dalam botol.
5. Catat names pasien, dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan.Cuci
tangan.

Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi 4


Lihat blog tentang materi perkuliahan kesehatan di http://www.materi-kesehatan.blogspot.com
email: materikesehatan@gmail.com
Menolong Buang Air Kecil dengan Menggunakan Urineal
Merupakan tindakan keperawatan dengan membantu pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri di
kamar kecil dengan menggunakan alat penapung (urineal) dengan tujuan manampung urine dan
mengetahui kelainan dari-urine (warna, dan jumlah).
Alat dan bahan:
1. Urineal.
2. Pengalas.
3. Tisu.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur pada pasien.
3. Pasang alas urineal di bawah gluten.
4. I.cpas pakaian bawah pasien.
5. Pasang urineal di bawah glutea/pinggul atau di antara kedua paha.
6. Anjurkan pasien untuk berkemih.
7. setelah selesai rapikan alat.
8. Cuci tangan, catat warna, dan jumlah produksi urine.

Melakukan Kateterisasi
Kateterisasi merupakan Cara memasukkan kateter ke dalam kanclung kemih mclalui uretra yang bertujuan
membantu memenuhi kebutuhan eliminasi, sebagai pengambilan bahan pemeriksaan. Pelaksanaan
kateterisasi terbagi menjadi dua tipe-tipe intermiten (straight kateter) dan tipe indwelling (foley kateter).

Indikasi:
Tipe Intermiten
a. Tidak mampu berkemih 8-12 jam setelah operasi.
b. Retensi akut setelah trauma uretra.
c. Tidak mampu berkemih akibat obat sedatif atau analgesik.
d. Cedera tulang belakang.
e. Degenerasi neuromuskular secara progresif.
f.Untuk mengeluarkan urine residual.
Tipe Indwelling
a. Obstruksi aliran urine.
b. Post op uretra dan struktur disekitarnya (TUR-P).
c. Obstruksi uretra.
d. Inkontinensia dan disorientasi berat.

Alat dan Bahan


1. Sarung tangan steril.
2. Kateter steril (sesuai dengan ukuran dan jenis).
3. Duk steril.
4. Minyak pelumas/jeli.
5. Larutan pembersih antiseptik (kapas sublimat).
6. Spuit yang berisi cairan.
7. Perlak dan alasnya.
8. Pinset anatomi.
9. Bengkok.
10. Urineal bag.
11. Sampiran.

Prosedur Kerja (pada perempuan)


1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur.
3. Atur ruangan.
4. Pasang perlak/alas.
5. Gunakan sarung steril.
6. Pasang duk steril.
7. Bersihkan vulva dengan kapas sublimat dari atas kc bawah (kurang lebih 3 kali hingga bersih).
8. Buka labia mayor dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri dan bersihkan bagian dalam.
9. Kateter diberi minyak pelumas atau jeli pada ujungnnya (kurang lebih 2,5-5 cm) lalu asupan pelan-pelan
dan sambil anjurkan untuk tarik napas, asupan (2,5- 5 cm) atau hingga urine keluar.
10. Setelah selesai, isi balon dengan cairan aquades atau scienisnya dengan menggunakan spuit untuk
yang dipasang tetap dan bila tidak dipasang tetap, tarik kembali sambil pasien disuruh napas dalam.

Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi 5


Lihat blog tentang materi perkuliahan kesehatan di http://www.materi-kesehatan.blogspot.com
email: materikesehatan@gmail.com
11. Sambung kateter dengan urobag dan fiksasi ke arah samping.
12. Rapikan alat.
13. Cuci tangan.

Pemasangan Kateter Wanita (a)


