Anda di halaman 1dari 13

OBAT URINARY SYSTEM

Disusun Oleh :
1. Garry Huan W.
2. Iska Octavia.
3. Ani Irotun U.
4. Fatma Himma Aliya.
5. Erika Gayuh P.
6. Laila Nur C.
7. Wilma Asysifa.
8. M. Dzikri Kevin.
9. Virgina.
10. Almayda N.
11. Dwi Juliyanti

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN TINGKAT 1


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH
CILACAP
2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
dengan rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
“Obat Urinary System” ini dengan baik tepat pada waktunya.

Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik
dan rapi.

Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Cilacap, 29 Februari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul......................................................................................................i
Kata Pengantar....................................................................................................ii
Daftar Isi.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
1. Pengertian Sistem Urinaria................................................................3
2. Konsep Obat Farmakologi Dalam Sistem Perkemihan / Urinaria.....4
BAB III PENUTUP.............................................................................................8
1. Kesimpulan........................................................................................8
2. Saran..................................................................................................8
Daftar Pustaka...................................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Cairan sangat diperlukan oleh tubuh. Sebagian besar penyusun tubuh

adalah cairan. Cairan ini digunakan untuk proses metabolisme sel. Proses

metabolisme inilah yang nantinya akan menghasilkan energy dan kemudian

digunakan untuk melangsungkan proses kehidupan. Anjuran untuk mengkonsumsi

air minum sebanyak 8 gelas air atau sebanding dengan 2 liter setiap harinya, tentu

menjadikan tanda tanya dalam pikiran kita. Apa yang terjadi dalam tubuh kita

dengan air sebanyak itu. Dari sekian banyak air yang kita minum tentunya tidak

semua air tersebut diserap dan digunakan oleh tubuh.

Segala bentuk cairan yang masuk dalam tubuh akan diserap di usus halus

yang kemudian masuk ke pembuluh darah dan akan disebarkan ke seluruh tubuh. 

Sebelum diedarkan ke seluruh tubuh tentunya cairan ini akan melalui tahap filtrasi

terlebih dahulu di ginjal tepatnya di glomerolus. Setiap  menit kira-kira 1 liter

darah yang mengandung plasma mengalir melalui semua glomurolus dan sekitar

10 persen dari jumlah plasma tersebut disaring keluar. Plasma yang berisi semua

garam, glukosa dan benda halus lainnya disaring. Sel dan protein plasma terlalu

besar untuk dapat menembusi pori saringan dan tetap tinggal pada aliran darah.

Zat-zat yang masih dibutuhkan oleh tubuh ini kemudian disebar ke seluruh tubuh.

Dan zat-zat yang tidak diperlukan tubuh ini dilanjutkan perjalanannya ke tubulus

dan akan dikeluarkan oleh tubuh melalui sistem perkemihan.

1
Bisa kita bayangkan apa yang terjadi apabila zat-zat yang tidak

diperlukan oleh tubuh yang bersifat toksik ini tidak dikeluarkan oleh tubuh. Maka

pasti akan terjadi gangguan atau kelainan pada sistem perkemihan kita.

Sebagai perawat tentunya akan sering kita temui orang-orang yang

mengalami gangguan pada sistem perkemihan. Makalah ini disusun penulis agar

penulis dan pembaca memperoleh pengetahuan tentang gangguan serta

pengobatan sistem perkemihan.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian sistem urinaria?

2. Apa konsep obat farmakologi dalam sistem perkemihan / urinaria?

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dari sistem urinaria

2. Untuk mengetahui konsep obat farmakologi dalam sistem perkemihan /

urinaria

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Sistem Urinaria

Sistem perkemihan atau sistem urinaria adalah suatu sistem dimana


terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang
tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan
oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air
dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Urin dibentuk dinefron, Nefron
adalah unit terkecil dari ginjal yang berfungsi menyaring darah dan
mengambil kembali zat-zat yang bermanfaat ke dalam darah. Nefron terdiri
dari 3 bagian yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal dan
ductus kolektivus(ductus koligens). Setelah zat-zat yang bermanfaat diserap
maka tersisa zat yang tidak berguna , zat ini jika dibiarkan akan
membahayakan tubuh karena termasuk zat beracun. Oleh karna itu zat yang
dikeluarkan nefron dalam bentuk larutan disebut urin. Proses pembentukan
urin terdiri dari 3 tahap (filtrasi, reabsorpsi, augmentasi).
Susunan sistem perkemihan terdiri dari :
a) Ginjal (renal) yang menghasilkan urin
b) Ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesica urinaria (kandung
kemih)
c) Vesica urinaria tempat urin dikumpulkan
d) Urertra yang menyalurkan urin dari vesica urinaria

3
2.2. Konsep Obat Farmakologi Dalam Sistem Perkemihan /
Urinaria

A.    ANTISEPTIK SALURAN KEMIH

Antiseptik saluran kemih terbatas hanya untuk pengobatan infeksi

saluran kemih. Obat bekerja pada tubulus ginjal dan kandung kemih,

sehingga efektif dalam mengurangi pertumbuhan bakteri. Urinalis dan

pembiakan serta tes sensitifitas biasanya dilakukan sebelum dimulainya

terapi obat. Kelompok antiseptik saluran kemih adalah nitrofurantoin,

metenamin, quinolon, dan trimetoprim.

1.      Nitrofurantoin

Nitrofurantoin (Furadantin, Macrodantin) pertama kali diresepkan

untuk ISK pada tahun 1953. Nitrofurantoin merupakan bakteriostatik atau

bakterisidal, tergantung dari dosis obat, dan efektif untuk melawan banyak

organisme gram positif dan gram negatif, terutama terhadap E. coli. Obat

ini dipakai untuk pengobatan ISK akut dan kronik. Pada fungsi ginjal yang

normal, obat akan cepat dieliminasi karena waktu paruhnya yang singkat

yaitu 20 menit; tetapi obat ini dapat menumpuk pada serum jika terjadi

gangguan saluran kemih. Mekanisme kerja nitrofurantoin tidak diketahui,

diduga obat ini mengahmabat sistem enzim bakteria termasuk siklus asam

trikarboksilat. Aktivitas nitrofurantoin sangat diperkuat pada pH 5,5 atau

kurang.

2.      Metenamin

Metenamin (Mandelamine, Hiprex) menimbulkan efek bakterisidal

jika pH urin kurang d 5,5. Obat ini tersedia dalam bentuk garam mandelat

(masa kerja singkat) dan sebagai garam hipurant. Metenamin efektif dalam

4
melawan organisme gram positif dan gram negatif, terutama E Coli dan

Pseudomonas aeruginosa. Obat ini dipakai untuk infeksi saluran kemih

kronik. Obat ini cepat diabsorpsi melalui saluran gastrointestinal, dan

sekitar 90% dari obat ini diekskresi tanpa mengalami perubahan.

Metenamin membentuk amonia dan formaldehida dalam urin yang asam;

oleh karena itu, urin perlu diasamkan untuk menghasilkan efek

bakterisidal. Sari buah cranberry (beberapa gelas ukuran delapan ounce

perhari), asam askorbat, dan amonium klorida dapat diapakai untuk

menurunkan pH urin.

3.      Quinolon

Quinolon merupakan salah satu dan kelompok antiseptik saluran

kemih terbaru dan efektif dalam melawan ISK bagian bawah. Asam

nalidiksat (NegGram) dikembangkan pada tahun 1964, dan sinoksasin

(Cinobac), norfloksasin (Noroxin), dan siprofloksasin hidroklorida (Cipro)

dipasarkan pada tahun 1980an. Quinolon terbaru (sinoksasin, norfioksasin,

dan siprofloksasin) efektif dalam melawan banyak macam ISK. Dosis obat

harus diturunkan jika terdapat disfungsi ginjal. Waktu paruh dari obat-obat

iniadalah 2-4 jam tetapi menjadi lebih lama jika terdapat disfungsi ginjal.

4.      Trimetoprim

Trimetoprim (Proloprim, Trimpex) dapat dipakai tersendiri untuk

pengobatan ISK atau dalam kombinasi dengan sulfonamid,

sulfametoksazol (preparat kombinasi mi secara generik dikenal sebagai

ko-trimoksazol), untuk mencegah terjadinya organisme yang resisten

terhadap trimetoprim. Obat ini menghasilkan efek bakterisidal dengan

5
masa kerja lambat untuk melawan hampir semua organisme gram positif

dan gram negatif. Trimetoprim dipakai untuk pengobatan dan pencegahan

ISK akut dan kronik. Jumlah trimetropim dalam cairan prostat adalah kira-

kira dua sampai tiga kali lebih besar dari jumlahnya dalam cairan vaskular.

Dalam keadaan normal waktu paruh dari trimetoprim adalah 9-11 jam;

waktu paruhrya akan lebih panjang jika terdapat disfungsi ginjal.

5.      Interaksi Obat-Obat

Interaksi obat-obat berikut ini dapat terjadi :

1.      Asam nalidiksat meningkatkan efek warfarin (Coumadin).

2.      Antasid mengurangi absorbsi nitrofurantoin.

3.      Kebanyakan dari antiseptiksaluran kemih menyebabkan hasil

positif palsu pada pemeriksaan Clinitest.

4.      Natrium bikarbonat menghambat kerja metenamin.

5.      Metenamin yang dipakai bersama sulfonamida meningkatkan

risiko terbentuknya kristaluria.

B.     Analgesik Saluran Kemih

Fenazopiridin hidroklorida (Pyridium), suatu analgesik zat warna

azo, merupakan suatu analgesik saluran kemih yang telah dipakai sejak 40

tahun yang lalu. Obat ini dipakai untuk meredakan nveri, rasa terbakar,

dan sering berkemih serta rasa dorongan berkemih yang merupakan gejala

dan ISK bagian bawah. Obat ini dapat menimbulkan gangguan

gastrointestinal, anemia hemolitik, nefrotoksisitas, dan hepatotoksisitas.

Urin akan berubah warna menjadi jingga kemerahan akibat zat warna,

6
tetapi hal ini tidak membahayakan. Fenazopiridin dapat mengubah

pemeriksaan glukosa urin (Clinitest), sehingga pemeriksaan darah perlu

dilakukan untuk memantau kadar gula.

C.    Perangsang Saluran Kemih

Jika fungsi kandung kemih menurun atau hilang akibat kandung

kemih neurogenik (suatu disfungsi akibat lesi pada sistem saraf) akibat

cedera medula spinalis (paraplegia, hemiplegia) atau cedera kepala yang

berat, maka dapat dipakai parasimpatomimetik untuk merangsang miksi

(berkemih). Obat pilihannya, yaitu betanekol klorida (Urecholine),

merupakan suatu perangsang saluran kemih, juga dikenal sebagai

parasimpatomimetik yang bekerja langsung (kolinomimetik), dan obat ini

bekerja dengan meningkatkan tonus kandung kemih.

D.    Antispasmodik Saluran Kemih

Spasme saluran kemih akibat infeksi atau cedera dapat diredakan

dengan antispasmodik yang bekerja langsung pada otot polos dari saluran

kemih. Kelompok obat-obat ini (dimetil sulfoksida juga dikenal dengan

DMSOI, oksibutinin, dan flavoksat) merupakan kontraindikasi jika

terdapat obstruksi saluran kemih atau gastrointestinal, atau jika orang

tersebut menderita glaukoma. Antispasmodik mempunyai efek yang sama

dengan antimuskarinik, parasimpatolitik, dan antikolinergik. Efek

sampingnya meliputi mulut kering, peningkatan denyut jantung, pusing,

distensi usus halus, dan konstipasi.

7
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Penggunaan obat tidak bisa dilakukan sembarangan. Harus ada

serangkaian pemeriksaan sebelum memutuskan memberikan obat kepada pasien.

Juga harus ada pengecekan berulang kali sebelum memberikan obat kepada pasien

sehingga dapat meminimalisir kemungkinan terburuk yang akan terjadi apabila

ceroboh dalam pemberian obat.

Kepatuhan dalam pemberian obat terjadi apabila aturan pakai obat

diresepkan serta pemberiannya di rumah sakit diikuti dengan benar. Sehingga

sangat bijaksana jika perawat mau mengecek obat yang akan diberikan demi

kesembuhan pasien.

Cara pemberian obat pada klien yang menderita gangguan pada sistem

perkemihan pun harus diperhatikan para perawat sebagaimana kita ketahui bahwa

peran dari saluran perkemihan sangat penting dalam proses pengeluaran zat-at

yang tidak digunakan oleh tubuh dan zat-zat yang mengandung toxic.

3.2.  Saran

Adapun saran dalam makalah yang telah kami susun ini ialah :

1. Sebaiknya tidak sembarangan atau mengira-ngira dalam memberikan dosis

obat kepada pasien.

8
2. Kaji penyakit pasien sebelum memberikan obat, dan berikan obat sesuai

dengan tujuan pemberian.

3. Jangan memberikan obat yang efek samping yang tinggi yang tidak sesuai

dengan kemampuan tubuh pasien dalam mencerna, hal itu dapat

menimbulkan terjadinya hal yang fatal bagi pasien.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Kennedy ES. Pregnancy,Urinary Tract

infections. http://www.eMedicine.com. last updated 8 August 2007.

2. Urinary Tract Infection. http://www.wikipedia.com. last updated on

February 19 2008. accesed on February 22 2008.

10

Anda mungkin juga menyukai