ILHAM
TAHUN 2019
Page
Kata pengantar
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat allah swt, atas segala rahmat dan
hidayah-nya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul RESUME GANGGUAN ELIMINASI URINE
”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas KMB 1 .
Adapun makalah ini kami susun berdasarkan pengamatan kami dari internet
dalam bentuk PDF dan sumber-sumber yang telah kami ambil dari buku yang ada
kaitannya dengan makalah yang dibuat. Dalam penyusunan makalah ini tentunya
tidak lepas dari adanya bantuan dari pihak tertentu, oleh karena itu kami tidak lupa
mengucapkan banyak trimakasih kepada teman sekantor dan para senior yang telah
membantu kami menyelesaikan makalah ini.
Penulis
Ilham
Page
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………....2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang…………………………………………………………………………....3
1.2 Rumusan
masalah………………………………………………………………………..4
2.2 Etiologi……………………………………………………………5
2.5 Komplikasi…………………………………………………………….…………11
2.8 Penatalaksanaan…………………………….……………13
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………
18
Page
BAB I
PENDAHULUAN
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal
yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan
untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang
menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa
melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea),
garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau
cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang
penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul
pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai
senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang
terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin
dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk
mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi
melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan
ditemukan dalam urin orang yang sehat.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari
dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan
dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi,
sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan
saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang
dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang
steril .Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan
mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin
berwarna kuning pekat atau cokelat.
Eliminasi urin secara normal bergantung pada satu pemasukan cairan dan sirkulasi
volume darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran urin
Page
juga berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan
kandungan produk sampah didalam urin.
1.4 Manfaat
Mengetahui dan dapat memahami konsep kebutuhan eliminasi urin beserta anatomi
fisiologi sistem perkemihan dan proses perkemihan tersebut.
Page
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh. Pembuangan
dapat melalui urine ataupun bowel.
Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini sangat
bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder, dan
uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine. Ureter mengalirkan urine
ke bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai mencapai batas tertentu yang
kemudian dikeluarkan melalui uretra.
Page
fungsinya,ginjsl tidak hanya mengubah – ubah peengeluaran H+,tetapi juga
menahan atau membuang HCO3- sesuai dengan status asam – basa tubuh.
d. Ekskresi sisa – sisa metabolisme.Ginjal mengekskresikan zat – zat racun ( misal
ureum,asam urat,kreatinin,sulfat,fosfat ) dan obat – obatan dari tubuh.
e. Reabsorpsi bahan yang bersifat vital untuk tubuh.Normalnya,bahan – bahan
darah,dan biasanya tidak diekskresikan ke dalam urine.upaya ini mencegah
hilangnya nutrien – nutrien penting dari tubuh.
f. Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresikan hormon renin untuk
mempertahankan keseimbangan cairan – elektrolit dan tekanan darah ( sistem
renin – angiotensin – aldosteron ).Selain itu,ginjal juga berperan dalam proses
metabolisme zat – zat tertentu ( misalnya obat )
Fungsi utama ginjal ialah mengeluarkan sisa nitrogen, toksin, ion, dan obat-obatan,.
Mengatur jumlah dan zat-zat kimia dalam tubuh. Mempertahankan keseimbangan
antara air dan garam-garam serta asam dan basa. Menghasilkan renin, enzim untuk
membantu pengaturan tekanan darah. Menghasilkan hormon eritropoitin yang
menstimulasi pembentukan sel-sel darahmerah di sumsum tulang. Membantu dalam
pembenrtukan vitamin D.
2. Ureter
Ureter adalah tabung yang berasal dari ginjal dan bermuara di kandung kemih.
Panjangnya sekitar 25 cm dan diameternya 1,25 cm.Bagian atas ureter berdilatasi
dan melekat pada hilus ginjal,sedangkan bagian bawahnya memasuki kandung kemih
pada sudut posterior dasar kandung kemih.Urine didorong melewati ureter dengan
gelombang peristalsis yang terjadi sekitar 1 – 4 kali per menit.Pada pertemuan
antara ureter dan kandung kemih,terdapat lipatan membran mukosa yang bertindak
sebagai katup guna mencegah refluks urine kembali ke ureter sehingga mencegah
penyebaran infeksi dari kandung kemih ke atas.
3. Kandung kemih
Kandung kemih ( vesika urinaria ) adalah kantung muskular tempat urine bermuara
dari ureter.Ketika kosong atau seetengah terisi,kandung kemih terletak di belakang
simfisis pubis.Pada pria,kandung kemih terletak di antara kelenjar prostat dan rektum
; pada wanita,kanddung kemih terletak di antara uterus dan vagina.Dinding kandung
kemih sangat elastis sehingga mampu menahan regangan yang sangat besar.Saat
penuh,kandung kemih bisa melebihi simfisis pubis,bahkan bisa setinggi umbilikus.
4. Uretra
Page
Uretra membentang dari kandung kemih sampai meatus uretra.Panjang uretra pada
pria sekitar 20 cm dan membentang dari kandung kemih sampai ujung penis.Uretra
pria terdiri atas tiga bagian,yaitu uretra pars prostatika,uretra pars membranosa,dan
uretra pars spongiosa.Pada wanita,pamjamg uretra ssekitar 3 cm dan membentang
dari kandung kemih sampai lubang di antara labia minora 2,5 cm di belakang
klitoris.Karen uretranya yang pendek,wanita lebih rentan mengalami infeksi saluran
kemih.
2.4 Urine
1. Ciri-ciri urine normal
a. Jumlah dalam 24 jam ± 1.500 cc,bergantung pada banyaknya asupan cairan
b. Berwarna oranye bening,pucat,tanpa endapan
c. Berbau tajam
d. Sedikit asam ( pH rata – rata 6 )
2. Proses pembentukan urine
Ada tiga proses dasar yang berperan dalam pembentukan urine : filtrasi glomerulus,
reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus.
a. Filtrasi glomerulus. Proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih besar dari
permukaan eferen sehingga terjadi penyerapan darah. Saat darah melalui
glomerulus, terjadi filtrasi plasma bebas – protein menembus membran kapiler
glomerulus ke dalam kapsul Bowman. Filtrasi yang lolos tersebut terdiri atas air,
glukosa, natrium, klorida, sulfat, dan bikarbonat yang kemudian diteruskan ke
tubulus ginjal.
Page
b. Reabsorpsi tubulus. Pada tubulus bagian atas, terjadi penyerapan kembali
sebagian besar zat – zat penting, seperti glukosa, natrium, klorida, sulfat, dan ion
bikarbonat. Proses tersebut berlangsung secara pasif yang dikenal dengan istilah
reabsorpsi obligator. Apabila diperlukan, tubulus bawah akan menyerap kembali
natrium dan ion bikarbonat melalui proses aktif yang dikenal dengan istilah
reabsorpsi fakultatif. Zat – zat yang direabsorpsi tersebut diangkut oleh kapiler
peritubulus ke vena dan kemudian ke jantung untuk kembali diedarkan.
c. Sekresi tubulus. Mekanisme ini merupakan cara kedua bagi darah untuk masuk
ke dalam tubulus di samping melalui filtrasi glomerulus. Melalui sekresi tubulus,
zat – zata tertentu pada plasma yang tidak berhasil disaring di kapiler tubus dapat
lebih cepat dieliminasi.
Page
4. Faktor psikolgis. Kondisi stres dan kecemasan dapat menyebabkan peningkatan
stimulus berkemih, di samping stimulus buang air besar (diare) sebagai upaya
kompensasi.
5. Aktiitas dan tonus otot. Eliminasi urine membutuhkan kerja ( kontaksi ) otot – otot
kandung kemih, abdomen, dan pelvis. Jika terjadi gangguan pada kemampuan
tonus otot, dorongan untuk berkemih juga akan berkurang. Aktivitas dapat
meningkatkan kemampuan metabolisme dan produksi urine secara optimal.
6. Kondisi patologis. Kondisi sakit seperti demam dapat menyebabkan penurunan
produksi urine akibat banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui penguapan kulit.
Kondisi inflamasi dan iritasi organ kemih dapat menyebabkan retensi urine.
7. Medikasi. Penggunaan obat – obat tertentu ( misal : diuretik) dapat meningkatkan
haluaran urine, sedangkan penggunaan antikolinerrgik dapat menyebabkan retensi
urine.
8. Proses pembedahan. Tindakan pembedahan menyebabkan stres yang akan memicu
sindrom adaptasi umum. Kelenjar hipofisi anterior akan melepaskan hormon ADH
sehingga meningkatkan reabsorpsi air dan menurunkan haluaran urine. Selain itu,
respons stres juga meningkatkan kadar aldosteron yang mengakibatkan penurunan
haluaran urine.
9. Pemeriksaan diagnostik. Prosedur pemeriksaan saluran perkemihan, seperti
pielogram intravena dan urogram,tidak membolehkan pasian mengkonsumsi cairan
per oral sehingga akan memengaruhi haluaran urine. Selain itu, pemeriksaan
diagnostik yang bertujuan melihat langsung struktur perkemihan (misal : sitoskopi)
dapat menyebabkan edema pada outlet uretra dan spasme pada sfingter kandung
kemih. Ini menyebabkan kien sering mengalami retensi urine dan mengeluarkan
urine berwarna merah muda akibat adanya perdarahan.
Page
Meskipun produksi urine normal,ada sejumlah faktor atau kondisi yang dapat
memengaruhi eliminasi urine. Beberapa perubahan yang terjadi pada pola eliminasi
urine akibat kondisi tersebut antara lain inkontinensia, retensi, enuresis, frekuensi,
urgensi, dan disuria.
a. Inkontinensia urine. Inkontinensia urine adalah kondisi ketika dorongan
berkemih tidak mampu dikontrol oleh sfingter eksternal. Sifatmya bisa
menyeluruh (inkontinensia parsial).
Ada dua jenis inkontinensia, yakni inkontinensia stres dan inkontinensia urgensi.
a) Inkontinensia stres. Inkontinensia stres terjadi saat tekanan intraabdomen
meningkat dan menyebabkan kompresi kandung kemih. Kondisi ini biasanya
terjadi ketika seseorang batuk atau tertawa. Penyebabnya antara lain
peningkatan tekanan intraabdomen, perubahan degeneratif terkait usia, dan
lain – lain.
b) Inkontinensia urgensi. Inkontinensia urgensi terjadi saat klien mengalami
pengeluaran urine involunter karena desakan yang kuat dan tiba – tiba untuk
berkemih. Penyebabnya antara lain infeksi saluran kemih bagian bawah,
spasme kandung kemih, overdistensi, penurunan kapasitas kandung kemih,
peningkatan konsumsi kafein atau alkohol, serta peningkatkan konsentrasi
urine (Taylor,1989).
b. Retensi urine. Retensi urine adalah kondisi tertahannya urine di kandung kemih
akibat terganggunya proses pengosongan kandung kemih sehingga kandung
kemih menjadi regang. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh obstuksi (Misal :
hipertrofi prostat), pembedahan, otot sfingter yang kuat, peningkatan tekanan
uretra akibat otot detrusor yang lemah.
c. Enuresis (mengompol). Enuresis adalah peristiwa berkemih yang tidak disadari
pada anak yang usianya melampaui batas usia normal kontrol kandung kemih
seharusnya tercapai. Enuresis lebih banyak terjadi pada anak – anak di malam
hari (enuresis nokturnal ). Faktor penyebabnya antara lain kapasitas kandung
kemih yang kurang dari normal, infeksi saluran kemih, konsumsi makanan yang
banyak mengandung garam dan mineral, takut keluar malam, dan gangguan pola
miksi.
d. Sering berkemih (frekuensi). Sering berkemih (frekuensi) adalaah
meningkatnya frekuensi berkemih tanpa disertai peningkatan asupan cairan.
Kondisi ini biasanya terjadi pada wanita hamil (tekanan rahim pada kandung
kemih), kondisi stres, dan infeksi saluran kemih.
Page
e. Urgensi. Urgensi adalah perasaan yang sangat kuat untuk berkemih. Ini biasa
terjadi pada anak – anak karena kemampuan kontrol sfingter mereka yang lemah.
Gangguan ini biasanya muncul pada kondisi stres psikologis dan iritasi uretra.
f. Disuria. Disuria adalah rasa nyeri dan kesulitan saat berkemih. Ini biasanya
terjadi pada kasus infeksi uretra, infeksi saluran kemih, trauma kandung kemih.