Sumber. Potter dan Perry, 1997

Gambar Lanjutan Sumber: Potter dan Perry, 1997

Untuk didirikan ke kantung


Gambar Lanjutan,
Sumber: Potter dan Perry, 1997

Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi 6


Lihat blog tentang materi perkuliahan kesehatan di http://www.materi-kesehatan.blogspot.com
email: materikesehatan@gmail.com
Gambar Lanjutan
Sumber Potter dan Perry, 1997
ELIMINASI ALVI MANG AIR BESAR)
Sistem yang Berperan dalam Eliminasi AM
Sistem tubuh yang memiliki peran dalam proses climinasi alvi (buang air bcsar) adalah sistem
gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri atas duodenum,
jejunum, dan ileum dengan panjang kurang lebih 6 meter dengan diameter 2,5 cm, serta bcrfungsi absorpsi
elektrolit Na+, Cl-, K+, Mg2+, HCO3, dan kalsium. Usus bcsar dimulai dari rektum, kolon hingga anus yang
memiliki panjang kurang lebih 1,5 meter atau 50-60 inci dengan diameter 6 cm. Usus besar merupakan
bagian bawah atau bagian ujung dari saluran pencernaan, dimulai dari katup ileum caecum sampai ke
dubur (anus).
Pada batas antara usus besar dan ujung usus halus terdapat katup ileocaccal. Katup ini biasanya
mencegah zat yang masuk ke usus besar sebelum waktunya, dan mencegah produk buangan untuk kembali
ke usus halus. Produk buangan yang memasuki usus besar isinya berupa cairan. Setiap hari saluran anus
menyerap sekitar 800-1000 ml cairan. Penyerapan inilah yang menyebabkan feses mcmpunyai bentuk dan
setengah padat. Jika penyerapan tidak baik, produk buangan cepat melalui usus besar, feses itu lunak dan
berair. Kalau feses terlalu lama dalam usus besar, maka terlalu banyak air yang diserap sehingga feses
menjadi keying dan kerns.
Kolon sigmoid mengandung feses yang sudah siap untuk dibuang dan diteruskan ke dalam rektum.
Panjang rektum 12 cm (5 inci), 2,5 cm (1 inci) merupakan saluran anus. Dalam rektum tcrdapat tiga lapisan
jaringan transversal. Segitiga lapisan tersebut merupakan rektum yang menahan feses untuk sementara,
dan setup lipatan lapisan tersebut mempunyai arteri dan vena.
Gerakan peristaltik yang kuat dapat mendorong feses ke depan. Gerakan ini terjadi 1-4 kali dalam waktu
24 jam. peristaltik string terjadi sesudah makan. Biasanya l/ 2-1/3 dari produk buangan hasil makanan
dicernakan dalam waktu 24 jam, dibuang dalam feses dan sisanya sesudah 24-48 jam berikutnya.
Makanan yang diterima oleh usus halus dari lambung dalam bentuk setengah padat, atau dikenal
dengan nama chyme, baik berupa air, nutricn, maupun c1cktrolit kcmudian akan diabsorbsi. Us-us akan
mensekresi mukus, kalium, bikarbonat, dan enzim. Secara umum, kolon berfungsi sebagai tempat absorpsi,
proteksi, sekresi, dan eliminasi. Proses perjalanan makanan dari mulut hingga sampai rektum
membutuhkan waktu sclama 12 jam. Proses perjalanan makanan, khususnya pada daerah kolon, memiliki
beberapa gerakan, di antaranya haustral suffing atau dikenal sebagai gerakan mencampur zat makanan
dalam bentuk padat untuk mengabsorpsi air, kcmudian diikuti dengan kontraksi haustral atau gerakan
mendorong zat makanan/air pada daerah kolon dan terakhir terjadi gerakan peristaltik yaitu gerakan maju
kc anus.
Otot lingkar (sfingter) bagian dalam dan luar saluran anus menguasai pembuangan feses dan gas dari
anus. Rangsangan motorik disalurkan olch sistem simpatis dan rangsangan penghalang oleh sistem
parasimpatis (kraniosakral). Bagian dari sistem saraf otonom ini memiliki sistem kerja yang berlawanan
dalam keseimbangan yang dinamis. Sfingter luar anus merupakan otot bergaris dan di bawah penguasaan
parasimpatis. Baik di waktu sakit maupun schat dapat terjadi gangguan pada fungsi normal pembuangan
oleh usus yang dipengaruhi olch jumlah, sifat cairan, makanan yang masuk, taraf kegiatan, dan keadaan
emosi.

