Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PEMENUHAN DASAR KEBUTUHAN MANUSIA

KONSEP DASAR ELIMINASI

OLEH KELOMPOK 8 :

1. Desi Wulan Sari 2111311018

2. Adinda Fahira 2111311009

3. Umair Achmad Munaji 2111313036

4. Ferlicia Wayuri 2111311003

5. Sherly Zelfiana 2011311003

Dosen Pembimbing :
Ns.Sidaria, M.kep

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN


JURUSAN ILMU KEPERWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, dimana atas rahmat dan karunia-Nya
kami telah dapat menyusun makalah ini yang berjudul “Konsep Dasar Eliminasi”.
Dalam proses penyusunan makalah ini, kami sebagai penyusun mengalami beberapa
permasalahan. Namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusun menyadari makalah ini masih belum sempurna, baik dari isi maupun
sistematika penulisannya, maka dari itu kami berterima kasih apabila ada kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 1 Maret 2022

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................... 1
D. Manfaat Penelitian……………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN
A. Kebutuhan Eliminasi ............................................................................ 3
B. Kebutuhan Eliminasi Urin ................................................................... 3
C. Konsep Dasar Eliminasi Fekal ............................................................. 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ....................................................................................... 17
B. Saran ................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Manusia merupakan makhluk hidup yang paling komplek yang diciptakan Tuhan YME.
Sebagai makhluk hidup, tentunya manusia memerlukan makan dan hasil dari proses makanan
tersebut akan dikeluarkan sebagai kotoran yang tidak lagi bermanfaat bagi tubuh manusia itu
sendiri. proses pengubahan dari makanan sampai menjadi sisa dinamakan proses pencernaan
yang dilakukan oleh organ pencernaan di dalam tubuh manusia. Sedangkan proses
pembuangan kotoran dinamakan eliminasi.
Eliminasi materi sampah merupakan salah satu dari proses metabolit tubuh. Produk sampai
dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal, dan pencernaan. Paru paru secara primer
mengeluarkan kabondioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk selama metabolisme jaringan.
Hampir semua karbon dioksida dibawa ke paru-paru oleh sistem vena dan dieksresikan melalui
pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium/keringat.
Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk mengeskpresikan kelebihan
cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hidrogen dan asam. Eliminasi urine secara normal bergantung
pada pemasukan cairan dan sirkulasi volume darah di mana jika salah satunya menurun,
pengeluaran urine akan menurun. Pengeluaran urine juga berubah pada seseorang dengan
penyakit ginjal, yang memengaruhi kuantitas urine dan kandungan produk sampah di dalam
urine
Usus mengeluarkan produk sampah yang padat dan beberapa cairan dari tubuh.
Pengeluaran sampah yang pada melalui evakuasi usus besar biasanya menjadi sebuah pola
pada usia 30-36 bulan.
B. Rumusan Masalah
• Apa pengertian eliminasi?
• Apa pengertian eliminasi fekal?
• Apa pengertian eliminasi urine?
• Apa saja faktor yang mempengaruhi eliminasi fekal dan urine?
• Apa saja masalah gangguan eliminasi fekal dan urine?
• Apa saja anatomi eliminasi fekal dan urine?
C. Tujuan
• Mengetahui pengertian eliminasi
• Mengetahui pengertian eliminasi fekal
• Mengetahui pengertian eliminasi urine
• Mengetahui faktor yang mempengaruhi eliminasi fekal dan urine
• Mengetahui masalah gangguan eliminasi fekal dan urine
• Mengetahui anatomi eliminasi fekal dan urine

1
D. Manfaat penelitian
Makalah ini memberikan manfaat yaitu sebagai referensi bagi para pembaca dalam memahami
konsep dasar eliminasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kebutuhan Eliminasi
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urine atau bowel (feses).
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Sistem tubuh yang
berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra.
Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu: kandung kemih secara progresif terisi sampai
tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah
kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha
mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan
keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik medula spinalis,
refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang
otak.Kebutuhan eliminasi terdiri atas dua, yaitu eliminasi urin (buang air kecil) dan eliminasi fekal
(buang air besar) yang merupakan bagian dari kebutuhan fisiologis dan bertujuan untuk
mngeluarkan bahan sisa.