2. Perubahan produksi urine
Selain perubahan eliminasi urine, masalah lain yang kerap dijumpai pada pola
berkemih adalah perubahan produksi urine. Perubahan tersebut meliputi poliuria,
oliguria, dan anuria.
a. Poliuria. Poliuria adalah produksi urine yang melebihi batas normal tanpa
disertai peningkatan asupan cairan. Kondisi ini dapat terjadi pada penderita
diabetes, ketidakseimbangan hormonal (misal : ADH), dan nefritis kronik.
Poliuria dapat menyebabkan kehilangan cairan yang berlebihan yang mengarah
pada dehidrasi.
b. Oliguria dan anuria. Oliguria adalah produksi urine yang rendah, yakni 100 –
500 ml/24 jam. Kondisi ini bisa disebabkan oleh asupan cairan yang sedikit atau
pengeluaran cairan yang abnormal, dan terkadang ini mengindikasikan gangguan
pada aliran darah menuju ginjal. Sedangkan anuria adalah produksi urine kurang
dari 100 ml/24 jam.
Page
c. Intake dan output cairan
a) Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam).
b) Kebiasaan minum di rumah.
c) Intake : cairan infus, oral, makanan, NGT.
d) Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui ketidakseimbangan cairan.
e) Output urine dari urinal, cateter bag,drainage ureterostomy, sistostomi.
f) Karakteristik urine : warna, kejernihan, bau, kepekatan.
d. Pemeriksaan diagnostik
a) Pemeriksaan urine (urinalisis) :
Warna (N: jernih kekuningan)
Penampilan (N: jernih)
Bau (N: beraroma)
pH (H: 4,5-8,0)
Berat jenis (N; 1,005-1,030)
Glukosa (n: negatif)
Keton (N: negatif)
b) Kultur urine (N: kuman patogen negatif).
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
a. Gangguan pola eliminasi urine : inkontinensia
Definisi: Kondisi di mana seseorang tidak mampu mengendalikan pengeluaran
urine.
Kemungkinan berhubungan dengan :
a) Gangguan neuromuskuler.
b) Spasme bladder.
c) Trauma pelvice.
d) Infeksi saluran kemih.
e) Trauma medulla spinalis.
Kemungkinan data yang ditemukan:
a) Inkontinensia.
b) Keinginan berkemih yang segar.
c) Sering ke toilet.
d) Menghindari minum.
e) Spasme bladder.
f) Setiap berkemih kurang dari 100 ml atau lebih dari 550 ml.
Tujuan yang diharapkan:
Page
a) Klien dapat mengontrol pengeluaran urine setiap 4 jam.
b) Tidak ada tanda-tanda retensi dan inkontinensia urine.
c) Klien berkemih dalam keadaan rileks.
b. Retensi urine
Definisi: Kondisi di mana seseorang tidak mampu mengosongkan bladder secara
tuntas.
Kemungkinan data yang ditentukan:
a) Tidak tuntasnya pengeluaran urine.
b) Distensi bladder.
c) Hipertropi prostat.
d) Kanker.
e) Infeksi saluran kemih.
f) Pembedahan besar abdomen.
Tujuan yang diharapkan:
a) Pasien dapat mengontrol pengeluaran bladder setiap 4 jam.
b) Tanda dan gejala retensi urine tidak ada.
Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Dalam pengkajian harus melakukan harus menggerakkan semua indera dan tenaga
untuk melakukan pengkajian secara cermat baik melalui wawancara , observasi,
pemeriksaan fisik untuk menggali data yang akurat .
a. Tanyakan riwayat keperawatan klien tentang pola berkemih, gejala
berkemih,gejala dari perubahan berkemih, faktor yang mempengaruhi berkemih .
b. Pemeriksaan fisik klien meliputi :
Abdomen ,pembesaran , pelebaran pembuluh darah vena distensi bledder ,
pembesaran ginjal, nyeri tekan, tandamess , bising usus.