PROSES BUANG AIR BESAR (DEFEKASI)

Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi 7


Lihat blog tentang materi perkuliahan kesehatan di http://www.materi-kesehatan.blogspot.com
email: materikesehatan@gmail.com
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering discbut buang air besar. Terdapat dua pusat yang
menguasai refteks untuk defekasi, yang terletak di medula dan sumsum tulang belakang. Apabila terjadi
rangsangan parasimpatis, sfingter anus bagian dalam akan mengendor dan usus besar mengucup. Refiek
defekasi dirangsang untuk buang air besar, kcmudian sfingter anus bagian luar yang diawasi oleh sistem
saraf parasimpatis, setup waktu menguncup atau mengendor. Selama defekasi berbagai otot lain membantu
proses itu, seperti otot dinding perut, diafragma, dan otot-otot dasar pelvis.
Feses tcrdiri atas sisa makanan seperti selulosa yang tidak direncanakan dan zat makanan lain yang
seluruhnya tidak dipakai oleh tubuh, berbagai macam mikroorganismc, sekresi kelenjar usus, pigmen
empedu, dan cairan tubuh. Feses Yang normal terdiri atas messes padat, berwarna coklat karena
disebabkan oleh mobilitas scbagai hasil reduksi pigmen empedu dan usus kecil.
Secara umum, tcrdapat dues macam refleks yang mcmbantu proses defekasi yaitu pertama, refleks,
defekasi intrinsik yang dimulai dari adanya zat sisa makanan (feses) dalam rektum sehingga terjadi distensi,
kemudian flexes mesenterikus merangsang gcrakan peristaltik, dan akhirnya feses sampai di anus, lalu pada
saat sfingter interna relaksasi, maka terjadilah proses defekasi. Kedua, refleks defekasi parasimpatis. Adanya
feses dalam rektum yang mcrangsang saraf rektum, kc spinal cord, dan rricrangsang ke kolon desenden,
kemudian ke sigmoid, lalu ke rektum dengan gcrakan peristaltik dan akhirnya terjadi relaksasi sfingter
interna, maka terjadilah proses defekasi saat sfingter interna berelaksasi.

GANGGUAN/MASALAH ELIMINASI ALVI

Konstipasi
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko tinggi mengalami stasis usus besar
sehingga menimbulkan climinasi yang jarang atau kerns, atau keluarnya tinja terlalu ke ying dan kerns.
Tanda Klinis:
a. Adanya feses yang kerns.
b. Defekasi kurang dari 3 kali seminggu.
c. Mcnurunnya bising usus.
d. Adanya keluhan pada rektum.
e. Nyeri saat mcngejan dan defekasi.
f. Adanya perasaan masih ada sisa feses
Kemungkinan Penycbab:
a. Defek persarafan, kelemahan pelvis, imobilitas karena ccdera serebrospinalis, CVA (cerebro uaskular
accident) dan lain-lain.
b. Pola defekasi yang tidak teratur.
c. Nyeri saat defekasi karena hemoroid.
d. Menurunnya peristaltik karena stres psikologis.
e. Penggunaan obat seperti antasida, laksantif, atau anaestesi.
f. Proses menua (usia lanjut).

Diare
Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko searing mengalami pengeluaran feses
dalam bentuk cair. Diare string disertai kcjang usus, mungkin ada rasa mual dan muntah.
Tanda Klinis:
a. Adanya pengeluaran feses cair.
b. Frekuensi lebih dari 3 kali schari.
c. Nyeri/kram abdomen.
d. Bising usus meningkat.
Kemungkinan Penycbab:
a. Malabsorpsi atau inflamasi, proses infeksi.
b. Peningkatan peristaltik karena peningkatan metabolisms.
c. Efek tinclakan pembedahan usus.
d. Efck penggunaan obat seperti antasida, laksansia, antibiotik, dan lain-lain.
e. Strcs psikologis.

Inkontinensia Usus
Inkontinesia usus merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan dari proses defekasi
normal mengalami proses pengeluaran feses tak disadari. Hal ini juga disebut sebagai inkontincnsia alvi
yang merupakan hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui sfingter
akibat kerusakan sfingter.
Tanda Klinis:
a. Pengeluaran feses yang tidak dikchendaki.
Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi 8
Lihat blog tentang materi perkuliahan kesehatan di http://www.materi-kesehatan.blogspot.com
email: materikesehatan@gmail.com
Kemungkinan Penyebab:
a. Gangguan sfingter rektal akibat cedes anus, pembedahan, dan lain-lain.
b. Distensi rektum berlebih.
c. Kurangmya kontrol sfingtcr akibat cedes medula spinalis, CVA, dan lain-lain.
d. Kerusakan kognitif.

Kembung
Kembung merupakan keadaan penuh udara dalam perut karma pengumpulan gas sccara b(,-rlcbihan dalam
lambung atau usus.