B. Kebutuhan Eliminasi Urin


Pola eliminasi urine merupakan salah satu perubahan fisik yang akan dialami oleh usia lanjut, salah
satunya dalam proses berkemih, seperti merasakan keluarnya urin dalam bentuk beberapa tetes
pada saat sedang batuk, jogging atau berlari. Bahkan ada juga yang mengalami kesulitan menahan
urin sehingga keluar sesaat sebelum berkemih. Semua gejala ini disebut dengan inkontinensia urin
(Suparman dan Rospas, 2008). Ikontinensia urin merupakan pengeluaran urine secara tak
terkendali dan atau tidak pada tempatnya (mengompol) (Tjokronegoro dan Utama, 2001). Sikap
lansia dalam menghadapi perubahan pola eliminasi urine merupakan suatu respon atau faktor
pendorong dari lansia untuk menghadapi perubahan pola eliminasi urine (inkontinensia urine).

1. Anatomi Fisiologi
Eliminasi urine sistem yang berperan dalam eliminasi urine adalah sistem perkemihan.
Dimana sistem ini terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.

1) Ginjal (Ren)
Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen.
Ginjalini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di
bagian atas(superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar
suprarenal). Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi
tempat untuk hati.
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua
ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang
membantu meredam goncangan.

I.

3
II. Fungsi ginjal

• Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,


• Mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
• Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
• Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan
amoniak.
III. Struktur Ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat
cortexrenalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di
bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian
medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi
menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis berbentuk
corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau
tiga calices renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua
atau tiga calices renalis minores.

Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional
ginjal.Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari :
Glomerulus, tubulus proximal, angsa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.

2) Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika
urinaria.Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian
terletak pada ronggaabdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:

• Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)


• Lapisan tengah lapisan otot polos
• Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang mendorong
urin masuk ke dalam kandung kemih.

3) Vesika Urinaria (Kandung Kemih)


Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah
pir(kendi). Letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika
urinaria dapatmengembang dan mengempis seperti balon karet.
Dinding kandung kemih terdiri dari:
• Lapisan sebelah luar (peritoneum).

4
• Tunika muskularis (lapisan berotot).
• Tunika submukosa.
• Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

4) Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang
berfungsimenyalurkan air kemih ke luar.
Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari :
• Uretra pars Prostatica
• Uretra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
• Uretra pars spongiosa.
Uretra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis).
Sphincteruretra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra
disini hanyasebagai saluran ekskresi.
Dinding uretra terdiri dari 3 lapisan:

• Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria.
Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter uretra menjaga agar
uretra tetap tertutup.
• Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
• Lapisan mukosa.

2. Urin (Air Kemih)

1) Sifat fisis air kemih, terdiri dari:


• Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake)
cairan danfaktor lainnya.
• Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
• Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.
• Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
• Berat jenis 1,015-1,020.
• Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet (sayur
menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).

2) Komposisi air kemih, terdiri dari:


• Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
• Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan
kreatinin.
• Elektrolit, natrium, kalsium, NH.
• Bikarbonat, fospat dan sulfat.
• Pagmen (bilirubin dan urobilin).

5
• Toksin.
• Hormon.

3) Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin.
Mikturisimelibatkan 2 tahap utama, yaitu:

• Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya


meningkatmelampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170-
230 ml urin), keadaanini akan mencetuskan tahap ke 2).
• Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan
kandung kemih. pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang
belakang) Sebagian besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat
di pelajari “latih”. Sistem saraf simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan
gerak spinchter interna, sehingga ototdetrusor relax dan spinchter interna
konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor
berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak
nyeri).

4) Ciri-Ciri Urin Normal


• Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan
yang masuk.
• Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
• Baunya tajam.
• Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.

5) Proses pembentukan urine di ginjal


• Filtrasi
Proses filtrasi berlangsung di glomelurus, proses ini terjadi karena
permukaanaferen lebih besar dari permukaan eferen
• Reabsorbsi
Proses reabsorbsi terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa,sodium,
klorida, fosfat, dan ion karbonat
• Sekresi
Pada proses sekresi ini sisa reabsorbsi diteruskan keluar.

3. Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine


• Diet dan Asupan (intake)
• Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
• Gaya hidup

6
• Stres psikologis
• Tingkat Aktivitas
• Tingkat perkembangan
• Kondisi penyakit
• Sosiokultural
• Kebiasaan seseorang
• Tonus otot
• Pengobatan
• Pemeriksaan diagnostik

4. Masalah Eliminasi Urin


Penyakit ginjal utamanya akan berdampak pada sistem tubuh secara umum. Salah
satuyang tersering ialah gangguan urine.
Beberapa masalah eliminasi urine yang sering muncul, antara lain :
1) Retensi
Retensi Urine ialah penumpukan urine acuan kandung kemih dan ketidaksanggupan
kandung kemih untuk mengosongkan sendiri.
Kemungkinan penyebabnya :
• Operasi pada daerah abdomen bawah.
• Kerusakan ateren
• Penyumbatan spinkter.
Tanda-tanda retensi urine :
• Ketidak nyamanan daerah pubis.
• Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.
• Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.
• Meningkatnya keinginan berkemih.
• Enuresis

2) Eniorisis
Ialah keluarnya kencing yang sering terjadi pada anak-anak umumnya malam hari.
Kemungkinan peyebabnya :
• Kapasitas kandung kemih lebih kecil dari normal.
• Kandung kemih yang irritable
• Suasana emosiaonal yang tidak menyenangkan
• ISK atau perubahan fisik atau revolusi.
3) Inkontinensia
Inkontinesia Urine ialah bak yang tidak terkontrol.
Jenis inkotinensia

I. Inkontinensia Fungsional/urgensi

7
Inkotinensia Fungsional ialah keadaan dimana individu mengalami inkontine
karenakesulitan dalam mencapai atau ketidak mampuan untuk mencapai toilet
sebelum berkemih.
Faktor Penyebab:
• Kerusakan untuk mengenali isyarat kandung kemih.
• Penurunan tonur kandung kemih
• Kerusakan moviliasi, depresi, anietas
• Lingkungan
• Lanjut usia.

II. Inkontinensia Stress


Inkotinensia stress ialah keadaan dimana individu mengalami pengeluaran
urine segera pada peningkatan dalam tekanan intra abdomen.
Faktor Penyebab:
• Inkomplet outlet kandung kemih
• Tingginya tekanan infra abdomen
• Kelemahan atas peluis dan struktur pengangga
• Lanjut usia.

III. Inkontinensia Total


Inkotinensia total ialah keadaan dimana individu mengalami kehilangan urine
terusmenerus yang tidak dapat diperkirakan.
Faktor Penyebab:
• Penurunan Kapasitas kandung kemih.
• Penurunan isyarat kandung kemih
• Efek pembedahan spinkter kandung kemih
• Penurunan tonus kandung kemih
• Kelemahan otot dasar panggul.
• Penurunan perhatian pada isyarat kandung kemih
• Perubahan pola
• Frekuensi
• Meningkatnya frekuensi berkemih karena meningkatnya cairan.
• Urgency
• Perasaan seseorang harus berkemih.

8
C. Konsep Dasar Eliminasi Fekal
Eliminasi bowel/fekal/Buang Air Besar (BAB) atau disebut juga defekasi merupakan proses
normal tubuh yang penting bagi kesehatan untuk mengeluarkan sampah dari tubuh. Sampah yang
dikeluarkan ini disebut feces atau stool. Eleminasi produk sisa pencernaan yang teratur, hal ini
penting untuk normal tubuh. Fungsi usus tergantung pada keseimbangan berapa faktor, pola dan
kebiasaan eleminasi. Eleminasi bowel merupakan salah satu bentuk aktivitas yang harus dilakukan
oleh manusia seseorang dapat melakukan buang air besar sangatlah bersifat individual ada yang
satu kali atau lebih dalam satu hari, bahkan ada yang mengalami gangguan yaitu hanya 3-4 kali
dalam satu minggu atau beberapa kali dalam sehari, perubahan eleminasi fekal dapat menyebabkan
masalah gastroinstestinal dan sistem tubuh lain, hal ini apa bila dibiarkan dapat menjadi masalah
seperti konstipasi, fecal imfaction , hemoraid dan lain-lain.
Peran perawat sangat penting disini yaitu untuk memahami eleminasi normal, faktor yang
meningkatkan dan menghambat, dan membantu mencegah terjadinya gangguan eleminasi fekal,
Tindakan yang dilakukan perawat dalam upaya meningkatkan eleminasi normal dan membantu
klien dengan segera untuk memenuhi kebutuhan eleminasi dengan meminimalkan rasa
ketidaknyamanan.
1. Anatomi dan fisiologi