Genetalia : wanita , inflamasi, nodul, lessi, adanya secret dari meatus,
kesadaran, antropi jaringan vagina dan genitalia laki-laki kebersihan ,
adanya lesi ,tenderness, adanya pembesaran scrotum .
c. Identifikasi intake dan output cairan dalam (24 jam ) meliputi pemasukan minum
dan infus, NGT, dan pengeluaran perubahan urine dari urinal, cateter bag, ainage ,
ureternomy, kateter urine, warna kejernihan , bau kepekatan .
d. Pemeriksaan diagnostik :
Pemeriksaan urine (urinalisis)
Warna (jernih kekuningan )
Page
Penampilan (N : jernih )
Bau (N : beraroma)
pH (N : 4,5-8,0)
Berat Jenis (N : 1,005- 1,030)
Glukosa (N: Negatif )
Keton (N; negatif )
Kultur urine (N : kuman petogen negatif)
3. Intervensi
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor keadaan bladder setiap 2 1. Tingkatkan kekuatan otot bladder
jam dan kolaborasi dalam bladder
training
2. Hindari faktor pencentus 2. Mengurangi atau menghindari
inkontenensia urine seperti cemas inkontinensia
3. Kolabarasi dengan dokter dalam 3. Menghindari faktor penyebab
pengobatan dan kateterisasi
4. Berikan penjelasan tentang 4. Meningkatkan pengetahuan dan
pengobatan , kateter , penyebab pasien lebih kooperatif
Page
dan tindakan lainnya
5. Kriteria Evaluasi
Setelah membantu klien untuk melakukan evaluasi . klien mampu mengontrol
pengeluaran bladder setiap 4 jam, tanda dan gejala retensi urine tidak ada
6. Retensi Urine
Definisi : Kondisi dimana seseorang tidak mampu mengosongkan bladder secara
tuntas , kemungkinan penyebab (berhubungan dengan ): Obstruksi mekanik
pembesaran prostat , trauma, pembedahan kehamilan, kemungkinan klien mengalami
(data yang ditemukan) : tidak tuntasnya penyeluaran urine distensi bledder, hypertropi
prostat , kanker, infeksi saluran kemih , pembesaran besar abdomen.
INTERVENSI RASIONAL
1. Memonitor keadaan bledder 1. Menentukan masalah
setiap 2 jam
2. Ukur intake dan output cairan 2. Memontior keseimbangan cairan
steiap 4 jam
3. Berikan cairan 2000ml / hari 3. Menjaga defisit cairan
dengan kolaborasi
4. Kurangi minum setelah jam 6 4. Mencegah nocturia
malam 5. Membantu monitor keseimbangan
5. Kaji dan monitor analisis urine cairan
elektrolit dan berat badan 6. Meningkatkan fungsi ginjal dan
6. Lakukan latihan prgerakan dan bledder
lakukan relaksasi ketika duduk 7. Relaksasi pikiran dapat
berkemih meningkatkan kemampuan
7. Ajarkan teknik latihan dengan berkemih
kolaborasi dokter/ fisioterapi 8. Mengoatkan otot pelvis
8. Kolaborasi dalam pemasangan 9. Mengeluarkan urien
kateter
Page
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
INKONTINENSIA URIN
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Inkontinensia urine adalah pelepasan urine secara tidak terkontrol dalam jumlah
yang cukup banyak, sehingga dapat dianggap merupakan masalah bagi seseorang
2. Klasifikasi
Inkontinensia urin dibagi atas 3, yaitu :
a. Inkontinensia urgensi
Adalah pelepasan urine yang tidak terkontrol sebentar setelah ada peringatan
ingin melakukan urinasi. Disebabkan oleh aktivitas otot destrusor yang berlebihan
atau kontraksi kandung kemih yang tidak terkontrol
b. Inkontinensia tekanan
Adalah pelepasan urine yang tidak terkontrol selama aktivitas yang meningkatkan
tekanan dalam lubang intra abdominal. Batuk, bersih, tertawa dan mengangkat
beban berat adalah aktivitas yang dapat menyebabkan inkontinensia urin
3. Etiologi
Faktor faktor penyebab inkontenensia yaitu :
Page
Cidera pada sfingter urinarius eksterna
Kelainan neurogenik
Urgensi hebat akibat infeksi
Kelemahan mekanisme sfingter
Cerebral clouding
stress
4. Patofisiologi
Pengendalian kandung kencing dan sfinkter diperlukan agar terjadi pengeluaran
urin secara kontinen. Pengendalian memerlukan kegiatan otot normal diluar
kesadaran dan yang didalam kesadaran yang dikonrdinasi oleh refleks urethrovsien