Hemorroid
Hemorroid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan
tekanan di dacrah anus yang dapat disebabkan karena konstipasi, perenggangan saat defekasi, dan lain-
lain.

Fecal Impaction
Fecal impaction merupakan maser feses keras dilipatan rektum yang diakibatkan olch retensi dan akumulasi
materi feses yang berkepanjangan. Penyebab konstipasi asupan kurang, aktivitas kurang, diet rendah serat,
dan kelemahan tonus otot.

FAKTOR YANG MEMENGARUHI PROSES DEFEKASI


1. Usia
Setiap tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi yang berbeda. Bayi
belum memiliki kemampuan mengontrol secara penuh dalam buang air besar, sedangkan orang dewasa
sudah memiliki kemampuan mengontrol secara penuh, kemudian pada usia lanjut proses pengontrolan
tersebut mengalami penurunan.

2. Diet
Diet atau pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat memengaruhi proses defekasi. Makanan yang
memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses percepatan defekasi dan jumlah yang
dikonsumsi pun dapat memengaruhinya.

3. Asupan cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras oleh karena proses
absorpsi air yang kurang sehingga dapat memengaruhi kesulitan proses defekasi.

4. Aktivitas
Aktivitas dapat memengaruhi proses defekasi karena mclalui aktivitas tonus otot abdomen, pelvis, dan
diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi, sehingga proses gerakan peristaltik pada daerah
kolon dapat bcrtambah baik, dan memudahkan untuk membantu kelancaran proses defekasi.

5. Pengobatan
Pengobatan juga dapat memengaruhinya proses defekasi seperti pengunaan obat-obatan laksatif atau
antasida yang terlalu sering.

6. Gaya Hidup
Kcbiasaan atau gaya hidup dapat memengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat terlihat pada seseorang
yang memiliki gaya hidup sehat/kebiasaan melakukan buang air besar ditempat yang bersih atau toilet,
maka ketika sescorang tersebut buang air besar ditempat yang terbuka atau tempat yang kotor maka ia
akan mengalami kcsulitan dalam proses defekasi.

7. Penyakit
Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit penyakit tersebut
berhubungan langsung dengan sistem pencernaan seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi lainya.

8. Nyeri
Adanya nyeri dapat memengaruhi kemampuan/keinginan untuk berdefekasi seperti nyeri pada kasus
hemoroid, dan episiotomi.

9. Kerusakan Sensoris dan Motoris


Kerusakan pada sistem sensoris dan motoris dapat memengaruhi proses defekasi karena dapat
menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam berdefekasi. Hal tersebut dapat diakibatkan

Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi 9


Lihat blog tentang materi perkuliahan kesehatan di http://www.materi-kesehatan.blogspot.com
email: materikesehatan@gmail.com
karena kerusakan pada tulang belakang atau kerusakan saraf lainnya.

TINDAKAN MENGATASI MASALAH ELIMINASI ALVI (BUANG AIR BESAR)

Menyiapkan Feses untuk Bahan Pemeriksaan


Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan merupakan cara yang dilakukan untuk mengambil Feses
sebagai bahan -pemeriksaan, yaitu pemeriksaan lengkap dan pemeriksaan kultur (pembiakan).
1. Pemeriksaan feses lengkap merupakan pemeriksaan feses yang terdiri alas pemeriksaan warner, bau,
konsistensi, lendir, darah, dan lain-lain.
2. Pemeriksaan feses kultur merupakan pemeriksaan feses melalui biakan dengan cara toucher (lihat
prosedur pengambilan feses melalui Langan).

Alat:
1. Tempat penampung atau botol penampung beserta penutup.
2. Etiket khusus.
3. Dua batting lidi kapas sebagai alat untuk mengambil feses.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Anjurkan untuk buang air besar lalu ambil feses mclalui lidi kapas yang telah
dikeluarkan. Setelah selesai anjurkan untuk membersihkannya daerah sekitar
anus.
4. Asupan bahan pemeriksaan kc dalam botol yang tclah disediakan.
5. Catat names pasien dan tanggal pcngambilan bahan pemeriksaan.
6. Cuci tangan.
7.
Menolong Buang Air Besar dengan Menggunakan Pispot
Menolong buang air besar dengan menggunakan pispot merupakan tindakan kcperawatan yang dilakukan
pada pasien yang tidak mampu buang air besar secara sendiri di kamar kecil dengan cara membantu
menggunakan pispot (penampung) untuk buang air besar di tempat tidur, dengan tujuan memenuhi
kebutuhan eliminasi alvi.

