OLEH :
KELOMPOK 4 / KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
NAMA ANGGOTA KELOMPOK :
1. DEWA AYU TRISNA WINDYA DEWI (02 / 213213312)
2. NI LUH AYU CAHYANI (06 / 213213317)
3. NI MADE MIRAH MAHESWARI (09 / 213213320)
4. I KETUT SUMERTAYASA (11 / 213213322)
5. KADEK GAYATRI S.P (17 / 213213328)
6. NI LUH PUSPASARI APRILIA PUTRI (24 / 213213335)
7. ANAK AGUNG ISTRI PERMITASARI (29 / 213213340)
8. SHAZA AMELIA AMAY PUTERI (37 / 213213348)
9. ANAK AGUNG ESHA WAISYAKA (38 / 213213349)
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN.....................................................................................................
1.1.Latar Belakang..........................................................................................................
1.2.Rumusan masalah.....................................................................................................
1.3.Tujuan penulisan......................................................................................................
1.4.Manfaat penulisan....................................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN......................................................................................................
2.1.Konsep dan Prinsip Kebutuhan Eliminasi Urin....................................................
2.1.1.Fisiologi Organ Eliminasi Urine......................................................................
2.1.2.Faktor Yang Memengaruhi Urinisasi.............................................................
2.1.2.1Faktor Internal........................................................................................
2.1.2.2Faktor Eksternal.....................................................................................
2.1.3.Perubahan Dalam Eliminasi Urine.................................................................
2.1.4.Pengambilan keputusan...................................................................................
2.1.5.Diversi Urine.....................................................................................................
2.2.Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Elemenasi Urine.............
2.2.1.Pengkajian........................................................................................................
2.2.2.Diagnosa...........................................................................................................
2.2.3.Intervensi..........................................................................................................
2.2.4.Implementasi....................................................................................................
2.2.5.Evaluasi............................................................................................................
BAB III.PENUTUP...............................................................................................................
1. Kesimpulan................................................................................................................
2. Saran ..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
1. PENDAHULUAN
Eliminasi urine merupakan salah satu dari proses metabolik tubuh. Zat yang
tidak dibutuhkan, dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan.
Paru-paru secara primer mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang
dibentuk selama metabolisme pada jaringan. Hampir semua karbondioksida dibawa
ke paru-paru oleh sistem vena dan diekskresikan melalui pernapasan. Kulit
mengeluarkan air dan natrium / keringat. Ginjal merupakan bagian tubuh primer
yang utama untuk mengekskresikan kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion
hidrogen, dan asam. Eliminasi urine secara normal bergantung pada satu
pemasukan cairan dan sirkulasi volume darah, jika salah satunya menurun,
pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran urin juga berubah pada seseorang
dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan kandungan produk
sampah didalam urine.
1.3. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah di paparkan, berikut adalah tujuan dari
penulisan makalah ini :
1.4. MANFAAT
2. Ureter
Ureter merupakan saluran yang berbentuk tabung dari ginjal ke kandung kemih,
panjangnya 25-30 cm dengan diameter 6mm. Berjalan mulai dari dari pelvis renal
stinggi lumbal ke-2. Posisi ureter miring dan menyempit di tiga titik, yaitu : di titik
asal ureter pada pelvis ginjal, titik saat melewati pinggiran pelvis, dan titik pertemuan
dengan kandung kemih. Lapisan dinding ureter terdiri dari: Dinding luar jaringan
ikat (jaringan fibrosa) Lapisan tengah lapisan otot polos Lapisan sebelah dalam
lapisan mukosa Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik
yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.
3. Kandung Kemih Kandunng kemih merupakan organ berongga dan berotot yang
berfungsi menampung urine sebelum dikeluarkan melalui uretra. Kandung kemih
terletak pada rongga pelvis.Pada laki-laki, kandung kemih berada di belakang simfisis
pubis dan di depan rektum, sedangkan pada wanita kandung kemih berada di bawah
uterus dan di depan vagina. Dinding lapisan kandung kemih terdiri dari: Lapisan
mukosa (lapisan paling dalam). Lapisan submukosa. Lapisan otot detrusor (lapisan otot
polos yang satu sama lain membentuk sudut). Lapisan serosa (lapisan paing luar).
4. Uretra Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang
berfungsi menyalurkan urine dari kandung kemih ke luar. Uretra memanjang dari leher
kandung kemih sampai ke meatus. Pada wanita, panjangnya sekitar 4 cm, lokasinya
antara klirotis dengan liang vagina. Panjang uretra laki-laki sekitar 20 cm, terbagi atas
3 bagian : Prostatik Uretra yang panjangnya sekitar 3 cm, terletak di bawah leher
kandung kemih sampai kelenjar prostat. Membranasea uretra yang panjangnya 1-2 cm
yang di sekitarnya terdapat sfingter uretra eksterna. Kavertus atau penile uretra yang
panjangnya sekitar 15 cm memanjang dari penis sampai orifisium uretra. pada laki-laki
uretra juga tempat pengeluaran sperma saat ejakulasi. Dinding uretra terdiri dari 3
lapisan: 1. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria.
Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sfinger uretra menjaga agar uretra tetap
tertutup.
2. Hormon insulin
Penyakit kencing manis (diabetes) disebabkanoleh kekurangan hormon insulin dalam
darah.Kadar hormon insulin yang rendahmenyebabkan produksi urine
meningkats e h i n g g a p e n d e r i t a s e r i n g m e n g e l u a r k a n urine.
2. Konsumsi garam
Orang yang banyak mengkonsumsi garam lebihbanyak mengeluarkan urine dari tubuh.
Kadargaram yang tinggi dalam darah menyebabkanginjal memproduksi garam mineral
yang lebihbanyak sehingga produksi urine meningkat.
2.1.5.DIVERSI URINE
1. Diversi urine
Diversi urinarius adalah stoma urinarius untuk mengalihkan aliran urin dari ginjal secara
langsung ke permukaan abdomen dilakukan karena beberapa alasan. Jadi, diversi urin
merupakan suatu prosedur untuk mengalihkan alirain urin karena beberapa alasan mis kanker
kandung kemih, trauma, pada suatu lubang pada abdomen dengan beberapa metode. Prosedur
ini terutama dilakukan jika tumor kandung kemih memerlukan pengangkatan keseluruhan
kandung kemih (sistektomi). Diversi urin ini juga sudah pernah dilakukan dalam
penatalaksanaan malignasi pelvis, defek lahir, striktur dan trauma pada ureter serta uretra,
kandung kemih neurogenik, infeksi kronis yang menyebabkan kerusakan ureter serta ginjal
yang berat dan sistitis interstisialis yang membandel.
a) Ada empat kategori diversi urin, sebagai berikut :
➢ Diversi ureteroenterokutaneus (bagian dari intestinum digunakan
untukmembuat tempat penampungan urin yang baru).
➢ Diversi usus yaitu mengganti buli-buli dengan ilcum sebagai penampung urin.
sedangkan untuk mengeluarkan unrine di pasang kateter menetap melalui
sebuah stoma. Konduit ini di perkenalkan oleh Bricker pada tahun 1950 dan
saat ini tidak banyak dikerjakan lagi karena tidak praktis.
➢ Diversi urine kontinen yaitu mengganti buli-buli dengan segmen ileum dengan
membuat stoma yang kontinen (dapat menahan urine pada volume tertentu).
Urine kemudian dikeluarkan melalui stoma dengan melakukan katerisasi
mandiri secara berkala. Cara diversi urine ini yang terkenal adalah cara Kock
pouch dan Indiana pouch
➢ Diversi urine orthotopic adalah membuat neobladder dari segman usus yang
kemudian dilakukan anastomosis dengan uretra. Teknik ini dirasa lebih
fisiologis untuk pasien, karena berkemih melalui uretra dan tidak memakai
stoma yang dipasang abdomen. Tehnik ini pertama diperkenalkan oleh Camey.