Gambar 1.1 Struktur dan anatomi pencernaan

Saluran pencernaan terdiri dari dua bagian, yaitu bagian atas terdiri dari mulut, esophagus
dan lambung dan bagian bawah terdiri dari usus halus dan besar. Adapun uraian saluran atas
diantaranya yaitu:
1 Saluran gastrointestinal bagian atas terdiri mulut, esophagus & lambungMakanan yang
masuk ke mulut kita dicerna secara mekanik dan kimia, dengan bantuan gigi untuk
mengunyah dan memecah makanan. Saliva mencairkan dan melunakkan bolus
makanan sehingga mudah masuk esofogus menuju pada lambung. Dalam lambung
makanan disimpan sementara, lambung melakukan ekresi asam hidroklorida (HCL),
lendir, enzim pepsin dan faktor intrinsik. HCL mempengaruhi keasaman lambung dan

9
keseimbangan asam-basa tubuh. Lendir melindungi mukosa dari keasaman, aktivitas
enzim dan membantu mengubah makanan menjadi semi cair yang disebut kimus
(cbyme), lalu didorong ke usus halus.
• Saluran gastrointestinal bagian bawah terdiri dari usus halus dan besar.
• Saluran gastrointestinal atas meliputi, usus halus terdiri dari duodenum, jejenun,
Ileum, dengan diameter 2.5 cm dan panjang 6 m. Kimus bercampur dengan
empedu dan amilase.

Kebanyakan nutrisi dan elektolit diabsorsi duodenum dan jejunum, sedang ileum
mengabsorbsi vitamin, zat besi dan garam empedu. Fungsi eleum terganggu maka
proses pencernaan mengalami perubahan. Usus besar panjangnya 1.5 m merupakan
organ utama dalam eleminasi fekal terdiri cecum,colon dan rectum. Kimus yang tidak
diabsorpsi masuk sekum melalui katub ileosekal yang fungsinya katub ini untuk
regurgitasi dan kembalinya isi kolon ke usus halus. Kolon mengabsorpsi air.
Nutrient,elektolit, proteksi, sekresi dan eleminasi, sedangkan perubahan fungsi kolon
bisa diare dan kontraksi lambat. Gerakan peristaktik 3-4 kl/hr dan paling kuat setelah
makan. Rectum bagian akhir pada saluran pencernaan. Panjangnya bayi 2.5 cm, anak
7.5-10 Cm, dewasa 15 – 20 cm, rektum tidak berisi feses sampai defekasi. Rektum
dibangun liipatan jaringan berisi sebuah arteri dan vena, bila vena distensi akibat
tekanan selama mengedan bisa terbentuk hemoraid yang menyebabkan defekasi terasa
nyeri.
• Usus sendiri mesekresi mucus, potassium, bikarbonat dan enzim, sekresi musin
(ion karbonat) yang pengeluarannya dirangsang oleh nervus parasimpatis.
• Cbyme bergerak karena adanya peristaltik usus dan akan berkumpul menjadi feses
di Usus besar.
2 Gas yang dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 400-700 ml/24 jam. Feses
terdiri atas 75% air dan 25% padat, bakteri yang umumnya sudah mati, lepasan
epithelium dari usus, sejumlah kecil zat nitrogen. bakteri, bila hal ini berlebihan akan
meningkatkan peristaltik berdampak pada penyerapan
3 feses yang cepat sehingga faeses menjadi encer, diare, absorpsi berkurang dan flatus.
kesimpulan bahwa dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi abdomen, tekanan
difragma, dan kontraksi otor elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi otot femur dan
posisi jongkok.
2. Faktor yang mempengaruhi eliminasi fekal
1) Usia
Pada bayi sampai 2-3 tahun, lambung kecil, enzim kurang, peristaltic usus cepat,
neuromuskuler belum berkembang normal sehingga mereka belum mampu
mengontrol buang air besar (diare/ inkontinensia). Pada usia lanjut, sistem GI sering
mengalami perubahan sehingga merusak proses pencernaan dan eleminasi
(Lueckenotte, 1994), perubahan yang terjadi yaitu gigi berkurang, enzim di saliva
dan lambung berkurang, peristaltik dan tonus abdomen berkurang, serta
melambatnya impuls saraf. Hal tersebut menyebabkan lansia berisiko mengalami
konstipasi. Lansia yang dirawat di rumah sakit berisiko mengalami perubahan fungsi

10
usus, dalam suatu penelitian ditemukan bahwa 91% insiden diare atau konstipasi
dari 33 populasi, dengan usia rata-rata 76 tahun (Ross,1990).