Alat dan Bahan:


1. Alas/perlak.
2. Pispot.
3. Air besih.
4. Tisu.
5. Sampiran apabila tempat pasien di bangsal umum.
6. Sarung tangan.

Gambar Pispot
Sumber: Kathleen Hoerth Belland dan Mary Ann Wells, 1986
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Pasang sampiran kalau di bangsal umum.
4. Gunakan sarung tangan.
5. Pasang pengalas di bawah glutea.
6. Tempatkan pispot di antara pengalas tepat di bawah glutea dengan posisi
bagian lubang pispot, tepat di bawah rektum.
7. Setelah pispot tepat di bawah glutea, tanyakan pada pasien apakah sudah
nyaman atau bclum kalau bclum, atur sesuai dengan kebutuhan.
8. Anjurkan pasien untuk buang air besar pada pispot yang disediakan.
9. Setelah selesai siram dengan air hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi 10
Lihat blog tentang materi perkuliahan kesehatan di http://www.materi-kesehatan.blogspot.com
email: materikesehatan@gmail.com
10. Catat tanggal dan jam defekasi serta karakteristiknya.
11. Cuci tangan.

Memberikan Huknah Rendah


Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukan cairan hangat ke dalam kolon desend dengan
menggunakan kanula rekti mclalui anus,yang bertujuan untuk mengosongkan usus pada proses prabedah
agar dapat mencegah terjadinya obstruksi makanan sebagai dampak dari pascaoperasi dan merangsang
buang air bestir bagi pasien yang mengalami kesulitan dalam buang air besar.

Alat dan Bahan:


1. pengalas.
2. Irigator lengkap dengan kanula rekti.
3. Cairan hangat kurang lebih 700 ml-1000 ml dengan suhu 40,5-43 derajat celcius pada
orang dewasa.
4. Bengkok.
5. Jeli.
6. pispot.
7. Sampiran.
8. Sarung tangan.
9. risu.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Alaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur ruangan, letakkan sampiran apabila di bangsal umum atau tutup pintu apabila di
ruang sendiri.
4. Atur posisi pasien dengan posisi sim miring ke kiri.
5. Pasang pengalas di bawah glutea.
6. Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan (40,5-43 derajat celcius) dan
hubungkan kanula rekti, kemudian cek aliran dengan membuka kanula dan keluarkan air
ke bengkok dan berikan jeli pada ujung kanula.
7. Gunakan sarung tangan dan asupan kanula kira-kira 15 cm ke dalam rektum ke arah
kolon desenclen sambil pasien diminta untuk bernapas panjang dan memegang Irigator
setinggi 50 cm dari tempat tidur. Buka klemnya dan air dialirkan sampai pasien
menunjukkan keinginan untuk buang air besar.
8. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila mau buang air besar dan pasting pispot
atau anjurkan ke toilet. Jika pasien tidak mampu mobilisasi jalan bcrsihkan daerah
sekitar rektum hingga bersih.
9. Cuci tangan.
10. Catat jumlah feses yang keluar, warner, konsistensi dan respons pasien.

Memberikan Huknah Tinggi


Memberikan huknah tinggi merupakan tindakan keperawatan dengan Cara memasukkan cairan hangat ke
dalam kolon asenden dengan menggunakan kanula usus, dengan tujuan untuk mengosongkan usus pada
pasien prabedah atau untuk prosedur diagnostik.

Alat dan Bahan:


1. Pengalas.
2. Irigator lengkap dengan kanula usus.
3. Cairan hangat (seperti huknah rendah).
4. Bengkok.
5. Jeli.
6. Pispot.
7. Sampiran.
8. Sarung tangan.
9. Tisu.
prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur ruangan, gunakan sampiran apabila pasien berada di ruang bangsal,
umum atau tutup pintu.

Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi 11


Lihat blog tentang materi perkuliahan kesehatan di http://www.materi-kesehatan.blogspot.com
email: materikesehatan@gmail.com
4. Atur posisi pasien dengan posisi sim miring ke kanan.
5. Gunakan sarung tangan.
6. Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan dan hubungkan kanula
usus, kemudian cek aliran dengan membuka kanula dan keluarkan air ke
bengkok lalu berikan jeli pada ujung kanula.
7. Masukkan kanula ke dalam rektum ke arah kolon asenden kurang lebih 15-20
cm sambil pasien disuruh tarik napas panjang dan pegang irigator. setinggi 30
cm dari tempat tidur dan buka klem sehingga air mengalir pada rectum
sampai pasien menunjukkan ingin buang air besar.
8. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila mau buang air besar dan
pasang pispot atau anjurkan ke toilet, kalau tidak mampu ke toilet bersihkan
dengan air sampai bersih dan keringkan dengan tisu.
9. Buka sarung tangan dan catat jumlah, warna, konsistensi, dan respons
pasien.
10. Cuci tangan.

Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi 12


Lihat blog tentang materi perkuliahan kesehatan di http://www.materi-kesehatan.blogspot.com
email: materikesehatan@gmail.com
Memberikan Gliserin
Memberikan gliserin merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan gliserin kedalam
poros usus dengan menggunakan spuit gliserin, bertujuan merangsang peristaltik usus, sehingga pasien
dapat buang air besar (khususnya pada orang yang mengalami sembelit) dan juga dapat digunakan untuk
persiapan operasi.

Alat dan Bahan:


1. Spuit gliserin.
2. Gliserin dalam tempatnya.
3. Bengkok.
4. Pengalas.
5. Sampiran.
6. Sarung tangan.
7. Tisu.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Atur ruangan, apabila pasien sendiri maka tutup pintu, dan gunakan sampiran bila di ruang bangsal
umum.
4. Atur posisi pasien (miringkan ke kiri), dan berikan pengalas di bawah gluten, serta buka pakaian bawah
pasien.
5. Gunakan sarung tangan, kemudian spuit diisi gliserin kurang lebih 10-20 cc dan cek kehangatan cairan
gliserin.
6. Masukkan gliserin perlahan-lahan ke dalam anus dengan cara tangan kiri mendorong perenggangan
daerah rektum, tangan kanan memasukkan spuit kedalam anus sampai pangkal kanula dengan ujung
spuit diarahkan kedepan dan anjurkan pasien napas dalam.
7. Setelah selesai, cabut dan masukkan ke dalam bengkok. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar rasa
ingin defekasi dan pasang pispot. Apabila pasien tidak mampu ke toilet, bersihkan dengan air hingga
bersih dan keringkan dengan tisu.
8. Pasang pispot atau anjurkan ke toilet.
9. Lepaskan sarung tangan, catat jumlah feses yang keluar, warna, konsistensi, dan respons pasien.
10. Cuci tangan.

Gambar Pemberian Gliserin per Rektal Sumber: Potter dan Perry, 1994

Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi 13


Lihat blog tentang materi perkuliahan kesehatan di http://www.materi-kesehatan.blogspot.com
email: materikesehatan@gmail.com
Mengeluarkan Feses dengan Jari
Mengeluarkan feses dengan jari merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan jari ke dalam
rektum pasien cara ini digunakan untuk mengambil atau mcnghancurkan massa feses sekaligus
mengeluarkannya. Indikasi tindakan ini adalah apabila massa feses terlalu keras dan dalam pemberian
enema tidak berhasil, konstipasi serta terjadi pengerasan feses pada lansia yang tidak mampu dikeluarkan.

Alat dan Bahan:


1. Sarung tangan.
2. Minyak pelumas/jeli.
3. Alat penampung atau pispot.
4. Pcngalas.
5. Sarung tangan.

Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Gunakan sarung tangan dan beri minyak pelumas Ueli) pada jari telunjuk.
4. Atur posisi miring dengan lutut flcksi.
5. Masukkan jari ke dalam rektum dan dorong dengan perlahan-lahan sepanjang dinding
rektum ke arah umbilikus (ke arah masa feses yang impaksi).
6. Secara perlahan-lahan lunakkan massa dengan masase daerah feses yang impaksi
(arahkan jari pada inti yang keras).
7. Gunakan pispot bila ingin buang air besar atau bantu ke toilet.
8. Lepaskan sarung tangan, kemudian catat jumlah feses yang keluar, warna, kepadatan,
serta respons pasien.
9. Cuci tangan. (Hidayat, AAA dan Uliyah, M, 2005).

OLEH :
1. EMAH SUAEMAH
2. NENDEN RATNA DEWI

Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi 14


Lihat blog tentang materi perkuliahan kesehatan di http://www.materi-kesehatan.blogspot.com
email: materikesehatan@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai