Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MENGENAI

KEBUTUHAN ELIMINASI URINE

OLEH :
KELOMPOK 4 / KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
NAMA ANGGOTA KELOMPOK :
1. DEWA AYU TRISNA WINDYA DEWI (02 / 213213312)
2. NI LUH AYU CAHYANI (06 / 213213317)
3. NI MADE MIRAH MAHESWARI (09 / 213213320)
4. I KETUT SUMERTAYASA (11 / 213213322)
5. KADEK GAYATRI S.P (17 / 213213328)
6. NI LUH PUSPASARI APRILIA PUTRI (24 / 213213335)
7. ANAK AGUNG ISTRI PERMITASARI (29 / 213213340)
8. SHAZA AMELIA AMAY PUTERI (37 / 213213348)
9. ANAK AGUNG ESHA WAISYAKA (38 / 213213349)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan terhadap Tuhan yang Maha Esa. Berkat rahmat
dan karunian-Nya kami dapat menyusun tugas makalah ini dengan isi yang dapat membantu
kami mengenal lebih dalam mengenai ilmu kesehatan keperawatan. Dengan berkat beliau lah
kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia dengan judul yaitu “Makalah Mengenai Kebutuhan
Eliminasi Urine”.
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini kami menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus
memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki oleh karena itu kami
mengharapkan segala bentuk dan saran serta masukan bahkan kritikan yang membangun dari
berbagai pihak.Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu pendidikan khususnya ilmu kesehatan.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membaca.
Sekiranya makalah yang kami susun dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalah kata-kata yang kurang
berkenan ataupun ada kesalah dalam penulisan makalah ini.

Denpasar, 29 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN.....................................................................................................
1.1.Latar Belakang..........................................................................................................
1.2.Rumusan masalah.....................................................................................................
1.3.Tujuan penulisan......................................................................................................
1.4.Manfaat penulisan....................................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN......................................................................................................
2.1.Konsep dan Prinsip Kebutuhan Eliminasi Urin....................................................
2.1.1.Fisiologi Organ Eliminasi Urine......................................................................
2.1.2.Faktor Yang Memengaruhi Urinisasi.............................................................
2.1.2.1Faktor Internal........................................................................................
2.1.2.2Faktor Eksternal.....................................................................................
2.1.3.Perubahan Dalam Eliminasi Urine.................................................................
2.1.4.Pengambilan keputusan...................................................................................
2.1.5.Diversi Urine.....................................................................................................
2.2.Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Elemenasi Urine.............
2.2.1.Pengkajian........................................................................................................
2.2.2.Diagnosa...........................................................................................................
2.2.3.Intervensi..........................................................................................................
2.2.4.Implementasi....................................................................................................
2.2.5.Evaluasi............................................................................................................
BAB III.PENUTUP...............................................................................................................
1. Kesimpulan................................................................................................................
2. Saran ..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
1. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Eliminasi urine merupakan salah satu dari proses metabolik tubuh. Zat yang
tidak dibutuhkan, dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan.
Paru-paru secara primer mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang
dibentuk selama metabolisme pada jaringan. Hampir semua karbondioksida dibawa
ke paru-paru oleh sistem vena dan diekskresikan melalui pernapasan. Kulit
mengeluarkan air dan natrium / keringat. Ginjal merupakan bagian tubuh primer
yang utama untuk mengekskresikan kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion
hidrogen, dan asam. Eliminasi urine secara normal bergantung pada satu
pemasukan cairan dan sirkulasi volume darah, jika salah satunya menurun,
pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran urin juga berubah pada seseorang
dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan kandungan produk
sampah didalam urine.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana konsep dan prinsip dari eliminasi urine?


2. Apa saja fisiologi dari eliminasi urine ?
3. Bagaimana proses perubahan yg terjadi di eliminasi urine ?
4. Apa itu diversi urine?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada eliminasi urine?