2) Diet
Asupan makanan setiap hari secara teratur membantu mempertahankan pola
peristaltik yang teratur dalam kolon, sedangkan makanan berserat, berselulosa dan
banyaknya makanan penting untuk mendukung volume fekal. Makan tinggi serat
seperi buah apel, jeruk ,sayur kangkung, bayam, mentimun, gandum, dan lain-lain.
Contoh bila makanan yang kita makan rendah serat menyebabkan peristalik lambat,
sehingga terjadi peningkatan penyerapan air di usus, hal ini berakibat seseorang
mengalami konstipasi

3) Pemasukan Cairan
Asupan cairan yang cukup bisa mengencerkan isi usus dan memudahkannya
bergerak melalui kolon. Orang dewasa intake cairan normalnya: 2000-3000
ml/hari(6-8 gelas) . Jika intake cairan tidak adekuat atau pengeluaran yang
berlebihan (urin/muntah) tubuh akan kekurangan cairan, sehingga tubuh akan
menyerap cairan dari chyme sehingga faeces menjadi keras, kering, dan feses sulit
melewati pencernaan, hal ini bisa menyebabkan seseorang mengalami konstipasi.
Minumanlah air hangat dan jus buah bisa memperlunak feses dan meningkatkan
peristaltik.

4) Aktivitas
Seseorang dengan latihan fisik yang baik akan membantu peristaltik meningkat,
sementara imobilisasi menekan mortilitas kolon. Ambulasi dini setelah klien
menderita sakit dianjurkan untuk meningkatkan dan mempertahankan eleminasi
normal. Contoh pada klien dengan keadaan berbaring terus-menerus akan
menurunkan peristaltik usus, sehingga terjadi peningkatan penyerapan air, hal ini
berdampak pada klien yaitu konstipasi atau fecal imfaction. melemaknya otot dasar
panggul, abdomen merusak kemampuan tekanan abdomen dan mengotrol sfingter
eksterna, sedangkan tonus otot melemah atau hilang akibat penyakit yang lama atau
penyakit neurologis merusak transmisi saraf yang menyebabkan gangguan
eleminasi.

5) Faktor Psikologik

Seseorang cemas, marah yang berlebihan akan meningkatkan peristaltik usus,


sehingga seseorang bisa menyebabkan diare. Namun, ada pula seseorang dengan
depresi, sistem saraf otonom akan memperlambat impuls saraf dan peristaltik usus
menurun yang bisa menyebabkan konstipasi.

6) Kebiasaan Pribadi

11
Kebanyakan orang merasa lebih mudah dan nyaman defikasi di kamar mandi
sendiri. kebiasaan seseorang dengan melatih pola buang air besar (BAB) sejak kecil
secara teratur maka sesorang tersebut akan secara teratur pola defikasinya atau
sebaliknya. individu yang sibuk, higiene toilet buruk, bentuk dan penggunaan toilet
bersama-sama, klien di RS dengan penggunaan pispot, privasi kurang dan kondisi
yang tidak sesuai, hal ini dapat mengganggu kebiasaan dan perubahan eleminasi
yang dapat memulai siklus rasa tidak nyaman yang hebat. Refleks gastrokolik adalah
refleks yang paling mudah distimulasi untukm nimbulkan defekasi setelah sarapan.

7) Posisi Selama Defekasi

Kebiasaan seseorang defekasi dengan posisi jongkok memungkinkan tekanan


intraabdomen dan otot pahanya, sehingga memudahkan seseorang defikasi, pada
kondisi berbeda atau sakit maka seseorang tidak mampu melakukannya, hal ini akan
mempengaruhi kebiasaan seseorang menahan BAB sehingga bisa menyebabkan
konstipasi atau fecal imfaction. Klien imobilisasi di tempat tidur, posisi terlentang,
defekasi seringkali dirasakan sulit. Membantu klien ke posisi duduk pada pispot
akan meningkatkan kemampuan defekasi.
Ada beberapa proses defekasi diantaranya:
1. Refleks defekasi intrinsic
Refleks ini berawal dari feses yang masuk ke rektum sehingga terjadi
distensi rektum, yang kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus mesentrikus
dan terjadilah gerakan peristaltik. Setelah feses tiba di anus, secara sistematis spinter
interna relaksasi maka terjadilah defekasi.

