Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI

HEPAR DAN KANTUNG EMPEDU

Dosen Pembimbing:

Dewi Zuniawati, S.Kep.,Ners. M.Kes

DISUSUN OLEH:
1. ADEFA KAESA ARKANA
2. DIMAS NISFU ANDIKA
3. MOH.IQBAL BAIHAQI

PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

STIKes HUTAMA ABDI HUSADA

TULUNGAGUNG

2022-2023
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas
limpah dan rahmat-Nya sehingga makalah Hepar dan Kantung Empedu ini dapat
terselesaikan. Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Anatomi Fisiologi.

Makalah ini disusun berdasarkan beberapa literatur yang kami


ambil,Selain itu makalah Hepar dan Kantung Empedu ini kami susun agar dapat
memberikan manfaat untuk pembaca dalam mempelajari
Oleh karena itu, kami sangat mengaharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk perbaikan kedepannya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama mahasiswa STIKes Hutama Abdi
Husada.
Tulungagung,
28 Desember
2022

Penulis

DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR .................................................................................................... i
DAFTAR
ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah ................................................................................ 1
B. Rumusan
Masalah........................................................................................... 1
C. Tujuan
Penulisan............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dari Laboratorium
Mikrobiologi...................................................2
B. Alat Pelindung Diri Di Laboratorium
Mikrobiologi.......................................2
C. Jenis-Jenis Bahaya di Laboratorium
Mikrobiologi.........................................4
D. Sistem Manajemen K3 Laboratorium
Mikrobiologi.......................................8

BAB III PENUTUP


1.
Kesimpulan ................................................................................................... 10
2.
Saran ............................................................................................................. 10
DAFTAR
PUSTAKA .................................................................................................... 11

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hati merupakan salah satu organ pencernaan dan juga termasuk dalam

sistem ekskresi manusia. Hati memiliki banyak sekali fungsi yang penting

bagi tubuh, karena hati mengatur segala proses metabolisme dalam tubuh.

Kerusakan pada hati akan berakibat fatal bagi tubuh.


1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi hati (hepar) itu?

2. Bagaimana fungsi dari hati?

3. Apa saja bagian hepar?

4. Apa definisi kantung empedu?

5. Bagaimana fungsi kantung empedu?

1.3 TUJUAN
1. Untuk menginformasikan kepada pembaca tentang definisi dari hepar atau
hati
2. Untuk memberi penjelasan kepada pembaca tentang fungsi hati
3. Untuk menginformasikan apa saja penyakit atau kelamin pada kerusakan
hati
4. Untuk menginformasikan kepada pembaca tentang definisi dari kantung
empedu
5. Untuk memberi penjelasan kepada pembaca tentang fungsi kantung
empedu
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi

Hepar ( hati ) merupakan kelenjar terbesar di tubuh, dengan berat 1,5 kg

atau lebih. Hati menampung semua bahan yang diserap dari usus, kecuali

lemak, melalui vena porta. Hati merupakan pusat dari metabolisme tubuh.

Dalam hati terjadi proses – proses sintesa, modifikasi, penyimpanan,

pemecahan serta ekskresi dari berbagai macam zat yang dibutuhkan untuk

hidup. Hati memiliki fungsi yang sangat beragam dan rumit.

Hati diliputi simpai jaringan ikat fibrosa (Glisson) dan membentuk septa

jaringan ikat tipis yang masuk ke dalam hati dari porta hepatis dan membagi –

bagi hati dalam lobus dan lobulus. Sel – sel parenkim hati (hepatosit) tersusun

berupa lempengan saling berhubungan dan bercabang, membentuk anyaman

tiga dimensi. Diantara lempengan – lempengan ada sinusoid darah (mirip

kapiler darah). Penampang hati tampak berlobuli segienam. Di sudut – sudut

lobuli terlihat lebih banyak jaringan ikat, yang mengandung cabang – cabang

vena porta, cabang arteri hepatika, dan duktus biliaris (saluran empedu).