1.3. TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah yang telah di paparkan, berikut adalah tujuan dari
penulisan makalah ini :

1.1. Untuk mengetahui konsep dan prinsip dari kebutuhan eliminasi


1.2. Untuk mengetahui fisiologis organ dari eliminasi urine
1.3. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi di eliminasi urine
1.4. Untuk mengetahui Diversi urine
1.5. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan eliminasi urine

1.4. MANFAAT

Adapun manfaat penulisan makalah mengenai kebutuhan eliminasi urine sebagai


berikut :

Dapat mengetahui dan dapat memahami konsep kebutuhan eliminasi urine


beserta anatomi fisiologi sistem perkemihan. Manfaat bagi pembacanya dapat
dijadikan sebagai refrensi , dan dapat menambah wawasan tentang kebutuhan
eliminas urine.
BAB II

2.1. KONSEP DAN PRINSIP KEBUTUHAN ELIMINASI URIN

Eliminasi Menurut kamus bahasa Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan,


penyingkiran, penyisihan.Dalam bidang kesehatan, Eliminasi adalah proses pembuangan sisa
metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses).Eliminasi pada manusia digolongkan
menjadi 2 macam, yaitu:1. Defekasi Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau
prosesmakhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah- padat
yang berasal dari sistem pencernaan (Dianawuri, 2009).2. Miksi adalah proses pengosongan
kandung kemih bila kandung kemih terisi.Miksi ini sering disebut buang air kecil.

2.1.1FISIOLOGI ORGAN ELEMINASI URINE


1. Ginjal Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau
abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan
limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar
suprarenal). Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi
tempat untuk hati. Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan
duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak
pararenal) yang membantu meredam goncangan. fungsi ginjal : 1. Pengaturan volume
dan komposisi darah. 2. Pengaturan jumlah dan konsentrasi elektrolit pada cairan
ekstrasel, seperti natrium, klorida, bikarbonat, kasium, magnesium, fosfat, dan
hidrogen. 3. Membantu mempertahankan keseimbangan asam basa (pH) darah. 4.
Pengaturan tekanan darah. 5. Pengeluaran dan pembersihan hasil, metabolisme tubuh,
seperti urea asam urat, dan kreatinin yang jika tidak dikeluarkan dapat bersifat toksik
khususnya pada otak. 6. Pengeluaran komponen-komponen asing seperti
peengeluaran obat, pestisida, dan zat-zat berbahaya lainnya.

2. Ureter
Ureter merupakan saluran yang berbentuk tabung dari ginjal ke kandung kemih,
panjangnya 25-30 cm dengan diameter 6mm. Berjalan mulai dari dari pelvis renal
stinggi lumbal ke-2. Posisi ureter miring dan menyempit di tiga titik, yaitu : di titik
asal ureter pada pelvis ginjal, titik saat melewati pinggiran pelvis, dan titik pertemuan
dengan kandung kemih. Lapisan dinding ureter terdiri dari: Dinding luar jaringan
ikat (jaringan fibrosa) Lapisan tengah lapisan otot polos Lapisan sebelah dalam
lapisan mukosa Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik
yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.
3. Kandung Kemih Kandunng kemih merupakan organ berongga dan berotot yang
berfungsi menampung urine sebelum dikeluarkan melalui uretra. Kandung kemih
terletak pada rongga pelvis.Pada laki-laki, kandung kemih berada di belakang simfisis
pubis dan di depan rektum, sedangkan pada wanita kandung kemih berada di bawah
uterus dan di depan vagina. Dinding lapisan kandung kemih terdiri dari: Lapisan
mukosa (lapisan paling dalam). Lapisan submukosa. Lapisan otot detrusor (lapisan otot
polos yang satu sama lain membentuk sudut). Lapisan serosa (lapisan paing luar).

4. Uretra Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang
berfungsi menyalurkan urine dari kandung kemih ke luar. Uretra memanjang dari leher
kandung kemih sampai ke meatus. Pada wanita, panjangnya sekitar 4 cm, lokasinya
antara klirotis dengan liang vagina. Panjang uretra laki-laki sekitar 20 cm, terbagi atas
3 bagian : Prostatik Uretra yang panjangnya sekitar 3 cm, terletak di bawah leher
kandung kemih sampai kelenjar prostat. Membranasea uretra yang panjangnya 1-2 cm
yang di sekitarnya terdapat sfingter uretra eksterna. Kavertus atau penile uretra yang
panjangnya sekitar 15 cm memanjang dari penis sampai orifisium uretra. pada laki-laki
uretra juga tempat pengeluaran sperma saat ejakulasi. Dinding uretra terdiri dari 3
lapisan: 1. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria.
Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sfinger uretra menjaga agar uretra tetap
tertutup.