urinaris. Bila terjadi pengisian kandung kencing tekanan didalam kandung kemih
meningkat. Otot detrusor (lapisan yang tiga dari dinding kencing) memberikan
respon dengan relaksasi agar memperbesar volume daya tampung. Bila sampai 200
ml urin daya rentang reseptor yang terletak pada dinding kandung kemih mendapat
rangsangan. Stimulus ditransmisikan lewat serabut reflek eferen ke lengkungan pusat
refleks untuk meksitrurisasi. Impuls kemudian disalurkan melalui serabut eferen dari
lengkungan refleks ke kandung kemih, menyebabkan kontraksi otot detrusor. Sfinkter
interna yang dalam keadaan normal menutup, serentak bersama sama membuka dan
urin masuk ke uretra posterior. Relaksasi sfinkter eksterna dan otot pariental
mengkuti dan isi kandung kemih keluar. Pelaksanaaan kegiatan refleks bisa
mengalami interupsi dan berkemih ditangguhkan melalui dikeluarkannya impuls
inhibitor dari pusat kortek yang berdampak kontraksi diluar kesadaran dan sfinkter
eksterna. Bila disalah satu bagian mengalami kerusakan maka akan dapat
mengakibatkan inkontenensia
5. Manifestasi Klinis
Kulit ruam
Dekubitus
Iritasi kandung kemih
Ketidakmampuan mengontrol BAK
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pengkajian fungsi otot destrusor
Radiologi dan pemeriksaan fisik ( mengetahui tingkat keparahan/ kelainan dasar
panggul)
Cystometrogram dan elektroyogram
Page
7. Penatalaksanan Medik
Urgensi
Cream estrogen vaginal, anticolenergik, imipramine (tofranile). Diberikan pada
malam hari dan klien diajurkan untuk sering berkemih
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. pengumpulan data
aktivitas / Istrahat
Tanda : Klien nampak lemah
Eliminasi
Gejala : Klien mengeluh tidak dapat mengontrol buang air kecil, klien
mengatakan kencingnya keluar sendiri
Integritas Ego
Gejala : Klien mengatakan stress pada penyakitnya
Keamanan
Tanda : Dekubitus.
Page
Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Klien mengeluh nyeri pada daerah abdomen bagian bawah
b. Pengelompokan Data
Data Subjektif
Data Objektif
Page
c. Analisa data
Data Penyebab Masalah
Page
Pembatasan intake cairan
Page
kepada perawat dan fisiknya
dokter akan penyakitnya
↓
Klien nampak ketakutan
Pasien merasa terancam
cemas
d. Prioritas Masalah
1) Nyeri
2) Perubahan pola eliminasi
3) Kecemasan
4) Resiko tinggi deficit volume cairan
5) Resiko tinggi kekurangan nutrisi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada mukosa dinding kandung kemih yang
ditandai dengan :
Ds : Klien mengeluh nyeri pada daerah abdomen bagian bawah
Page
penyakitnya
Klien nampak ketakutan
d. Resiko tinggi kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang kurang adekuat yang ditadai dengan :
Do : Haluaran urin tidak dapat terkontrol
Haluaran urin terus menerus
e. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan ketidakseimbangan
intake output cairan yang ditandai dengan :
Ds : Klien mengeluh nafsu makan kurang
3. Perencanaan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada mukosa dinding kandung kemih
Tupan :
Tupen :
Page
® Tehnik relaksasi dan tehnik distraksi membantu mengurangi rasa nyeri
Tupen :
Tupen :
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama beberapa hari rasa cemas klien
beransur-ansur hilang dengan kriteria :
Page
Klien tidak takut akan penyakitnya
Klien mau menerima kondisinya saat ini
Intervensi
Tupen :
Page
3) Perhatikan perubahan kulit seperti kulit kering, tugor kulit
® Tanda kulit kering serta tugor kulit merupakan tanda dari dehidrasi
Tupen :
4) Berikan pasien atau orang terdekat daftar makanan atau cairan yang diizinkan
dan libat kan pasien dalam pemilihan menu
® Memberikan pasien tindakan kotrol dalam pembatasan diet. Makanan diari
rumah dapat meningkatkan nafsu makan
Page
Page