2. Refleks defekasi parasimpatis


Feses yang masuk ke rektum akan merangsang saraf rektum yang kemudian
diteruskan ke spinal cord. Dari spinal cord kemudian dikembalikan ke kolon
desenden, sigmoid dan rektum yang menyebabkan intensifnya peristaltik, relaksasi
spinter internal, maka terjadilah defekasi. Dorongan feses juga dipengaruhi oleh
kontraksi otot abdomen, tekanan diafragma dan kontraksi otot elevator. Defekasi
dipermudah oleh fleksi otot femur dan posisi jongkok.
8) Nyeri

Secara normal seseorang defikasi tidak menimbulkan nyeri. Contoh seseorang


dengan pengalaman nyeri waktu BAB seperti adanya hemoroid, fraktur ospubis,
episiotomy akan mengurangi keinginan untuk BAB guna menghindari rasa nyeri
yang akan timbul. Lama-kelamaan, kondisi ini bisa menyebabkan seseorang
akhirnya terjadi konstipasi.

9) Kehamilan

12
Seiring bertambahnya usia kehamilan dan ukuran fetus , tekanan diberikan pada
rektum, hal ini bisa menyebabkan obstruksi sementara yang mengganggu
pengeluaran feses. konstipasi adalah masalah umum yang terjadi pada trimester
terakhir, sehingga wanita sering mengedan selama defekasi yang dapat
menyebabkan terbentuknya hemoroid yang permanen.

10) Prosedur Diagnostik

Klien yang akan dilakukan prosedur diagnostic biasanya dipuasakan atau dilakukan
klisma dahulu agar tidak dapat BAB kecuali setelah makan. Tindakan ini dapat
mengganggu pola eleminasi sampai klien dapat makanan secara normal. Prosedur
pemeriksaan dengan menggunakan barium enema atau endoskopi, biasanya
menerima katartik dan enema. barium mengeras jika dibiarkan di saluran GI, hal ini
bisa menyebabkan feses mengeras dan terjadi konstipasi atau fecal imfaction. Klien
harus menerima katartik untuk meningkatkan eleminasi barium setelah prosedur
dilakukan, bila mengalami kegagalan pengeluaran semua barium maka klien perlu
dibersihkan dengan menggunakan enema.

11) Operasi dan Anastesi


Pemberian agens anastesi yang dihirup saat pembedahan akan menghambat impuls
saraf parasimpatis ke otot usus, sehingga akan dapat menghentikan sementara waktu
pergerakan usus (ileus paralitik). Kondisi ini dapat berlangsung selama 24 – 48 jam.
Apabila klien tetap tidak aktif atau tidak dapat makan setelah pembedahan,
kembalinya fungsi usus normal dapat terhambat lebih lanjut. Klien dengan anestesi
lokal atau regional berisiko lebih kecil mengalami perubahan eleminasi.

12) Obat-obatan
Seseorang menggunakan laksatif dan katartik dapat melunakkan feses dan
meningkatkan peristaltik, akan tetapi jika digunakan dalam waktu lama akan
menyebabkan penurunan tonus usus sehingga kurang responsisif lagi untuk
menstimulasi eliminasi fekal. penggunaan laksatif berlebihan dapat menyebabkan
diare berat yang berakibat dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Minyak mineral untuk
laksatif, bisa menurunkan obsorpsi vitamin yang larut dalam lemak dan kemanjuran
kerja obat dalam GI.Obat-obatan seperti disiklomin HCL (Bentyl) menekan gerakan
peristaltik dan mengobati diare. Seseorang dengan mengkonsumsi obat analgesik,
narkotik, morfin, kodein menekan gerakan peristaltik yang menyebabkan konstipasi.
Obat antikolinergik, seperti atropin, glikopirolat (robinul) bisa menghambat sekresi
asam lambung dan menekan motilitas saluran GI bisa menyebabkan konstipasi.

Banyak obat antibiotik menyebabkan diare dengan mengganggu flora bakteri


normal dalam saluran GI. Bila seseorang diare diberikan obat, kemudian diare
semakin parah dan kram abdomen, obat yang diberikan pada klien mungkin perlu
diubah.