2.1.2.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI URINASI


2.1.2.1FAKTOR INTERNAL
1. Hormon Antidiuretik (ADH)
Hormon ADH menjadi faktor internal utama yangberperan dalam menentukan jumlah
pengeluaranurine yang dikeluarkan tubuh. Jika darah yangakan disaring
banyak mengandung air,makahormon ADH yang disekresekan ke dalam
ginjalsemakin sedikit, penyerapan air akan sedikitpula.Akibatnya produksi urine yang
terbentuk menjadibanyak dan cepat memenuhi kantong kemih.

2. Hormon insulin
Penyakit kencing manis (diabetes) disebabkanoleh kekurangan hormon insulin dalam
darah.Kadar hormon insulin yang rendahmenyebabkan produksi urine
meningkats e h i n g g a p e n d e r i t a s e r i n g m e n g e l u a r k a n urine.

3. Kondisi psikologis (gejolak emosi dan stress)


Tekanan darah akan meningkat bila seorangsedang mengalami gejolak emosi yang tinggi.Hal
ini menyebabkan darah lebih banyakuntuk segera disaring. Begitu pula gangguanpsikologis
stress yang berpengaruh terhadapkontraksi dan tekanan pada katup kantungkemih. Ini akan
mendorong orang untukbuang air kecil lebih sering
2.1.2.2.FAKTOR EKSTERNAL
1. Suhu lingkungan
Saat cuaca dingin orang lebih sering untukingin mengeluarkan urine. Hal ini
disebabkanoleh air yang terdapat dalam darah lebihbanyak menuju ginjal sehingga
produksi urinelebih banyak.

2. Konsumsi garam
Orang yang banyak mengkonsumsi garam lebihbanyak mengeluarkan urine dari tubuh.
Kadargaram yang tinggi dalam darah menyebabkanginjal memproduksi garam mineral
yang lebihbanyak sehingga produksi urine meningkat.

3. Jumlah air yang diminum


Orang yang banyak minum akan menyebabkanurine yang dikeluarkan lebih banyak daridalam
tubuh. Ini disebabkan oleh sedikitnyaair yang meresap ke dalam darah
sehinggalebih banyak diekskresikan melalui kantongkemih.

2.1.3.PERUBAHAN DALAM ELIMINASI URINE ( NORMAL-ABNORMAL )

Perubahan Eliminasi Urin


•Sering berkemih : berkemih lebih sering dr biasanya.
•Urgensi: keinginan atau sensasi perlu berkemih Dengan segera
•Disuria: Sensasi nyeri atau rasa terbakar ketika berkemih
•Nokturia : Sering berkemih selama malam hari
•Enuresis : berkemih secara involunter (tdk disengaja) di tempat tidur /ngompol
•Inkontinensia: Pengeluaran urin secara involunter/tdk sengaja dr kandung kemih atau
ketidakmampuan menahan urin
•Supresi berkemih : Penghentian atau hambatan berkemih
•Retensi berkemih : ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara penuh dng
upaya berkemih