Daerah ini disebut daerah portal (kanal portal).

Di dalam hati terdapat beberapa macam lobulus : lobulus klasik (lobulus

hati), labulus portal, dan asinus hati (unit fingsional). Lobulus klasik dibatasi

oleh daerah portal (biasanya hanya tampak tiga dari enam sudutnya) dan

dipusatnya terdapat lubang, yaitu vena sentralis yang menampung darah dari
sinusoid. Jadi, darah mengalir dari daerah portal (cabang vena porta dan

cabang arteri hepatika) ke dalam sinusoid, lalu ke vena sentralis. Sebaliknya

empedu, yang diekskresi sel – sel hati, mengalir melalui kanalikuli biliaris ke

duktis biliaris di daerah portal. Lobulus portal mempunyai daerah portal

sebagai daerah pusatnya, dan bersudutkan tiga vena sentralis. Jadi lobulus ini

terdiri atas jaringan yang menyalurkan empedu ke dalam duktus biliaris di

daerah portal. Asinus hati (unit fungsional), seperti halnya lobulus portal,

tidak jelas batas – batasnya. Tidak semua sudut dari lobulus klasik ada daerah

portalnya. Daerah yang tidak memiliki daerah portal ini tetap mendapat darah

dari asinus hati. kedua sudut belah ketupatnya adalah vena sentralis.

2.2. Anatomi Fisiologi Hati

Unit fungsional dari hati adalah lobulus yang berbentuk silindrik dengan

panjang beberapa milimeter dan dengan diameter 0,8 – 2 mm. Dalam hati

manusia terdapat 50000 – 100000 lobuli tersebut. Lobuli hati tersusun di

sekeliling vena sentralis yang mengalirkan darah ke arah vena hepatika dan

selanjutnya menuju vena cava inferior. Lobuli itu sendiri pada dasarnya

tersususn atas beberapa lembaran yang terdiri dari sel – sel hati yang

menyebar secara radial dari vena sentralis seperti jari – jari roda. Tiap

lembaran tersebut biasanya tersusun setebal 2 sel hati. di antara sel – sel hati

yang berdekatan serta diantara lembaran sel – sel hati tersebut terdapat

saluran empedu kecil (bile kanalikuli) yang bermuara dalam saluran empedu

yang lebih besar dalam septa antara dua lobulus hati yang berdekatan. Di
dalam septa sersebut juga terdapat venula porta yang menerima darah dari

vena porta. Dari venula ini darah mengalir ke cabang – cabang sinusoid yang

terletak di antara lembaran – lembaran sel hati, dan dari sini darah mengalir

ke vena sentralis. Dengan demikian, sel – sel hati akan mendapat darah dari

vena porta secara terus – menerus. Selain venula porta, di dalam septa

interlobulerjuga terdapat arteriola hepatika. Arteriola ini sebagian

memberikan darah kepada jaringan septa dan sebagian lagi menuju sinusoid.

Sinusoid venula dibatasi oleh dua jenis sel, yaitu sel endotil yang khas

dan sel – sel Kupfer yang sebenarnya adalah sel retikuloendotil yang mampu

mengadakan fagositosis kuman – kuman atau benda – benda asing yang ada

dalam darah. Sel – sel endotil yang membatasi sinusoid venosa tersusun

sedemikian rupa sehinggan dinding dari sinusoid itu sangat “porous”.

Dibawah dinding sinusoid ini, yaitu di antara sel – sel endotil dengan sel – sel

hati terdapat satu ruangan yang amat sempit yang disebut rongga dari Disse.

Karena “porousnya” dinding sinusoid tersebut, maka zat – zat yang ada dalam

plasma dapat bergerak dengan bebas ke dalam rongga disse. Bahkan protein

plasma pun dapat bebas berdifusi ke dalam rongga tersebut.