2.2.2.DIAGNOSA
Diagnosis keperawatan adalah bagian dari proses keperawatan yang merupakan bagian dari
penilaian klinis tentang pengalaman/tanggapan individu, keluarga, atau masyarakat terhadap
masalah kesehatan aktual/potensial/proses kehidupan. Diagnosis keperawatan mendorong praktik
independen perawat (misalnya, kenyamanan atau kelegaan pasien) dibandingkan dengan
intervensi dependen yang didorong oleh perintah dokter (misalnya, pemberian obat).[1] Diagnosis
keperawatan dikembangkan berdasarkan data yang diperoleh selama pengkajian atau asesmen
keperawatan meliputi pengkajian data pribadi, Pola Gordon, dan pemeriksaan fisik head to toe
atau sistem 6B.
Diagnosis keperawatan berdasarkan pada masalah yang muncul pada saat pengkajian, meliputi:
1. Diagnosis Aktual
Penilaian klinis tentang pengalaman/tanggapan individu,
keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan yang
terjadi saat ini (Here and Now). Contoh diagnosis keperawatan
aktual ini : gangguan bersihan jalan napas.
2. Diagnosis Risiko, Diagnosis risiko mewakili kerentanan terhadap
masalah kesehatan. Contoh diagnosis risiko ini: risiko syok.
3. Diagnosis Potensial, diagnosis potensial adalah promosi
kesehatan untuk mengidentifikasi bidang-bidang yang dapat
ditingkatkan mengenai kesehatan. Contoh diagnosis potensial ini
: kesiapan peningkatan kebutuhan nutrisi.
4. Diagnosis Sindrom
Diagnosis sindrom mengidentifikasi gangguan kesehatan yang
tejadi secara bersamaan dan melalui perencanaan yang sama.
Contoh diagnosis sindrom : sindrom stres relokasi.
Jika memungkinkan, diagnosis keperawatan mengintegrasikan keterlibatan pasien di seluruh
proses. NANDA International (NANDA-I) adalah badan profesional yang mengembangkan,
meneliti dan menyempurnakan taksonomi resmi diagnosis keperawatan.
Semua perawat harus terbiasa dengan langkah-langkah proses keperawatan untuk mencapai
efisiensi dalam menjalankan profesi mereka. Untuk mendiagnosis dengan benar, perawat harus
membuat kesimpulan dengan cepat dan akurat dari data pasien. Penilaian dilakukan berdasarkan
pengetahuan tentang disiplin keperawatan dan konsep yang menjadi perhatian perawat.
2.2.3.INTERVENSI
Intervensi (perencanaan) ialah kegiatan dalam keperawatan yang meliputi, pusat tujuan pada
klien, menetapkan hasil apa yang ingin dicapai serta memilih intervensi keperawatan agar dengan
mudah mencapai tujuan.Tahapan perencanaan ini memberi kesempatan kepada perawat,pasien
atau klien, serta orang terdekat klien dalam merumuskan rencana tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah yang dialami oleh klien tersebut.Perencanaan tersebut merupakan suatu
petunjuk yang tertulis dengan menggambarkan sasaran yang tepat dan sesuai dengan rencana
tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan
diagnosa keperawatan.
- Intervensi keperawatan yang independen, yang dilakukan perawat terhadap klien secara
mandiri tanpa peran aktif dari tenaga kesehatan lain.
- Intervensi keperawatan kolaboratif, intervensi yang dilakukan oleh perawat pada pasien
atau klien dalam bentuk kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya.
- Fase pertama ialah fase persiapan, yaitu persiapa pengetahuan tentang validasi rencana,
implementasi pada rencana, persiapan klien dan juga keluarganya
- Fase kedua, puncak pada implementasi keperawatan yang berorintasi kepada tujuan
tersebut. Pada tahap ini, perawat menyimpulkan data yang dihubungkan terkait dengan
reaksi klien.
- Fase ketiga, terminasi perawat dank lien setelah fase implementasi keperawatan selesai
dilakukan.
Harus memberi tanggal dan disertai tanda tangan rencana, sebab tanggal pada penulisan rencana
memiliki peran yang penting untuk evaluasi, tinjauan dan rencana yang akan datang.
2.2.4.IMPLEMENTASI
Implementasi :
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan pasien. Agar implementasi / pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu
dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon
pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan
perawatan.