2.1.5.DIVERSI URINE
1. Diversi urine
Diversi urinarius adalah stoma urinarius untuk mengalihkan aliran urin dari ginjal secara
langsung ke permukaan abdomen dilakukan karena beberapa alasan. Jadi, diversi urin
merupakan suatu prosedur untuk mengalihkan alirain urin karena beberapa alasan mis kanker
kandung kemih, trauma, pada suatu lubang pada abdomen dengan beberapa metode. Prosedur
ini terutama dilakukan jika tumor kandung kemih memerlukan pengangkatan keseluruhan
kandung kemih (sistektomi). Diversi urin ini juga sudah pernah dilakukan dalam
penatalaksanaan malignasi pelvis, defek lahir, striktur dan trauma pada ureter serta uretra,
kandung kemih neurogenik, infeksi kronis yang menyebabkan kerusakan ureter serta ginjal
yang berat dan sistitis interstisialis yang membandel.
a) Ada empat kategori diversi urin, sebagai berikut :
➢ Diversi ureteroenterokutaneus (bagian dari intestinum digunakan
untukmembuat tempat penampungan urin yang baru).
➢ Diversi usus yaitu mengganti buli-buli dengan ilcum sebagai penampung urin.
sedangkan untuk mengeluarkan unrine di pasang kateter menetap melalui
sebuah stoma. Konduit ini di perkenalkan oleh Bricker pada tahun 1950 dan
saat ini tidak banyak dikerjakan lagi karena tidak praktis.
➢ Diversi urine kontinen yaitu mengganti buli-buli dengan segmen ileum dengan
membuat stoma yang kontinen (dapat menahan urine pada volume tertentu).
Urine kemudian dikeluarkan melalui stoma dengan melakukan katerisasi
mandiri secara berkala. Cara diversi urine ini yang terkenal adalah cara Kock
pouch dan Indiana pouch
➢ Diversi urine orthotopic adalah membuat neobladder dari segman usus yang
kemudian dilakukan anastomosis dengan uretra. Teknik ini dirasa lebih
fisiologis untuk pasien, karena berkemih melalui uretra dan tidak memakai
stoma yang dipasang abdomen. Tehnik ini pertama diperkenalkan oleh Camey.

2.2.ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR ELEMENASI


URINE
2.2.1.PENGKAJIAN
1. Tanyakan riwayat keperawatan klien tentang pola berkemih, gejala dari perubahan
berkemih, dan faktor yang mempengaruhi berkemih.
2. Pemeriksaan fisik klien meliputi 1) abdomen, pembesaran, pelebaran pembuluh
darah vena, distensi bladder, pembesaran ginjal, nyeri tekan , tenderness, bissing
usus, 2) genetalia wanita, inflamasi, nodul, lesi, adanya secret dari meatus,
kesadaran, antropi jaringan vagina, dan genetalia laki-laki : kebersihan, adanya lesi,
tenderness, adanya pembesaran skrotum.
3. Identifikasi intake dan output cairan dalam (24 jam) meliputi pemasukan minum
dan infuse, NGT dan pengeluaran perubahan urine dan urinal, cateter bag, ainage
ureternomy, karakter urine : warna, kejernihan, bau, kepekatan.
4. Pemeriksaan diagnostic :
Pemeriksaan urine ( urinalisis): warna ( jernih kekuningan ), Penampilan (N :
jernih), Bau (N: beraroma), pH (N: 4,5-8,0), Berat jenis (N: 1,005-1,030), Glukosa
(N: negatif), Keton (N: Negatif), Kultur urine (N: kuman petogen negatif).
Eliminasi urine
1. Kebiasaan berkemih
2. Pola berkemih, meliputi:
• Frekuensi berkemih
• Urgensi = perasaan untuk sering berkemih seperti seorang sering ke toilet
karena takut mengalami inkontinesia urine
• Disuria
• Poliuria

2.2.2.DIAGNOSA

Diagnosis keperawatan adalah bagian dari proses keperawatan yang merupakan bagian dari
penilaian klinis tentang pengalaman/tanggapan individu, keluarga, atau masyarakat terhadap
masalah kesehatan aktual/potensial/proses kehidupan. Diagnosis keperawatan mendorong praktik
independen perawat (misalnya, kenyamanan atau kelegaan pasien) dibandingkan dengan
intervensi dependen yang didorong oleh perintah dokter (misalnya, pemberian obat).[1] Diagnosis
keperawatan dikembangkan berdasarkan data yang diperoleh selama pengkajian atau asesmen
keperawatan meliputi pengkajian data pribadi, Pola Gordon, dan pemeriksaan fisik head to toe
atau sistem 6B.