13
13) Kondisi Patologi
Pada injuri spinal cord atau kepala dan gangguan mobilisasi, dapat menurunkan
stimulasi sensori untuk defekasi. Buruknya fungsi spinal anal menyebabkan
inkontinensia.

14) Irritans
Makanan berbumbu atau pedas, toxin bakteri atau racun dapat mengiritasi usus dan
menyebabkan diare dan banyak flatus.

3. Masalah gangguan eliminasi fekal


1) Konstipasi

Gambar 1.2 Konstipasi

Konstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran feses
yang lama atau keras, kering dan disertai upaya mengedan saat defekasi. Konstipasi
merupakan kondisi yang umum terjadi dan bisa dialami oleh siapa saja, baik orang
tua maupun anak-anak. Meskipun begitu, konstipasi yang bersifat kronis juga bisa
menganggu aktivitas sehari-hari, serta menyebabkan seseorang tegang untuk buang
air besar.
Mengedan selama defekasi menimbulkan masalah pada klien baru pembedahan
abdomen, genekologi, rektum hal ini dapat menyebabkan jahitan terpisah sehingga
luka terbuka. Klien dengan riwayat kardiovaskuler, glaukoma, dan peningkatan
tekanan intrakranial harus mencegah konstipasi dan hindari penggunaan manuver
valsalva dengan menghembuskan nafas melalui mulut selama mengedan.

14
2) Fecal Imfaction

Gambar 1.3 Keadaan fecal impaction

Fecal Impaction atau impaksi feses akibat dari kontipasi yang tidak diatasi. Impaksi
adalah kumpulan feses yang mengeras, mengendap di dalam rektum, hal ini tidak
dapat dikeluarkan. Feses yang keras di kolon dan lipatan sigmoid yang diakibatkan
oleh retensi dan akumulasi material feses yang berkepanjangan.
3) Diare

Gambar 1.3 Keadaan diare


Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar dan pengeluaran feses yang
cair dan tidak terbentuk (Lueckenotte,1994). Diare adalah gejala gangguan proses
pencernaan, absorpsi dan sekresi dalam saluran GI, akibatnya cbyme melewati usus
terlalu cepat, sehingga usus besar tidak mempunyai waktu untuk menyerap air.
4) Inkontinensia Bowel/Fecal/Alvi
Inkontinensia feses adalah hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol
pengeluaran feses dan gas dari anus. Kerusakan spinter anus akibat kerusakan fungsi
spinter atau
persarafan di daerah anus yang menyebabkan inkontinensia. Penyebabnya penyakit
neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spinter anus eksternal, 60% usila
inkontinensi.

15
Gambar 1.4 Inkontinensia
5) Kembung
Kembung merupakan menumpuknya gas pada lumen intestinal sehingga dinding
usus meregang dan distensi, dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat-
obatan seperti barbiturate, ansietas. Penurunan aktivitas intestinal, makan banyak
mengandung gas, pemecahan makanan oleh bakteri-bakteri dan efek anastesi.

6) Hemeroid
Pembengkakan atau pelebaran vena pada dinding rectum (bisa internal dan
eksternal) akibat peningkatan tekanan didaerah tersebut Penyebabnya adalah
konstipasi kronis, kehamilan, dan obisitas .

Gambar 1.5 Keadaan hemeroid

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebutuhan eliminasi terdiri dari atas dua, yakni eliminasi urine (kebutuhan buang air kecil)
dan eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar). Organ yang berperan dalam eliminasi urine
adalah: ginjal, kandung kemih dan uretra. Dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi urine
terjadi proses berkemih. Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung
kemih). Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine adalah diet, asupan, respon
keinginan awal untuk berkemih kebiasaan seseorang dan stress psikologi.

B. Saran
• Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi urine dan alvi dalam kehidupan
kita sehari-hari.
• Menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya urine dan alvi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Mahmud,Ratna.2019.” PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DIARE DALAM


GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI”.Jurnal Media Keperawatan:
Politeknik Kesehatan Makassar,Vol.10

Priatama,Aan.2011.”Konsep Dasar Kebutuhan Eliminasi”,


https://www.academia.edu/29935108/KONSEP_DASAR_KEBUTUHAN_ELIMINASI, (1
maret 2022)

Tarwoto Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 3.

Jakarta: Salemba Medika.

18

Anda mungkin juga menyukai