2.2.5.EVALUASI
Riwayat keperawatan klien tentang pola berkemih, gejala dari perubahan berkemih, dan
faktor yang mempengaruhi berkemih. Pemeriksaan fisik klien meliputi 1) abdomen, pembesaran,
pelebaran pembuluh darah vena, distensi bladder, pembesaran ginjal, nyeri tekan , tenderness,
bissing usus, 2) genetalia wanita, inflamasi, nodul, lesi, adanya secret dari meatus, kesadaran,
antropi jaringan vagina, dan genetalia laki-laki : kebersihan, adanya lesi, tenderness, adanya
pembesaran skrotum. Identifikasi intake dan output cairan dalam (24 jam). Pemeriksaan urine :
warna, enampilan, Bau , Berat jenis, Glukosa, Keton, Kultur urine,kuman petogen.
Diagnosis keperawatan adalah bagian dari proses keperawatan yang merupakan bagian dari
penilaian klinis tentang pengalaman/tanggapan individu, keluarga, atau masyarakat terhadap
masalah kesehatan aktual/potensial/proses kehidupan.
Diagnosis keperawatan berdasarkan pada masalah yang muncul pada saat pengkajian, meliputi:
1.Diagnosis Aktual
2. Diagnosis Resiko
3. Diagnosis Potensial
4. Diagnosis Sindrom
Intervensi (perencanaan) ialah kegiatan dalam keperawatan yang meliputi, pusat tujuan pada klien,
menetapkan hasil apa yang ingin dicapai serta memilih intervensi keperawatan agar dengan mudah
mencapai tujuan. Intervensi keperawatan terbagi menjadi dua, sebagai berikut :
Intervensi keperawatan yang independen, Intervensi keperawatan kolaboratif. Pada tahap ini untuk
melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan
pasien. Agar implementasi / pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu
mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap
intervensi.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
1. Eliminasi urine merupakan salah satu proses metabolic tubuh. Urin dikeluarkan melalui paru-
paru, kulit , ginjal dan pencernaan
2. Sistem perkeminhan terdiri dari dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, dua ureter yang
membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), satuvesika urinaria (VU), tempat
urin dikumpulkan, dan satu uretra, unin dikeluarkan dari vesika urinaria.
3. Faktor yang mempengaruhi eliminasi urine yaitu diet dan asupan (intake). respons keinginan
awal untuk berkemih, gaya hidup, stres psikologis, tingkat.Aktivitas, tingkat perkembangan
kondisi penyakit, sosiokultural, kebiasaan seseorang, tonus otot, pengobatan, dan pemeriksaan
diagnostik.
2. SARAN
Bagi klien yang mengalami gangguan eliminasi urine diharapkan mempertahankan kontinuitas
tindakan keperawatan secara mandiri berupa bladder training, pengaturan konsumsi cairan yang
adekuat, agar memberikan hasil yang positif bagi klien.
Setelah dilakukan studi kasus asuhan keperawatan pada klien maka kami sarankan perawat dalam
rangka meningkatkan pelayanan untuk melanjutkan asuhan keperawatan khususnya bladder
training. Hal ini juga dapat dilakukan pada klien lain yang mengalami gangguan eliminasi urine.
Sebagai seorang perawat pemahaman tentang kebutuhan eliminasi urine harus lebih dalam
dipelajari dan dipahami lebih lanjut
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk kesempurnaan pelenitian lebih lanjut, yaitu melakukan
asuhan keperawatan baik pengkajian, perumusan diagnosa, penyusunan rencana keperawatan,
pemberian tindakan keperawatan dan evaluasi dilakukan secara tepat dan berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA
Winata, S. D. (2015). Gejala, Diagnosis, dan Tata Laksana pada Pasien Peminum Kafein yang
Refany, E., Pangaribuan, R., & Tarigan, J. (2021). Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Pada
Inkontinensia Urine Dengan Kegel Exercise Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
ELIMINASI URIN.
Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2015). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Health Books
Publishing.
Kasiati, Ni Wayan Dwi Rosmalawati. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia 1. Jakarta Selatan.