Diagnosis keperawatan berdasarkan pada masalah yang muncul pada saat pengkajian, meliputi:

1. Diagnosis Aktual
Penilaian klinis tentang pengalaman/tanggapan individu,
keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan yang
terjadi saat ini (Here and Now). Contoh diagnosis keperawatan
aktual ini : gangguan bersihan jalan napas.
2. Diagnosis Risiko, Diagnosis risiko mewakili kerentanan terhadap
masalah kesehatan. Contoh diagnosis risiko ini: risiko syok.
3. Diagnosis Potensial, diagnosis potensial adalah promosi
kesehatan untuk mengidentifikasi bidang-bidang yang dapat
ditingkatkan mengenai kesehatan. Contoh diagnosis potensial ini
: kesiapan peningkatan kebutuhan nutrisi.
4. Diagnosis Sindrom
Diagnosis sindrom mengidentifikasi gangguan kesehatan yang
tejadi secara bersamaan dan melalui perencanaan yang sama.
Contoh diagnosis sindrom : sindrom stres relokasi.
Jika memungkinkan, diagnosis keperawatan mengintegrasikan keterlibatan pasien di seluruh
proses. NANDA International (NANDA-I) adalah badan profesional yang mengembangkan,
meneliti dan menyempurnakan taksonomi resmi diagnosis keperawatan.

Semua perawat harus terbiasa dengan langkah-langkah proses keperawatan untuk mencapai
efisiensi dalam menjalankan profesi mereka. Untuk mendiagnosis dengan benar, perawat harus
membuat kesimpulan dengan cepat dan akurat dari data pasien. Penilaian dilakukan berdasarkan
pengetahuan tentang disiplin keperawatan dan konsep yang menjadi perhatian perawat.

2.2.3.INTERVENSI

Intervensi (perencanaan) ialah kegiatan dalam keperawatan yang meliputi, pusat tujuan pada
klien, menetapkan hasil apa yang ingin dicapai serta memilih intervensi keperawatan agar dengan
mudah mencapai tujuan.Tahapan perencanaan ini memberi kesempatan kepada perawat,pasien
atau klien, serta orang terdekat klien dalam merumuskan rencana tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah yang dialami oleh klien tersebut.Perencanaan tersebut merupakan suatu
petunjuk yang tertulis dengan menggambarkan sasaran yang tepat dan sesuai dengan rencana
tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan
diagnosa keperawatan.

Intervensi keperawatan terbagi menjadi dua, sebagai berikut :

- Intervensi keperawatan yang independen, yang dilakukan perawat terhadap klien secara
mandiri tanpa peran aktif dari tenaga kesehatan lain.
- Intervensi keperawatan kolaboratif, intervensi yang dilakukan oleh perawat pada pasien
atau klien dalam bentuk kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya.

Intervensi keperawatan berlangsung dalam tiga tahap, antara lain :

- Fase pertama ialah fase persiapan, yaitu persiapa pengetahuan tentang validasi rencana,
implementasi pada rencana, persiapan klien dan juga keluarganya
- Fase kedua, puncak pada implementasi keperawatan yang berorintasi kepada tujuan
tersebut. Pada tahap ini, perawat menyimpulkan data yang dihubungkan terkait dengan
reaksi klien.
- Fase ketiga, terminasi perawat dank lien setelah fase implementasi keperawatan selesai
dilakukan.

Langkah-langkah Pada Intervensi


Berikut langkah-langkah dalam membuat intervensi :

Harus memberi tanggal dan disertai tanda tangan rencana, sebab tanggal pada penulisan rencana
memiliki peran yang penting untuk evaluasi, tinjauan dan rencana yang akan datang.

2.2.4.IMPLEMENTASI

Implementasi :

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan pasien. Agar implementasi / pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu
dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon
pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan
perawatan.