Di dalam septa interlobuler juga terdapat sejumlah besar saluran getah

bening terminal yang mempunyai hubungan langsung dari rongga Disse.

Dengan demikian, cairan yang berlebihan yang ada dalam rongga dari Disse

akan dialirkan melalui saluran getah bening tersebut.

2.3. Fungsi Hati


Dalam garis besar, fungsi hati dibagi menjadi 4 macam, yaitu :

1) Fungsi Vaskuler : untuk menimbun dan melakukan filtrasi darah.

Setiap menit mengalir 1200 cc darah portal ke dalam hati melalui

sinusoid hati, seterusnya darah mengalir ke vena sentralis menuju

vena hepatika untuk selanjutnya masuk ke dalam vena cava inferior.

Selain itu, dari arteria hepatika mengalir masuk kira – kira 350 cc

darah. Darah arterial ini akan masuk ke dalam sinusoid dan bercampur

dengan darah portal. Pada orang dewasa, jumlah aliran darah ke hati

diperkirakan sekitar 1500 cc tiap menit. Aliran darah ke hati ini dapat

diukur dengan cara menempatkan alat pengukur elektromagnetik

dalam arteria hepatika dan vena porta secara langsung.

2) Fungsi Ekskretorik : membentuk empedu dan mengekskresikannya ke

dalam usus. Hati mengekresi zat – zat yang berasal dari dalam sel hati,

misalnya bilirubun, kolesterol, garam empedu dan sebagainya ke

dalam empedu. Di samping itu, ke dalam empedu juga diekskresi zat –

zat yang berasal dari luar tubuhmisalnya logam – logam berat,

beberapa macam zat warna (termasuk BSP) dan sebagainya.

Fungsi ini diukur dengan beberapa tes, misalnya : bilirubin serum,

bilirubin urin, urobilinogen dalam urin, stercobilin dalam tinja, dan

asam empedu. Disamping itu, fungsi ini juga diukur dengan

menyuntikkan bahan – bahan dari luar yang mengalami proses yang


hampir sama dengan bilirubin, misalnya dengan BSP, ICG dan Rose

Bengal Radioaktif.

Bahan – bahan tersebut pada umumnya disuntikkan dengan dosisi

tertentu dan kemudian diukur kadarnya dalam dalam darah dalam

waktu tertentu setelah penyuntikan.

3) Fungsi metabolik : untuk metabolisme karbohidrat, lemak, protein,

vitamin, dan juga untuk memproduksi tenaga.

a. Metabolisme Karbohidrat

Dalam metabolisme karbohidrat, hati berfungsi sebagai

tempat penyimpanan karbohidrat, tempat mengubah galaktosa

menjadi glukosa, tempat terjadinya glukogenesis dan tempat

pembentukan zat – zat kimia penting yang merupakan hasil antara

dalam metabolisme karbohidrat. Hati mempunyai fungsi buffer

glukosa, bila glukosa dalam darah berlebihan, maka glukosa akan

diambil oleh hati dan ditimbun sebagai glikogen, sebaliknya bila

glukosa dalam darah berkurang maka glikogen akan dipecah

menjadi glukosa kembali. Pada seorang penderita dengan

kelainan hati yang cukup parah, setelah makan sejumlah besar

karbohidrat maka kadar glukosa dalam darahnya akan meningkat

tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan kadar

glukosa orang normal.

b. Metabolisme Lemak
Walaupun metabolisme lemak dapat terjadi pada hampir

semua sel tubuh, tetapi beberapa aspek tertentu dalam

metabolisme lemak terjadi lebih cepat di dalam sel hati. beberapa

fungsi khas dari hati dalam metabolisme lemak adalah :

a. Oksidase beta dari asam lemak dan pembentukan asam

lemak asetosetat yang sangat tinggi.

b. Pembentukan lipoprotein.

c. Pembentukan kolesterol dan fosfolipid dalam jumlah

yang sangat besar.

d. Perubahan karbohidrat dan protein menjadi lemak dan

asam lemak dalam jumlah yang sangat besar.

Untuk memperoleh tenaga dari lemak netral, maka lemak

tersebut harus dipecah terlebih dahulu menjadi gliserol dan asa

lemak. Kemudian dengan cara oksidasi beta maka asam lemak

tesebut dipecah mejadi radikal asetil yang kemudian membentuk

asetil koenzim A. Asetik Co-A ini kemudian akan ikut siklus

krebs dan menghasilkan tenaga yang besar. Karena hati tidak bisa

menggunakan keseluruhan asetil Co-A yang dihasilkan, maka

sebagian akan diubah menjadi asam asetoasetat yang merupakan

kondensasi dari dua molekul asetil Co-A. Asam asetoasetat ini

merupakan suatu asam yang sangat larut dalam asam itu akan

keluar dari dalam sel hati menuju cairan ekstraseluler dan


akhirnya masuk ke dalam peredaran darah. Jaringan yang

membutuhkan akan mengambil asam aseto asetat ini, kemudian

akan diubah menjadi asetil Co-A dan kemudian menjadi tenaga.

6. Metabolisme Protein

Fungsi utama hati dalam metabolisme protein adalah:

a. Deaminasi asam amino.

b. Pembentukan urea untuk membersihkan cairan tubuh

dari amoniak.

c. Sintesa dari protein plasma

d. Interkonversi di antara asam – asam amino yang

berbeda dan senyawa – senyawa lain yang penting

dari proses – proses metabolik dari tubuh.

Untuk bisa dimanfaatkan dalam bentukan tenaga atau untuk

dapat diubah menjadi karbohidrat maupun lemak, maka asam –

asam amino harus mengalamai deaminasi terlebih dahulu.

Pembentukan urea dalam hati dangat penting, artinya untuk

mengambil amoniak dari dalam tubuh. Seperti diketahui, amoniak

merupakan zat yang toksik dan berasal dari banyak sumber yaitu

dari hati sendiri sebagai hasil samping katabolisme asam amino,

dari usus dan dari ginjal. Sintesa urea terjadi dalam hati dengan

mengikutsertakan beberapa macam asam amino yaitu ornithine,

citruline, arginine dan asam aspartat, melalui siklus krebs.


4) Fungsi pertahanan tubuh : hati merupakan suatu alat tubuh dimana

dilakukan detoksifikasi dari bahan – bahan yang beracun yang

dilakukan dengan jalan konjugasi, reduksi, metilasi, asetilasi, oksidasi

dan hidroksilasi. Di samping itu, fungsi pertahanan tubuh dilakukan

oleh sel – sel kupfer baik dengan fagositosis langsung, maupun

dengan pembentukan antibodi.

a. Fungsi detoksifikasi

Hati memegang peranan kuncu dalam detoksiikasi dari

berbagai macam bahan, bail yang berasal dari luar tubuh misalnya

racun atau obat – obatan, ataupun bahan yang berasal dari dalam

tubuh sendiri misalnya hormon – hormon, amoniak dan lain

sebagainya.

b. Fungsi detoksifikasi dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Dengan konjugasi yang mengubah senyawa – senyawa

yang tidak larut dalam air menjadi larut, sehingga dengan

demikian senyawa itu dapat diekresikan ke dalam empedu

maupun air seni dan dikeluarkan dari tubuh. Proses ini

dicapai dengan menkonjugasikan senyawa tersebut dengan

asam glukoronid, sulfat, dan lain-lain.

2. Inaktivasi dari senyawa – senyawa yang toksis dengan cara

reduksi, oksidasi, hidroksilasi, metilasi dan asetilasi.

c. Fungsi perlindungan
Sel – sel kupfer yang terdapat pada dinding sinusoid hati

mempunyai kemampuan fagositosis yang sangat besar sehingga

dapat membersihkan sampai 99% dari kuman – kuman yang ada

dalam vena porta sebelum darah menyebar melewati seluruh

sinusoid. Selain itu, sel kupler juga mampu mengadakan

fagositosis terhadap benda – benda lain misalnya pigmen –

pigmen sisa jaringan, dan lain sebagainya.

Selain itu sel kupler menghasilkan iminoglobulin yang

merupakan alat penting dalam penyelenggaraan kekebalan

humoral. Selain itu, dihasilkan berbagai macam antibodi yang

timbul pada berbagai kelainan hati tertentu, misalnya anti

mitokondrial antibody (AMA), smooth muscle antibody (SMA),

dan antinclear antibody (ANA).

2.4. Kelainan Pada Hati

a. Hepatitis

Hepatitis adalah radang hati yang disebabkan oleh virus. Virus

hepatitis ada beberapa macam, misalnya virus hepatitis A, hepatitis B

dan hepatitis C. Hepatitis yang disebabkan oleh virus hepatitis B

lebih berbahaya daripada hepatitis yang disebabkan oleh virus

hepatitis A.
1) Hepatitis A

Virus hepatitis A biasanya berkembang dengan baik dalam sel hati,

virus tersebut masuk ke dalam usus melalui empedu kemudian

dikeluarkan melalui kotoran. Virus tersebut kemudian ditularkan

melalui makanan yang tidak bersih atau terkontaminasi atau tidak

mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar. Virus ini

tidak ditularkan melalui air liur atau air seni.

Gejala – gejala hepatitis A :

7. Mual

8. Muntah

9. Kehilangan nafsu makan

10. Demam ringan

11. Kelelahan

12. Nyeri sendi


Hepatitis A dapat diobati dengann cara hidup sehat dan pola makan yang baik,

serta dengan konsultasi ke dokter. Pencegahannya dapat dengan suntikan immuno

globulin sampai dengan vaksinasi.

2) Hepatitis B

Hepatitis B lebih berbahaya daripada hepatitis A. Virus hepatitis B menyebabkan

infeksi menahan pada sekitar 300 juta orang diseluruh dunia.

Hepatitis B dapat ditularkan melalui darah, jarum suntik, hubungan seks dan

melalui kelahiran. Setiap orang yang tinggal dan atau memiliki hubungan dengan

orang yang terinfeksi virus hepatitis B ini harus mendapat vaksinasi. Vaksinasi

juga wajib diberikan bagi para tenaga kesehatan yang memiliki kemungkinan

kontak secara langsung dengan penderita hepatitis B.

b. Penyakit Kuning

Penyebab : Penyakit kuning disebabkan oleh tersumbatnya saluran empedu yang

mengakibatkan cairan empedu tidak dapat dialirkan ke dalam usus dua belas jari,

sehingga masuk ke dalam darah dan warna darah menjadi kuning. Kulit penderita

tampak pucat kekuningan, bagian putih bola mata berwarna kekuningan, dan kuku

jaripun berwarna kuning. Hal ini terjadi karena di seluruh tubuh terdapat pembuluh

darah yang mengangkut darah berwarna kekuningan karena bercampur dengan

cairan empedu.

c. Sirosis Hati

Penyebab :
Sirosis hati adalah keadaan penyakit yang sudah lanjut dimana fungsi hati sudah

sangat terganggu akibat banyaknya jaringan ikat di dalam hati. Sirosis hati dapat

terjadi karena virus Hepatitis B dan C yang berkelanjutan, karena alkohol, salah

gizi, atau karena penyakit lain yang menyebabkan sumbatan saluran empedu.

Penyembuhan :

Sirosis tidak dapat disembuhkan, pengobatan dilakukan untuk mengobati

komplikasi yang terjadi (seperti muntah dan berak darah, asites/perut membesar,

mata kuning serta koma hepatikum).

d. Hati Berlemak

Penyebab :

Perlemakan hati terjadi bila penimbunan lemak melebihi 5 % dari berat hati atau

mengenai lebih dari separuh jaringan sel hati. Perlemakan hati ini sering berpotensi

menjadi penyebab kerusakan hati dan sirosis hati. Kelainan ini dapat timbul karena

mengkonsumsi alkohol berlebih disebut ASH (Alcoholic Steatohepatitis), maupun

bukan karena alkohol disebut NASH (Nonalcoholic Steatohepatitis).

e. Kanker Hati

Penyebab :
Kanker hati terjadi apabila sel kanker berkembang pada jaringan hati. Kanker hati

yang banyak terjadi adalah Hepatocellular carcinoma (HCC). HCC merupakan

komplikasi akhir yang serius dari hepatitis kronis, terutama sirosis yang terjadi

karena virus hepatitis B, C dan hemochromatosis.

f. Koletasis dan Jaundice

Penyebab :

Kolestasis merupakan keadaan akibat kegagalan memproduksi dan pengeluaran

empedu. Lamanya menderita kolestasis dapat menyebabkan gagalnya penyerapan

lemak dan vitamin A, D, E, K oleh usus, juga adanya penumpukan asam empedu,

bilirubin dan kolesterol di hati. Adanya kelebihan bilirubin dalam sirkulasi darah

dan penumpukan pigmen empedu pada kulit, membran mukosa dan bola mata

disebut jaundice. Pada keadaan ini kulit penderita terlihat kuning, warna urin

menjadi lebih gelap, sedangkan faeces lebih terang.

2.5 Fisiologi Empedu


Kandung empedu merupakan sakus (kantong) yangberbentuk buah pir dan
melekat pada permukaan posterior hati oleh jaringan ikat. Kandung empedu memiliki
fundusatau ujung yang memanjang badan atau bagian utama, danleher yang bersambung
dengan duktus sistikus. Kandungempedu memiliki lapisan jaringan seperti struktur dasar
saluran cerna dengan beberapa modifikasi (Elly Nurachman, 2011)

Empedu dibentuk secara terus menurus oleh hepatosit dandikumpulkan dalam


kanalikulus serta saluran empedu. Empedu terutama tersususn dari air dan elektrilit,
seperti natrium, kalium, kalsium, klorida serta bikarbonat, danjuga 8mengandung dalam
jumlah yang berarti beberapa substansi seperti lesitin, kolesterol, bilirubin serta garam-
garamemepdu. Emepdu dikumpulkan dan disimpan dalamkandungemepdu untuk
kemudian dialirkan ke dalamintestinumbiladiperlukan bagi pencernaan (Arif muttaqin,
2011)

Setelah terjadi konyugasi atau pengikatan dengan asam-asamamino (taurin dan glisilin),
garam empedu diekskresikankedalam empedu. Bersama dengan kolesterol dan lesitin,
garamempedu diperlukan untuk emulsifikasi lemak dalmintestinum. Proses ini penting untuk
proses penceranaan dan penyerapanyang efesien. Kemudian garam empedu akan diserap
kembali, terutama dalam ileum distal, ke dalam darah portal untukkembali ke hati dan sekali lagi
diekresikan ke dalamempedu. Lintasan hepatosit-empedu-intestinum dan kemblai lagi kepada
hepatosit dinamakan sirkulasi enterohepatik (Arif muttaqin, 2011)

Akibat adanya sirkulasi enterohepatik, maka dari seluruhgaram empedu yang


masuk kedalam intestinum, hanyasebagian kecil yang akan diekskresikan ke dalamfases.
Keadaan ini menurunkan kebutuhan terhadap sintesis aktif garam empedu oleh sel-sel
hati (Arif muttaqin, 2011)

Kandung empedu bentuknya seperti kantong, organ beronggayang panjangnya


sekitar 10 cm, terletak sedikit dalamsuatufosa yang menegaskan batas anatomi antara
lobus hati kanandan kiri. Kandung empedu mempunyai fundus, korpus, infundibulum,
dan kolum. Fundus bentuknya bulat, ujungbuntu dari kandung empedu yang memanjang
di atas tepi hati. Korpus merupakan bagian terbesar dari kandung empedu. 9Kolum
adalah bagian yang sempit dari kandung empeduyangterletak antara korpus dan daerah
duktus sistika (Schwartz, 2009)

Infundibulum yang juga dikenal sebagai kantong hartmanadalalah bulbus


diverticulum kecil yang terletak padapermukaan inferior dari kandung kemih, yang
secara klinisbermakna karena proksimitasnya terhadap duodenumdandapat terimpeksi ke
dalamnya. Duktus sistikusmenghubungkan kandung empedu ke duktus koledokus. Katup
spiral dari heister terletak di dalamduktus empedu. Pasokan darah ke kandung empedu
adalah melalui arteri kristika, secara khas merupakan cabang dari arteri hepaticakanan,
tetapi asal dari arteri kristika bervariasi. Segitiga calot dibentuk oleh arteri kistika, duktus
koledekus, dan duktuskistikus (Schwartz, 2009)

Drainase vena dari kandung empedu bervariasi, biasanyakedalam cabang kanan


dan vena porta. Aliran limfe masuksecara langsung ke dalam hati dan juga ke nodus –
nodus di sepanjang permukaan vena porta. Saraf muncul dari aksisseliak dan terletak
disepanjang arterihepatika. Senssi nyeri diperantarai oleh serat visceral, simpatis.
Rangsangan motorisuntuk kontraksi kandung empadu dibawa melalui cabangvagus dan
ganglion seliaka. Saat dinding empeduberkontraksi, empedu mengalir melalui duktus
biliarismenuju duodenum serta adanya kime asamdan lemakduodenum (Schwartz, 2009).

Kandung empedu terletak dibawahlobus kanan hati. Hati empedu masuk ke


saluran (kanalikuli) empedu yang terdapat 10di dalam hati. Kanalikuli empedu tersebut
kemudian bersatumembentuk dua saluran yang lebih besar yang keluar dari hati yaitu
duktus hrpatikus kanan dan kiti dan bersatumenjadi duktus menjadi duktus hepatikus
komunis. Duktushepatikus komunis bergabung dengan duktus sisttikusmembentuk
duktus koledokus. Sebagian besar, duktuskoledokus bersatu dengann duktus pankreatikus
membentukampulla vateri sebelum bermuara ke usus halus. Bagianakhir dari kedua
saluran ampula dikelilingi oleh sfingter (Lusianah2010) Fungsi utama kandung empedu
adalah menyimpandanmemekatkan empedu yang dihasilkan hati. Kandung
empedumampu menyimpan sekitar 45 ml empedu. Pembuluh limfedan pembuluh darah
mengabsorbsi air dan garam-garamanorganik dalam kandung empedu sehingga cairan
empedulebih pekat 10 kali lipat daripada cairan empeduhati. Kandung empedu akan
mengosongkan isinya ke dalamduodenum melalui kontraksi otot dan relaksasi sfingter
oddi dan dirangsang oleh masuknya kimus duodenum(Suratun2010) Lemak yang
terdapat pada makanan juga merangsangkontraksi sfingter oddi atas pengaruh hormone
CCK(cholecystokinin). Komposisi empedu terdiri atas bilirubin, garam asam empedu,
kolesterol, fosfolid, garam-garamorganic, musin/lender, air dan beberapa metabolic.
Bilirubindiproduksi oleh sel-sel retikuloendotelial (RES) terutamadi sumsum tulang dan
limpa. Bahan dasar pembuatan bilirubinadalah hemoglobin (Hb) yang lebih tua.
Metabolismebilirubin terdiri dari empat tahap (Lusianah, 2010)

Anda mungkin juga menyukai