2.2.5.EVALUASI

Riwayat keperawatan klien tentang pola berkemih, gejala dari perubahan berkemih, dan
faktor yang mempengaruhi berkemih. Pemeriksaan fisik klien meliputi 1) abdomen, pembesaran,
pelebaran pembuluh darah vena, distensi bladder, pembesaran ginjal, nyeri tekan , tenderness,
bissing usus, 2) genetalia wanita, inflamasi, nodul, lesi, adanya secret dari meatus, kesadaran,
antropi jaringan vagina, dan genetalia laki-laki : kebersihan, adanya lesi, tenderness, adanya
pembesaran skrotum. Identifikasi intake dan output cairan dalam (24 jam). Pemeriksaan urine :
warna, enampilan, Bau , Berat jenis, Glukosa, Keton, Kultur urine,kuman petogen.
Diagnosis keperawatan adalah bagian dari proses keperawatan yang merupakan bagian dari
penilaian klinis tentang pengalaman/tanggapan individu, keluarga, atau masyarakat terhadap
masalah kesehatan aktual/potensial/proses kehidupan.
Diagnosis keperawatan berdasarkan pada masalah yang muncul pada saat pengkajian, meliputi:
1.Diagnosis Aktual
2. Diagnosis Resiko
3. Diagnosis Potensial
4. Diagnosis Sindrom
Intervensi (perencanaan) ialah kegiatan dalam keperawatan yang meliputi, pusat tujuan pada klien,
menetapkan hasil apa yang ingin dicapai serta memilih intervensi keperawatan agar dengan mudah
mencapai tujuan. Intervensi keperawatan terbagi menjadi dua, sebagai berikut :
Intervensi keperawatan yang independen, Intervensi keperawatan kolaboratif. Pada tahap ini untuk
melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan
pasien. Agar implementasi / pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu
mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap
intervensi.

BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN
1. Eliminasi urine merupakan salah satu proses metabolic tubuh. Urin dikeluarkan melalui paru-
paru, kulit , ginjal dan pencernaan

2. Sistem perkeminhan terdiri dari dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, dua ureter yang
membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), satuvesika urinaria (VU), tempat
urin dikumpulkan, dan satu uretra, unin dikeluarkan dari vesika urinaria.

3. Faktor yang mempengaruhi eliminasi urine yaitu diet dan asupan (intake). respons keinginan
awal untuk berkemih, gaya hidup, stres psikologis, tingkat.Aktivitas, tingkat perkembangan
kondisi penyakit, sosiokultural, kebiasaan seseorang, tonus otot, pengobatan, dan pemeriksaan
diagnostik.

2. SARAN

1). Bagi Subjek Penelitian

Bagi klien yang mengalami gangguan eliminasi urine diharapkan mempertahankan kontinuitas
tindakan keperawatan secara mandiri berupa bladder training, pengaturan konsumsi cairan yang
adekuat, agar memberikan hasil yang positif bagi klien.

2). Bagi Perawat

Setelah dilakukan studi kasus asuhan keperawatan pada klien maka kami sarankan perawat dalam
rangka meningkatkan pelayanan untuk melanjutkan asuhan keperawatan khususnya bladder
training. Hal ini juga dapat dilakukan pada klien lain yang mengalami gangguan eliminasi urine.
Sebagai seorang perawat pemahaman tentang kebutuhan eliminasi urine harus lebih dalam
dipelajari dan dipahami lebih lanjut

3). Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk kesempurnaan pelenitian lebih lanjut, yaitu melakukan
asuhan keperawatan baik pengkajian, perumusan diagnosa, penyusunan rencana keperawatan,
pemberian tindakan keperawatan dan evaluasi dilakukan secara tepat dan berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA

Widiawati, W. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TB PARU DENGAN

KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DI RUANG ZAMRUD

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SLAMET GARUT.

Julisawaty, E. A., & Ekasari, M. H. (2020). APLIKASI AUGMENTED REALITY TENTANG

FUNGSI ORGAN GINJAL MANUSIA DAN CARA MENJAGA

KESEHATANNYA. Prosiding SeNTIK, 4(1), 159-166.

Winata, S. D. (2015). Gejala, Diagnosis, dan Tata Laksana pada Pasien Peminum Kafein yang

Mengalami Adiksi. Jurnal Kedokteran Meditek.

Refany, E., Pangaribuan, R., & Tarigan, J. (2021). Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Pada

Inkontinensia Urine Dengan Kegel Exercise Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Binjai. MAHESA: Malahayati Health Student Journal, 1(3), 284-296.

Harefa, D. DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA PASIEN LANSIA DENGAN GANGGUAN

ELIMINASI URIN.

Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2015). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Health Books

Publishing.

Kasiati, Ni Wayan Dwi Rosmalawati. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia 1. Jakarta Selatan.

Pusdik SDM Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai